Anda di halaman 1dari 20

DAMPAK IMF DI VENEZUELA

Oleh :

Delvalina Tuanger :151080270

Chatarina Novita L. : 151080284

Soraya Hartini Baun :151080265

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL YOGYAKARTA “VETERAN”

FAKULTAS ILMU SOSIAL POLITIK

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 2


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi adalah terminologi yang digunakan oleh para ahli ekonomi, media dan para
politisi untuk mendeskripsikan proses memperkuat ekonomi global yang juga dikenal sebagai
Pasar Bebas atau neo-liberalisme. Globalisasi dimotori oleh beberapa institusi-institusi
ekonomi global seperti World Trade Organization (WTO), World Bank (Bank Dunia) dan
International Monetary Fund (IMF).

Menurut para pengagum Pasar Bebas ini, kemakmuran seluruh publik akan terjadi apabila
pasar dibebaskan dari seluruh tekanan, sehingga para pelaku pasar akan semakin kompetitif
terhadap satu sama lain, yang mana pada akhirnya diharapkan kemakmuran yang didapat
oleh pelaku pasar akan menetes ke bawah (sesuatu yang dalam bahasa ekonomi dikenal
sebagai trickle-drop effect). Kompetisi ini hanya akan sempurna apabila pasar dibuka seluas-
luasnya tanpa ada batasan dan regulasi (termasuk batas negara dan aturan pemerintah yang
menghambat terjadinya proses jual-beli tingkat internasional). Setiap produk yang
diperjualbelikan akan diberi kesempatan untuk bersaing secara bebas di pasaran. Tapi
masalahnya, dalam prakteknya, korporasi-korporasi tersebut di seluruh belahan dunia harus
mencari tempat di mana sumber daya alam dan upah buruhnya adalah yang paling murah;
yang mana seringkali hal tersebut berarti juga relokasi industri-industrilokaldinegara-negara
Dunia Ketiga.

Dibentuk di tahun 1944, World Bank dan IMF memfasilitasi ekonomi global dengan
memberi pinjaman kepada negara-negara Dunia Ketiga sejumlah besar dana dalam mata
uang asing. Biasanya pinjaman tersebut membawa banyak kepentingan lain di belakangnya.
Kepentingan-kepentingan tersebut sangat menguntungkan korporasi-korporasi multinasional
dalam memapankan jalannya memasuki negara-negara Dunia Ketiga dan membuka proyek-
proyeknya yang biasanya selalu merusak lingkungan (seperti industri perhutanan,
pertambangan, pembangunan dam, dll) serta mengeksploitasi penduduk daerah tersebut
sebagai para pekerjanya.

World Bank dan IMF juga bertanggung jawab dalam mengumpulkan dana-dana hutang
negara Dunia Ketiga. Di karenakan hutang yang dimiliki oleh negara-negara tersebut semakin
lama semakin membengkak dan kemungkinan untuk dapat membayarnya semakin kecil,
Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 3
biasanya Negara-negara Dunia Ketiga tersebut tak mampu membayarnya dan harus mencari
pinjaman lain untuk melunasi hutang yang telah ada tersebut. Lingkaran jerat hutang
tersebutlah yang sebenarnya menjauhkan negara-negara Dunia Ketiga dari “kemapanan”
karena demi membayar hutang-hutangnya tersebut, dana yang sebenarnya diperuntukan bagi
kepentingan penduduk harus dikurangi bahkan dihapuskan. Karena hal ini juga, maka negara-
negara Dunia Ketiga terpaksa harus mengikuti syarat yang diberikan oleh negara-negara
donor untuk memperbolehkan korporasi-korporasi multinasional masuk ke negara tersebut dan
dengan bebas beroperasi di sana, termasuk untuk menentukan upah para pekerjanya dan
harga sumber daya alam yang hendak dibelinya.

Sementara WTO, yang semakin mapan, adalah badan institusi internasional yang berhak
untuk menentukan apa yang akan terjadi pada satu negara saat negara tersebut akan menjalin
hubungan dagang dengan negara lainnya. Inilah yang disebut dengan WTO Tribunal. Agenda
WTO adalah meningkatkan terjadinya perdagangan global—yang berarti juga mengurangi
hukum-hukum dagang tiap negara atau apapun yang dianggap menghalangi terjadinya
hubungan dagang. Hambatan dagang ini seperti yang dideskripsikan oleh tiga anggota
Tribunal, dapat diinterpretasikan antara lain hukum kesehatan makanan yang diproduksi,
hukum lingkungan yang melindungi spesies-spesies yang hampir punah, dan juga hukum yang
melindungi HAM. Semua hukum tersebut harus dihapuskan saat dianggap menghalangi
terjadinya proses dagang. Pendeknya, WTO memiliki otoritas sendiri yang lebh kuat dari
otoritas negara manapun dalam menentukan hukum dan undang-undang yang berlaku di
sebuah negara.

Secara esensialnya, WTO dan sistem Pasar Bebas, hanya akan berdampak sangat besar
pada penghancuran lingkungan hidup, pengeksploitasian tenaga kerja dan pelecehkan hak-
hak asasi manusia. Satu-satunya yang menjadi prioritas bagi Globalisasi hanyalah
kepentingan bisnis bagi mereka, korporasi multinasional yang memiliki profit terbesar yang
barang tentu korporasi yang paling kaya. Secara singkatnya, Globalisasi atau Pasar Bebas
adalah juga berarti kebebasan bagi ekonomi itu sendiri—inilah imperialisme gaya baru, inilah
Neoliberalisme.

B. IMF dan Venezuela

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 4


Salah satu organisasi internasional yang bergerak di bidang ekonomi untuk kesejateraan
masyarakat dunia adalah IMF (International Monetary Fund). IMF adalah salah satu organisasi
yang terdiri dari 187 negara, bekerja ubtuk membantu perkembangang kerjasama global
moneter, menyelamatkan stabilitas financial, memfasilitasi perdaganan internasional,
mempromosi tenaga kerja yang tinggi dan mendukung pertumbuhan ekonomi serta
mengurangi angka kemiskinan di dunia1.

