Anda di halaman 1dari 10

MENCIPTAKAN LANDASAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DALAM ERA

LIBERALISASI EKONOMI DAN POLITIK

Erna Yuliandari, Prodi PPKn, FKIP UNS, nana_adenensi@yahoo.co.id

Rakyat Indonesia dalam era liberalisasi ekonomi dan politik saat ini
berhadapan dengan negara yang tidak lagi memberikan kesejahteraan , karena
negara mencabut subsidi-subsidi dan anggaran-anggaran untuk sektor publik
berdasarkan perjanjian dan kesepakatan internasional. Meskipun secara teori,
liberalisasi akan menghasilkan manfaat bagi para pelaku perdagangan, dalam
implementasinya terjadi ketimpangan dan perbedaan. Negara produsen dan
negara negara berkembang pada umumnya berada pada posisi yang dirugikan atau
sedikit sekali memperoleh benefit perdagangan internasional. Menghadapi era
liberalisasi ekonomi dan politik saat ini diperlukan landasan kesejahteraan rakyat
yang berlandaskan nasionalisme ekonomi dan penguatan nasionalisme warga
negara. Perekonomian yang telah diatur dalam pasal 33 UUD 1945 dilaksanakan
berdasarkan demokrasi ekonomi yang dilaksanakan berdasarkan partisipasi
ekonomi dengan nasionalisme ekonomi.

Kata kunci : kesejahteraan , liberalisasi ekonomi dan politik

PENDAHULUAN

Liberalisme yang berawal dari konsepsi liberal Ricardian-Smitian


didasarkan pada gagasan mengenai kedaulatan pasar dalam proses ekonomi dan
mengasumsikan adanya keselarasan kepentingan secara alamiah diantara
berbagai manusia dan berbagai bangsa, karena itu , kalau individu dibiarkan
bebas mengejar kepentingannya sendiri dalam suatu ekonomi perdagangan yang
didasarkan pada suatu pembagian kerja dan struktur atau faktor-faktor produksi
sendiri, maka kesejahteraan suatu kelompok atau individu, suatu bangsa atau
suatu kelompok bangsa secara keseluruhan akan bisa ditingkatkan. Menurut kaum
liberal , peranan negara seharusnya sangat terbatas, menurut mereka banyak
bentuk intervensi pemerintahan dalam ekonomi , sengaja atau tidak, telah
membatasi pasar dan kerena itu mencegah terjadinya perdagangan yang secara
potensial menguntungkan. Pemerintah memang memiliki peranan yang sah dan
memang diperlukan untuk menciptakan dan memelihara keberadaan pasar yang
bebas dan kompetitif. Pemerintah harus berperan mempertahankan negara ,
melindungi hak milik, dan mencegah persaingan yang tidak sehat atau munculnya
monopoli dipasar. Menurut sebagian besar kaum liberal , pemerintah juga harus
menyelengarakan pendidikan bagi warga negara, membangun infrasturktur, dan
menyediakan dan mengatur penggunaan mata uang. Dengan kata lain, peran
negara adalah menyediakan fundasi bagi berfungsinya mekanisme pasar ( Mohtar
Mas’oed,1990).
Dalam alam ekonomi liberal akan terjadi persaingan hebat antara individu
satu dengan individu lainnya. Pengusaha-pengusaha dengan modal besar akan
mudah menelan pengusaha-pengusaha kecil. Akibatnya timbullah perusahaan-
perusahaan raksasa yang dapat menguasai perekonomian negara dan politik
negara. Jurang pemisah antara si kaya dan si miskin makin lama makin bertambah
lebar dan dalam.

