Pada awal abad ke-19 melalui Perang Dunia 1, ekspansi kolonialisme dan revolusi
industri terjadi. Negara-negara Eropa membutuhkan bahan mentah yang ditemukan dikoloni,
sehingga perdagangan dan investasi internasional pun turut meluas. Periode ini pun
memunculkan perspektif ekonomi lain yakni radikalisme yang berasal dari tulisan Marxis dan
neo-Marxis. Inti keyakinan yang ditemukan dalam tulisan Marxis dan neo-Marxis adalah
bahwa masyarakat pada dasarnya bersifat konfliktual. Konflik muncul dari persaingan di
antara kelompok-kelompok individu yakni pemilik kekayaan dan pekerja untuk sumber daya
yang langka.
Saat berakhirnya Perang Dunia II, beberapa organisasi antar pemerintah dibentuk
guna mendukung liberalisme ekonomi. Organisasi tersebut seperti World Bank, International
Monetary Fund (IMF), dan World Trade Organization (WTO). Organisasi ini memegang
peran kunci dalam perluasan liberalisme ekonomi. Sistem organisasi ini disebut Bretton
Woods yang memimpin untuk pemulihan pascaperang dan kemakmuran ekonomi yang
didukung oleh hegemoni USA.