Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Ekonomi Internasional adalah ilmu ekonomi yang membahas mengenai
akibat saling ketergantungan antara Negara-negara di dunia, baik dari segi
perdagangan Internasional maupun pasar kredit Internasional. Cakupan dari
ekonomi Internasional sejatinya lebih luas daripada sekedar perdagangan
Internasional yang hanya mengurus mengenai ekspor serta impor suatu Negara
dengan Negara lainnya. Beberapa masalah yang diatur oleh ekonomi internasional
diantaranya ialah pola perdagangan, harga ekspor dan impor, manfaat
perdagangan, pengaruh makro, mekanisme neraca pembayaran, politik
perdagangan luar negeri, persekutuan perdagangan modal luar negeri, dan
pengalihan teknologi.
Perusahaan Multinasional atau Multinational Corporation (MNC)
merupakan salah satu pembahasan dalam ekonomi Internasional, yang melihat
bahwa dunia sebagai satu kesatuan enitas ekonomi dan dampaknya pada
perekonomian global sangatlah penting. Banyak pihak yang kurang setuju dengan
kehadiran MNC pada era globalisasi yang semakin modern ini. Ada pendapat
eksterm yang mengatakan bahwa perusahaan multinasional hanya agen dari
imperialism ekonomi yang memiliki tujuan untuk mengeruk keuntungan sebanyak
mungkin tanpa mempertimbangkan efek yang timbul pada lingkungan dan
manusia, selain itu muncul juga beberapa pendapat bahwa perusahaan
multinasional sebenarnya berada dibawah control kaum elit tertentu yang
mencoba memperluas kekuasaan dan pengaruhnya. Namun apabila
mengesampingkan pendapat tersebut, maka memang dapat disimpulkan bahwa
perusahaan multinasional (MNC) memang memegang peranan penting dalam
skala Internasional.
BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah Perusahaan Multinasional


