Anda di halaman 1dari 33

https://www.bi.go.id/id/g20/default.

aspx

Apa itu G20?


G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama
dan Uni Eropa (EU). G20  merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi,
75% perdagangan global, dan 80% PDB dunia. Anggota G20 terdiri dari Afrika
Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India,
Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea,
Rusia, Perancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.

Sejarah Pendirian G20


Dibentuk pada 1999 atas inisiasi anggota G7, G20 merangkul negara maju
dan berkembang untuk bersama-sama mengatasi krisis, utamanya yang
melanda Asia, Rusia, dan Amerika Latin. Adapun tujuan G20 adalah
mewujudkan pertumbuhan global yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan
inklusif.
G20 pada awalnya merupakan pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur
Bank Sentral. Namun sejak 2008, G20 menghadirkan Kepala Negara dalam
KTT dan pada 2010 dibentuk pula pembahasan di sektor pembangunan.
Sejak saat itu G20 terdiri atas Jalur Keuangan (Finance Track) dan Jalur
Sherpa (Sherpa Track). Sherpa diambil dari istilah untuk pemandu di Nepal,
menggambarkan bagaimana para Sherpa G20 membuka jalan menuju
KTT (Summit).

Jenis Pertemuan G20


1. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT)/Summit

Merupakan klimaks dari proses pertemuan G20, yaitu rapat tingkat


kepala negara/pemerintahan.

2. Ministerial & Deputies Meetings/Pertemuan Tingkat Menteri dan Deputi

Diadakan di masing-masing area

fokus utama forum. Pada Finance Track, Ministerial Meetings dihadiri


oleh menteri keuangan dan gubernur bank sentral, yang disebut
Finance Ministers and Central Bank Governors Meetings (FMCBG).
Sementara pertemuan para deputi disebut Finance and Central Bank
Deputies Meetings (FCBD).

3. Kelompok Kerja/Working Groups

Beranggotakan para ahli dari negara G20, Working Groups menangani


isu-isu spesifik yang terkait dengan agenda G20 yang lebih luas, yang
kemudian dimasukkan ke dalam segmen kementerian dan akhirnya
KTT.
 

Peran Nyata G20

1. Penanganan Krisis Keuangan Global 2008

Salah satu kesuksesan G20 terbesar adalah dukungannya dalam


mengatasi krisis keuangan global 2008. G20 telah turut mengubah
wajah tata kelola keuangan global, dengan menginisiasi paket stimulus
fiskal dan moneter yang terkoordinasi, dalam skala sangat besar. G20
juga mendorong peningkatan kapasitas pinjaman IMF, serta berbagai
development banks utama. G20 dianggap telah membantu dunia
kembali ke jalur pertumbuhan, serta mendorong beberapa reformasi
penting di bidang finansial.

2. Kebijakan Pajak

G20 telah memacu OECD untuk mendorong pertukaran informasi


terkait pajak. Pada 2012, G20 menghasilkan cikal bakal Base Erosion
and Profit Shifting (BEPS) keluaran OECD, yang kemudian
difinalisasikan pada 2015. Melalui BEPS, saat ini 139 negara dan
jurisdiksi bekerja sama untuk mengakhiri penghindaran pajak.

3. Kontribusi dalam penanganan pandemi Covid-19

Inisiatif G20 dalam penanganan pandemi mencakup penangguhan


pembayaran utang luar negeri negara berpenghasilan rendah, Injeksi
penanganan Covid-19 sebanyak >5 triliun USD (Riyadh Declaration),
penurunan/penghapusan bea dan pajak impor, pengurangan bea untuk
vaksin, hand sanitizer, disinfektan, alat medis dan obat-obatan.

4. Isu lainnya

Selain itu, G20 berperan dalam isu internasional lainnya, termasuk


perdagangan, iklim, dan pembangunan. Pada 2016, diterapkan prinsip-
prinsip kolektif terkait investasi internasional. G20 juga mendukung
gerakan politis yang kemudian berujung pada Paris Agreement on
Climate Change di 2015, dan The 2030 Agenda for Sustainable
Development.

Presidensi G20
Indonesia Memegang Presidensi G20

Berbeda dari kebanyakan forum multilateral, G20 tidak memiliki sekretariat


tetap. Fungsi presidensi dipegang oleh salah satu negara anggota, yang
berganti setiap tahun. Sebagaimana ditetapkan pada Riyadh Summit 2020,
Indonesia akan memegang presidensi G20 pada 2022, dengan serah terima
yang dilakukan pada akhir KTT Roma (30-31 Oktober 2021).

Tema Presidensi G20 Indonesia 2022


"Recover Together, Recover Stronger"

Melalui tema tersebut, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia untuk bahu-
membahu, saling mendukung untuk pulih bersama serta tumbuh lebih kuat
dan berkelanjutan

Logo

ini menggambarkan peranan aktif kita dalam upaya memajukan kehidupan


perekonomian, terutama di saat menyambut babak yang baru.

Dengan segala pengharapan atas keseimbangan serta tekad bulat untuk


terus hidup, tumbuh, dan senantiasa menjadi lebih baik di setiap babaknya.

Secara bentuk, logo ini juga terlihat seperti pohon.

Sama seperti pohon yang terus tumbuh dan berguna bagi lingkungan
sekitarnya, logo ini juga menjadi ilustrasi pengharapan atas tumbuhnya
perekonomian global, yang akan memberikan dampak positif bagi kehidupan
masyarakat.
Pilar Presidensi G20 Indonesia 2022

1. Memperkuat lingkungan kemitraan.


2. Mendorong produktivitas.
3. Meningkatkan ketahanan dan stabilitas.
4. Memastikan pertumbuhan berkelanjutan dan inklusif.
5. Kepemimpinan kolektif global yang lebih kuat.

Agenda prioritas jalur keuangan dalam Presidensi G20 Indonesia 2022

1. Exit Strategy to Support Recovery


Membahas bagaimana G20 melindungi negara-negara yang masih
menuju pemulihan ekonomi (terutama negara berkembang) dari efek
limpahan (spillover) exit policy yang diterapkan oleh negara yang lebih
dahulu pulih ekonominya (umumnya negara maju).

2. Adressing Scarring Effect to Secure Future Growth


Mengatasi dampak berkepanjangan (scarring effect) krisis dengan
meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan jangka panjang,
memperhatikan ketenagakerjan, rumah tangga, sektor korporasi, dan
sektor keuangan.

3. Payment System in Digital Era


Standar pembayaran lintas batas negara  (CBP), serta prinsip-prinsip
pengembangan CBDC (General Principles for Developing CBDC).

4. Sustainable Finance
Membahas risiko iklim dan risiko transisi menuju ekonomi rendah
karbon, dan sustainable finance (keuangan berkelanjutan) dari sudut
pandang makroekonomi dan stabilitas keuangan

5. Financial Inclusion: Digital Financial Inclusion & SME Finance


Memanfaatkan open banking untuk mendorong produktivitas dan
mendukung ekonomi dan keuangan inklusif  bagi underserved
community yaitu wanita, pemuda, dan UMKM, termasuk aspek lintas
batas.

6. International Taxation
Membahas perpajakan internasional, utamanya terkait dengan
implementasi Framework bersama OECD/G20 mengenai strategi
perencanaan pajak yang disebut Base Erotion and Profit
Shifting (BEPS),

Manfaat bagi Indonesia


 Presidensi G20 di tengah pandemi membuktikan persepsi yang baik
atas resiliensi ekonomi Indonesia terhadap krisis.
 Merupakan bentuk pengakuan atas status Indonesia sebagai salah satu
negara dengan perekonomian terbesar di dunia, yang juga dapat
merepresentasikan negara berkembang lainnya.
 Momentum presidensi ini hanya terjadi satu kali setiap generasi (+ 20
tahun sekali) dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memberi
nilai tambah bagi pemulihan Indonesia, baik dari sisi aktivitas ekonomi
maupun kepercayaan masyarakat domestik dan internasional.
 Indonesia dapat mengorkestrasi agenda pembahasan pada G20 agar
mendukung dan berdampak positif dalam pemulihan aktivitas
perekonomian Indonesia.
 Menjadi kesempatan menunjukkan kepemimpinan Indonesia di kancah
internasional, khususnya dalam pemulihan ekonomi global. Dari
perspektif regional, Presidensi ini menegaskan kepemimpinan
Indonesia dalam bidang diplomasi internasional dan ekonomi di
kawasan, mengingat Indonesia merupakan satu-satunya negara di
ASEAN yang menjadi anggota G20.
 Membuat Indonesia menjadi salah satu fokus perhatian dunia,
khususnya bagi para pelaku ekonomi dan keuangan. Hal ini dapat
dimanfaatkan untuk menunjukkan (showcasing) berbagai kemajuan
yang telah dicapai Indonesia kepada dunia, dan menjadi titik awal
pemulihan keyakinan pelaku ekonomi pascapandemi, baik dari dalam
negeri maupun luar negeri.
 Pertemuan-pertemuan G20 di Indonesia juga menjadi sarana untuk
memperkenalkan pariwisata dan produk unggulan Indonesia kepada
dunia internasional, sehingga diharapkan dapat turut menggerakkan
ekonomi Indonesia.
https://kemlu.go.id/portal/id/read/3288/berita/presidensi-g20-indonesia#:~:text=G20%20adalah
%20forum%20internasional%20yang,%2C%20dan%2060%25%20populasi%20global.