Ketika lembaga-lembaga kapitalis diciptakan pada tahun 1970-an di bawah system Brotton
2
, diyakini bahwa struktur ekonomi kapitalis global yang baru akan membantu daerah-daerah
miskin dan membawa manfaat bagi seluruh dunia. Namun meskipun neliberalis menginginkan
lembaga-lembaga keuangan mereka ini memiliki manfaat bagi semua orang, namun kenyataan
berbicara sebaliknya. Fakta kesenjangan antara daerah kaya dan miskin menunjukan bahwa
lembaga neoliberalis ini hanya memiliki manfaat terutama negara-negara kaya barat.

Krisis Venezuela adalah salah satu dampak dari kehadiran lembaga-lembaga keuangan
ini. Secara jelas kita dapat melihat fungsi maupun peran IMF dari pengertian di atas, maka kita
bias menarik kesimpulan bahwa IMF banyak menjalankan fungsinya terutama di negara-
negara berkembang, dan negara-negara miskin dengan membantu pembangunan nasional set
melalui pinjaman yang diberikan, beserta memberi solusi untuk mengatasi krisis yang sedang
melanda suatu negara. Namun, kebanyakan negara berkembang yang tergabung dalam IMF
mereka mempunyai masalah yang sama, yaitu perekonomian yang semakin terpuruk karena
adanya ketergantungan terhadap lembaga moneter internasiona.l Venezuela adalah salah
satu negara yang perekonomian negaranya tergantung pada penghasilan sumber daya
minyak, meskipun ini berjalan Venezuela ada pada bagian penekanan ekonomi oleh negara-
negara maju sejak berada di bawah IMF. Venezuela yang saat itu ada di bawah pemerintahan
Hugo Chavez merasa bahwa dengan bernaung di bawah IMF membawa dampak negatif bagi
ekonomi negaranya, dengan keyakinan Hugo Chavez kemudian memutuskan hubungan
dengan IMF, dan tidak mengikuti arus liberalism, karena dianggapnya membawa ketimpangan
antara kaum borjuis dan rakyat jelata. Peran IMF yang pada awalnya membantu negara-
negara dalam stabilitas fininsial ekonomi domestik beserta pengurangan angka kemiskinan ikut
bergeser.

1
www.imf.org/external/about.html/about imf

2
www.eurodad.org/whatnew/articles.aspx?id=2988

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 5


C. Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh IMF di Venezuela sehingga mengakibatkan Venezuela keluar dari


IMF?

D. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, teori yang digunakan penulis untuk menggali permasalahan ini adalah
Teori Dependensia atau Teori Ketergantungan.

Teori Dependensia sesuai dengan namanya berusaha menjelaskan tentang


ketergantungan. Dalam hubungan ketergantungan tersebut ada dua pihak yang terlibat
yaitu pihak dominan dan pihak bergantung (dependen).

Berkaitan dengan teori-teori Marx adalah teori dependensi yang berargumen bahwa negara-
negara maju, dalam usaha mereka untuk mencapai kekuasaan, menembus negara-negara
berkembang lewat penasihat politik, misionaris, pakar, dan perusahaan multinasional untuk
mengintegrasikan negara-negara berkembang tersebut ke dalam sistem kapitalis
terintegrasi untuk mendapatkan sumber-sumber daya alam dan meningkatkan dependensi
negara-negara berkembang terhadap negara-negara maju. Teori-teori Marxis kurang
mendapatkan perhatian di Amerika Serikat di mana tidak ada partai sosialis yang signifikan.

PEMBAHASAN
Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 6
A. Situasi Politik-Ekonomi Venezuela Sebelum Pemerintahan Chavez

Sejak berakhirnya Perang Dunia II, negara-negara di Amerika Latin mengalami


bermacam-macam gelombang politik yang silih berganti, berawal dari tahun 70-an adanya
gerilya dan muncul merintah-pemerintah yang diktaktor, kemudian pada tahun 80-an
muncul demokrasi, hingga pada tahun 90-an diperkenalkan system neoliberalisme di
negara-negara Amerika Latin, hingga terakhir perkembangan, Amerika Latin bergeser ke
kiri seperti Brazil pada masa pemerintahan Lula da Silva, dan revolusioner yang dilakukan
oleh Hugo Chaves di Venezuela.

Pada tahun 1989 terjadi inflasi di Venezuela, dengan adanya penyesuain terhadap
neoliberalisme. Sebagai salah satu negara yang mengeksport minyak terbesar di dunia
Venezuela harus menanggung resiko. Krisis ekonomi yang melanda Amerika Latin saat itu
menjadikan negara –negara Amerika Latin harus bergantung pada lembaga donor
internasional , atas saran para penasehat ekonomi dan politik mereka. Hal tersebut juga
menandai berakhirnya era State-Led Industrialiazation, Inward-Looking Policy dan ISI yang
selama 20 tahun lebih telah digunakan negara-negara Amerika Latin sebagai model
pembangunannya3. Kehadiran lembaga donor internasional dengan mekanisme Structural
Adjustment Program (SAP)-nya menjadikan negara-negara Amerika Latin membuka diri
terhadap pasar global serta mendorong ekonomi liberalisasi. Secara prinsipal, tujuan
membuka diri ini adalah untuk mendapatkan pertumbuhan yang lebih tinggi agar negara-
negara tersebut dapat membayar utang mereka. Saat pemerintahan Perz dan Caldera,
Venezuela mengalami ekonomi liberalisasi ekonomi yang membawa keterpurukan ekonomi
dalam negeri. Intervensi dari negara asing terutama negara-negara kapitalis yang menjadi
pengontrol lembaga donor internasional dalam politik dan ekonomi negara menyebabkan
terjadi banyak kemerosotan, dengan banyak privatisasi dan korupsi.

InflationinVenezuela
REUTERS
Published: June 20, 1989

3
State Led Industrialization, dan ISI adalah perdagangan dan ekonomi kebijakan didasarkan pada premis bahwa negara harus
berusaha untuk mengurangi ketergantungan asing melalui produksi lokal produk industri. Istilah ini terutama mengacu pada abad ke-20
ekonomi pembangunan kebijakan, meskipun menganjurkan sejak abad ke-18

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 7


LEAD: Inflation in Venezuela will rise by 65 percent to 70 percent this
year, almost double last year’s increase in the cost of living, the Planning
Minister, Miguel Rodriguez, said today. The rate for 1989 so far, 52.7
percent, may slow down in the second half of the year as the
Government’s austerity program takes effect.

Inflation in Venezuela will rise by 65 percent to 70 percent this year,


almost double last year’s increase in the cost of living, the Planning
Minister, Miguel Rodriguez, said today. The rate for 1989 so far, 52.7
percent, may slow down in the second half of the year as the
Government’s austerity program takes effect, Mr. Rodriguez added.
Venezuela, which had one of Latin America’s lowest inflation rates for
many years, saw its cost of living rise by 35.5 percent last year after
increasing 40.3 percent in 1987

B. Kondisi Venezuela di bawah naungan IMF

Keterpurukan ekonomi Venezuela dimulai ketika Carlos Andrés Perez, dilantik sebagai
presiden pada 1989. Saat itu, Perez mewarisi keadaan ekonomi yang carut-marut akibat
korupsi dan salah urus kebijakan warisan pemerintahan Luis Herera Campins. Perez
mengalami masa-masa sulit akibat krisis dan kemudian mengalami jalan buntu dalam
mencari kebijakan dan solusi yang tepat untuk mengatasi krisis tersebut. Keputusasaan
Perez tersebut kemudian di sambut baik oleh IMF. Untuk memulihkan krisis tersebut, Perez
meminta nasihat dan bantuan keuangan kepada IMF. Setelah meminta nasehat dan
bantuan keuangan serta resmi masuk ke dalam IMF, atas saran IMF Perez kemudian
mengumumkan restrukturisasi ekonomi melalui jalan neoliberal.
Pada pertengahan Februari 1989, Dampak dari nasehat yang diberikan oleh IMF
kepada presiden Venezuela tersebut mulai terasa dalam kebijakan-kebijakannya. Perez
meluncurkan serangkaian kebijakan yang meliputi devaluasi mata uang besar-besaran,
peningkatan harga bensin dan transportasi, pemotongan belanja publik, dan pengurangan
subsidi atas sejumlah besar bahan kebutuhan pokok. Selain itu, pemerintahan Perez juga
melaksanakan kebijakan privatisasi terhadap sebagian BUMN yang bergerak di sektor
telekomunikasi, pelabuhan, minyak, baja dan penerbangan. Perez juga meluncurkan
kebijakan berupa pengurangan tenaga kerja di bidang-bidang industri strategis dan
mentransfer kepemilikan kepada investor asing.
Sudah dapat dibaca bahwa kebijakan kapitalis semacam itu membawa dampak buruk
bagi kehidupan ekonomi Venezuela. Perlahan-lahan akibat-akibatnya mulai dirasakan
hampir seluruh rakyat Venezuela. Dari tahun 1989 sampai 1992, rata-rata penduduk

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 8


Venezuela kehilangan lebih dari setengah daya belinya yang nyata. Dalam waktu tiga
tahun masa kekuasaan Perez, sekitar 600 ribu orang berpindah ke kota-kota yang
mengakibatkan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian, petani pedesaan dan tukang kebun
berkurang sebesar 90 persen. Hal ini kemudian berimbas pada sektor pertanian yang
menjadi salah satu komoditas penting bagi kehidupan perdagangan Venezuela. Penduduk-
penduduk kaya yang hanya sekitar 3 % mampu menguasai 76.5 persen lahan pertanian
dipedesaan karena kemampuan financial mereka. Sedangkan 42.9 persen penduduk
miskin hanya memiliki lahan seluas satu persen. Sungguh sebuah ironi dari cita-cita Perez
yang ingin mengurangi krisis dengan menjalin kerjasama bersama IMF.
Makin lama keadaan tersebut tidak mengalami perubahan berarti. Kesulitan hidup yang
menghimpit itu makin lama tak bisa lagi ditanggung terutama oleh kaum miskin Venezuela
yang selalu mendapat tekanan dari kebijakan-kebijakan kapitalis tersebut. Kesabaran
rakyat Venezuela pada akhirnya tak bisa lagi dibendung. Ini ditunjukkan dengan
pemberontakan rakyat pada Februari 1989 yang terkenal dengan nama ”Caracazo”. Situasi
krisis ekonomi menjurus pada depresi berkepanjangan yang dialami rakyat, tingkat
kesenjangan sosial dan ekonomi yang tinggi antara kaya dan miskin, yang kemudian,
akumulasi dari kedua hal tersebut memicu terjadinya konflik sosial politik dalam
masyarakat.
Ironi lain kemudian muncul dalam kehidupan ekonomi Venezuela. Venezuela adalah
negara pengekspor minyak nomor satu di kawasan Amerika Latin dan terbesar kelima di
dunia. Dari tahun 1958 sampai 1999, pendapatan Venezuela dari sektor minyak ini
mencapai US$250 miliar. Dengan pendatapan sebesar itu, tak heran jika 85 persen dari
seluruh penduduk Venezuela yakin bahwa negara mereka adalah salah satu negara
terkaya di dunia. Tetapi kenyataannya mereka semakin miskin. Kontradiksi ini
menyebabkan timbulnya frustasi, kebencian, dan sebagai jalan keluarnya adalah mencari
obat pemunahnya dalam waktu singkat. Berikut datanya :
• Kenyataannya 85 persen penduduk Venezuela hidup di bawah garis kemiskinan,
dimana dalam sepuluh tahun terakhir jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 51
persen. Antara tahun 1975 sampai 2000, jumlah orang miskin bertambah dua kali lipat,
dimana jumlah mereka yang hidup dalam kemiskinan ekstrim bertambah tiga kali lipat.
Demikian juga dalam hal distribusi pendapatan, 20 persen lapisan penduduk terkaya
menerima 84 persen pendapatan rumah tangga, sementara 20 persen penduduk
termiskin menerima hanya tiga persen pada 1999.

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 9


• Dalam sektor tenaga kerja dan perburuhan pun mengalami hal yang sama. Kebijakan-
kebijakan kapitalis tersebut membuat banyak pabrik-pabrik yang ditutup dan tenaga
kerja hidup dengan melarat. Data mencatat, 50 persen jumlah tenaga kerja bekerja
dalam kondisi yang tidak stabil. Sewaktu-waktu mereka bisa terlempar ke dalam sektor
informal yang amat tidak stabil. Pada saat yang sama, 20 persen dari seluruh angkatan
kerja berada dalam situasi menganggur dan hanya 30 persen yang bekerja di sektor
formal. Itu pun pendapatan yang diterimanya tidak cukup untuk memenuhi setengah
dari kebutuhan untuk makan. Jumlah rata-rata tingkat pengangguran pada tahun 1994
sebesar 8.7 persen dan bertambah menjadi 11 persen pada 1998.4

C. Hugo Chavez Menjabat Sebagai Presiden Venezuela

Hugo Rafael Chávez Frías lahir pada tanggal 28 Juli 1954. 5 Juli 1975 lulus dari
Venezuelan Academy of Military Sciences. Setelah lulus dari akademi militer meneruskan
pendidikannya di bidang ilmu politik pada Simón Bolívar University di Caracas, ibukota
Venezuela. Peran penting yang dilakukan Chávez, dimulai ketika ia memimpin sekelompok
perwira menengah di tubuh angkatan darat Venezuela, yang dinamakannya Simón Bolívar
Revolutionary Movement. Kelompok ini kemudian melakukan kudeta bersenjata pada 4
Februari 1992 yang bertujuan menggulingkan presiden Perez, seraya berjanji akan
memulihkan patriotisme dan kepentingan bersama rakyat Venezuela. Kudeta militer
berakhir dengan kegagalan. Chávez pun dijebloskan ke dalama penjara selama dua tahun.
Namun Chavez telah dianggap sebagai seorang pembebas: Sebagai perwira menengah
berusia 38 tahun, kepahlawanan Chávez mulai dikait-kaitkan dengan nama besar pejuang
Venezuela di masa lalu, Simón Bolívar, Simón Rodriguez (guru dan pembimbing Bolivar)
dan Ezequiel Zamora (seorang jenderal di abad ke-19 yang mendistribusikan tanah kepada
para tentara). Setelah dua tahun mendekam dalam penjara, atas permaafan (amnesti) dari
presiden Rafael Caldera, Chávez bersama seluruh tahanan politik dari sipil maupun militer
yang terlibat dalam kudeta yang gagal, diperkenankan menghirup udara bebas. Sementara

4
Hidayatullah Muttaqin, “IMF dan bahaya yang ditimbulkannya”, diakses dari http://jurnal-ekonomi.org/2006/09/09/imf-dan-
bahaya-yang-ditimbulkannya/, pada tanggal 29 oktober 2010 pukul 19.07.

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 10


itu, kondisi ekonomi di masa Caldera tidak menampakkan tanda-tanda membaik. Devaluasi
mata uang yang dilakukan pemerintah telah menyebabkan peningkatan inflasi sebesar
70.8 persen pada 1994. Demikian juga dengan harga dan pertukaran semakin mengalami
tekanan. Di masa Caldera, agenda privatisasi semakin menjadi-jadi: investasi asing
meningkat, harga minyak semakin tinggi – tetapi kemiskinan juga ikut bertambah. Dalam
situasi ini, Chávez yang telah menjelma sebagai tokoh nasional mencalonkan diri sebagai
presiden dalam pemilu Desember 1998. Kini ia menjadi tokoh sentral dimana kekuatan anti
oligarki yang kecil tyerserak-serak dan berpusat pada dirinya.

Berdasarkan pada kegagalan gerakan di masa lalu, Chávez memutuskan terlibat dalam
proses politik demokrasi elektoral untuk merebut kekuasaan politik. Dalam keadaan
dimana tak ada gerakan revolusioner yang kuat, sebuah gerakan politik bersenjata tak
lebih sebagai usaha bunuh diri. Dengan berbendera organisasi Movimento Quinta
República (MVR) atau the Fifth Republic Movement, ia berkeliling ke seluruh negeri
dengan mengusung tema-tema kampanye yang tak bergeser dari gagasan awal ketika
melakukan kudeta pada tahun 1992: The Fifth Republic ini merupakan koalisi dari berbagai
kelompok, yang terutama adalah MAS, Patria Para Todos, and the Communist Party.
Kritisisme terhadap privatisasi besar-besaran dan menjadikan perang melawan korupsi,
baik pada level pemerintahan sipil maupun di dalam tubuh militer, sebagai slogan
utamanya. Selama masa kampanye itu pula, Chávez berulangkali mengatakan bahwa
Venezuela membutuhkan sebuah republik baru dan sebuah gerakan baru yang dibentuk
dengan tujuan melawan segala kebobrokan yang terjadi di masa lalu. Hasil akhir pemilu 6
Desember 1998 menempatkan Chávez sebagai pemenang dengan jumlah suara sebesar
56.2 persen (3,673,685 suara), sebuah kemenagan terbesar yang berhasil diraih seorang
kandidat presiden dalam empat dekade terakhir. Setelah memenangkan kursi
kepresidenan, program pertama Chávez adalah menggelar referendum (referenda) pada
25 April 1999 untuk menyusun sebuah dewan konstituante (Constituent Assembly), yang
dilanjutkan dengan pemilihan anggota konstituante pada 25 Juli 1999. Di bawah Dewan
Konstituante yang baru tersebut, pemerintahan baru ini berhasil mengesahkan sebuah
konstitusi baru yang menjamin dihormatinya hak-hak sosial, politik, ekonomi dan budaya
rakyat Venezuela. Di bawah naungan konstitusi baru ini, Chávez kemudian melakukan
pemilihan presiden, deputi, gubernur dan walikota di seluruh Venezuela pada 30 Juli 2000.
Pemilihan kembali ini bagi Chávez seperti mau menguji dukungan rakyat pada dirinya, dan

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 11


terbukti ia memang kembali terpilih sebagai presiden dengan memenangkan 120 dari 131
kursi dewan.

C.1 Kondisi Ekonomi Venezuela Pada Masa Pemerintahan Hugo Chaves


Saat menjabat sebagai presiden Hugo Chávez segera meluncurkan sejumlah kebijakan
politik untuk mengamankan kekuasaannya. Ada tiga hal yang dilakukannya: pertama,
membangun dukungan dari kelas menengah bawah (lower-middle class) dan organisasi
buruh; kedua, menciptakan dukungan yang bersifat komplementer dari pelaku bisnis yang
berorientasi domestik; dan ketiga, secara politik mengisolasi oligarki pedesaan, perusahaan
asing, dan elite industrial domestik skala besar. Ketiga hal itu dilakukannya mengingat ia
berhadapan dengan krisis ekonomi dan isolasi internasional yang membayang-bayangi
kebijakannya yang antineoliberal.
Ia juga meluncurkan rencana kesejahteraan sosial darurat, yang disebut Project Bolivar
2000, guna membantu sektor-sektor yang sangat miskin. Ia juga mengadopsi ukuran-ukuran
pendidikan yang baik bagi rakyat miskin, misalnya melalui perbaikan gratis pendidikan publik
dan mempromosikan pembangunan Bolivarian Schools (sekolah sehari penuh yang disiapkan
bagi siswa dengan dua kali makan setiap harinya). Namun, kebijakan Chávez ini dituduh
diskriminatif oleh kalangan bisnis monopolistis dan kelompok liberal. Chávez dituduh sebagai
rejim dictator dan antidemokrasi. Chávez dituduh telah membelah-belah masyarakat atas dua
bagian yakni, antara sekelompok kecil elite yang dihadapkan dengan massa. Apalagi Chávez
pernah mengatakan bahwa rakyat (the pueblo) merepresentasikan kebajikan (goodness),
Sementara kalangan atas yakni para elite politik dan bisnis monopolisitis, merepresentasikan
keburukan.
Berdasarkan penilaian-penilaian semacam itu, kalangan oligarki mulai merongrong
kekuasaan Chávez yang dikenal dengan sebutan rejim Bolivarian. Mereka memanfaatkan
seluruh sumberdaya yang dimilikinya antara lain penguasaan terhadap industri minyak milik
negara (Petróleos de Venezuela/PDVSA), penguasaan yang monopolistis atas media,
dukungan finansial yang tidak terbatas, dukungan serikat buruh kuning terutama yang
digalang oleh Confederatión de Trabajadores de Venezuela (CTV), sebagian faksi di dalam
tubuh angkatan bersenjata, dan juga dari pemerintah Amerika Serikat.
Namun, upaya oligarki untuk melakukan kudeta terhadap Chaves tidak terhenti sampai
disitu saja. Selama dua bulan dari tanggal 2 Desember 2002, pemerintahan Chávez kembali
diguncang oleh serangkaian pemogokan besar-besaran yang dikoordinir oleh kalangan bisnis,
yang dipimpin oleh pebisnis dari industri minyak. Tujuan utama dari pemogokan ini adalah

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 12


menghentikan produksi dan distribusi minyak. Akibatnya, Venezuela menghentikan ekspor
minyak harian sebanyak 2,800,000 barel (450,000 m³) dan produk ikutannya seperti bensin
untuk konsumsi domestik.5
Dukungan rakyat terhadap Chaves tidak membuat pemogokan itu berjalan lancar.
Aktivitas negara Venezuela terbukti tak berhenti akibat pemogokan itu. Menurut Marta
Harnecker seorang sejarawan gerakan sosial Amerika Latin asal Kuba, ini merupakan
kegagalan besar kedua yang diderita oleh Oligarki. Selain itu, paska kegagalan kedua ini
industri minyak nasional kini sepenuhnya berada di bawah kontrol pemerintahan Chávez.
Oligarki kemudian berusaha dengan berbagai intrik untuk menggulingkan Chaves pada
pemilihan Presiden pada tahun 2002 namun sama sekali tidak membuahkan hasil karena
ternyata upaya kudeta itu gagal dengan hasil pemilu 59.25 persen sekaligus menempatkan
Hugo Chaves sebagai presiden.

Program-program Hugo Chavez

Keadaan Venezuela saat bergabung bersama IMF membawa Venezuela pada liberalisasi
tetapi perekonomian Venezuela semakin terpuruk, Hugo Chaves dengan kebijakan-kebijakan
ingin merestruktur ekonomi negara ini. Ada dua kebijakan yang bertitik berat pada sector
ekonomi Venezuela :

a. MemberdayakanKoperasiSebagaiSokoguruEkonomiRakyat

Pertama, defisit anggaran untuk merangsang permintaan domestik; kedua, meningkatkan


upah nominal plus kontrol harga untuk mempengaruhi redistribusi pendapatan. Di sini,
peningkatan upah didesain untuk menghasilkan dampak-dampak redistributif, sedangkan
kontrol harga diterapkan guna menjaga agar inflasi tetap bisa dikontrol; ketiga, kontrol
terhadap nilai tukar atau apresiasi untuk memotong inflasi dan meningkatkan upah dan
keuntungandalamsektor-sektorbarangnon-perdagangan. Dalam situasi dimana tingkat
kesenjangan ekonomi sangat tinggi, rezim Chávez mengajukan tiga elemen sebagai jalan
untuk mengatasinya: (1) reaktivasi ekonomi; (2) redistribusi pendapatan; dan (3)
restrukturisasiekonomi.