Perusahaan multinasional pertama muncul pada 1602 yaitu Perusahaan
Hindia Timur Belanda yang merupakan saingan berat dari Perusahaan Hindia
Timur Britania.Perusahaan multinasional telah ada sejak awal perdagangan luar
negeri. Mereka tetap bagian dari kancah bisnis sepanjang sejarah, memasuki
bentuk modern MNC di abad 17 dan 18 dengan berbagai perubahan besar,di
Eropa merupakan basis masalah monopoli seperti British East India Company
pada zaman penjajahan. Masalah multinasional dipandang pada waktu itu sebagai
agen peradaban dan memainkan peran penting dalam pengembangan
perdagangan dan industri di Asia, Amerika Selatan, dan Afrika. Pada akhir abad
ke-19, kemajuan di bidang komunikasi memiliki kontribusi yang besar bagi
MNC untuk hadir di pasar dunia secara erat, dan perusahaan multinasional
mempertahankan citra yang menguntungkan mereka sebagai alat hubungan
global ditingkatkan melalui hubungan perdagangan. Eksistensi dengan hubungan
perdagangan internasional tidak mencegah pecahnya perang dunia kedua pada
paruh pertama abad kedua puluh, tetapi ekonomi dunia yang lebih erat terikat
muncul sebagai akibat dari masa konflik.
Akhir-akhir ini ,perusahaan-perusahaan multinasional telah tumbuh dalam
kekuatan dan visibilitas, tetapi MNC hadir dan dipandang berbeda oleh setiap
pihak baik oleh pihak pemerintah maupun pihak konsumen di seluruh dunia.
Memang, perusahaan multinasional saat ini dilihat dengan berbagai kecurigaan
yang meningkat mengingat mereka dianggap kurang pedulia terhadap
kesejahteraan ekonomi dari wilayah ataupun kawasan tertentu dimana mereka
melakukan aktivitas bisnis dan secara umum ada muncul berbagai kesan di
ranah publik bahwa perusahaan multinasional lah yang memperoleh kekuasaan
dalam kaitannya dengan instansi pemerintah nasional, organisasi perdagangan
internasional, dan lokal, nasional, dan organisasi perburuhan internasional.
Walaupun ada kekhawatiran tersebut, perusahaan multinasional muncul
bersiap untuk memperluas kekuasaan dan pengaruh mereka sebagai hambatan
perdagangan internasional terus dihapus. Selain itu, sifat yang sebenarnya dan
metode perusahaan multinasional yang dalam ukuran besar disalahpahami oleh
masyarakat, dan jangka panjang pengaruh mereka cenderung kurang
menyeramkan dari yang dibayangkan. Perusahaan multinasional membagi
banyak hal, termasuk metode yang mereka gunakan untuk menembus pasar baru,
cara di mana anak perusahaan di luar negeri mereka terikat dengan operasi
markas mereka, dan interaksi mereka
dengan lembaga pemerintah nasional dan organisasi buruh nasional dan inte
rnasional.
Setelah Perang Dunia II aktivitas dari multinational (MNC) berkembang
pesat. MNC mulai mendominasi pasca PD II karena pasca perang industri negara
dunia pertama mulai menurun dan AS merupakan satu-satunya negara yang
masih kuat. Terjadi akumulasi kapital yang cepat untuk kemudian memacu
perkembangan teknologi di AS. MNC merupakan perusahaan yang dikendalikan
oleh kapitalis untuk mendapat keuntungan sebanyak mungkin (memperoleh
bahan mentah dan buruh murah di berbagai negara). Gejala munculnya korporasi
yang multinasional ini sebenarnya sudah ada sejak Abad Pertengahan, contohnya
pada abad ke-16 hingga abad ke-18 dikenal adanya perusahaan dagang seperti
“East India Company”.
Sesuai dengan penjelasan Marx yang banyak memfokuskan pada institusi
ekonomi, multinational corporation lahir akibat tiga kondisi utama yang
diciptakan oleh perkembangan kapitalisme:
1. Kondisi perusahaan kapitalis memaksakan kebutuhan pada perusahaan
individual untuk terus memperluas perekonomiannya, hal ini seperti apa
yang ditulis Marx dalam Capital, perkembangan produksi kapitalis
membuatnya terus-menerus diperlukan untuk terus meningkatkan jumlah
modal dalam suatu usaha industri tertentu, dan persaingan membuat
hukum-hukum imanen dari produksi kapitalis dirasakan oleh masing-masing
individu kapitalis, sebagai hukum koersif eksternal.
2. Tumbuhnya konsentrasi modal terakumulasi pada semakin sedikit
pengusaha (korporat), yang kemudian menimbulkan dua hal yang saling
berkaitan, yaitu penyebaran produksi dalam skala besar dan kombinasi dari
beberapa perusahaan (misalnya merger dan akuisisi).
3. Pasar dunia menyediakan ruang tambahan bagi barang-barang produksi
kapitalis. Pertama, pasar dunia seolah menyediakan elemen dasar guna
menyuport kapitalisme tersebut, misal adanya revolusi komersial
(periklanan/advertisement), perluasan perdagangan dunia, dan transformasi
feodalisme ke kapitalisme.
Kenyataanya, kapitalisme muncul pada abad ke-16 setelah dihapusnya
sistem feodal (Magdoff, 1978:166). Artinya feodalisme digantikan oleh
kapitalisme, pada dasarnya identik akan tetapi dikemas berbeda. Feodalisme
berbicara mengenai kekuasaan sosio politik dalam pertanahan (lahan yang
dikuasai tuan tanah) yang dikuasai atau terkonsentrasi secara oligarki oleh
keluarga bangsawan dan ksatria (sistem monarki), pada hakekatnya nyaris sama
dengan pemusatan kapital dan modal (sistem kapitalisme) pada beberapa pemilik
industri besar yang disebut korporasi multinasional Artinya, iklim yg diciptakan
kapitalisme memaksakan kebutuhan pada perusahaan individu untuk terus
menerus melakukan ekspansi ekonomi. Terus menerus terjadi penumpukan
modal dan pada giliranya dipercepat oleh pertumbuhan kapital yang semakin
terkonsentrasi dimiliki oleh beberapa orang saja.
Adanya interest baru dalam investasi asing pada pembangunan di
negara-negara kapitalis maju yang mengarah pada akhir abad kesembilan belas.
Kapitalisme tumbuh dan berkembang di ladang subur liberalisasi ekonomi dan
tatanan ekonomi yang disusun sedemikian rupa untuk kepentingan 'sekelompok
orang'. Investasi sebagai katalisator perekonomian; percepatan capital flow
dipicu oleh beberapa hal, situasi, dan kondisi antara lain :
1. Industri besar dengan mesin dan teknologi maju dan memproduksi dalam
