SOSIAL
Oleh
Siti Khadijah
Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi
Fakultas Komunikasi, Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45” Bekasi
Abstract
Sebagain besar publik, terutama sama sakali subsidi baik pada BBM,
pemerintahan negara-negara di Dunia listrik, pendidikan, sampai kesehatan.
Ketiga masih memandang IMF sebagai Alasan yang banyak digunakan
lembaga dengan wajah yang pemerintah sebagai justifikasi
manusiawi, seperti yang dinyatakan dijualnya BUMN tersebut adalah
bahwa IMF ”turut serta dalam upaya karena tidak efesien dan banyaknya
mengentaskan kemiskinan”. Tetapi kebocoran-kebocoran dalam BUMN
dalam kenyataannya, IMF lebih sukses tersebut. Yang menjadi pertanyaan
berperan dalam menciptakan adalah apakah menjual aset-aset negara
kemiskinan negara-negara yang sedang tersebut merupakan satu-satunya jalan
berkembang, daripada mengatasi untuk memperbaikinya rumah yang
kemiskinan yang mereka derita (ZA. rusak, catnya sudah pudar dan
maulani, 2003: 190). lantainya sudah pada bolong, diobati
Salah satu program yang dengan menjual rumah tersebut? Selain
dipaksakan IMF kepada Indonesia itu, privatisasi tidak menjamin
adalah privatisasi. Kalau diamati hilangnya penyakit tersebut. Alasan
secara seksama, sistem ini menetapkan yang sebenarnya adalah untuk
peran negara di bidang ekonomi hanya membayar utang yang semakin
terbatas pada pengawasan pelaku membebani APBN akibat utang
ekonomi dan penegakan hukum. kepada IMF, mengingat volume utang
Privatisasi menetapkan bahwa jika luar negeri Indonesia yang berjumlah
sektor publik dibebaskan dalam sekitar US$ 150 Miliar.
melakukan usaha, investasi dan Privatisasi yang dilakukan
inovasi, maka pertumbuhan ekonomi pemerintah akan menimbulkan
dan kesejahteraan rakyat meningkat. beberapa dampak negatif sebagai
namun, pada kenyataannya privatisasi berikut:
merupakan cara IMF untuk merampok 1. Aset-aset penting suatu negara
negara berkembang yang kaya untuk akan terkonsentrasi pada segelintir
membayar utang kepada IMF, maka individu atau perusahaan yang
cara yang paling gampang adalah memilki modal besar serta
menjual aset-aset negara melalui kecanggihan manajemen,
privatisasi. Cara lainnya adalah teknologi, dan strategi.
dengan mengurangi bahkan mencabut 2. Pemerintah menjadi lemah.
Sebaliknya posisi swasta menjadi
Jurnal Makna, Volume 4, Nomor 2, Sept 2013 – Feb 2014
kuat. Hal ini memungkinkan pihak lekat dengan pengelolaan aspek
swasta mampu mempengaruhi moneter selama krisis, tidak
kebijakan pemerintah. setuju. Buku terbarunya, IMF:
3. Negara-negara berkembang akan Penanganan Krisis
menjadi terbuka bagi masuknya dan Indonesia pasca-IMF (IMF-PKIP),
investor asing, baik perorangan menolak analisis dangkal, hitam-putih,
maupun perusahaan. Kondisi ini tentang peran ekonomi IMF yang
pada gilirannya akan kerap dimunculkan politisi maupun
mengakibatkan kebergantungan media massa. Cyrillus memang dekat
pada pihak asing. dengan penanganan krisis IMF di
4. Pengalihan kepemilikan khususnya Indonesia. Antara tahun 1998-2000,
di sektor pertanian dan industri. ketika Indonesia di dasar jurang krisis,
Investor dalam sistem kapital ia ditunjuk menjadi direktur eksekutif
cenderung beranggapan bahwa pengganti (alternate executive
efesiensi akan mudah dicapai director) mewakili kawasan Asia
dengan teknologi padat modal dan Tenggara dalam Dewan Direksi IMF.
bukan teknologi padat karya. Sebelumnya pun ia telah lebih dari dua
5. Negara tidak sanggup lagi puluh tahun berkiprah di pemerintahan,
melaksanakan banyak baik di BI maupun Departemen
tanggungjawab yang dipikulnya Perdagangan.
karena negara telah kehilangan Cyrillus Harinowo menolak
sumber-sumber pendapatanya. anggapan bahwa peran IMF
Dari fakta-fakta yang tersaji, sepenuhnya buruk. Walaupun tidak
ketika kita tetap mempertahankan mengecilkan ’kesalahan fatal IMF
hubungan dengan IMF, sungguh akan menutup 16 bank, tindakannya
membawa dampak dan resiko untuk kemudian yang all-out membantu
pertumbuhan ekonomi Indonesia. upaya keluar krisis, mencegah
Indonesia akan tetap menjadi negara kehancuran total sistem keuangan
boneka dan akan dibuat semakin Indonesia, serta mengembalikan
bergantung terus menerus dalam stabilitas ekonomi. Setidaknya, dalam
menentukan hidupnya sendiri. Jika hal dua hal, peran penting IMF
ini dibiarkan semakin larut, kemudian menyelamatkan perekonomian tidak
Indonesia akan mati perlahan-lahan. muncul di media massa. Pertama,
Meskipun banyak fakta-fakta dalam Program Penjaminan Simpanan,
yang menunjukan kegagalan IMF di salah satu upaya yang berhasil
Indonesia, ada juga pakar yang mencegah total meltdown sistem
berpendapat bahwa keberadaan IMF di perbankan. Peran bantuan teknis IMF
Indonesia tidak sepenuhnya buruk. besar dalam desain maupun promosi
Cyrillus Harinowo, salah seorang program yang diistilahkan Cyrillus
kandidat dalam pemilihan Gubernur sebagai ’mukjizat’ yang berhasil
Bank Indonesia (BI) 2003 lalu yang membalikkan derasnya arus uang