LIBERALISASI DALAM BIDANG BIDANG EKONOMI DAN POLITIK

Badan-badan internasional semacam Word Bank ( Bank Dunia ) dan


WTO ( Word Trade Organisation ), kemudian difungsikan sebagai alat dari
penguasa modal besar dinegeri maju dalam menjalankan liberalisasi ekonomi
dan politik. Penerapan liberalisme secara sistematis telah melemahkan basis
ekonomi dari negara –negara terbelakang, menciptakan ketergantungan modal
( utang ), teknologi dan pasar pada negara maju. Semakin tinggi tingkat
ketergantungan , semakin mudah pula agenda-agenda liberal dipaksakan kepada
mereka. Salah satu bentuk liberalisasi perdagangan dunia adalah dibentuknya
organisasi dunia yang bergerak dalam bidang perdagangan disebut dengan World
Trade Organization (WTO). Fungsi utama dari WTO yaitu untuk memberikan
kerangka kelembagaan bagi hubungan perdagangan antar negara anggota dalam
implementasi perjanjian dan berbagai instrument hukum termasuk yang terdapat
dalam annex persetujuan WTO. Peran jaringan internasional yang dilakukan oleh
WTO dalam rangka globalisasi ekonomi membuat wewenang WTO kian besar
sebagai usaha untuk menjadikan seluruh dunia sebagai kesatuan sistem pasar
yang dicirikan dengan bebasnya gerakan modal, barang-barang serta jasa. Hal ini
tak lain merupakan praktek dominasi dan korporasi lintas negara ( TNCs :
Transnational Corporations ).( Francis Wahono, 1999 ).
Kebijakan pemerintah selama ini tidak pernah tegas dalam menghadapi
dorongan modal yang besar dari pemodal yang kuat baik dibidang industri
maupun pertanian. Salah satu agenda WTO yang menimbulkan pemiskinan bagi
petani di Indonesia adalah pasarisasi yaitu strategi harga beras nasional harus
sesuai dengan standar beras internasional. Selain itu problem berat bagi petani
juga diakibatkan oleh adanya standarisasi mengenai kualitas produksi gabah
nasional. Proses pemiskinan juga terjadi dalam proses perdagangan yang tidak
adil lewat penerapan mekanisme pasar beberapa sektor perdagangan dunia yang
sudah menjadi monopoli dari beberapa perusahaan multi nasional yang
merupakan kepanjangantangan dari Bank Dunia. Selain berdampak pada
persoalan pertanian , liberalisasi yang diageni WTO dan Bank Dunia juga
membawa dampak terhadap perburuhan dan industri nasional antara lain :
1. Globalisasi tenaga kerja yang semakin meningkat
Liberalisasi tidak mampu lagi menampung tenaga kerja dalam negeri
sementara itu pilihan untuk bekerja diluar negeri tidak mendapat
perlindungan yang cukup. Liberalisasi yang terjadi bukannya
menumbuhkan industri yang baru malah menju de-industrialisasi,
karena pemodal-pemadal asing lebih memilih untuk membeli BUMN-
BUMN yang diprivatisasi dan menikmati hak monopolinya. Selama ini
ada beberapa alasan International Monetary Fund (IMF) dalam
Washington Consensus dalam masalah privatisasi bahwa masalah
privatisasi dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja perusahaan,
sehingga kinerja ekonomi dapat meningkat. Kinerja ini mencakup
tingkat efisiensi dan efektifitas produksi serta menjaga kualitas
produksi berdasarkan standart internasional, sehingga mendorong IMF
merumuskan kebijakan baru termasuk dalam hal penguasaan sektor-
sektor produksi oleh negara yang dinilai tidak sehat dan tidak efisien,
lalu munculah program privatisasi ( Joseph Stiglitz, 2002 ). Karena itu
privatisasi Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) , seperti yang
diprogramkan IMF diratusan negara, pada kebanyakan kasus adalah
rampokisasi kepemilikan negara ( yang bertujuan non profit ) beralih
ketangan pemodal. Privatisasi menjadi kedok dari berbagai macam
alasan, demi motif kinerja yang lebih baik baru bisa dilakukan setelah
pasar bebas yang dikuasai oleh Transnational Corporations , padahal
justru BUMN-BUMN yang kompetitif dan efisien yang ternyata
diprivatisasi (Revrisond Baswir, 2003 )