skala yang besar. Contohnya adalah aluminium, penyulingan minyak bahan
kimia sintetik, baja, besi, dan industri berat lainnya seperti otomobil dan
otomotif yang membutuhkan aliran modal besar dalam intensitas tinggi.
Terobosan teknologi dan kelajuan perkembangan dunia 'heavy industry';
2. inovasi melalui penerapan ilmu ‘science'. Industri sangat mengandalkan
penerapan ilmu. Hal ini tidak terlepas dari adanya persaingan ketat diantara
perusahan-perusahaan besar untuk melindungi modal investasi mereka yang
besar, mengembangkan penelitian untuk inovasi produk.
3. kebutuhan untuk mengawasi sumber bahan mentah dari kompetitor, pasar
dunia yang setingkat lebih maju', untuk itu keberadaan 'state’ sebagai juri
untuk menengahi kompetisi antarperusahaan besar semakin diperlukan.
Menambah daerah sasaran yang dapat dijadikan tujuan pasar.
Sistem kapitalisme menciptakan kondisi perekonomian yang terpusat pada
orang-orang tertentu sehingga terjadi industri monopolistis. Pemusatan kapital
mengakibatkan investasi banyak mengalir dari luar negeri dalam bentuk
pinjaman dan 'foreign direct investment' (Magdoff, 1978:168).
Di Inggris dan Amerika Serikatlah korporasi bermula dan kemudian
menyebar. Perusahaan-perusahaan Inggris dan Amerika, saat itu belum mendapat
saingan berat dari perusahaan Jerman dan Jepang, berkembang sangat besar dan
kemudian ke luar dari batas wilayahnya untuk menjelma menjadi multinational
corporations atau MNC. MNC tidak hanya dipahami sebagai korporasi yang
hanya terlibat dalam perdagangan yang ada di seluruh dunia, tetapi juga dalam
investasi di tingkat global. Bahkan tidak hanya memiliki kekayaan (asset) di
mancanegara, tetapi juga ikut masuk dalam kegiatan yang sifatnya value-added
di mancanegara. Pada tahun 1970an perusahaan-perusahaan di Amerika
Serikatmenguasai lebih dari separo (52 persen) dari total penanaman modal asing
dunia (Magdoff, 1978:170). Keunggulan Amerika Serikat tidak bertahan lama.
Jerman dan Jepang yang semula mendapat bantuan dari Amerika Serikat mampu
bangkit, lalu menjadi pesaing Amerika Serikat.
Bangkitnya perusahaan multinasional tidak hanya semata-mata karena
liberalisasi Keynesian ekonomi. Lahirnya kebutuhan bagi perusahaan-perusahaan
individu untuk memperluas kegiatan ekonominya merupakan tuntutan sistem
kapitalisme dan pasar dunia. Perusahaan-perusahaan besar tersebut membesarkan
diri melalui merger (gabungan) adan akuisisi ekonomi. Perilaku merger dan
akuisasi tersebut tidak bisa lepas dari perkembangan dunia saat itu meliputi:
1. Pembayaran perdagangan internasional yang mesti menggunakan dolar
Amerika sebagai mata uang universal sesuai dengan kesepakatan Bretton
Woods (1944). Pemberlakuan mata uang internasional ini adalah wujud
ekonomi sebagai subordinat politik Amerika yang mana hal ini sengaja
dilakukan untuk mendukung kepentingan ekonomi nasional Amerika pada
khususnya dan pemeliharaan pertumbuhan ekonomi internasional yang
dikendalikan Amerika melalui institusi moneter internasionalnya.
2. Keberhasilan tipe perkembangan ekonomi yang dipicu oleh Marshall Plan
yang diberlakukan secara luas dengan tujuan untuk rekonstruksi
negara-negara pasca Perang Dunia II sekaligus membentuk ikatan kuat
antarnegara sekutu. Marshal Plan mendorong terjadinya insifikasi kompetisi
monopoli di antara perusahaan multinasional. Program ekonomi pasca
Perang Dunia II ini didesain sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mengontrol negara-negara sekutu. Kontrol semacam ini mewujudkan aliran
kesempatan investasi besar-besaran (Magdoff, 1978: 172).
3. Tidak terlepas dari perkembangan teknologi, hal ini mengakibatkan
perusahaan besar tumbuh semakin lebih besar lagi.
Dalam periode perkembangan multinasional, adanya proses
internasionalisasi dapat menyebabkan kemunduran nation-state (Magdoff
Harry, 1978: 179). Adanya spekulasi semacam ini didorong oleh big business
yang berusaha mengejar kebebasan dalam hal pergerakan modal, laba, dan
barang-barang internasional. Teori ini berakar dari adanya pertentangan antara
perkembangan struktur global dan strategi multinasional dengan pembatasan di
dalam negara. Pada pra periode perkembangan multinasional, anak perusahaan
yang berada di luar negeri masih menggantungkan pengoperasiannya di bawah
pusat perusahaan induk di masing-masing negaranya.
Perbedaan strategi di antara bentuk organisasi semacam itu dengan
organisasi multinasional adalah tingkat saling ketergantungan yang tinggi di
antara para cabang perusahaan dan tingginya koordinasi pada perusahaan induk
untuk mencapai keuntungan global. Sehingga dalam perkembangan
multinasional ini, yang terjadi adalah bahwa untuk mengembangkan suatu
industri atau perusahaan di dalam negeri, maka diperlukan campur tangan atau
bantuan dari pihak luar sehingga output yang dihasilkan bisa mencapai
efektivitas dan efisiensi. Tujuannya adalah untuk mencapai laba maksimal
dengan adanya tingkat fleksibilitastertinggi dalam pergerakan global bagi modal
dan barang-barang pada harga produksi dan distribusi yang terendah, yang
kemudian direncanakan, dikoordinasikan, dan diatur melalui satu pusat keuangan
(Magdoff Harry, 1978: 180). Hal ini dapat berakibat pada penghapusan hambatan
nasional. Asumsi yang dicapai adalah bahwa metode multinasional dalam
integrasi produksi global menggambarkan suatu tingkatan organisasi industri
yang lebih tinggi dan lebih progresif, yang mencapai suatu level efisiensi yang
baru dan berdasar pada saling ketergantungan terhadap berbagai kawasan di
dunia. Hal ini kemudian dapat disimpulkan bahwa sejak sistem nation-states
diikuti dengan kemajuan teknologi produksi dan manajemen global, maka
nation-state tersebut akan cenderung mulai kabur, di mana fungsi-fungsi yang
dimilikinya pun sebagian besar akan tergantikan oleh institusi internasional baik
formal maupun informal (Magdoff Harry, 1978: 181).

2.1. Perusahaan Multinasional

2.1.1. Pengertian dan Definisi Perusahaan Multinasional


Secara umum, pengertian dari perusahaan multinasional (MNC) adalah
perusahaan yang berusaha di banyak Negara, dan biasanya sangat besar.
Perusahaan multinasional biasanya memiliki kantor-kantor, cabang atau pabrik di
banyak Negara, dan biasanya memiliki satu kantor pusat dimana mereka dapat
mengkoordinasi manajemen pemasaran secara global. Pengaruh dari perusahaan
multinasional pun biasanya cukup besar bagi ekonomi dan politik Internasional.
Perusahaan Multinasional atau Multinational Corporation ialah badan
usaha yang memiliki, mengendalikan, dan atau mengelola fasilitas-fasilitas
produksi yang tersebar di sejumlah Negara (Salvatore,1995). Dari definisi
tersebut paling tidak dapat dibayangkan bahwa perusahaan multinasional adalah
perusahaan yang berskala besar, memiliki gross profit yang luar biasa, serta
seringkali melibatkan manajemen yang kompleks. Pada kenyataannya, memang
secara keseluruhan perusahaan multinasional menguasai lebih dari 20% output
dunia dan nilai transaksi perdagangannya mencapai lebih dari 25% dari
keseluruhan transaksi perusahaan manufaktur dunia. Jadi, pentingnya keberadaan
perusahaan multinasional bukan hanya karena besarnya perusahaan mereka,
namun lebih karena keberadaannya. Perusahaan multinasional juga disebut
sebagai non-actor state atau actor non-negara yang keberadaannya dianggap
dapat berdampak banyak bagi suatu Negara.
Prof. John Dunning, memberikan beberapa kriteria membedakan
Perusahaan Multinasional atas empat bentuk, yaitu:
1. Multinational Producting Enterprise (MPE), yakni perusahaan yang
memiliki dan mengontrol berbagai fasilitas produksi lebih dari satu negara.
2. Multinational Trade Enterprise (MTE), yaitu semata-mata bergerak
dalam bidang perdagangan dengan menjual barang yang diproduksi di
dalam negeri, langsung kepada badan usaha atau orang di negeri lain.
3. Multinational Internationally Owned Enterprise (MOE).
4. Mutinational (Financial) Controlled Enterprise (MCE); sebagaimana
MOE, MCE yang diawasi oleh lebih dari satu negara.
Kaitannya perusahaan multinasional dengan perekonomian dunia,
menurut kaum kapitalis neoliberal ialah mengenai pemenuhan kebutuhan modal
yang besar, sehingga dikatakan bahwa Negara berkembang harus melakukan
liberalisasi pasar modal agar akses terhadap modal dan sumber daya lainnya
menjadi lebih terbuka dan bebas (Maulana, 2010:28).

2.1.2. Motif Perusahaan Multinasional

Perusahaan multinasional memiliki tiga dasar motif utama dalam


pendirian dan perkembangan perusahaan tersebut. Motif-motif tersebut ialah
sebagai berikut:
1. Motif Mencari Bahan Baku (Raw Material Seeker)
Perusahaan multinasional memperluas usahanya dalam rangka mencari
bahan baku dan menjual produknya ke luar negeri.
2. Motif Mencari Pasar (Market Seeker)
Setelah terpenuhinya pasar dalam negara tersebut (pasar domestik),
perusahaan multinasional berusaha mencari pasar-pasar baru untuk
memasarkan produknya. Hal ini dapat memperluas jangkauan
pemasaran barang tersebut.
3. Motif Meminimumkan Biaya (Cost Minimizer)
Perusahaan multinasional memperluas usahanya (go international)
karena ingin memanfaatkan keunggulan yang dimiliki oleh negara lain
dan memperoleh beberapa keringanan. Keringanan tersebut dapat
berupa pembebasan pajak, melakukan transfer price, memperoleh
biaya tenaga kerja yang murah, meminimumkan biaya investasi,
harga tanah murah, biaya pengolahan limbah dengan syarat ringan,
menghindari adanya batasan kuota, dan pelayanan purna jual cepat.
2.1.3. Teknis Perusahaan Multinasional
Teknis dalam perusahaan multinasional adalah sebagai berikut:
1. Ekspor
Ekspor merupakan proses awal untuk menjadi sebuah perusahaan
multinasional. Karena dengan ekspor, keuntungannya ialah memiliki
risiko minimal. Jika ekspor menurun, perusahaan dapat mengurangi
atau menghilangkan ekspornya agar tidak mengalami banyak kerugian.
Kelemahan ekspor ialah perusahaan dapat dikenakan tariff atas pajak
ekspor produknya serta biaya transportasi yang relatif tinggi.
2. Lisensi
Perusahaan multinasional memberikan lisensi dan mendirikan fasilitas
produksi kepada mitra lokalnya. Lisensi memberikan keuntungan
dengan adanya fee yang didapat dari kontrak atas hak cipta yang
dipergunakan suatu perusahaan asing dan tidak memerlukan biaya
transportasi yang besar untuk pengiriman barang (ekspor). Tetapi
kelemahan dari lisensi adalah perusahaan sulit untuk menjamin
kualitas produk mereka di luar negeri.
3. Investasi Asing Langsung (Foreign Direct Investment)
Cara ini diambil setelah ada jaminan bahwa investasi itu aman dari
resiko dan persaingan mitra lokal dan menguntungkan karena pasar
telah berkembang dan memberikan respon yang positif. Foreign direct
investment (FDI) memberikan keuntungan kepada perusahaan dengan
biaya produksi yang relatif lebih murah dikarenakan perusahaan
membangun langsung pabrik mereka di suatu Negara serta tidak
adanya biaya tarif pajak dan transportasi atas barang impor. Sedangkan
kelemahannya ialah, jika perusahaan mengalami kegagalan maka akan
menanggung kerugian yang besar serta memerlukan modal investasi
yang lebih besar dibandingkan ekspor/impor dan lisensi.

2.1.4. Perusahaan Multinasional, Home Country, dan Host Country


Perusahaan multinasional memiliki berbagai dampak positif dan negative
bagi home country (negara induk) maupun host country (negara penerima).
Berikut adalah beberapa dampak dari keberadaan perusahaan multinasonal:
2.1.4.1. Dampak Perusahaan Multinasional bagi Home Country
a. Dampak Positif
1. Kenaikan Pendapat dan Pengurangan Resiko dari Pemilik Faktor
Produksi
Adanya kenaikan pendapatan ataupun resiko yang lebih kecil dari
pemilik faktor produksi. Pendapat ini dapat berbentuk kenaikan:
dividen bagi pemilik saham, gaji bagi pimpinan serta upah bagi
karyawan. Menurut prediksi teori klasik tentang perdagangan
Internasional, faktor produksi yang melimpah di Negara induk
akan memperoleh manfaat sedang faktor produksi yang jarang akan
rugi, namun secara keseluruhan manfaatnya akan lebih besar
daripada kerugiannya.
2. Adanya Produk dengan Harga yang Lebih Murah
Dapat diperoleh produk dengan harga yang lebih murah yang
dihasilkan di Negara lain yang biaya produksinya lebih rendah.
Biasanya perusahaan multinasional mengalihkan sebagian
kegiatannya di luar negeri untuk memperoleh biaya yang lebih
murah.
b. Dampak Negatif
1. Pergeseran Tenaga Kerja
Banyak bukti menunjukan bahwa beberapa pekerjaan dapat
dihilangkan oleh adanya kegiatan perusahaan multinasional di luar
negeri. Kegiatan produksi yang mestinya dapat dilakukan di
dalam negeri tetapi dilakukan di luar negeri sehingga tenaga kerja
di dalam negeri menjadi kelebihan. Namun demikian kegiatan
perusahaan multinasional di luar negeri dapat pula menciptakan
lapangan kerja dalam negeri.
2. Berkurangnya Keunggulan Modal dan Teknologi
Perusahaan multinasional sering dituduh mengekspor modal dan
teknologi lalu dikombinasikan dengan tenaga kerja yang murah di
luar negeri. Hal ini akan mengakibatkan: keunggulan di bidang
modal teknologi di dalam negeri dapat berkurang, kegiatan
industri dalam negeri dapat menyusut digantikan di luar negeri
dan sumber pendapatan nasional yang berasal dari luar negeri
(berupa keuntungan perusahaan multinasional) meningkat
sehingga ekonomi dalam negeri dapat terpengaruh oleh
perusahaan ekonomi dan politik yang terjadi di luar negeri.

3. Penghindaran Pajak
Melalui praktek-praktek penilaian dalam faktor jual beli (terutama
dengan cabang perusahaan multinasional) yang sering disebut
transfer pricing serta tax holiday dan insentif yang diberikan oleh
Negara penerima perusahaan multinasional dapat menghindari
pengenaan pajak yang wajar. Apabila hal ini terjadi maka Negara
induk akan dirugikan.
4. Merongrong Kebijaksanaan Ekonomi Negara Induk
Jaringan yang luas dari perusahaan multinasional sering
mengakibatkan kebijaksanaan ekonomi Negara asal terganggu.
Kebijaksanaan anti trust dan kebijaksanaan untuk membatasi satu
jenis produk tertentu jatuh ke Negara tertentu misalnya, dapat
tidak/kurang efektif dengan adanya cabang perusahaan
multinasional di negara lain.

2.1.4.1. Dampak Perusahaan Multinasional bagi Host Country


a. Dampak Positif
1. Mengurangi Pengangguran
Dengan adanya perusahaan multinasional maka akan membuka
lapangan kerja baru bagi masyarakat di negara penerima (host
country).
2. Transfer Pengetahuan dan Skill
Adanya transfer pengetahuan dan skill maupun teknologi melalui
berbagai training yang dilaksanakan perusahaan multinasional
tersebut untuk masyarakat yang berada di negara penerima (host
country). Teknologi yang dibawa perusahaan multinasional dapat
menaikkan kualitas produk serta mendorong peningkatan efisiensi
di negara penerima. Dalam jangka panjang, mungkin negara
penerima dapat memilki kesempatan untuk merubah struktur
perekonomiannya meskipun nantinya perusahaan multinasional
telah pergi dari negara tersebut.
3. Fasilitas Pemberdayaan yang Memadai
Dengan adanya perusahaan multinasional maka dapat membantu
negara host country untuk membangun fasilitas pemberdayaan
masyarakat yang memadai.
4. Pembentukan Modal
Apabila pengusaha lokal dapat terdorong untuk melakukan
investasi, maka akan terjadi penambahan stok modal nasional.
Jika tidak maka kenaikan stok modal ini semuanya berasal dari
perusahaan multinasional.
5. Berkontribusi dalam Pemasukan APBD dan APBN Melalui Pajak
b. Dampak Negatif
1. Terjadi Berbagai Kerusakan Lingkungan (AMDAL)
2. Banyak Terjadi Kontroversi dan Persoalan Sosial
Kemasyarakatan.
3. Perusahaan multinasional sering mengadopsi gaya manajemen
dan kondisi kerja home country mereka sehingga mengeksploitasi
negara berkembang yang menjadi host
country (Hijzen, Swaim, 2008).
4. Perusahaan multinasional cenderung tidak memiliki loyalitas
tertentu dan tanggung jawab sosial terhadap Negara berkembang
dimana mereka beroperasi.

2.1.5. Peranan Perusahaan Multinasional


2.1.5.1. Peranan Perusahaan Multinasional dalam Alih Teknologi
Perusahaan multinasional dengan kemampuan dan kapasitas
permodalan, teknologi dan keahlian manajerial yang tinggi merupakan
salah satu sumber dalam rangka mengisi kelangkaan modal, teknologi dan
keahlian manajemen dalam negeri. Keunggulan besar perusahaan
multinasional ialah kemampuannya untuk siap mengalihkan suatu
kesatuan pengetahuan yang tidak dikuasai dalam pemikiran setiap pribadi.
Perusahaan multinasional juga memiliki tingkat kematangan industry serta
kemampuan mengaplikasikan teknologi yang berguna untuk membuka
pasar internasional.

2.1.5.2. Peranan Perusahaan Multinasional dalam Industrilisasi


Perusahaan multinasional dapat membawa alam modernisasi yang
lebih efektif dan matang dalam bidang teknologi industri maupun
manajemen usaha. Perananan perusahaan multinasional dalam
industrilisasi dapat terlihat dari bagaimana sebuah perusahaan
multinasional menjadi penghubung ekonomi dunia dan perkembangan
ekonomi industry dan perdagangan di Negara asalnya kepada Negara
penerima model.

Ciri – ciri perusahaan multinasional antara lain :


1. Lingkup kegiatan income generating (perolehan pendapatan) perusahaan
multinasional melampau batas- batas Negara.
2. Perdagangan dalam perusahaan multinasional kebanyakan terjadi di dalam lingkup
perusahaan itu sendiri, walaupun antarnegara.
3. Control terhadap pemakaian teknologi dan modal sangat diutamakan mengingat
kedua factor tersebut merupakan keuntungan kompetitif perusahaan multinasional.
4. Pengembangan system managemen dan distribusi yang melintasi batas-batas
Negara, terutama system modal ventura, lisensi dan franchise.

Karakter Perusahaan Multinasional


Perusahaan multinasional biasanya memiliki ciri – ciri :

Membentuk cabang – cabang di luar negeri

Visi dan strategi yang digunakan untuk memproduksi suatu barang bersifat global
(mendunia), jadi perusaan tersebut membuat atau menghasilkan barang yang
dapat digunakan di semua negara.

Lebih cenderung memilih kegiatan bisnis tertentu, umumnya manufaktur.

Menempatkan cabang pada negara – negara maju.


Kehadiran anak perusahaan bagi negara cabang banyak memberikan keuntungan
untuk negara tersebut diantaranya pemberian pajak untuk perusahaan tersebut yang
cukup besar. Tidak hanya itu, dengan adanya suatu anak perusahaan dinegara lain,
berarti sedikit membantu membuka peluang kerja bagi penduduk yang belum kerja
dinegara tersebut.

2.2. Studi Kasus

HONDA BERUSAHA KUASAI PASAR MOBIL INDONESIA

Honda merupakan produsen motor dan mobil yang bermarkas di Tokyo. PT.
Honda Prospect Motor merupakan perusahaan multinasional yang bergerak dalam
bidang produksi mobil dan komponennya. PT. Honda Prospect Motor merupakan
hasil penggabungan dari empat perusahaan terdahulu, yaitu PT. Prospect Motor, PT.
Imora Honda Inc, PT. Honda Prospect Engine. Sekitar tahun 1997-1998, di Indonesia
mengalami resesi ekonomi sehingga keempat perusahaan tersebut bergabung menjadi
satu dengan nama PT. Honda Prospect Motor yang diresmikan pada bulan Maret 1999.
Dalam menjalankan usahanya, PT. Honda Prospect Motor selalu berusaha
menghadirkan produk-produk yang berkualitas dan inovatif, dengan didukung oleh
mesin-mesin yang berteknologi canggih. Honda dalam menjalankan bisnisnya sebagai
perusahaan multinasional yang besar tentu saja berekspansi ke pasar asing lainnya,
selain Indonesia seperti Thailand, India, Filiphina, Malaysia, Pakistan, Taiwan, dan
China.
Di Indonesia, produk dari Honda yang paling terkenal dan diminati ialah
motornya, namun sejak tahun 2014 hingga saat ini mulai ada peningkatan pembelian
mobil Honda. Bahkan pada bulan Februari tahun 2016 kemarin, Honda mengklaim
telah berhasil kuasai 21,9 persen pangsa pasar mobil di Indonesia. Sampai februari
2016, Honda mencatat telah berhasil menjual sebanyak 37.904 unit mobil. Angka
tersebut meroket 37 persen dibandingkan dengan penjualan pada tahun 2015 yang
hanya 27.492 unit. Jika dilihat kembali, hal tersebut menunjukkan bahwa Honda telah
berhasil menaklukan pasar Indonesia. Dari tahun ke tahun memang perusahaan
multinasional yang berada di Indonesia termasuk Honda menyatakan mendapatkan
keuntungan yang cukup signifikan dari penjualan di Indonesia. Bahkan pada bulan
Januari 2016 Honda memutuskan untuk membuka 49 diler baru di beberapa daerah
yang dimulai dari Tuban, dengan bertujuan untuk terus melakukan promosi untuk
meningkatkan penjualannya.
Peranan Honda bagi Indonesia salah satunya yang paling penting ialah sarana
lapangan kerja. Hal tersebut dapat membantu Indonesia dalam meningkatkan kualitas
perekonomian rakyatnya, yaitu dengan adanya Honda maka rakyat Indonesia semakin
memiliki peluang untuk bekerja disana. Apalagi ditambah dengan ekspansi yang
dilakukan PT. Honda Prospect Motor ke daerah-daerah di Indonesia, tentu saja hal itu
disambut baik bagi Indonesia karena lapangan kerja yang tersedia pun bertambah dan
tentu saja dapat mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia yang tinggi.

2.2.1 Analisis Studi Kasus

Honda adalah sebuah perusahaan multinasional asal jepang yang sangat besar,
honda menguasai pasar di bidang otomotif, yaitu mobil dan motor. Keberadaanya
sangat mempengaruhi perekonomian internasional. Honda sudah berdiri sejak tahun
1970, brand honda sudah sangat dikenal oleh para penggemar otomotif duni, terutama
di bidang motor rodau dua. Target pangsa pasar honda terbesar adalah di bagian Asia
Tenggara. Indonesia adalah salah satu dari banyak negara yang sangat meminati
prosuk motor atau mobil dari brand besar ini. Motor-motor yang di produksi oleh
honda di indonesia mempunyai tekhnologi yang cukup tinggi dan mempunyai harga
yang sangat bersaing dengan para rivalnya. Dengan harga yang bersaing membuat
para konsumen di indonesia tertarik untuk membeli produk motor atau mobil dari
brand honda, contoh dengan uang 20jutaan konsumen akan mendapatkan sebuah
skuter matic yang tekhnologinya sudah di atas rata-rata produk skuter matic lainya
dengan harga yang sama.
Dalam hal perluasan pemasaran, produk honda di nilai sudah sangat hebat
pertumbuhanya di indonesia. Dari studi kasus di atas, di paparkan bahwa sudah
puluhan ribu unit motor dan mobil yang sudah berhasil di jual kepada konsumen di
indonesia, setiap tahunya penjualan produk honda ini mengalami peningkatan yang
cukup signifikan, hal ini dikarenakan oleh pintarnya management honda dan
produknya yang bervariasi. Pasar otomotif indonesia sudah bisa di tahlukan oleh
honda dengan di buktikanya dengan besarnya dealer-dealer dan banhyaknya dealer
yang tersebar di penjuru indonesia, di mulai dari desa hingga perkotaan.
Honda juga tidak hanya memanfaatkan indonesia sebagai target pasar
penjualan produknya, honda juga mempunyai peran untuk masyarakat di indonesia.
Dengan honda mnedirikan dealer dan bengkel resmi, lapangan pekerjaan untuk
masyarakat di indonesia semakin banyak, terutama di daerah pedasaan. Dengan
adanya honda, masyarakat indonesia bisa terbantu dalam pencarian lapangan
pekerjaan dan pengangguran akan bisa berkurang dari waktu ke waktu. Cara itu
adalah salah satu cara honda untuk mengambil hati masyarakat indonesia. Jadi
konsumen di indonesia akan tertarik untuk membeli produk honda, karena semakin
mereka membeli produk honda, maka akan muncul pemikiran bahwa honda akan
terus mengembangkan dan memperluas pasar dengan melakukan penambahan jumlah
dealer dan bengkel resmi di daerah-daerah di indonesia yang akan membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat setempat.
Tetapi untuk spare part mobil, di klaim para konsumen di indonesia harganya
masih tergolong mahal dan sulit di temukan di daerah-daerah terpencil di indonesia.
Hal itu akan membuat minat konsumen produk mobil honda akan berkurang, terutama
di daerah pedesaan. Berbeda dengan di perkotaan, produk mobil honda cukup banyak
peminatnya hal itu karena bengkel-bengkel resmi di perkotaan sangat mudah
ditemukan walaupun dengan spare part dengan harga yang cukup mahal. Maka dari
itu, perbandingan penjualan produk honda di indonesia lebih di ungguli dengan
penjualan motor dibanding dengan mobil, karena spare part motor honda sangat
mudah ditemukan di mana saja tidak hanya di kota dan bisa di dapat dengan harga
yang murah.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Perusahaan Multinasional atau Multinational Corporation (MNC) merupakan
sebuah badan usaha yang memiliki, mengendalikan, dan atau mengelola
fasilitas-fasilitas produksi yang tersebar di sejumlah negara. Biasanya perusahaan
multinasional berbentuk bsar dan mempunyai banyak cabang kantor yang menyebar
ke Negara-negara di seluruh dunia, termasuk Negara-negara berkembang. Pengaruh,
peranan serta dampak yang ditimbulkan oleh adanya perusahaan multinasional bagi
perekonomian internasional cukup banyak. Dampak yang ditimbulkan bisa berupa
dampak positif dan negatif, misalnya yang positif seperti perusahaan ini bisa
membantu suatu negara untuk memberikan bantuan sumber-sumber daya untuk
pembangunan di negara tersebut, dan negatifnya adalah hilangnya sejumlah lapangan
kerja domestik. Hal tersebut karena perusahaan multinasional mengalihkan sebagian
modal dan aktivitas bisnisnya ke luar negeri. Walaupun begitu, perusahaan
multinasional ini keberadaanya sangatlah penting bagi perekonomian, karena negara
berkembang bisa lebih membuka dan membebaskan akses terhadap modal dan
sumber daya lainya dengan melakukan liberalisasi terhadap pasar modalnya.

DAFTAR PUSTAKA
Maulana, Zain. 2010. Jerat Globalisasi Neoliberal: Ancaman Bagi Negara Dunia
Ketiga. Yogyakarta: Riak.
Madura, Jeff. 2011. Keuangan Perusahaan Internasional (edisi ke-8 buku 1). Jakarta:
Salemba Empat.
Salvatore, Dominick. 1995. Ekonomi Internasional. Jakarta : Erlangga
https://id.scribd.com/doc/98451075/Resume-MNC (Diakses pada 13 Mei 2016 Pukul
22.10 WIB)
m.cnnindonesia.com/ekonomi/20160316084103-92-117709/februari-honda-klaim-kua
sai-219-persen-pasar-mobil-ri/ (Diakses pada 13 Mei 2016 pukul 23.04 WIB)

Anda mungkin juga menyukai