5
Hendrajit, Venezuela bersama Hugo Chaves Internasionalisasi Sosialisme di Amerika Latin Tak Terbentuk, diunduh dari
http://www.theglobal-review.com/content_detail., pada tanggal 29 oktober 2010 pukul 19.30.
Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 13
Chavez tetap pada prinsipnya semula digerakkan kembali adalah mungkin baginya untuk
mendorong tercapainya dua tujuan yang lain yakni, redistribusi pendapatan dan
restrukturisasi ekonomi. Pada tahap ini, redistribusi pendapatan dilakukan melalui
peningkatan upah nyata secara besar-besaran, sembari menghindari terjadinyan
peningkatan harga.Pertama, memberlakukan kebijakan stabilitas tingkat pertukaran, yang
berarti stabilisasi mata uang. Yang paling penting adalah melakukan investasi di bidang
infrastruktur dan penyediaan kredit untuk pertumbuhan dari bawah. Investasi di bidang
infrastruktur ini meliputi investasi di sektor infrastruktur dasar yang produktif seperti jalan
raya, pendidikan, kesehatan, dan pengembangan angkatan kerja. Dengan kebijakan ini,
target lain yang dituju adalah terbangunnya aliansi strategis dengan produser nasional –
bukan dengan pedagang komersial atau dengan perusahaan-perusahaan transnasional.
Untuk mewujudkan tujuan ini, pemerintahan Chávez merealisasikan dukungannya melalui
kredit yang sangat baik dan perlindungan usaha. Dana yang digunakan untuk kredit
tersebut diambil dari pendapatan minyak yang berlimpah. Tujuan yang hendak dicapai: (1)
memperkuat produser skala kecil dan menengah yang selama ini mendapat perlakuan
diskriminatif dari oligarki; (2) Memutus ketergantungan Venezuela pada pendapatan dari
sektor minyak, khususnya untuk membiayai pendidikan, kesehatan, jaminan sosial,
penyediaan kredit, dan perumahaan yang layak bagi buruh; (3) untuk memperkuat
ekonomi nasional agar tidak mudah digoncang oleh krisis ekonomi eksternal. Selama ini,
pendapatan yang sangat besar dari minyak telah menyebabkan tidak ada siaga untuk
domestic ekonomi. Subsidi tidak ditujukan kepada pengusaha-pengusaha besar tetapi,
hanya untuk membantu rakyat miskin, produser skala kecil dan menengah, terhadap
koperasi, terhadap tipe-tipe ekonomi baru, dan terhadap ekonomi sosial.
Jika kinerja perusahaan buruk maka berdampak pada pendapatan para anggotanya yang
ikut-ikutan memburuk, demikian sebaliknya. Keadaan ini mendorong tumbuhnya etos
solidaritas dalam ekonomi yang pada akhirnya melahirkan iklim yang stabil dalam
berusaha. Di sini kita lihat, paradigma ekonomi yang bertumpu pada profit hendak digeser
menjadi paradigma yang bertumpu pada humanisme dan soilidaritas.

Dukungan terhadap pertumbuhan koperasi ini dijamin melalui pasal 24 dari Law of the
Intergovernmental Decentralization Fund (FIDES), yang menugaskan pemerintah untuk
mengalokasikan 20 persen sumberdayanya setiap tahun untuk negara dan kotamadya
agar membiayai proyek-proyek yang dilaksanakan oleh komunitas, asosiasi-asosiasi rukun
warga dan LSM. Pada tahun 2003, rejim Bolivarian mengalokasikan anggaran sebesar 15
Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 14
miliar Bolivar dalam struktur anggaran federal untuk membiayai koperasi. Karena koperasi-
koperasi ini bertumbuh secara mandiri berdasarkan pada lokasi dan kebutuhan yang
spesifik, pemerintah kemudian mendorong agar koperasi-koperasi ini membangun
kerjasama di antara mereka, dari tingkat terkecil hingga ke tingkat regional.

b. Mempromosikan ALBA sebagai pengganti FTAA

Dilema ini dipecahkan rejim Bolivarian dengan mempromosikan ALBA (Alternative


Bolivariana para las Americas/The Bolivarian Alternative for Latin America and the
Caribbean). ALBA ini adalah sebuah kerjasama ekonomi kawasan Amerika Latin, yang
dimaksudkan sebagai alternatif terhadap FTAA (Free Trade of the Americas/ALCA), yang
mengusung ideologi kapitalis-neoliberal yang disponsori oleh AS. Sebagai sebuah
akternatif, ALBA bertolak dari prinsip-prinsip yang diterapkan rejim Bolivarian dalam
membangun ekonomi nasionalnya. Seperti yang telah diuraikan di atas, pembangunan
ekonomi nasional Venezuela bertumpu pada nilai-nilai persamaan, keadilan dan
solidaritas. Nilai-nilai inilah yang kemudian diadopsi oleh ALBA. Dengan demikian,
kerjasama ekonomi ini tidak berbasis pada persaingan bebas yang digerakkan oleh
perusahaan-perusahaan transnasional, seperti yang menjadi ideal FTAA. Berikut
diantaranya:

• Pertanian Untuk Rakyat

Kepentingan korporasi transnasional di bidang pertanian ini dengan sangat telanjang


telah menabrak kepentingan rakyat miskin di kawasan Amerika Latin. Hal ini
disebabkan karena di kawasan itu, produksi barang-barang pertanian tidak semata-
mata berarti produksi barang dagangan (komoditi). Lebih dari itu, pertanian adalah
sebuah cara hidup mayoritas rakyat. Dalam kurun waktu yang lama, pertanian telah
menjadi fondasi bagi perlindungan budaya, sebentuk penguasaan teritori (wilayah)
yang mendefinisikan hubungan manusia dengan alam dan yang secara langsung
berkaitan dengan keamanan dan kedaulatan pangan