2. Ambruknya Industri Nasional

Akibat liberalisasi ekonomi banyak perusahaan tekstil, industri sepatu,


elektronik yang mengalami kebangkrutan dan akhirnya tutup. Ada
bebetapa hal yang menyebabkan ambruknya industri nasional antara
lain : terbukanya pasar dalam negeri terhadap produk-produk impor,
engan tarif rendah bahkan tanpa tarif yang merupakan salah satu
kesepakatan liberalisasi pasar yang dibawa oleh IMF dan WTO.
Kebangkrutan industri nasional ini juga karena tidak terjadiya investasi
yang berbentuk joint venture atau penyertaan modal dalam industri
dalam negeri. Pemodal asing lebih memilih untuk membeli saham-
saham BUMN yang menguntungkan dan memonopoli tanpa
memikirkan resiko. Atau pemodal tidak perlu lagi membangun industri
assembling untuk pemasaran dalam negeri karena impor sudah terbuka
lebar.

Ekonomi dunia saat ini sudah digerakkan oleh ratusan perusahaan


transnasional ( lintas bangsa mereka memonopoli ekonomi dan membagi-bagi
dunia diantara perjanjian –perjanjian internasional. Mereka tidak perlu
membangun industri baru cukup dengan membeli industri-industri yang telah ada
baik milik swasta nasional yang bangkrut atau milik negara yang diprivatisasi
sehingga keuntungan mereka jauh lebih besar daripada APBN sebuah negara
yang berkembang. IMF, Bank Dunia dan WTO merupakan tempat berkumpulnya
para agen-agen perusahaan trans nasional, sementara itu negara berkembang
termasuk Indonesia, akan menjadi tergantung .
Dalam era liberalisasi ekonomi dan politik saat ini rakyat Indonesia
berhadapan dengan negara yang tidak lagi mensejahterakan, karena negara
mencabut subsidi-subsidi dan anggaran-anggaran untuk sektor publik berdasarkan
perjanjian dan kesepakatan internasioanal. Meskipun secara teori, liberalisasi
akan menghasilkan manfaat bagi para pelaku perdagangan, dalam
implementasinya terjadi ketimpangan dan perbedaan. Negara produsen yaitu
negara- negara berkembang pada umumnya berada pada posisi yang dirugikan
atau sedikit sekali memperoleh benefit perdagangan internasional. Liberalisasi
dapat mengakibatkan dampak buruk yang bisa mengancam pasar domestik dan
kepentingan domestik lainnya menyangkut kesejahteraan masyarakat. Hal
tersebut bisa terjadi karena perbedaan dalam kepemilikan sumber daya,
penguasaan teknologi produksi, perkembangan ekonomi dan komitmen
pemerintah untuk membela kepentingan nasionalnya.

MENCIPTAKAN LANDASAN KESEJAHTERAAN RAKYAT DALAM ERA


LIBERALISASI POLITIK DAN EKONOMI MELALUI NASIONALISME

Kebijakan tegas dari pemerintah Indonesia diperlukan untuk mencegah


terjadinya kerugian dari seluruh kerjasama perdagangan bebas yang dilaksanakan.
Salah satu upaya yang harus dilakukan pemerintah Indonesia adalah mendorong
daya saing nasional di kancah global. Daya saing produk domestik yang tinggi
akan membawa keberhasilan dalam era liberalalisasi perdagangan. Penguatan
daya saing domestik perlu dilakukan mulai dari aspek modal, sumber daya
manusia, dan juga teknologi. Penguatan aspek modal dapat dilakukan dengan
kerjasama dengan pihak-pihak perbankan yang ada di Indonesia. penguatan daya
saing sumber daya manusia dapat dilakukan dengan perbaikan tingkat pendidikan,
dan mendorong penguatan skill tenaga kerja. Sedangkan penguatan teknologi
dapat dilakukan dengan cara mendongkrak inovasi dan kreatifitas masyarakat
Indonesia.
Terkikisnya nasionalisme bangsa Indonesia sebagai ekses negatif dari
liberalisasi sehingga menimbulkan diabaikannya kearifan lokal dalam persolan
pembangunan. Ketika faktor ekonomi mendominasi konsep tata ruang dalam
pembangunan seringkali konsep kearifan lokal diabaikan dan yang bermain adalah
logika kapitalis. Liberalisasi ekonomi dan politik yang mengakibatkan terkikisnya
nasionalisme merupakan suatu tantangan yang mesti dihadapi bersama tidak
hanya oleh negara dengan kemampuannya mengelola identitas nasional yang
tercermin lewat nasionalisme, tetapi juga diperlukan adanya kerjasama dengan
masyarakat, baik didalam keluarga maupun dalam dunia pendidikan. Pendidikan
membawa peran yang sangat penting dalam menumbuhkan nasionalisme.