Untuk pertama kalinya, Indonesia memegang Presidensi Group of 20 (G20), forum kerja sama 20


Ekonomi utama dunia. Periode Presidensi Indonesia berlangsung selama satu tahun, mulai 1
Desember 2021 hingga 30 November 2022. Serah terima keketuaan, atau handover, berlangsung pada
KTT G20 di Roma, Italia, pada tanggal 31 Oktober 2021 dari PM Mario Draghi (Presidensi Italia)
kepada Presiden Joko Widodo.

G20 adalah forum internasional yang fokus pada koordinasi kebijakan di bidang ekonomi dan
pembangunan. G20 merepresentasikan kekuatan ekonomi dan politik dunia, dengan komposisi
anggotanya mencakup 80% PDB dunia, 75% ekspor global, dan 60% populasi global. Anggota-
anggota G20 terdiri atas 19 negara dan 1 kawasan, yaitu: Argentina, Australia, Brasil, Kanada,
Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Republik Korea,
Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.

Berdiri pada tahun 1999, G20 lahir sebagai respons atas krisis ekonomi dunia pada tahun 1997-1998.
Tujuannya adalah memastikan dunia keluar dari krisis dan menciptakan pertumbuhan ekonomi global
yang kuat dan berkesinambungan. Awalnya, G20 merupakan pertemuan Menteri Keuangan dan
Gubernur Bank Sentral, dan kini telah berkembang dengan pembahasan di berbagai bidang
pembangunan. Sejak 2008, G20 juga mulai menghadirkan Kepala Negara dalam pertemuan KTT.

Kini, dunia kembali berada pada masa krisis multidimensional akibat pandemi COVID-19. G20
sebagai kumpulan Ekonomi utama dunia, yang memiliki kekuatan politik dan ekonomi, memiliki
kapasitas untuk mendorong pemulihan.

Untuk itu, sebagai Presidensi G20, Indonesia mengusung semangat pulih bersama dengan tema
“Recover Together, Recover Stronger". Tema ini diangkat oleh Indonesia, menimbang dunia yang
masih dalam tekanan akibat pandemi COVID-19, memerlukan suatu upaya bersama dan inklusif,
dalam mencari jalan keluar atau solusi pemulihan dunia.

Untuk mencapai target tersebut, Presidensi Indonesia fokus pada tiga sektor prioritas yang dinilai
menjadi kunci bagi pemulihan yang kuat dan berkelanjutan, yaitu: 

(1) Penguatan arsitektur kesehatan global

Berkaca dari pandemi yang saat ini masih berlangsung, arsitektur kesehatan global akan diperkuat.
Tidak hanya untuk menanggulangi pandemi saat ini, namun juga untuk mempersiapkan dunia agar
dapat memiliki daya tanggap dan kapasitas yang lebih baik dalam menghadapi krisis kesehatan lain ke
depannya.

(2) Transformasi digital
 Transformasi digital merupakan salah satu solusi utama dalam menggerakkan perekonomian di kala
pandemi, dan telah menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang baru. Untuk itu, Presidensi
Indonesia akan berfokus kepada peningkatan kemampuan digital (digital skills) dan literasi digital
(digital literacy) guna memastikan transformasi digital yang inklusif dan dinikmati seluruh negara.

(3) Transisi energi

Guna memastikan masa depan yang berkelanjutan dan hijau dan menangani perubahan iklim secara
nyata, Presidensi Indonesia mendorong transisi energi menuju energi baru dan terbarukan dengan
mengedepankan keamanan energi, aksesibilitas dan keterjangkauan.

Berlandaskan prinsip inklusivitas, Presidensi Indonesia turut mengundang negara-negara tamu dan


organisasi internasional (invitees) untuk turut berpartisipasi. Dalam berbagai kesempatan, Presiden
Joko Widodo menekankan bahwa inklusivitas ini adalah prioritas kepemimpinan Indonesia di G20,
untuk mewujudkan “leave no one behind". 

Visinya adalah Presidensi G20 yang bermanfaat bagi semua pihak, termasuk negara berkembang,
negara pulau-pulau kecil, serta kelompok rentan, dan tidak hanya demi kepentingan anggota G20
itu sendiri.

Untuk itu, Indonesia pun memberikan perhatian besar kepada negara berkembang di Asia, Afrika,
Amerika Latin, termasuk negaranegara kepulauan kecil di Pasifik dan Karibia. Selain refleksi spirit
of inclusiveness, hal ini juga memberikan representasi yang lebih luas kepada G20.

Terdapat 9 (sembilan) negara undangan pada Presidensi G20 Indonesia, yaitu Spanyol, Ketua Uni
Afrika, Ketua the African Union Development Agency-NEPAD (AU-NEPAD), Ketua Association of
Southeast Asian Nations (ASEAN), Belanda, Singapura, Persatuan Emirat Arab, Ketua The
Caribbean Community (CARICOM), dan Ketua Pacific Island Forum (PIF).

Selain itu, terdapat juga 10 organisasi internasional undangan, yaitu Asian Development


Bank (ADB), Financial Stability Board (FSB), International Labour
Organization (ILO), International Monetary Fund (IMF), Islamic Development
Bank (IsDB), Organization for Economic Cooperation and Development (OECD), World Bank,
World Health Organization (WHO), World Trade Organization (WTO), dan United Nations (UN).

Alur dan Pertemuan G20

Di dalam G20 terdapat dua pilar pembahasan, yaitu pilar keuangan yang disebut Finance Track; yang
kedua adalah pilar Sherpa Track yang membahas isuisu ekonomi dan pembangunan nonkeuangan.
Setiap pilar dimaksud memiliki kelompok kerja yang disebut Working Groups.

Selain kedua track di atas, juga terdapat Engagement Groups, yaitu 10 kelompok komunitas berbagai
kalangan profesional, yang mengangkat berbagai topik pembahasan. 

Setiap kelompok Engagement Group memiliki peran penting bagi pemulihan global, terutama melalui
gagasan konkrit dan rekomendasi kebijakan yang tepat sasaran untuk para pemimpin G20. 
Presidensi G20 Indonesia menjadwalkan lebih dari 180 rangkaian kegiatan utama, termasuk
pertemuan Engagement Groups, Pertemuan Working Groups, Pertemuan Tingkat Deputies / Sherpa,
Pertemuan Tingkat Menteri, hingga Pertemuan Tingkat Kepala Negara (KTT) di Bali nanti.
Rangkaian kegiatan Presidensi Indonesia akan tersebar di lebih dari 20 kota di Indonesia.
Adapun 1st Sherpa Meeting di Jakarta pada tanggal 7-8 Desember 2021 menjadi pertemuan perdana
pada Presidensi G20 Indonesia.  

Puncak kegiatan Presidensi G20 Indonesia adalah KTT Bali yang dijadwalkan berlangsung


tanggal 15-16 November 2022.

Manfaat Presidensi G20 bagi Indonesia

Dengan berbagai kegiatan sepanjang tahun tersebut, tentu terdapat banyak manfaat strategis dari
Presidensi G20. Potensi ini dapat diukur dari aspek ekonomi, politik luar negeri,
maupun pembangunan sosial.

Pertama, diharapkan Presidensi G20 berdampak langsung bagi perekonomian, melalui peningkatan


penerimaan devisa negara. Lebih dari 20 ribu delegasi internasional diperkirakan akan hadir kepada
pertemuan yang akan diselenggarakan di berbagai daerah di Indonesia.

Pengalaman sebelumnya pada Presidensi Turki, Argentina, Tiongkok, dan Jepang menunjukkan
adanya dampak positif ke dalam negeri. Tercatat jumlah kunjungan delegasi internasional mencapai
lebih dari 13 ribu. Diperkirakan juga bahwa setiap KTT G20 menghasilkan pemasukan lebih dari
$100 juta atau Rp1,4 Triliun kepada host country.

Kedua, di bidang politik, sebagai Ketua G20, Indonesia dapat mendorong kerja sama dan
menginisiasi hasil konkret pada ketiga sektor prioritas, yang strategis bagi pemulihan. 

Ini adalah momentum bagi Indonesia untuk memperoleh kredibilitas atau kepercayaan dunia, dalam
memimpin pemulihan global. Dalam diplomasi dan politik luar negeri, kredibilitas adalah modal yang
sangat berharga.

Ketiga, di bidang pembangunan ekonomi dan sosial berkelanjutan. Presidensi G20 menjadi
momentum untuk tunjukkan bahwa 'Indonesia is open for business'. Akan terdapat
berbagai showcase atau event yang menampilkan kemajuan pembangunan Indonesia, dan potensi
investasi di Indonesia.

Diharapkan hal ini berpeluang menciptakan multiplier effect bagi perekonomian daerah karena


berkontribusi bagi sektor pariwisata, akodomasi (perhotelan), transportasi, dan ekonomi kreatif, serta
UMKM lokal.

Logo
(Logo Presidensi G20 Indonesia)

Semangat pulih bersama terefleksikan jelas pada logo Presidensi Indonesia. Dengan warna dasar
merah¬putih serta desain yang memadukan siluet gunungan, logo Presidensi G20 Indonesia juga
sangat kental menunjukkan identitas bangsa Indonesia.

Siluet gunungan menggambarkan kehidupan di alam semesta, khususnya perpindahan menuju babak
baru. Ini mencerminkan optimisme dan semangat untuk pulih dari pandemi dan memasuki babak baru
pembangunan hijau dan inklusif. Di dalamnya juga terdapat motif batik kawung, yang secara filosofis
melambangkan semangat untuk berguna bagi sesama.

Dalam konteks G20, logo ini menggambarkan tekad Presidensi G20 Indonesia untuk mendorong
pemulihan dunia, setelah dua tahun dunia berjuang menghadapi pandemi Covid19. Dalam proses
pulih bersama ini, G20 harus hadir secara inklusif, untuk kepentingan dunia. Layaknya DNA politik
luar negeri Indonesia, bentuk tanaman merambat menunjukkan Presidensi Indonesia sebagai “bridge
builder" dan “part of solution".
(Logo G20 dalam aplikasi dengan latar belakang)

Semangat pulih bersama terefleksikan jelas pada logo Presidensi Indonesia. Dengan warna dasar
merah¬putih serta desain yang memadukan siluet gunungan, logo Presidensi G20 Indonesia juga
sangat kental menunjukkan identitas bangsa Indonesia.

Siluet gunungan menggambarkan kehidupan di alam semesta, khususnya perpindahan menuju babak
baru. Ini mencerminkan optimisme dan semangat untuk pulih dari pandemi dan memasuki babak baru
pembangunan hijau dan inklusif. Di dalamnya juga terdapat motif batik kawung, yang secara filosofis
melambangkan semangat untuk berguna bagi sesama.

Dalam konteks G20, logo ini menggambarkan tekad Presidensi G20 Indonesia untuk mendorong
pemulihan dunia, setelah dua tahun dunia berjuang menghadapi pandemi Covid¬19. Dalam proses
pulih bersama ini, G20 harus hadir secara inklusif, untuk kepentingan dunia. Layaknya DNA politik
luar negeri Indonesia, bentuk tanaman merambat menunjukkan Presidensi Indonesia sebagai “bridge
builder" dan “part of solution".

Dalam pengaplikasiannya, logo G20 menggunakan latar belakang siluet dua gunung, yaitu Gunung
Agung dan Gunung Abang di Bali. Gambar tersebut menggunakan gradasi warna merah-biru yang
terinspirasi dari keindahan gradasi warna saat matahari terbit, sekaligus mewakili pengharapan akan
hadirnya hari-hari baru yang penuh akan perubahan positif.
https://www.indonesia-frankfurt.de/ekonomi/peran-indonesia-dalam-ekonomi-internasional/

Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G-20 (atau Kelompok
20). Negara-negara dalam kelompok ini terdiri dari 19 negara dan ditambah dengan Uni
Eropa; menguasai 75% perdagangan dunia.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil setiap tahunnya telah menempatkan negara
ini menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia. Keberhasilan Indonesia menjadi economy
global power tersebut tak lepas dari modal pembangunan yang dimiliki Indonesia.
Indonesia merupakan negara yang memiliki modal pembangunan sangat lengkap, mulai
dari sumber daya alam (SDA) yang melimpah, sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas, iklim demokrasi yang stabil, dan letak geografis yang strategis.
Berdasarkan survei 600 CEO dari PWC (2014) mengungkap bahwa Indonesia menjadi
tujuan investasi ke-3 setelah Cina dan Amerika Serikat di antara negara-negara anggota
APEC. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan Indonesia akan menjadi
negara dengan kekuatan ekonomi ketujuh terbesar dunia pada 2030.

https://www.umy.ac.id/punya-posisi-strategis-indonesia-harus-mampu-jaga-hubungan-baik-dengan-
negara-lain%E2%80%8B

Saat ini Indonesia telah menjadi negara denagan posisi yang sangat
strategis di ASEAN dengan menjalin hubungan baik dengan berbagai
negara di dunia. Selan itu, tingkat perekonomian Indonesia yang menjadi
terbesar di ASEAN membuat Indonesia menjadi negara terpandang di
kawasan regional. Oleh sebab itu Indonesia dituntut selalu mampu
menjaga hubungan diplomatiknya dengan negara-negara di dunia.

Hal tersebut disampaikan Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik


Kementrian Luar Negeri RI, Al-Busyra Basnur, ketika memaparkan
materinya di depan mahasiswa Hubungan Internasional (HI) Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), saat menjadi pembicara pada seminar
nasional bertajuk “Pandangan Dunia Internasional Terhadap Kebijakan
Luar Negeri Indonesia” yang diselenggarakan oleh Korps Mahasiswa HI
(KOMAHI) UMY di Kampus Terpadu UMY, Kamis (25/9).

Busyra mengungkapkan bahwa saat ini Indonesia memang telah


mempunyai pengaruh besar ditingkat regional khususnya di kalangan
negara-negara ASEAN. Citra positif Indonesia itu ke depannya harus dapat
dipertahankan bahkan ditingkatkan. Ia meyakini keberhasailan
pemerintahan Presiden Yudhoyono pada bidang kerjasama ekonomi
dengan negara lain akan terus ditingkatkan oleh pemerintahan selanjutnya.

“Saat ini Indonesia sudah berada di posisi strategis di tingkat ASEAN,


maka jika posisi pemerintahan selanjutnya mampu mempertahankan
hubungan harmonis negara kita dengan negara-negara lain, baik secara
diplomatik maupun secara kerjasama ekonomi, karena tidak dapat
dipungkiri bahwa figur seorang pemimpin itu sangat menentukan pengaruh
kita di dunia internasional” ujarnya.

Hubungan baik antar Indonesia dengan negara lainnya harus tetap dijaga,
karena menurutnya fenomena globalisasi saat ini menutut setiap negara
untuk melakukan kerjasama. Sebab, suatu persoalan yang dialami suatu
negara tidak dapat diselesaikan tanpa adanya kerjasama dengan negara
sahabat.

Di sisi lain, pengajar Prodi Hubungan Internasional UMY, Ratih


Herningtyas, S.IP,MA mengatakan kebijakan luar negeri dan posisi
strategis Indonesia dimata dunia akan sangat dipengaruhi oleh partai politik
dalam negeri. Kendati partai politik di Indonesia kerap menuai kecaman
namun Sistem kepartaian yang ada tetaplah penting karena parta politik
melahirkan pemimpin, serta menjadi penyambung lidah Warga Negara
Indonesia.

Dalam sistem tersebut dibutuhkankan sosok pemimpin yang mampu


mengedepankan kepentingan rakyat. Ratih mengapreasiasi kebijakan luar
negeri pemerintahan SBY yang akan segera berakhir.

“Suka atau tidak sistem kepartaian itu yang menjadi penting untuk
menentukan pemimpin, tapi diharapkan juga bahwa dengan partai akan
melahirkan figur pemimpin yang mengedepankan kepentingan rakyat, kita
lihat bagaimana partai mengantarkan SBY menjadi presiden, dan kini
Jokowi, yang nanti juga sudah pasti peranan penting pengaruh serta posisi
Indonesia di internasional” jelasnya.