.Dalam pasal 305 Konstitusi 1999 disebutkan, ”negara harus memromosikan


pertanian berkelanjutan sebagai strategi dasar untuk integrasi
pembangunan pedesaan dan konsekuensinya menjadim keamanan pangan
rakyat; ini harus dipahami sebagai kecukupan nasional dan ketersediaan

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 15


pangan yang stabil dan menguntungkan serta akses yang permanen.
Keamanan pangan harus dicapai melalui pengembangan dan
pengistimewaan produksi pertanian domestik,Dengan demikian, negara
harus membantu pembiayaan, perdagangan, transfer teknologi, kepemilikan
lahan, infrastruktur, kualifikasi tenaga kerja dan kebijakan-kebijakan lain
yang dibutuhkan untuk mencapai level strategis kemandirian pangan.”

Dengan Konstitusi ini, tampak jelas kebijakan ini sangat bertentangan dengan
kebijakan neoliberal yang diusung FTAA. Dalam proposal ALBA, pemerintah diwajibkan
untuk memberikan subsidi dan perlindungan penuh terhadap sektor pertanian.

• Hak rakyat pada pengobatan dan untuk kualitas pangan yang baik
ALBA mengumandangkan perlawanan terhadap rejim paten. Hal milik intelektual harus
diletakkan dalam kerangka produk budaya, sebuah kerja bersama berkelanjutan dari
seluruh pengetahuan manusia. Oleh karena itu, karya intelektual tidak boleh dimonopoli
untuk kepentingan akumulasi kapital dari perusahaan transnasional. Sebagai alternatif,
ALBA memromosikan proteksi pasar nasional dari serbuan barang-barang impor, tetapi
menuntut akses sebesar-besarnya dan seluas-luasnya terhadap hak milik intelektual.
• Menolak liberalisasi, deregulasi dan privatisasi pelayanan publik

Rezim Bolivarian dengan tegas menentang liberalisasi, deregulasi dan privatiasi.


Kebijakan-kebijakan ini dianggap membatasi peran negara untuk mendesain dan
memutuskan kebijakan yang membela hak-hak rakyat untuk memperoleh akses
terhadap perlunya pelayanan berkualitas dengan harga yang terjangkau. Dalam
pandangan rejim Bolivarian, pelayanan publik merupakan kebutuhan rakyat yang harus
dipenuhi, bukan untuk diperdagangkan untuk mencapai keuntungan. Oleh karena itu,
keuntungan tidak diukur berdasarkan harga, tapi oleh kepentingan sosial.
Konsekuensinya, ketersediaan pelayanan publik harus ditentukan berdasarkan
kebutuhan sosial individual, bukan oleh kemampuan mereka untuk membayar. Dari
sudut pandang ini, rakyat membutuhkan liberalisasi dan bukan privatisasi pelayanan
publik. Rejim Bolivarian tidak pernah menerima persetujuan dimana implikasinya
seluruh pelayanan publik menjadi terbuka bagi kompetisi asing. Rejim ini juga menolak
dihapuskannya instrumen-instrumen kebijakan publik seperti tarif, subsidi atau

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 16


solidaritas publik dan tanggung jawab untuk meregulasi harga serta jaminan akses
yang besar bagi mayoritas terhadap pelayanan-pelayanan yang esensial.

• Dana pengganti untuk mengoreksi ketimpangan ALBA

ALBA membentuk sebuah dana kemitraan yang dikenal dengan nama Compensatory
Funds of Structural Convergence. Tujuannya, untuk mengurangi kesenjangan dalam
level pembangunan negara-negara dan sektor-sektor produktif. Compensatory Funds
ini mirip dengan tugas yang diemban oleh Bank Dunia ketika pertama kali didirikan
pada masa perang dunia II. Yakni untuk mengelola dan mendistribusikan bantuan
keuangan kepada banyak negara yang ekonominya mudah diserang oleh krisis.
Dengan adanya Compensatory Funds ini, negara-negara yang miskin dibantu untuk
mengurangi resiko kerugian hingga ke tingkat yang tidak membahayakan performa
ekonomi nasionalnya. Dalam pengertian ini, Compensatory Funds bukanlah bantuan
berkedok utang seperti yang disalurkan oleh Bank Dunia dan IMF.

D. Dampak Venezuela Keluar Dari IMF

Setelah bergabung dengan IMF,akhirnya Venezuela menyatakan diri untuk kelur dari

IMF. Hal ini disebabkan karena beberapa salah satu adalah ketidaksukaan Presiden

Venezuela Hugo chaves terhadap Amerika. Chaves menyatakan bahwa Venezuela tidak

lagi membutuhkan institusi seperti itu. Sebagai alternatifnya Venezuela beralih ke bank

yang akan dibentuk oleh Negara-negara Amerika Selatan. Chaves merasa bahwa

kehadiran IMF hanyalah akan mendatangkan kerugian bagi Venezuela karena IMF

dianggap sebagai sarana Amerika atau Negara-negara besar untuk mengeksploitasi

Negara-negara kecil dan hanya akan memperkaya negar-negara besar dalam hal ini

Amerika. Kehadiran IMF dianggap Chaves sebagai institusi yang hanya ingin “merampok”

apa yang dimiliki oleh Negara-negara kecil seperti Venezuela. Maka dari itu Chaves

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 17


memerintahkan Menteri Keuangannya Rodrigo Cabezas untuk segera memproses

keluarnya Venezuela dari IMF dan World Bank.

Sejak memegang tampuk pemerintahan Venezuela tahun 1999, Chaves memang

sedikit demi sedkit mengurangi ketergantungan negaranya pada kedua Institusi keuangan

tersebut. Chaves juga berkeinginan mengalang Negara-negara Amerika Latin untuk

membentuk Bank sendiri, yang disebut “Bank of the South”, Ia bahkan berjanji akan

mendukung pendirian Bank itu lewat pendapatan Hasil minyaknya.

Seiring dengan meningkatnya devisa Negara akibat meningkatnya harga

minyak,Venezuela menyatakan akan segera melunasi hutang-hutangnya pada World

Dunia. Ia juga mengumumkan kenaikan gaji minimum sebesar 20% serta pengurangan jam

kerja secara bertahap menjadi enam hari saja. Pengurangan jam kerja ini merupakan salah

satu bentuk penolakan terhadap kebijakan IMF dan Bank Dunia. Chaves juga melakukan

program nasionalisasi. Ia rencananya kan memimpin rencana unjuk rasa mendesak

pengambilalihan operasional proyek-proyek perminyakan di Orinoco Belt,yang saat ini

dikelolah oleh senjumlah perusahaan asing Dunia.

Selain itu dengan keluarnya Venezuela dari IMF juga mempengaruhi hubungan antara

Venezuela dengan Amerika. Dimana Venezuela yang dari awal tidak menyukai Amerika,

beranggapan bahwa IMF merupakan sarana bagi Amerika untuk mengeksploitasi Negera-

negara Kecil seperti Venezuela, dan hubungan keduanya menjadi semakin renggang,

belum lagi didukung dengan peristiwa-peristiwa atau kejadian sebelumnya yang pernah

terjadi diantara keduanya yang mengakibatkan hubungan mejadi seperti itu. Sampai

dengan saat ini presiden Venezuela Hugo Chaves menganggap Amerika sebagai lawan

yang harus diwaspadai. Segala kebijakan Amerika dianggap sebagai suatu bentuk

intervensi yang justru hanya akan mendatangkan kerugian bagi Negara-negara lain dan

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 18


member keuntungan bagi Amrika itu ssendri, maka dari itu Venezuela memutuskan untuk

keluar dari IMF agar Venezuela tidak menjadi tergantung dengan lembaga tersebut, yang

secara tidak langsung membuat Venezuela menjadi tergantung pada Amerika dan ini akan

membahayakan buat Venezuela itu sendiri.

KESIMPULAN

Venezuela merupakan salah satu Negara di Amerika latin yang kaya akan minyak. Setelah

perang dunia banyak pergolakan politik yang terjadi di Venezuela, mulai dari munculnya

pemerintah-pemerintah yang dictator, demokratis , neoliberal dan bahkan perkembangan terakhir

Venezuela dikatakan bergeser ke kiri. Pada tahun 1989 terjadi inflasi di Venezuela dengan adanya

penyesuain terhadap neoliberal. Sebagai salah satu Negara pengekspor minyak terbesar di dunia,

Venezuela harus menanggung resikonya. Krisis ekonomi yang melanda Negara-negara Amerika

latin saat itu menjadikan Negara-negara Amerika Latin termaksud Venezuela harus bergantung

pada lembaga donor internasional, atas saran para penasehat ekonomi dan politik mereka, mulai

pada saat itulah Venezuela bergabung dengan salah satu lembaga Donor Dunia yaitu IMF.

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 19


Setelah bergabung dengan IMF, segala kebijakan Venezuela pun disesuiakan dengan

kebijakanpun disesuaikan bahkan Venezuela dimasa pemerintahan Perez melakukan

restrukturisasi ekonomi melalui jalan Neoliberal. Segala kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

pada masa itu dissuaikan dengan nasihat yang diberikan oleh IMF, seperti Privatisasi terhadapa

sebagian BUMN yang bergerak dibidang telekomunikasi, pelabuhan, minyak baja dan

penerbangan hal ini disebabkan karena untuk mengatasi krisis ekonomi yang terjadi di

Venezuela, Venezuela mendapatkan dana bantuan dari IMF. Namun seiring dengan berjalannya

waktu ternyata efek dari kebijakan tersebut mualai dirasakan oleh Venezuela. Kesulitan hidup pun

makin lama makin menghimpit kaum miskin Venezuela yang selalu mendapat tekanan dari

kebijakan-kebijakan kapitalis tersebut.

Namun setelah masa pemerintahan Hugo Chaves, ia mulai meluncurkan segala macam

kebijakan politik untuk mengamankan kekuasaannya. Pada masa pemerintahannya ada tiga hal

yang dilakkukannya yaitu pertama membangun dukungan dari kelas menengah bawah dan

organisasi buruh; kedua menciptakan dukungan yang bersifat komplementer dari pelaku bisnis

yang berorintasi domestic; dan ketiga secara politik mengisolasi oligarki pedesaan, perusahaan

asing dan elite industrial domestic skala besar. Hal ini dilakukan oleh Chaves mengingat ia

berhadapan dengan krisis ekonomi dan isolasi internasional yang membayang-bayangi

kebijakannya yang antineoliberal.

Pada masa pemerintahannya, ada pihak-pihak yang berusaha menurunkan Chavez dari

jabatannya tapi semuanya itu tidak berhasil, bukti nya dia masih menjabat sampai sekarang. Dan

di masa pemerintahan chaves ekonomi Venezuela perlahan-lahan mulai membaik. Dalam masa

pemerintahannya chaves mendapat banyak dukungan dari masyarakatnya.

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 20


DAFTAR PUSTAKA

Woods, Alan. 2007. Nasionalisasi di Venezuela.http://www.marxist.com/nasonalisasi-di-


venezuela.htm, 27Oktober 2010

IMF, 2010. http://www.imf.org/about.html, 28 Oktober 2010

www.eurodad.org/whatnew/articles.aspx?id=2988, 27 Oktober 2010

Trash, Meth.2005. Perjuangan Kelas Melawan Globalisasi Kapital http://id-


id.facebook.com/topic.php?uid=2213393227&topic=9278&post=39959. 29 Oktober
2010

Burchil, Scott. 2009. Teori-Teori Hubungan Internasional. Media Husada: Jakarta

Tugas Amerika Latin | Dampak IMF di Venezuela 21

Anda mungkin juga menyukai