LANDASAN KESEJAHTERAAN RAKYAT INDONESIA DALAM PASAL 33


UUD 1945

Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 merupakan salah satu landasan


negara dalam menciptakan kesejahteran yang mengatur tentang perekonomian.
Ayat 1 Pasal 33 UUD 1945 memberikan landasan yang jelas bagi negara untuk
mengatur perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas dasar asas
kekeluargaan. Pasal 33 UUD 1945 meletakan landasan yang kokoh dalam
mengatur dan menata perekonomian bangsa Indonesia. Perekonomian negara
tidak boleh dibiarkan secara bebas mengikuti pasar, melainkan harus di kelola dan
diatur sedemikian rupa berasaskan asas kekeluargaan demi kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat.
Ayat 2 Pasal 33 UUD 1945 jelas menegaskan bahwa cabang-cabang
produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara. Dalam era liberalisasi saat ini aset-aset dan cabang-cabang produksi
strategis bagi negara bagi hajat hidup orang banyak banyak diprivatisasi. Pasal
33 UUD 1945 memberikan pijakan yang jelas bagaimana demokrasi ekonomi di
Indonesia harus dijalankan demi kemakmuran masyarakat bukan orang-
perseorangan. Perekonomian yang telah diatur dalam pasal 33 UUD 1945
dilaksankan berdasarkan demokrasi ekonomi yang dilaksanakan berdasarkan
partisipasi ekonomi dengan nasionalisme ekonomi.
Perekonomian berdasarkan atas asas demokrasi ekonomi, kemakmuran
bagi semua orang sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara
dan menguasai hajat hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Bumi , air
dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah pokok-pokok
kemakmuran rakyat, sebab itu harus dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dengan Landasan pasal 33 UUD 1945
merupakan aturan imperatif bagi kebijakan negara dalam sektor perekonomian ,
perdagangan dan politik bahwa negara harus mengelola dan mengatur
perekonomian serta membuat desain ekonomi nasional dalam mengatasi
liberalisasi ekonomi dan politik saat ini.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MEMPERKOKOH