Sementara itu akademisi UGM, Drs. Dafri Agussalim,MA menjelaskan


timbulnya permasalahan antar negera yang mempunyai hubungan yang
cukup baik, kerap terjadi lantaran kegagalan komunikasi yang baik antar
negara. Ia mencontohkan permasalahan antara Indonesia dan Australia,
terjadi karena adanya kasus penyadapan juga karena adanya kegagalan
komunikasi antara kedua negara dan masyarakatnya. Hal itu harus
dipahami secara bijaksana oleh masyarkaat dan pemerintahan kedua
negara.

“Selain pengaruh antar negara, yang menjadi permasalahan bisa seperti


halnya, kegagalan komunikasi antara kedua negara dan masyarakatnya,
misalnya seperti pada permasalahan hubungan antara Indonesia dan
Australia, Australia berpikir seharunya Indonesia bersikap dan bertindak
seperti Australia, dan sebaliknya Indonesia berharap Australia bertindak
seperti Indonesia. inilah permasalah yang bisa saja muncul dikarenakan
tidak adanya rasa saling menghargai dan menjadi antara negara-negara
yang sudah terjalin kerjasama yang cukup baik” jelas dosen HI UGM itu.
(Shidqi)
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/Perdagangan%20Internasional-KIS/
topik6.html#:~:text=Indonesia%20sebagai%20pelaku%20dalam%20kerja%20sama%20ekonomi
%20antarnegara%20dapat%20dibuktikan,pertambangan%2C%20industri%20dan%20bidang%20jasa.

A. Indonesia sebagai Pelopor dan Pendiri Organisasi Kerja Sama


Ekonomi antar negara
Berikut ini contoh peranan Indonesia sebagai pelopor dan sekaligus
pendiri organisasi kerja sama ekonomi antarnegara.

1. Indonesia bersama Malaysia, Brunei Darusalam, Singapura,


Thailand, dan Filipina menandatangani Deklarasi Singapura sebagai
tonggak berdirinya kawasan perdagangan bebas di Asia Tenggara
yang disingkat AFTA.
2. Indonesia bersama Amerika Serikat, Australia, Jepang, Malaysia,
Selandia Baru, Brunei Darusalam, Singapura, Thailand, Filipina,
Korea Selatan, dan Kanada, ikut serta memprakarsai terbentuknya
APEC pada tahun 1993.
3. Indonesia juga memprakarsai hubungan perdagangan bilateral
dengan beberapa negara, seperti dengan Jepang, RRC, Rusia, dan
Kanada.
B. Indonesia sebagai Anggota Aktif Berbagai Organisasi Kerja
Sama Ekonomi Antarnegara
Berikut adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan indonesia sebagai
anggota aktif dalam organisasi kerjasama ekonomi antar negara.
 
1. Aktif menghadiri setiap pertemuan dalam konferensi APEC dan AFTA.
2. Mengikut sertakan menteri atau pejabat setingkat menteri dalam
berbagai konferensi kerja sama ekonomi, baik tingkat regional maupun
internasional.
3. Menyelenggarakan pertemuan tingkat menteri di bidang ekonomi dan
perdagangan di Indonesia.
 
C. Indonesia sebagai Pelaku dalam Kerja Sama Ekonomi
Antarnegara
4. Indonesia sebagai pelaku dalam kerja sama ekonomi antarnegara
dapat dibuktikan dengan adanya kegiatan ekspor-impor yang
dilakukan oleh Indonesia. Contoh kegiatan ekspor dan impor indonesia
adalah:
5. Indonesia mengekspor barang-barang dari kegiatan kehutanan,
pertambangan, industri dan bidang jasa.
 NO  KEGIATAN BARANG EKSPOR
1  Kehutanan Kayu. Rotan
 Tuna, Cakalang, Udang, Bandeng.
2  Pertambangan  Timah, Alumunium, Batu Bara, Tembaga, Emas.
3 Bidang Industri  Semen, Pupuk, Tekstil,  Pakaian Jad
4  Bidang Jasa Indonesia mengirim TKI/ TKW ke malaysia dan negara-negara di timur tengah.
Tabel 1
 NO  JENIS IMPOR BARANG IMPOR
1  barang-barang konsumsi Beras, Terigu, Kacang Kedelai, Buah-buahan, Hasil, Peternakan, Daging, Sus
2 bahan baku  Minyak Bumi, Gas Alam, Hasil Industri Barang-barang elektronik, Bahan Kim
 3  bahan penolong Indonesia biasa mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri.
 4 Bahan Modal  Mesin dan peralatan pabrik
https://indonesiabaik.id/infografis/dampak-ekonomi-presidensi-g20-pada-
indonesia#:~:text=Manfaat%20Ekonomi%20G20&text=Berikut%20ini%20beberapa%20hal
%20yang,domestik%20hingga%20Rp1%2C7%20triliun.

Dampak Ekonomi Presidensi G20


pada Indonesia

Dipublikasikan pada 8 months ago , Redaktur: Andrean W. Finaka, Riset : Rosi


Oktari / Desain : Edy Pang /   View : 14.152

0 Komentar

1/1

<<   Prev     Next   >>

Manfaat Ekonomi G20


Ribuan delegasi dari negara-negara anggota G20 dan tamu undangan akan hadir
secara berkala pada pertemuan-pertemuan di berbagai kota di Indonesia. Lantas,
apa saja manfaat yang didapatkan secara ekonomi bagi Indonesia?
Berikut ini beberapa hal yang menjadi manfaat gelaran G20 tahun 2022:
 Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, gelaran G20 akan
menciptakan kontribusi US$ 533 juta atau sekitar Rp7,4 triliun pada PDB
Indonesia.
 Peningkatan konsumsi domestik hingga Rp1,7 triliun.
 Dari sisi pariwisata, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno
menyebut gelaran G20 akan berkontribusi terhadap proyeksi peningkatan
wisatawan mancanegara hingga 1,8 juta – 3,6 juta dan juga 600 ribu – 700
ribu lapangan kerja baru ditopang kinerja bagus sektor kuliner, fashion, dan
kriya.
 Rangkaian kegiatan G20 di Indonesia akan melibatkan UMKM dan menyerap
tenaga kerja sekitar 33.000 orang.
 Menurut Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, Presidensi G20 juga
akan mendorong investasi pada UMKM dalam negeri, mengingat saat ini 80%
investor global berasal dari negara-negara G20.
 Momentum menunjukkan keberhasilan reformasi struktural, antara lain
dengan UU Cipta Kerja, untuk meningkatkan kepercayaan investor global.
 Indonesia akan berperan dalam mendesain kebijakan pemulihan ekonomi
dunia. Bila perekonomian dunia membaik, maka kita akan menerima dampak
positifnya, salah satunya ekspor yang akan tumbuh tinggi.
https://meaindonesia.ekon.go.id/mea/ (buka aja dah)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) dibentuk untuk


mewujudkan integrasi ekonomi ASEAN, yakni tercapainya wilayah ASEAN yang
aman dengan tingkat dinamika pembangunan yang lebih tinggi dan terintegrasi,
pengentasan masyarakat ASEAN dari kemiskinan,serta pertumbuhan ekonomi
untuk mencapai kemakmuran yang merata dan berkelanjutan. Untuk itu MEA
memiliki empat karakterisik utama, yaitu pasar tunggal dan basis produksi, kawasan
ekonomi yang berdaya saing tinggi, dan kawasan dengan pembangunan ekonomi
yang merata, serta kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global.

5 Karakteristik Masyarakat Ekonomi ASEAN 2025

Kelima karakteristik tersebut termuat dalam Cetak Biru MEA yang ditetapkan pada
Pertemuan ke-38 ASEAN Economic Ministers (AEM) di Kuala Lumpur, Malaysia bulan
Agustus 2006. Cetak Biru MEA memiliki sasaran dan kerangka waktu yang jelas
dalam mengimplementasikan berbagai langkah serta fleksibilitas yang disepakati
sebelumnya untuk mengakomodasi kepentingan seluruh negara anggota ASEAN.
Selanjutnya, pada KTT ke-13 ASEAN di Singapura bulan November 2007 disepakati
peta kebijakan (roadmap) untuk mencapai MEA.

A. Ekonomi yang Terpadu dan Terintegrasi Penuh

Tujuan utama dari karakteristik ini adalah untuk memfasilitasi kelancaran


pergerakan barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja terampil di ASEAN
dalam rangka memperluas jejaring perdagangan dan produksi ASEAN, serta
menciptakan pasar yang lebih terpadu bagi perusahaan dan konsumennya.

B. ASEAN yang Berdaya Saing, Inovatif dan Dinamis


Tujuan dari karakteristik ini adalah memfokuskan pada elemen-elemen yang
berkontribusi pada peningkatan daya saing dan produktivitas kawasan dengan (i)
menerapkan tataran bermain bagi seluruh pelaku usaha melalui kebijakan
persaingan yang efektif; (ii) mengembangkan penciptaan dan perlindungan
pengetahuan; (iii) memperdalam partisipasi ASEAN dalam Rantai Nilai Global (GVC);
dan (iv) memperkuat kerangka regulasi terkait praktek dan koherensi regulasi
secara menyeluruh pada tingkat kawasan. Elemen-elemen utama dari ASEAN yang
berdaya saing, inovatif dan dinamis.

C. Peningkatan Konektivitas dan Kerja Sama Sektoral

Tujuan utama karakteristik ini adalah meningkatkan konektivitas ekonomi dengan


melibatkan berbagai sektor, yaitu transportasi, telekomunikasi dan energi, sejalan
dan mendukung visi dan tujuan Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC) dan
dokumen lanjutannya, serta mengintegrasikan dan bekerjasama lebih lanjut di
sektor-sektor utama yang saling melengkapi upaya yang ada menuju terciptanya
kawasan ekonomi yang terintegrasi dan berkelanjutan, dengan tujuan
memaksimalkan kontribusi dalam meningkatkan daya saing ASEAN secara
menyeluruh dan memperkuat jejaring keras dan lunak di kawasan.

D. ASEAN yang Berdaya Tahan, Inklusif, Berorientasi Pada Rakyat, dan Berpusat
Pada Rakyat

Cetak Biru MEA 2025 berupaya untuk memperkuat karakteristik ketiga dari Cetak
Biru MEA 2015 yaitu “Pembangunan Ekonomi Yang Adil” dengan memperdalam
elemen-elemen yang ada dan menggabungkan elemenelemen penting lainnya.

E. ASEAN yang Global

ASEAN terus membuat kemajuan dalam mengintegrasikan kawasan dengan


ekonomi global melalui FTA dan perjanjian-perjanjian Comprehensive Economic
Partnership (CEP) dengan RRT, Jepang, Republik Korea, India, Australia, dan Selandia
Baru. Negosiasi untuk menyelesaikan Regional Comprehensive Economic
Partnership (RCEP) dan ASEAN-Hong Kong FTA (AHKFTA) juga tengah berlangsung.
FTA/CEP tersebut telah memperkuat posisi ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang
terbuka dan inklusif, serta menjadi dasar bagi ASEAN untuk mempertahankan
sentralitasnya dalam keterlibatan global dan regional, apabila memungkinkan.
Negara anggota ASEAN juga terlibat dalam FTA dan CEP dengan mitra dagang
strategis masing-masing untuk melengkapi FTA/CEP kawasan. 80. Dengan
mengambil manfaat dari keterlibatan ASEAN secara global dan inisiatif integrasi
ekonominya, ASEAN harus mengarahkan integrasi MEA lebih jauh ke dalam
ekonomi global. Melalui keterlibatan tersebut, ASEAN berupaya untuk mendorong
komplementaritas dan keuntungan bersama bagi ASEAN.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

https://kemlu.go.id/portal/id/read/113/halaman_list_lainnya/masyarakat-ekonomi-
asean-mea#:~:text=MEA%202025%20merupakan%20kelanjutan
%20dari,masyarakat%3B%20serta%20ASEAN%20yang%20global.

Latar Belakang

Empat Pilar MEA yaitu :

 Pasar dan basis produksi tunggal;


 Kawasan ekonomi berdaya saing tinggi;
 Kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata dan berkeadilan; dan
 Kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global.

Keempat pilar termuat dalam dokumen Blueprint yang disepakati dalam Pertemuan ke-38 ASEAN


Economic Ministers Meeting (AEM) di Kuala Lumpur pada Agustus 2006.

Pada tahun 2015, negara anggota ASEAN telah menyetujui Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN
2025. Cetak Biru MEA 2025 akan terbangun di atas Cetak Biru MEA 2015 yang terdiri dari lima
karakteristik yang saling terkait dan saling menguatkan, yaitu:

(a) ekonomi yang terpadu dan terintegrasi penuh;

(b) ASEAN yang berdaya saing, inovatif, dan dinamis;

(c) Peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral;

(d) ASEAN yang tangguh, inklusif, serta berorientasi dan berpusat pada masyarakat; dan

(e) ASEAN yang global. MEA 2015 bertujuan meningkatkan kesejahteraan ASEAN yang memiliki
karakteristik sebagai pasar dan basis produksi tunggal, kawasan ASEAN yang lebih dinamis dan berdaya
saing, memiliki pembangunan yang setara, serta mempercepat keterpaduan ekonomi di kawasan ASEAN
dan dengan kawasan di luar ASEAN.
Untuk mengimplementasikan Blueprint MEA 2015, ditentukan scorecard yang
berisikan deliverables yaitu:

 611 langkah aksi kategori Full Scorecard


 506 langkah aksi kategori Focused Base

Per 31 Desember 2017, tercatat 72 dari 118 prioritas (61%) implementasi MEA di tahun 2017 telah
berhasil diimplementasikan. Dari 46 prioritas yang belum diimplementasi, 12 di antaranya telah
diimplementasi oleh beberapa negara anggota ASEAN. Adapun Indonesia sejauh ini telah
mengimplementasikan 85 dari 118 prioritas tersebut.

MEA 2025 merupakan kelanjutan dari MEA 2015, dan bertujuan untuk membuat ekonomi ASEAN
semakin terintegrasi dan kohesif; berdaya saing dan dinamis; peningkatan konektivitas dan kerja sama
sektoral; tangguh, inklusif, berorientasi serta berpusat pada masyarakat; serta ASEAN yang global.

Cakupan kerja sama ekonomi ASEAN : Kerja sama ekonomi ASEAN mencakup bidang perindustrian,
perdagangan, investasi, jasa dan transportasi, telekomunikasi, pariwisata, serta keuangan. Selain itu, kerja
sama ini mencakup bidang pertanian dan kehutanan, energi dan mineral, serta usaha mikro kecil dan
menengah (UMKM). Dapat kita lihat profil perekonomian ASEAN sebagai berikut:

a. Negara ASEAN kaya akan komoditas sumber daya alam berupa energi, mineral dan tanaman
pangan;
b. Jumlah penduduk ASEAN yang besar, yaitu 632 Juta Jiwa (2015), mayoritas adalah usia
produktif;
c. Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN relatif tinggi, rata-rata 5% - 6% per tahun. Untuk
mendorong kesetaraan pembangunan antarnegara anggota (narrowing the development gap),
ASEAN memiliki Initiative for ASEAN Integration (IAI) atau Inisiatif Integrasi ASEAN (IIA). IIA
bertujuan menciptakan pembangunan merata antara ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia,
Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) dengan CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan
Vietnam).

 Pelaksanaan Initiative for ASEAN Integration: Initiative for ASEAN Integration dilaksanakan


dalam bentuk, proyek pelatihan peningkatan kapasitas, bantuan pembangunan lembaga, saran
kebijakan, dan studi kelayakan.
 Pendanaan proyek Initiative for ASEAN Integration: Pelaksanaan proyek pada umumnya
mendapat pendanaan dari ASEAN-6, mitra wicara, atau lembaga internasional dalam rangka IIA
serta secara bilateral.
 Proyek-proyek Initiative for ASEAN Integration: Pada awalnya proyek Initiative for ASEAN
Integration dilaksanakan di bidang ekonomi seperti, pembangunan infrastruktur, SDM,
peningkatan kapasitas integrasi kawasan, energi, iklim investasi, pariwisata, pengentasan
masyarakat miskin, dan peningkatan kualitas hidup. Dalam perkembangannya, proyek IIA
diperluas mencakup bidang politik-keamanan dan sosial budaya.

Di samping itu, atas usulan Indonesia, ASEAN telah menyetujui ASEAN Framework on


Equitable Economic Development (AFEED) atau Kerangka Kerja ASEAN mengenai
Pembangunan Ekonomi yang Setara. Kerangka kerja tersebut mengedepankan upaya, antara lain,
pengurangan kesenjangan pembangunan, penguatan kualitas sumber daya manusia, peningkatan
kesejahteraan sosial, pengembangan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), dan partisipasi
yang lebih luas dalam proses integrasi ASEAN.

Isu-Isu yang dibahas di Pilar Ekonomi ASEAN 

1. Perdagangan ASEAN
 a.    Perdagangan Barang ASEAN 

o Liberalisasi perdagangan ASEAN dimulai sejak terbentuknya ASEAN Free Trade


Area (AFTA) pada tahun 1992. Untuk memfasilitasi perdagangan yang lebih lancar,
disahkan ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) pada Februari 2009. ASEAN
secara keseluruhan telah mengeliminasi 96,01% pos tarif.
o Negosiasi perdagangan barang ASEAN dilakukan dalam Coordinating Committee on
ATIGA (CCA). CCA membahas isu-isu terkait praktik perdagangan barang oleh tiap
negara anggota ASEAN dan kesesuaiannya dengan ATIGA, seperti isu transposisi
tarif, non-tariff measures (NTMs), dan rules of origin(ROO).
o AEC 2025 Trade Facilitation Strategic ActionPlan (ATF-SAP) telah diadopsi
pada 31st AFTA Council Meeting di bulan September 2017, dengan tujuan untuk
merealisasikan target dari mandat AEM yaitu pengurangan biaya transaksi perdagangan
sebesar 10% di tahun 2020, dan menggandakan jumlah perdagangan intra-ASEAN antara
tahun 2017 dan 2025.
o Untuk memfasilitasi perdagangan di kawasan, ASEAN telah meluncurkan ASEAN
Solutions for Investments, Services, and Trade (ASSIST) yang dapat digunakan secara
langsung oleh pelaku usaha untuk menyampaikan keluhan atas Non-Tariff
Barriers (NTB) maupun kendala lain yang dihadapi ketika melakukan hubungan bisnis
dengan AMS lainnya.
o ASEAN juga memiliki ASEAN Trade Repository (ATR) yang mengkompilasi National
Trade Repository masing-masing A
o MS. ATR ini berisikan kebijakan dan regulasi AMS terkait perdagangan barang. ASEAN
juga telah meluncurkan Tariff Finder yang merupakan mekanisme online untuk
mendapatkan informasi terkait preferensi tarif yang masuk dalam skema ATIGA maupun
ASEAN+1 Free Trade Agreement (FTA).
o Untuk ASEAN Single Window, sejak 1 Januari 2018, 5 (lima) negara AMS yaitu
Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam telah melaksanakan Live
Operation e-Form D. Diharapkan agar AMS lain yang belum bergabung dapat
mempercepat penyelesaian proses internalnya agar dapat segera bergabung sehingga
ASEAN dapat segera mengimplementasikannya secara penuh.
o Strategic Action Plan (SAP) Trade in Goods (TIG) mengandung outcome untuk
meliberalisasi tarif yang belum 0%, berdampak pada produk minuman beralkohol yang
masih Indonesia taruh dalam General Exclusion List(GEL) dan produk beras dan gula
dalam Highly Sensitive List (HSL). Terdapat keinginan para negara anggota ASEAN
untuk review ATIGA guna mengakomodasi MEA 2025.

b.    Perdagangan Jasa ASEAN

o Dalam upaya meningkatkan kerja sama ekonomi melalui liberalisasi perdagangan di


bidang jasa, negara-negara ASEAN telah menyepakati dan mengesahkan ASEAN
Framework Agreement on Services (AFAS) pada tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok,
Thailand. Sejak disepakatinya AFAS pada tahun 1995, liberalisasi jasa dilakukan melalui
negosiasi ditingkat Coordinating Committee on Services (CCS) dalam bentuk paket.
o Saat ini perundingan perdagangan jasa telah memasuki ASEAN Framework Agreement on
Services (AFAS) Package 10. Sementara itu, khusus untuk jasa keuangan dan transportasi
udara negosiasinya dilakukan di tingkat Menteri terkait lainnya (Menteri Perhubungan
dan Menteri Keuangan). Perundingan liberalisasi jasa keuangan sedang menegosiasikan
AFAS 8 sementara jasa transportasi sudah menandatangani AFAS ke-10.Perundingan
liberalisasi perdagangan jasa ASEAN digunakan pendekatan positif.
o Dengan demikian, sektor jasa yang dibuka terbatas pada sektor-sektor yang
dikomitmenkan setiap negara. Sektor yang dibuka setiap negara dicantumkan
dalam Schedule of Commitment (SOC).
o Hingga Desember 2017, sudah 5 (lima) negara yang telah memenuhi Paket ke-10 AFAS
yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Myanmar, Singapura dan Thailand.
2.    PerpindahanTenaga Kerja Terampil

o Pergerakan tenaga kerja terampil di ASEAN diatur melalui Mutual Recognition


Agreement (MRA). ASEAN saat ini telah memiliki 8 (delapan) MRA yakni untuk profesi
insinyur, arsitek, surveyor, dokter umum, dokter gigi, perwawat, jasa pariwisata dan
akuntan.
o ASEAN juga mengatur pergerakan tenaga kerja profesional lainnya melalui
penandatanganan ASEAN Agreement on the Movement of Natural Persons(MNP) pada
November 2012. Kesepakatan ini memberikan jaminan hak dan aturan tambahan yang
sudah diatur di AFAS tentang MNP dan juga memfasilitasi MNP dalam menjalankan
pergdangan dalam jasa dan investasi.

3.    Investasi

o Kerja sama investasi dipandu oleh ASEAN Comprehensive Investment Agreement


(ACIA) yang telah berlaku (entry into force/EIF) mulai tanggal 29 Maret 2012. Tujuan
utama yang hendak dicapai adalah menciptakan kawasan investasi ASEAN yang liberal
dan transparan sehingga dapat meningkatkan arus investasi ke kawasan. Indonesia telah
meratifikasi ACIA tanggal 8 Agustus 2011 melalui Perpres No. 49 Tahun 2011 tentang
Pengesahan ASEAN Comprehensive Investment Agreement
o ACIA memuat empat pilar kerja sama investasi ASEAN, yakni liberalisasi, proteksi,
fasilitasi, dan promosi. Prinsip utamanya adalah keterbukaan/transparansi, perlakuan yang
sama, dan international best practices.
o Forum kerja sama investasi di ASEAN berada di bawah ASEAN Investment
Area(AIA) Council yang merupakan Ministerial Body yang berada dibawah koordinasi
ASEAN Economic Ministers yang bertanggung jawab untuk mengawal implementsi
ACIA. Dalam melaksanakan tugasnya AIA dibantu oleh Coordinating Committee on
Investment (CCI).
o Negara-negara ASEAN 6 (Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand)
tetap menjadi sumber utama dalam intra - ASEAN FDI, dengan rata - rata share sebesar
97.6% sejak tahun 2008-2016. Coordinating Commitee on Investment (CCI) telah
menyusun Protocol to Amend ACIA. Indonesia dalam hal ini, telah meratifikasi Protocol
to Amend ACIA tersebut pada tanggal 12 Agustus 2015 melalui Perpres No. 92 Tahun
2015 tentang Pengesahan Protocol to Amend ACIA.
o Empat prioritas capaian CCI untuk dapat disepakati oleh kepala negara ASEAN pada
Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN (KTT ASEAN) tahun 2017 yaitu: (i) penyelesaian
penandatangan the Second Protocol to Amend ACIA oleh seluruh negara ASEAN, (ii)
penyelesaian ketentuan the Third Protocol to Amend the ACIAkhususnya oleh Thailand,
(iii) menyelenggarakan Regional Forum on Investment Disputes, Resolution, and
Prevention, serta (iv) Focused and Strategic (FAST) Action Agenda on Investment.

4.    Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC)

Untuk meningkatkan konektivitas antarnegara anggota, ASEAN telah menyusun Master Plan on


ASEAN Connectivity (MPAC) atau Rencana Induk Konektivitas ASEAN (RIKA) yang berisikan
berbagai proyek dan program pengembangan infrastruktur, kelembagaan, dan hubungan antar
masyarakat negara anggota. ASEAN juga membentuk ASEAN Infrastructure
Fund (AIF) atau Dana Infrastruktur ASEAN (DIA) untuk menunjang konektivitas antar negara
anggota ASEAN.

5.    RegionalComprehensive Economic Partnership (RCEP)

o Pada KTT ASEAN ke-19 tahun 2011 saat Keketuaan Indonesia, para Pemimpin


ASEAN sepakat untuk mengkonsolidasikan perjanjian ASEAN Free Trade Agreement +
1 (FTA +1) yang telah ada dan membentuk Regional Comprehensive Economic
Partnership (RCEP).
o RCEP memiliki arti penting untuk mendukung laju pertumbuhan ekonomi di kawasan
melalui integrasi Free Trade Agreements ASEAN yang telah ada. RCEP akan mencakup
3,4 milyar penduduk dunia (48%), PDB USD 21,7 trilyun (29% PDB dunia), dan total
ekspor USD 5,1 trilyun (29% ekspor dunia).
o Cakupan RCEP antara lain meliputi Trade in Goods (TIG), Trade in
Services (TIS), Investment, Economic and Technical Cooperation (ETC), Intellectual
Property (IP), Competition, Legal and Institutional Issue (LII), E-
Commerce, SME, Government Procurement, dan Movement of Natural Persons (MNP).
o Perundingan RCEP telah memasuki putaran ke-21 di Yogyakarta, Indonesia pada tanggal
5-9 Februari 2018. Dari 18 chapter yang direncanakan, perundingan baru berhasil
menyelesaikan 2 chapter yaitu mengenai Economic and Technical
Cooperation (ECOTECH) pada putaran ke-15 di Tianjin, Oktober 2016
dan chapter mengenai Small and Medium Enterprises (SMEs) pada putaran ke-16 di
Banten, Desember 2016.

6.    Pariwisata

o Kerja sama ASEAN di bidang pariwisata diatur dalam ASEAN Tourism Strategic


Plan (ATSP) 2016 - 2025. ATSP mengusung visi ASEAN as single destination,
dengan tagline “One Community Towards Sustainability".
o Indonesia telah meratifikasi Agreement on the Establishment of the ASEAN Regional
Secretariat on the Implementation of MRA TP melui Perpres Nomor 61 Tahun 2017.
Sebagai tindak lanjut Agreement tersebut, saat ini rancanganHost Country Agreement
(HCA) yang disusun oleh Indonesia, selaku tuan rumah, masih dinegosiasikan
dengan Regional Secretariat yang diwakili oleh negara ASEAN sebagai Governing
Council. Per negosiasi terakhir pada Desember 2017 di Nay Pyi Taw, HCA disepakati
tidak memuat pasal tentang tax exemption dan privilieges and immunities bagi Regional
Secretariat dan pejabatnya. Negosiasi HCA masih berlanjut di tahun 2018.

7.    KerjaSama Ekonomi ASEAN dengan Mitra Eksternal

ASEAN memiliki kerja sama ekonomi dengan pihak eksternal yang diwujudkan dalam
ASEAN+1 Free Trade Area Partners (AFPs), yakni perdagangan bebas dengan Tiongkok (RRT),
Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru, serta India.  Sedangkan FTA antara ASEAN
dan Hong Kong telah selesai dinegosiasikan pada tahun 2017.

8.    UMKM

Sejak tahun 2016, Kementerian Koperasi dan UKM bertindak sebagai focal point dalam kerja
sama ASEAN Coordinating Committee on Micro, Small, and Medium Enterprises
(ACCMSME). Forum kerja sama tersebut menjembatani sinergi dan integrasi program-program
kerja di level ASEAN dengan program kerja nasional, khusunya dalam pengembangan UMKM.
Partisipasi Kementerian Koperasi dan UKM dalam ACCMSME diwujudkan melalui   
keterlibatan  dalam   kegiatan   dan  program-program pengembangan UMKM yang
diimplementasikan di negara anggota ASEAN, yang mengacu pada Rencana Aksi Strategis
Pengembangan UMKM ASEAN (Strategic Action Plan on SMEs Development).

ASEAN SME Online Academy

Pada tahun 2016 ASEAN telah meluncurkan ASEAN SME Academy (www.asean-sme-


ademy.org),    sebuah    website yang berisi pelatihan online yang diperuntukkan bagi UKM
khususnya di kawasan ASEAN. Tujuan dari pembentukan website ini adalah
sebagai platform untuk meningkatkan kemampuan UKM dalam mendapatkan akses keuangan,
akses pasar, dan informasi mengenai teknologi dan inovasi, dengan harapan dapat dimanfaatkan
secara langsung oleh UKM. ASEAN SME Academy menyediakan 50 jenis pelatihan yang
ditawarkan dari 500 perusahaan dan anggota US-ASEAN Business Alliance for Competitive SMEs.
Terdapat juga sebanyak 350 links yang berisi informasi bisnis yang relevan  dengan  kebutuhan
UKM,  seperti  informasi  akses  keuangan,  program- program perusahaan dan jaringan yang
dapat diakses secara langsung oleh UKM.

Sebagai salah satu upaya dalam mempromosikan dan menyebarluaskan informasi mengenai
ASEAN SME Academy, ASEAN telah menyelenggarakan Training of Facilitators (ToF)  pada
tahun 2016 di sejumlah negara ASEAN, termasuk Indonesia. Pelatihan  tersebut  dilaksanakan
pada  tanggal 26-27  Oktober  2016  bertempat  di Jakarta, dan dihadiri oleh sebanyak 30
fasilitator, termasuk di antaranya pendamping Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT). Para
peserta pelatihan dipilih dan dikoordinir oleh Kementerian Koperasi dan UKM, sebagai focal
point ASEAN Coordinating Committee on Micro, Small, and Medium Enterprises (ACCMSME) di
Indonesia.

Keterlibatan   pendamping   PLUT   dalam   Training   of   Facilitators   (ToF) dimaksudkan   


agar   para   pendamping  PLUT  dapat   menyebarluaskan  informasi mengenai ASEAN SME
Academy kepada para pelaku UKM yang berada di bawah bimbingannya di daerah masing-
masing. Selain itu diharapkan pendamping PLUT mampu membantu dan membimbing UKM
dalam menggunakan dan mengakses ASEAN SME Academy, sehingga UKM dapat memperoleh
wawasan dan keterampilan dalam upaya peningkatan kapasitas UKM melalui ASEAN SME
Academy.

Agar lebih memudahkan dalam penggunaan ASEAN SME Academy, ASEAN dan US- ACTI
telah meluncurkan booklet, yang berisi panduan dalam mengakases ASEAN SME Academy.
Booklet ini akan disebarluaskan di negara ASEAN dan saat ini telah tersedia dalam Bahasa
Indonesia.

ASEAN SME Service Center (SME Portal)

ASEAN   SME   Service   Center (SME Portal) (www.aseansme.org)merupakan  sebuah  website


yang dibuat  sebagai  portal  layanan  untuk memperluas akses informasi terintegrasi bagi UKM di
ASEAN. Sejak peluncurannya pada tahun 2015, webiste tersebut digunakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan UKM untuk dapat berkembang melalui berbagai layanan yang dapat secara
langsung diakses dan dimanfaatkan oleh UKM. Layanan yang dapat diakses yang tersaji dalam
portal   tersebut   antara   lain   layanan   keuangan,   investasi,   sales   &   marketing, peningkatan
kualitas, research & technology (R&D), science & technology, peningkatan kapasitas, perizinan,
pendaftaran & perizinan, dsb. Selain itu terdapat pula layanan informasi mengenai Free Trade
Area (FTA), konsultasi, pameran, berita, serta layanan dan informasi dan kegiatan lainnya yang
ada di setiap negara anggota ASEAN. Selain itu terdapat direktori yang dapat dimanfaatkan
sebagai media pemasaran produk- produk UKM, di mana para UKM dapat memasarkan
produknya melalui portal tersebut.

ASEAN SME Portal ini tidak hanya dapat dimanfaatkan oleh UKM namun juga bagi pemerintah,
pihak swasta, dan lembaga maupun organisasi lainnya dalam menyeberluaskan informasi
mengenai program, layanan dan kegiatan yang dilakukan yang bermanfaat bagi UKM. Berbagai
jenis layanan dukungan UKM yang dibuat oleh penyedia layanan UKM dimuat dalam suatu laman
yang berisi layanan-layanan yang dapat diakses oleh seluruh UKM dari 10 negara anggota
ASEAN yang telah terdaftar di portal tersebut. UKM yang ingin mengakses layanan dapat
mencari jenis layanan yang sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.

Saat ini ASEAN SME Portal tengah terus dikembangkan agar manfaat dari portal tersebut dapat
lebih dirasakan oleh UKM. Salah satu langkah yang ditempuh oleh Kementerian  Koperasi  dan
UKM  dalam hal  ini  Deputi Bidang Produksi  dan Pemasaran adalah dengan melakukan
koordinasi dan sosialisasi bersama stakeholder terkait agar informasi mengenai website tersebut
dapat disebarluaskan sehinggga kebermanfaatannya oleh UKM dapat lebih maksimal.

ASEAN Task Force on Starting a Business

ASEAN Task Force on Starting a Business merupakan satuan tugas yang dibentuk dari kerangka
kerja sama ACCMSME, di mana anggotanya terdiri dari perwakilan 10 negara anggota ASEAN
(AMS). Tujuan pembentukan task force ini adalah untuk membantu optimalisasi perizinan
berusaha di negara ASEAN. Setiap tahunnya, anggota task force berkumpul untuk melakukan
pertemuan di mana dilakukan pembahasan mengenai progres dari implementasi workplan task
force dan sharing best practice serta update terkini mengenai kebijakan maupun program
pendaftaran usaha di masing-masing AMS.

Pada  tahun  ini,  pertemuan  3rd   ASEAN  Task  Force  on  Starting  a  Business dilaksanakan di
Luang Prabang, Laos. Dalam pertemuan tersebut, Deputi Bdang Produksi dan Pemasaran,
Kementerian Koperasi dan UKM bertindak sebagai Chair, karena status Indonesia sebagai country
champion pada strategic goal D (Enhance policy regulation and environment) dalam Strategic
Action Plan for SMEs Development. Dalam  pertemuan  tersebut,  delegasi  Indonesia 
memaparkan  best  practice  terkait sistem online single submission, sebagai sebuah sistem
terintegrasi bagi pendaftaran usaha di Indonesia.

Sistem ini dibuat dalam rangka tindak lanjut dari Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017
tentang percepatan prosedur perizinan berusaha yang sudah diberlakukan di Indonesia. Sistem
terintegrasi ini nantinya diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam rangka mencapai
target workplan task force 2025 yaitu Single Identification Number, yang merupakan sistem
identifikasi penomoran tunggal bagi pelaku usaha di ASEAN.

Pertemuan 5th ASEAN Coordinating Committee on Micro, Small, and Medium Enterprises


(ACCMSME)

Pertemuan ACCMSME merupakan pertemuan regional komite UMKM yang beranggotakan 10


negara ASEAN. Pertemuan tersebut dilaksanakan dua kali dalam setahun, di mana dilakukan
pembahasan mengenai isu-isu strategis UMKM dan program-program ASEAN terkait UMKM,
serta progres kerja sama dan kemitraan ASEAN dengan organisasi lainnya. Beberapa pokok
pembahasan yang penting antara lain sebagai berikut:

a.     ASEAN SME Policy Index (ASPI) 2018

ASPI  2018  merupakan  program  kerja  sama  ASEAN  -  OECD  yang  sudah berjalan sejak
tahun 2017, di mana sesuai dengan yang disepakati dalam ACCMSME, OECD selaku organisasi
mitra melakukan penilaian terhadap kebijakan UMKM di seluruh AMS. Penilaian kebijakan ini
sebagai kajian yang bertujuan untuk menggambarkan indeks kebijakan UMKM dan memberikan
rekomendasi bagi pemerintah dalam menyusun dan mengimplementasikan kebijakan. Pada tahun
2018 Indonesia mendapatkan skor indeks sebesar 4,11 dan berada di peringkat ke-4, setelah
Singapura, Malaysia, dan Thailand. Saat ini OECD tengah menyusun laporan akhirnya di mana
nantinya hasil resminya akan  dipublikasi  pada  akhir  tahun 2018  dan akan  disosialisasikan
melalui workshop yang dihadiri oleh sejumlah K/L terkait yang memiliki kebijakan
pengembangan UMKM dan terlibat dalam penyusunan ASPI 2018.

b.     Indonesia Policy Review on SME and Entrepreneurship


Indonesia Policy Review on SME and Entrepreneurship, sebuah program reviu kebijakan
pengembangan UMKM dan kewirausahaan di Indonesia yang merupakan bagian dari kerangka
kerja sama ASEAN-OECD.

Reviu dilakukan terhadap seluruh aspek kebijakan mulai dari karakteristik definisi, ketersediaan
data, program nasional, kerangka strategi dan koordinasi antar KL serta antar pemerintah pusat
dan daerah, kondisi lingkungan bisnis (perijinan usaha, kebijakan keuangan, pembiaayan,
perpajakan, dan sebagainya), Business Development Services, serta dimensi lokal pengembangan
UMKM dan Kewirausahaan di Indonesia.

Reviu tersebut bertujuan untuk mendapatkan gambaran utuh bagaimana pemerintah Indonesia
mengelola potensi UMKM dan kewirausahaan yang ada, yang selama ini terbukti tangguh
menopang perekonomian bangsa. Selain itu, reviu juga bertujuan untuk menghasilkan
rekomendasi perbaikan arah kebijakan nasional pengembangan UMKM dan kewirausahaan,
sehingga kebijakan pemerintah dapat lebih berdampak pada meningkatnya daya saing UMKM dan
wirausaha Indonesia. Dalam prosesnya, Indonesia Policy Review on SME and Entrepreneurship
telah melibatkan 24 K/L,  Pemerintah  Daerah,  perwakilan  pelaku  usaha,  sektor  swasta,  dan
akademisi.

Saat ini draft laporan hasil reviu sedang dibahas dalam pertemuan Working Party on SMEs and
Entrepreneurship di Paris dalam, di mana turut hadir dalam pertemuan tersebut delegasi Indonesia
perwakilan dari Kementerian Koperasi dan UKM. Setelah draft laporan dibahas dan diberikan
masukan maupun tanggapan dalam sidang tersebut,   OECD akan segera menyusun laporan
akhirnya untuk dapat segera dipublikasikan akhir tahun 2018.

c.     ASEAN Business Incubator Network (ABINeT) Project

ASEAN Business Incubator Network (ABINeT) Project merupakan project yang lahir dari kerja
sama ASEAN dan Jepang, dengan sumber pendanaan bersal dari JAIF.  Tujuan utama dari project
ini adalah mengembangkan pusat-pusat inkubator bisnis dan teknologi untuk peningkatan
kapasitas dan daya saing UMKM di ASEAN.

Project ini akan dimulai pada pertengahan tahun 2018 sampai 2020, di mana Deputi Bidang
Produksi dan Pemasaran, Kementerian Koperasi  dan  UKM  bertindak sebagai project
proponent  dengan menggandeng Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI) dalam implementasi
project tersebut. 

Program yang akan dilaksanakan dalam project tersebut antara lain: (1) Implementasi ASEAN
model business incubation, (2) Pengembangan  database informasi (3) Menyelenggarakan
business matching bagi UKM yang diinkubasi, (4) Melaksanakan  program  co-incubation
ASEAN,  (5)  Mengadopsi program virtual business incubation, dan (6) Mengidentifikasi
pakar/ahli inkubator UKM yang dapat dimanfaatkan oleh inkubator ASEAN.

Dengan adanya project ini diharapan dapat lebih mengembangkan dan mengoptimalkan peran dan
fungsi inkubator bisnis dalam menjalankan program inkubasi bagi UKM, yang nantinya akan
berdampak pada peningkatan kapasitas dan daya saing UKM yang lebih tinggi di ASEAN dalam
rangka menuju ASEAN Economic Community.

d.     ASEAN Mentorship for Entrepreneurs Network (AMEN)

ASEAN Mentorship for Entrepreneurs Network (AMEN) merupakan program jaringan mentor


bisnis ASEAN yang melibatkan private sector dan pemerintah diinisiasi  oleh Filipina. Project  ini 
direncanakan dimulai  pada pertengahan tahun 2018 dan akan diimplementasikan di seluruh AMS.
Project ini bertujuan untuk  meningkatan kapasitas UMKM  melalui  program  capacity
building dengan bimbingan dari sejumlah mentor UKM dari ASEAN.
Program mentorship ini tidak hanya diharapkan untuk dapat mencetak mentor UKM yang handal
dan berkualifikasi namun juga dapat membuka kesempatan bagi UMKM untuk  mendapatkan 
akses  terhadap  pasar  global dan menjalin business networking di antara UMKM di ASEAN.

e.Future of ASEAN-50 Success Stories of Digitalized MSMEs

Sebagaimana telah disepakati dalam Sidang 5th ACCMSME bahwa ASEAN akan kembali
bekerja sama dengan Jepang dalam menyusun buku success story UKM
ASEAN. Penyusunan Future of ASEAN 50 Success Stories of Digitalised MSMEs kali ini akan
memuat profil dari 50 UKM di ASEAN yang telah sukses, terutama bagi UKM digital dan start-
up, yang telah memanfaatkan teknologi sebagai basis menjalankan usahanya.

Sebagai langkah awal penyusunan, Kementerian Koperasi dan UKM selaku focal


point ACCMSME  ditugaskan  untuk  mengusulkan  sejumlah  UKM Indonesia  yang telah
memanfaatkan platform digital untuk dapat dimuat dalam daftar success story tersebut. Apabila
ada UKM yang ingin berpartisipasi untuk dimasukkan ke dalam profil 50 UKM ASEAN tersebut
dapat mengisi profil UKM melalui form di link berikut bit.ly/50SSDigitalisedMSME-ID untuk
selanjutnya diseleksi dan diproses oleh Kementerian Koperasi dan UKM c.q. Deputi Bidang
Produksi dan Pemasaran.

Anda mungkin juga menyukai