NASIONALISME WARGA NEGARA DALAM ERA LIBERALISASI
EKONOMI DAN POLITIK

Peran pendidikan memiliki posisi yang sangat strategis dalam menjaga


persatuan dan kesatuan. Secara operasional hal-hal yang bersifat normatif yang
berkaitan dengan nasionalisme dapat dituangkan dalam bentuk dan isi kurikulum
salah satu contohnya adalah materi pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan
Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi mempunyai peran yang sangat strategis
dalam menumbuhlkan nasionalisme bagi para peserta didik, Pendidikan
Kewarganegaraan diharapkan mampu menumbuhkan pengetahuan Kewargaan
(civic Knowledge) yang terkait dengan materinya, juga dapat menumbuhkan sikap
kewargaan (Civic disposition) dan juga kecakapan dan kemampuan
mengartikulasikan ketrampilan kewargaan (civic skill).
Ketiga hal tersebut diharapkan dapat memberikan solusi yang strategis
untuk menumbuhkan rasa nasionalisme bagi peserta didik didalam materi
pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi juga mengajarkan mengenai
persolan identitas nasional. Materi identitas nasional ini diharapkan mampu
menumbuhkan semangat nasionalisme, selain itu dalam materi kajian pendidikan
kewarganegaraan juga termuat materi hak asasi manusia dan demokrasi. Dengan
adanya materi hak asasi manusia dan demokrasi ini diharapkan peserta didik
mampu memiliki suatu wisdom atau kebijaksanaan dalam menghadapi persoalan -
persolan liberalisasi ekonomi dan politik yang terjadi di Indonesia bisa
diselesaikan dengan budaya dialog, tanpa ada kekerasaan dimana ada budaya
perdamaian dan penghargaan terhadap nilai-nilai sosial yang berbeda dan
multikulturalisme yang ada di Indonesia. Dengan adaya berbagai muatan materi
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi tersebut diharapkan secara
langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi terhadap pembangunan
nasionalisme bangsa Indonesia.
Dengan bekal pembelajaran dan materi Pendidikan Kewarganegaraan
diharapkan peserta dididik mampu mengambil langkah-langkah untuk
mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai-nilai nasionalisme,
langkah-langkah tersebut antara lain yaitu :
1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat
mencintai produk dalam negeri.
2. Menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dengan sebaik-
baiknya.
3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya.
4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum
dalam arti sebenar-benarnya dan seadil-adilnya.
5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi dan liberalisasi di bidang
politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
Dengan adanya langkah-langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu
menangkis pengaruh Liberalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme
terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa. Dengan
adanya langkah-langkah strategis dan juga penanaman nasionalisme diharapkan
dapat mendorong percepatan munculnya sikap nasionalisme baru yang
mengkombinasikan berbagai aspek seperti penguasaan kognisi, afeksi. Dengan
demikian pendidikan memiliki posisi yang sangat penting dalam memperkokoh
nasionalisme bangsa Indonesia dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi dan
politik saat ini. Kokohnya nasionalisme warga negara diharapkan mampu
memperkuat landasan bangsa Indonesia dalam menciptakan kesejahteraan dalam
era liberalisasi ekonomi dan politik.

PENUTUP

Liberalisasi ekonomi dan politik yang mensyaratkan adanya kebebasan


arus barang dan jasa maupun investasi antar negara ditandai dengan pengurangan
bahkan penghapusan hambatan tarif dan non tarif menimbulkan pertanyaan
apakah era liberalisasi ekonomi dan politik tersebut akan pararel dengan
kesejahteraan rakyat dinegara-negara berkembang termasuk Negara Indonesia
yang memiliki gap ekonomi yang tajam terhadap negara-negara maju. Kebijakan
tegas dari pemerintah Indonesia diperlukan untuk mencegah terjadinya kerugian
dari seluruh kerjasama perdagangan bebas yang dilaksanakan. Salah satu upaya
yang harus dilakukan pemerintah Indonesia adalah mendorong daya saing
nasional di kancah global. Selain daya saing dikancah global juga perlu didukung
dengan penguatan nasionalisme terhadap perekonomian nasional maupun
nasioanalisme warganegara dalam segenap aspek kehidupan baik ekonomi,
social,politik, budaya maupun pertahanan dan keamanan dalam menciptakan
landasan kesejahteraan masyarakat Indonesia di era liberalisasi ekonomi dan
politik saat ini.
Daftar Pustaka

Francis Wahono. 1994. Dari Konflik Menuju Demokrasi . Insist press: Yogyakarta
E. Gellner. 1983. Nations and Nationalism. Oxford : Blackwell
Joseph Stiglihtz. 2002. Washington Consensus : Arah Menuju Jurang
Kemiskinan. INFID

Martin.Khor ( 2000 ). Globalization and the South :Some Critical Issue,Penang


Malysia :Third World Network
Mohtar Mas’od.1990. Ekonomi Politik Internasional. Pusat Pengembangan
Fasilitas Bersama UGM : Yogyakarta

-------------------.2002. Tantangan Internasioanl dan Keterbatasan Nasional:


analisis Ekonomi-Politik tentang Gloalisasi Neoliberalis, pidato pengukuhan
jabatan guru besar pada FISIPOL UGM. : Yogyakarta

Revrisond Baswir, 2003. Dibawah Ancaman IMF. Pustaka Pelajar : Yogyakarta


Popy S Winarti, Development state dan tantangan Globalisasi (PengalamanKorea
Selatan , Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Volume 7 nomor 2 Nopember
2003 .Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai