Neoliberalisme
Beberapa ciri neoliberalisme yang menyebabkan kekuatan negara di reduksi oleh kekuatan modal,
seperti:
1. Pasar yang berkuasa, bukan pemerntah atau negara. Membebaskan kegaiatan swasta dari
peraturan dan kebijakan pemerintah, walaupun kegiatan membawa dampak yang buruk
terhadap rakyat dan kehidupan bermasyarakat. Hal ini terlihat dari gencarnya tekanan swasta
terhadap pemerintah untuk memperlemah serikat buruh serta perlunya penurunan upah
buruh, bebasnya swasta membeli dan menggunakan tanah selama-lamanya dan seluas-
luasnya.`
2. Mengurangi biaya untuk fasilitas dan pembangunan umum. Umpamanya dana untuk
pendidikan, kesehatan, Penyediaan air bersih, dan pembangunan daerah secara umum harus
dikurangi.
3. Mencabut peraturan-peraturan yang menngganggu keuntungan ekonomi. Misalnya dengan
menghapus atau mengganti peraturan tentang melestarikan lingkungan, jaminan kondisi
kerja, atau peaturan tentang kesehatan makanan dan lain-lin.
4. Privatisasi/swastanisasi dengan alasan untuk meningkatkan efektivitas dan eisiensi
pelayanan kepada rakyat, maka perusahaan milik negara harus dijual, termasuk penjualan
jenis-jenis usaha yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Misalnya perusahaan air,
listrik, sekolah, rumah sakit, Bank, dan perkeretaapian.
5. Mencabut bantuan sosial. Bantuan negara/ pemerintah untuk orang miskin harus dicabut.
6. Pasar bebas. Di tingkat internasional, paham neoliberalisme berusaha untuk memudahkan
perdagangan antar negara. Salah satu untuk mencapai kondisi ini maka diperlukan untuk
mencabut semua konrtol yang dianggap menghalangi pasar bebas. Misalnya tentang
bea/cukai, halangan investasi dan aliran lalulintas modal.
7. Monopoli teknologi yang hanya dapat dikuasai dan dikelola oleh pemilik modal untuk
produksi masal.
8. Cendrung menggunakan militer dan kekerasan sebagai alat untuk mengintervensi disamping
pasar bebas.
Apabila dorongan untuk mencari keuntungan individual adalah kapasitas yang alamiah, maka tidak
boleh ada intervensi pemerintah atau monopoli negara karena hal itu hanya akan mengganggu
kebebasan individu dalam berkompetisi. Dari gagasan inilah lahir apa yang kemudian disebut
dengan pasar bebas (free markets), sebagaimana yang kita kenal saat ini.konsep lainnya dari
neoliberalisme adalah comparative advantage (keunggulan komparatif). Menurutnya, setiap bangsa
harus memaksimalkan kekayaannya bukan atas dasar surplus perdagangan, malainkan mengambil
keuntungan dari pambagian kerja (division of labour) internasional berdasarkan perdagangan
bebas. Smith berkata “bila sebuah negara asing dapat mensuplai kita dengan komoditi yang lebih
murah dibanding yang kita buat sendiri, maka lebih baik kita membelinya dari mereka, dari
sebagian hasil industri kita sendiri yang punya kelebihan-kelebihan dari yang lain”. Inilah hukum
comparative advantage yang masih hidup dan banyak dipraktekan serta diamalkan di banyak
negara hingga sekarang.
Neoliberalisme kemudian dikenal sebagai sebuah kendaraan yang mengusung satu proyek besar
dunia; globalisasi pasar, dengan cara-cara seperti bagaimana yang disebutkan oleh Manfred B.
Steger, bahwa kelompok globalis neoliberal berupaya menyemaikan pengertian yang tidak kritis
mengenai “globalisasi” kealam pikir masyarakat dengan klaim yang mereka sebut sebagai
keuntungan universal dari liberalisasi pasar, yaitu : peningkatan standar hidup global, efisiensi
ekonomi, kebebasan individu dan demokrasi, serta kemajuan teknologi yang belum pernah ada
sebelumnya (Manfred B. Steger. GLOBALISME; Bangkitnya Ideologi Pasar, Jogjakarta: Lafadl Pustaka, 2005.
Halaman 17 )
Menurut Mansour Fakih, Globalisasi pada dasarnya merupakan proses pesatnya perkembangan
kapitalisme, yang ditandai dengan globalisasi pasar, investasi dan proses produksi dari Perusahaan
Transnasional (Trans National Corporations-TNCs) dengan dukungan Lembaga-lembaga Keuangan
Internasional (International Financial Institutions-IFIs) yang diatur oleh Organisasi Perdagangan
Global (World Trade Organization-WTO) Log. Cit,.Mansour Fakih. Jalan Lain ; Manifesto Intelektual Organik.
Hal. 192
Dengan demikian, proses neoliberalisme yang diwacanakan berakibat pada monopoli negara-negara
kaya terhadap negara berkembang di berbagai aspek seperti ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Di
Asia, Indonesia merupakan contoh yang paling baik untuk menggambarkan bagaimana dampak dari
hegemoni neoliberalisme tersebut khususnya bagi para petani. Pengkerdilan peran negara
menyebabkan negara tidak mampu melindungi petani, nelayan, dan rakyatnya secara maksimal.
Dengan monopoli yang demikian maka irama permainan pertanian global akan sepenuhnya
ditentukan oleh perusahaan-perusahaan besar, terutama koorporasi-koorporasi transnasional (TNC).
Dengan kekuatannya TNC-TNC ini menghisap surplus yang besar dari negara-negara dunia ketiga
dan subsidi dari negara-negara tempat TNC beroperasi. Perkembangan-perkembangan ini akan
meluncur seiring dengan tersingkirnya dan marjinalisasi petani-petani kecil, baik yang ada di negara
maju dan yang tersebar di negara sedang berkembang dan miskin di belahan selatan dunia. Dengan
kekuatan lobynya untuk menyetir dan mempengaruhi setiap keputusan penting dalam berbagai
kesepakatan-kesepakatan multilateral serta institusi-institusi keuangan global penyebar ideologi
neoliberalisme, pertanian dunia akan berada dalam cengkraman neoliberalisme. Inilah yang
dinamakan neoliberalisme pertanian.
Putaran Uruguay merupakan perundingan yang komprehensif. Sampai dengan masa berakhirnya
pada tahun 1994 dalam suatu pertemuan tingkat menteri di Marakesh, Maroko. Putaran Uruguay
telah menghasilkan suatu reformasi global di bidang perdagangan dan hasilnya juga semakin luas
termasuk memasukan sektor pertanian dan tekstil di dalam kesepakatannya. Di putaran Uruguay ini
juga cakupan perdagangan dunia telah diperluas dengan memasukan hal-hal lain seperti GATS
(kesepakatan umum tentang perdagangan dan jasa), TRIPS (kesepakatan tentang HAKI atau hak
milik intelektual), TRIMS (kesepakatan tentang ketentuan investasi). Yang pada akhirnya putaran
Urugay ini mencapai kesepakatan untuk membentuk organisasi perdagangan dunia WTO (World
Trade Organization).
WTO secara formal terbentuk pada tanggal 1 januari 1995, dimana satu per lima anggotanya adalah
negara yang sedang berkembang. Tidak lama setelah putaran Uruguay berlalu beberapa anggotanya
mengkritik WTO dan menyatakan WTO hanya mengakomodir kepentingan negara-negara maju
saja. Satu kritik pedas yang disampaikan oleh Luis Fernando Jaramillo yang mengatakan: Ibid, Hal.
54. Luis Fernando Jaramillo adalah ketua dari kelompok G77 di New York dan utusan tetap Colombia di PBB.
”Cukup jelas bahwa hasil putaran Uruguay tidak dilaksanakan untuk kepentingan negara-negara
yang berkembang.....dan tidak diragukan lagi, negara yang berkembang merupakan pihak yang
kalahbaik secara perorangan ataupun kolektif.”
WTO merupakan suatu arena konflik politik-ekonomi guna mengembangkan kompetisi dan
menciptakan kesempatan untuk melakukan kompetisi dan menciptakan kesempatan monopoli dan
ekspansi usaha. Intinya adalah untuk meliberalisasi pasar guna memenuhi ambisi negara-negara
kapitalis agar pasar Asia, Eropa Timur, Amerika Latin dapat terbuka bebas. Negara-negara maju ini
sangat membutuhkan pasar untuk menjual surplus produksinya dan mengeluarkan modalnya
sehingga bisa mendapat bahan baku yang murah dan upah buruh yang sangat murah guna
mengembangkan monopoli usahanya agar berkembang dan tidak bangkrut. Bukan hanya barang
yang bisa bergerak bebas tapi juga termasuk jasa dan investasi juga harus bebas bergerak.
Negosiasi-negosiasi perdagangan dunia banyak dilakukan di forum WTO. Negosiasi tersebut akan
mendorong negara-negara di dunia untuk melakukan perdagangan bebas. Perdagangan bebas akan
menguntungkan satu pihak dan membebani pihak yang lain. Contohnya, perjanjian perdagangan
melarang hampir semua subsidi termasuk juga untuk sarana produksi pertanian. Kondisi tersebut
menekan pendapatan petani di negara-negara berkembang yang tidak mendapatkan subsidi seperti
yang terjadi di Indonesia.
Padahal kondisi sosial, ekonomi, politik dan budaya negara-negara berkembang jelas tidak sama
dengan kondisi negara-negara maju. Akibatnya praktek perdagangan tersebut cederung menjadi
perdagangan yang yang tidak adil, dan bahkan menghisap akibat level playing field yang berbeda
antara negara maju dengan negara-negara berkembang. Hal ini terlihat pada termarjinalisasikanya
posisi petani berlahan sempit (gurem) dengan melakukan praktek pertanian dengan teknologi
sederhana yang menghuni negara-negara berkembang. Dan di sisi lain, petani di negara maju selain
mendapat dukungan penuh dari pemerintah, dengan penguasaan lahan yang luas dan menggunakan
teknologi modern. Sudah sangat jelas yang terjadi kemudian adalah ketidak adilan akibat peraturan
yang unfair.
Secara tradisional, suatu negara selalu mengenakan tarif ( bea dan cukai), hal ini guna mengontrol
import produksi hasil pertanian dan sebagai suatu instrumen untuk melindungi dan
mengembangkan pertaniannya. Beberapa negara maju terutama USA dan Eropa memberikan
subsidi pada produksi pertaniannya sehingga ekspor yang dilakukan menjadi berharga sangat
murah, sehingga merusak pasar di tingkat internasional. (Ibid, Hal. 55 )
Ketentuan tentang pertanian (AoA) berusaha menciptakan sistem perdagangan hasil pertanian yang
berorientasi pasar. Menghapuskan subsidi dan proteksi terhadap hasil pertanian, sehingga
menghasilkan kehancuran di pasar produksi pertanian dunia. AoA juga mengharuskan pengurangan
subsidi terhadap produk-produk pertanian dan ekspor hasil pertanian.
AoA juga mengatur ketentuan tentang kesehatan termasuk juga stadar pangan higiensi dan
ketentuan inspeksi. Setiap angota harus membuat komitmen dalam wilayah kerja ini menurut
jadwal tertentu.
Untuk sektor petanian, pasal 27 merupakan pasal yang paling sering dipermasalahkan, yaitu yang
berisi antara lain 1, Paten diberikan untuk semua penemuan, baik dalam bentuk produk atau
proses,tanpa melihat tempat dari mana asal dan pembuatan suatu penemuan dan dalam semua
bidang teknologi. 2, Negara anggota WTO dapat menetapkan penemuan yang tidak diberikan paten,
sepanjang penemuan tersebut tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. 3, Negara-negara
anggota WTO dapat menetapkan penemuan yang tidak dapat diberikan hak paten, seperti metode
pemeriksaan, pengobatan dalam rangka penanganan manusia dan hewan. ( Log Cit, Hudori,
Neoliberalisme menumpas petani, Yogyakarta, Resist, Hal 94 )
Bila dicermati isi dari TRIPs dapat memunculkan beberapa implikasi pematenan atas mahluk hidup
pada masyarakat tradisional dan petani, seperti halnya masyarakat petani tidak lagi dapat
menjalankan aktifitas yang biasa mereka lakukan- yang terkait erat dengan perlindungan dan
pelestarian keanekaragaman hayati tanpa seijin pemegang paten.
Bila perlindungan paten diberlakukan, seyogyanya petani dan masyarakat tradisional juga unya hak
untuk mendapatkan paten atas benihnya, persoalannya, ketentuan TRIPs mengatakan paten hanya
dapat diberikan bagi inovasi yang dapat digunakan dalam skala industri. Padahal poses-proses
bioteknologi yang menghasilkan bibit unggul tidaklah berdiri sendiri, tetapi perlu kearifan
masyarakat tradisional.
Akhirnya TRIPs memunculkan sejumlah implikasi serius, yang dalam konteks pertanian, terutama
keragaman hayati. TRIPs akan mendorong terjadinya privatisasi keragaman hayati yang berada
dalam kancah publik. Padahal sejarah mengajarkan, privatisasi sumber daya publik selalu berakhir
dengan kerusakan atau penipisan sumber daya tersebut melalui monopoli kepemilikan keragaman
hayati beserta pengetahuannya, menegasikan inovasi tradisional masyarakat adat/lokal, membuka
peluang pembajakan sumber daya hayati yaitu pengambilan dan pemanfaatan bahan hayati,
terutama sumber daya genetika beserta kearifan tradisional masyarakat adat tanpa sepengetahuan
dan persetujuan masyarakat setempat, dan mendorong erosi keragaman hayati.
International Monetary Fund (IMF). IMF dibentuk oleh 29 negara dengan menandatangani artikel
perjanjian guna mengatasi depresi yang sangat besar yang dialami Amerika Serikat pada tahun
1930-an yang berdampak pada perekonomian negara-negara dunia ketiga.
Dengan kata lain negara yang ingin meminjam kepada IMF harus dengan syarat yang berakibat
pada: (1), dipinggirkannya peran pemerintah sebagai badan publik dalam penyediaan berbagai
layanan dasar untuk publik, (2) menjadikan berbagai jasa layanan dasar penunjang hidup sebagai
barang dagangan (komoditas) yang dikuasai swasta, dan (3) sebagai konsekuensi dari keduanya,
terjadinya pergeseran berbagai interaksi sosial dan kultural yang semula berorientasi pada
partisipasi masyarakat dalam pengelolaan jasa layanan dasar untuk diri mereka sendiri direduksi
secara implisit menjadi hubungan antara konsumen dan produsen atau justru antara penjual dan
pembeli. Pada kondisi rendahnya akses publik terhadap modal/kapital, hal ini akan mengakibatkan
akses masyarakat kepada berbagai jasa layanan dasar serta politik menjadi sangat rendah.
Pada dasarnya kebijakan oleh IMF tersebut dikemas di dalam sebuah dokumen yang disebut
dengan Memorandum of Economic and Financial Policy (MEFP), yang lebih poluler disebut
dengan Letter of Intent(LoI). LoI tersebut harus disetujui dan dilaksanakan pemerintah Indonesia.
Untuk merealisasikan langkah-langkah dalam LoI, melalui Bank Dunia maupun ADB (Bank
Pembangunan Asia) telah menyediakan dana pinaman yang harus digunakan untuk melaksanakan
sejumlah langkah mandat reformasi yang berbentuk penyesuaian struktural.Ibid, Hal. 194
Salah satu dampak penyesuaian struktural IMF dan Bank Dunia tersebut bisa disaksikan pada
sektor pertanian, dimana penyesuaian ini pada gilirannya berpengaruh langsung terhadap ketahanan
pangan kita. Penyesuaian yang tertuang dalam LoI tersebut direspon oleh pemerintah dangan
mengeluarkan kebijakan, antara lain penghapusan monopoli import berbagai komoditas pangan
pokok dan strategis (beras, gula, terigu dan gandum), penetapan tarif bea masuk, penghapusan
subsidi pangan, penghapusan subsidi pupuk dan berbagai sarana produksi pertanian kepada petani.
Perkembangan peragangan yang terjadi dewasa ini adalah berkembangnya pertanian bioteknologi
lewat rekayasa genetika yang menghasilkan tanaman transgenik. Lewat rekayasa genetika pertanian
transgenik telah meluas. Keberhasilan komersialisasi produk transgenik didukung oleh
kemampuannya dalam posisi yang acceptable dalam ranah sosio-politik, dan ini sangat disadari
oleh perusahaan multi nasional. Pelipatgandaan model tersebut sangat progresif dengan
penambahan jumlah luasan tanaman transgenik yang sangat fantastis. Misalnya sebesar 46% kedelai
yang ditanam di seluruh dunai saat ini adalah merupakan kedelai transgenik. Ibid, Hal. 49, rekayasa
genetika merupakan teknologi untuk mengubah susunan materi genetic sel hidup untuk menghasilkan senyawa yang
diinginkan atau bahkan mengubah fungsi-fungsi secara berbeda dengan sel-sel yang lain yang tidak mengalami
manipulasi.
Singkatnya adalah terjadi monopoli teknologi dan beserta globalisasi paradigma monokultural.
Karena benih dipatenkan, petani yang semula bisa menangkarkan bibit untuk keperluannya sendiri,
kini mereka dipaksa untuk membeli benih produk MNC dengan harga yang sangat mahal dan tidak
bisa di benihkan kembali oleh petani. Saat ini Monsanto memiliki hak paten pertama untuk
teknologi rekayasa genetika yang berhubungan dengan riset tanaman transgenik (Monsanto merupakan
perusahaan penelitian produk transgenic yang tidak lain adalah sponsor utama MNC. ). Maka semua pengguna
bioteknologi dasar tersebut harus meminta ijin dan membeli dari Monsanto. Ini memicu kontroversi
karena ide dasar hak paten adalah publik mendapatkan akses ke produk yang aman.
Untuk mengantisipasi kekacauan politik dan ekonomi yang kian memburuk, Pemerintah Indonesia
merepone dengan mengeluarkan beberapa kebijakan yang kooperatif dengan lembaga-lembaga
ekonomi internasional. Hal tersebut menghasilkan beberapa kebijakan yang tertuang dalam
Undang-Undang publik, seperti keluarnya:
1. Undang-Undang nomor 18 tahun 2003 (tentang perkebunan)
Sejarah penguasaan tanah agraria di Indonesia sejak jaman feodal dikuasai oleh raja-raja secara
mutlak. Feodalisme adalah sistem perekonomian dimana raja dan keluarganya merupakan tuan dan
rakyat adalah abdi. Jadi dalam sistem feodalisme, alat produksi seperti tanah merupakan milik raja,
bangsawan. Juga rakyat adalah milik raja yang tenaganya dapat diserahkan demi kepentingan
penguasa tersebut.
Begitu juga pada masa kolonial dapat digambarkan secara umum bahwa penguasaan tanah
dikuasasi oleh para penjajah kapitalisme kolonoalis Belanda dengan berbagai kesepakatan dengan
para Raja. Sistem kolonial ini ditandai dengan 4 ciri pokok yaitu: dominasi, eksploitasi dan
depedensi. Prinsip dominasi terwujud dalam kekuasaan golongan penjajah yang minoritas terhadap
penduduk pribumi yang mayoritas. Dominasi ini pada umumnya didukun oleh keunggulan militer
kaum penjajah dalam menguasai dan memerintah penduduk pribumi. Dengan demikian pribumi
dikenakan ”tanam paksa”, kerja rodi dan dipaksa untuk tidak memiliki modal produksi sendiri
seperti tanah.
Dengan tuntutan perkembangan kapitalisme tersebut pada tahun 1602 mereka membentuk
gabungan perseorangan Belanda atau disebut dengan VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie).
VOC diberi oleh pemerintah Belanda hak eksklusif dalam melakukan monopoli perdagangan di
daerah jajahannya demi memenuhi kebutuhannya. Noer Fauji Rachman, Dinamika Perjalanan Politik Agraria,
Bandung, 1994 hal 12.
Demikian hal ini berlangsung selama berabad-abad, yang menimbulkan penindasan dan penderitaan
bagi penduduk pribumi yang berkepajanjangan. Hal ini terlihat dari pengembangan usaha pertanian
perkebunan dengan satuan-satuan berskala besar.
Akibat sosial dari penguasaan dari tanah sebagai alat produksi pertanian oleh kolonial adalah
hubungan kelas sosial antara kelas sosial yang terlibat adalah buruh dengan pemilik modal: buruh
adalah mayoritas manusia yang menjual tenaga kerja yang dipertukarkan dengan upah
Hak rakyat atas tanah merupakan hak dasar dari setiap manusia dan rakyat mempunyai hak
pengelolaan yang bersifat mandiri dan mempunyai kemerdekaan dalam menentukan
pengelolaanya. Demikian juga hubungan antara manusia dengan tanah merupakan hubungan yang
bersifat sosio religius sehingga tanah tidak dapat hanya dipandang sebagai aset produksi semata.
Hak rakyat atas tanah sebagai hak dasar manusia harus dijamin ketersediaanya oleh negara untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat semesta. Penguasaan tanah secara terpusat pada individu
maupun kelompok dengan skala besar tidak dibenarkan dan negara sebagai penjamin harus
melaksnakan fungsinya untuk melakukan distribusi tanah untuk pemenuhan hak dasar tersebut.
Udang-Undang perkebunan tetap memandang tanah sebagai asset produksi semata. Tanah yang
mempunyai hubungan sosial religius apabila dibutuhkan untuk usaha perkebunan dan di atas tanah
tersebut terdapat masyarakat atau hak rakyat terlebih dahulu ada mereka wajib dilakukan
musyawarah. Prinsip musyawarah pada dasarnya memang merupakan sebuah prinisip yang sangat
diharapkan dalam setiap pengambilan keputusan bersama. Undan-Undang perkebunan tidak
menerapkan prinsip-prinsip dasar musyawarah karena musyawarah diarahkan untuk memperoleh
kesepakatan mengenai penyerahan tanah dan imbalannya.
Atas dasar itulah, substansi yang mendorong privatisasi dan komersialisasi air dalam undang-
undang no.7 tahun 2004 akan membahayakan kepentingan dan kesejahteraan seluruh laspisan
masyarakat. Air menjadi salah satu contoh upaya pemilik modal global untuk menguasai sumber
daya negara berkembang dan bertujuan untuk menarik keuntungan. Agenda libealisasi yang
dititipkan pada sejumlah undang-undang merupakan pola umum yang dijalankan lembaga kapitalis
global.
Dengan demikian privatisasi tidak sebatas penyerahan penyediaa air minum, namun juga
pengelolaan air untuk berbagai kepentingan, khususnya irigasi pertanian, energi dan industri.
Undang-undang yang baru ini lebih didominasi oleh kepentingan ekonomis. Pengaruh Bank Dunia
ikut menentukan substansi dan kepentingan yang diperjuangkan oleh undang-undang ini.
Hadirnya undang-undang no. 7 tahun 2004 tentang sumber daya air merupakan bagian dari
persyaratan pinjaman Bank Dunia untuk program WATSAL (Water resources sector adjusment
loan) sebesar USD 300 juta yang ditandatangani pada april 1998. sejak tahun 1998 kebijakan
tentang air yang baru tersebut dirumsukan dengan ketelibatan Bank Dunia, Bapenas dan
Kimpraswil. Seak awal Bank Dunia telah menyatakan bahwa lembaga tersebut tidak akan
memberikan pinjaman baru apabila kebijakan pengelolaan air, khususnya untuk irigasi pertanian
tidak diubah.
Undang-undang ini memberi ruang yang luas bagi swasta untuk menguasai air (air tanah, segala
bentuk air permukaan dan sebagian badan sungai). Instrumen Hak Guna Usaha dalam pasal 7,8, dan
9 (35 UU Sumber Daya air No.7 Tahun 2004 pasal 7: (1) Hak guna air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4)
berupa hak guna pakai air dan hak guna usaha air, (2) Hak guna air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
disewakan atau dipindahtangankan, sebagian atau seluruhnya., Pasal 8: (1) Hak guna pakai air diperoleh tanpa izin
untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari bagi perseorangan dan bagi pertanian rakyat yang berada di dalam sistem
irigasi.,(2) Hak guna pakai air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memerlukan izin apabila, (a) cara menggunakannya
dilakukan dengan mengubah kondisi alami sumber air; (b) ditujukan untuk keperluan kelompok yang memerlukan air
dalam jumlah besar; atau (c) digunakan untuk pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada.(3) Hak guna pakai
air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi hak untuk mengalirkan air dari atau ke tanahnya melalui tanah orang
lain yang berbatasan dengan tanahnya. Pasal 9: (1) Hak guna usaha air dapat diberikan kepada perseorangan atau badan
usaha dengan izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. (2) Pemegang hak guna
usaha air dapat mengalirkan air di atas tanah orang lain berdasarkan persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang
bersangkutan.(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa kesepakatan ganti kerugian atau
kompensasi) menjadi dasar alokasi dan penguasaan sumber-sumber air kepada swasta. Instrument
Hak Guna Usaha ini menjadi dasar pengelolaan air dan menjiwai sebagian besar pasal-pasal dalam
undang-undang seumber daya air. Undang-undang ini juga membatasi bentuk dan jumlah
penggunaan air oleh masyarakat. Di luar batasan kriteria penggunaan sehari-hari dan pertanian
rakyat yang ditentukan pemerintah, akan dikategorikan sebagai kepentingan komersial. Oleh karena
itu maka penggunaan air di luar batasan tersebut akan diwajibkan mendapatkan izin dan tentunya
akan dikenakan biaya. Begitu banyak aktivitas masyarakat yang selama ini dilakukan tanpa nuansa
komersial akan terhambat terhadap akses air tersebut. Dengan adanya batasan penggunaan air
kepada masyarakat, maka alokasi air bagi kepentingan akan semakin besar. Pengaturan ini membuat
pemanfaatan air mengalir kepada kepentingan komersial semakin besar dan yang mampu dari sisi
eknomi.
Dengan adanya undang-undang yang mengatur tentang air tersebut, swasta memiliki peluang yang
cukup besar untuk menguasai sumber-sumber air milik bersama masyarakat. Sumber-sumber air
bersama masyarakat dapat dikuasakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah kepada swasta atau
perorangan untuk mengelolanya.
Walaupun dalam isi undang-undang tentang air no. 7 tahun 2004 tidak menyebutkan ”privatisasi”
namun jelas pelibatan swasta dalam berbagai bentuk dan tahap pengelolaan air menunjukan adanya
agenda privatisasi.
Privatisasi atas penyediaan air minum, pengelolaan sumber daya air, dan irigasi pertanian
dimungkinkan oleh undang-undang sumber daya air ini, sebagaimana dinyatakan dalam pasal 40
(ayat 4 dan 5). Pasal 40 ayat 4: Koperasi, badan usaha swasta, dan masyarakat dapat berperan serta dalam
penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Ayat 5: Pengaturan terhadap
pengembangan sistem penyediaan air minum bertujuan untuk:
a. terciptanya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga yang terjangkau;
b. tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan; dan
c. meningkatnya efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.
Pertanian akan menjadi mahal oleh karena mendapatkan air akan membutuhkan biaya yang lebih
besar ditengah tingginya biaya produksi tani seperti pupuk, bibit dan pemasaran hasil pertanian
yang tidak menentu. Petani yang mendapatkan air dari pengelola swasta akan membayar biaya
pengelolaan air. Beban ini menjadi bertambah besar karena menurut undang-undang sumber daya
air (pasal 41 ayat 3) maka pembangunan dan pemeliharaan irigasi menjadi tangungan petani dan
tidak lagi disubsidioleh pemerintah. Petani khususnya petani sawah , tidak akan mampu bertahan di
sektor pertanian dengan kondisi seperti ini. Dan agenda kedaulatan pangan akan semakin jauh dari
harapan rakyat Indonesia.
Disamping itu juga beberapa undang-undang yang dihasilkan seperti undang-undang no.25 tahun
2007 tentang penanaman modal asing, undang-undang no.22 tahun 2001 tentang minak dan gas
bumi, dan undang-undang no.11 tahun 1967 tentang ketentuan pokok pertambangan terdapat
muatan yang meliberalisasi sumber-sumber pertanian. Secara tidak langsung, lahirnya undang-
undang ini akan merugikan pertanian dan mementingkan kekuatan modal asing.
Defenisi neoliberalisme
Mansour Fakih menyebutkan bahwa saat ini adalah saat berakhirnya era developmentalism, suatu
proses perubahan sosial pasca Perang Dunia II yang dibangun diatas landasan paham modernisasi.
Namun di negara-negara pusat kapitalisme, jawaban untuk mempercepat laju kapitalisme telah lama
disiapkan bahkan sejak krisis kapitalisme di tahun 1930-an. Jawaban itu adalah globalisasi
kapitalisme (neoliberalisme) Mansour Fakih. Jalan Lain ; Manifesto Intelektual Organik, Yogyakarta: Insist Press,
2002. Halaman 184
Kata Neo dalam neoliberalisme sebenarnya merujuk kepada bangkitnya kembali bentuk aliran
ekonomi liberalisme lama yang cikal bakalnya dipicu oleh karya Adam Smith yang menumental,
The Wealth of Nations, di tahun 1976. Filsuf moral asal Inggris itu, yang juga bapak mazhab
ekonomi klasik atau yang lebih populer disebut dengan perumus kapitalisme modern,
mempropagandakan pentingnya penghapusan intervensi negara atau pemerintah dalam mekanisme
ekonomi, Sebagai gantinya Smith, menganjurkan agar pemerintah membiarkan mekanisme pasar
bekerja dengan logikanya sendiri, melakukan deregulasi, serta menghilangkan segala bentuk
hambatan (tarif dan non tarif) dan restriksi. Kompetisi dan kekuatan individu yang bekerja dalam
mekanisme pasar akan menciptakan keteraturan ekonomi. Smith menggunakan teorinya tentang
“tangan-tangan tersembunyi” (invisible hand) yang menurutnya bakal mengatur dan mengorganisir
seluruh relasi dan kehidupan ekonomi dan juga mendorong setiap individu untuk mencari
sebanyak-banyaknya keuntungan ekonomi. (Khudori, Neoliberalisme menumpas petani, Yoyakarta, Resist
Book, 2004, Hal 16 )
Negara yang menganut sistem demokrasi-menurut pemahaman neoliberalisme, daya tahan sebuah
negara ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat pendapatan per kapita penduduk. Seperti yang
telah menjadi perdebatan teori-teori pembangunan bahwa kemakmuran hanya dapat dicapai hanya
jika membebaskan pasar dari intervensi negara sehingga tercipta kompetisi dan akhirnya akan
menghasilkan efisiensi dan produktifitas ekonomi yang tinggi. Sehingga terciptanya masyarakat
yang lebih terdiferensiasi, dan perluasan kearah pluralisme sosial dan pluralisme politik. Oleh
sebab itu menurut ideologi neoliberalisme, persamaan kebebasan ekonomi setara dengan kebebasan
politik.
Dengan kata lain, kebebasan dan pluralisme politik hanya mungkin terjadi dalam sistem ekonomi
pasar bebas. Inilah yang disebut Przeworski sebagai tarnsisi yang mengambil strategi
“Modernizatioan via internationalization”. Menurut strategi ini, demokrasi menjadi stabil jika
negara-negara yang mengalami transisi mengintegrasikan diri kedalam sistem ekonomi dunia, yang
dikombinasikan dengan peniruan ekonomi, politik, dan pola budaya negara-negara kapitalis maju.
Kesimpulan
Dari sedikit gambaran mengenai neoliberalisme ini, yang diharapkan nanti mampu memberikan
rangsangan untuk kita lebih dalam lagi melakukan kajian tentang neoliberalisme, tentu tidak
terlepas dari berbagai kekurangan baik itu data maupun sistematika dalam penyampaian. Namun
yang harus ada pada diri kita masing-masing adalah pemahaman yang mendasar tentang
neoliberalisme. Sehingga dengan demikian koita akan tahu apakah kita harus mendukung
neoliberalisme atau akan menentangnya.
Sosialisme atau sosialis adalah sistem sosial dan ekonomi yang ditandai dengan kepemilikan
sosial dari alat-alat produksi dan manajemen koperasi ekonomi,[1][2] serta teori politik dan gerakan
yang mengarah pada pembentukan sistem tersebut.[3][4] "Kepemilikan sosial" bisa merujuk ke
koperasi, kepemilikan umum, kepemilikan negara, kepemilikan warga ekuitas, atau kombinasi dari
semuanya.[5] Ada banyak jenis sosialisme dan tidak ada definisi tunggal secara enskapitulasi dari
mereka semua.[6] Mereka berbeda dalam jenis kepemilikan sosial yang mereka ajukan, sejauh
mana mereka bergantung pada pasar atau perencanaan, bagaimana manajemen harus
diselenggarakan dalam lembaga-lembaga yang produktif, dan peran negara dalam membangun
sosialisme.[7]
Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa Inggris, istilah ini digunakan
pertama kali untuk menyebut pengikut Robert Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini
mengacu pada para pengikut doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre
Leroux dan J. Regnaud dalam l'Encyclopédie Nouvelle[8]. Penggunaan istilah sosialisme sering
digunakan dalam berbagai konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir
semua sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh tani pada
abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan memperjuangkan
masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi menurut mereka dapat melayani masyarakat
banyak daripada hanya segelintir elite.
Gerakan politik sosialis mencakup beragam filsafat politik. Dikotomi inti dalam gerakan sosialis
termasuk perbedaan antara reformisme dan sosialisme revolusioner dan antara sosialisme negara
dan sosialisme libertarian. Sosialisme negara menyerukan nasionalisasi alat-alat produksi sebagai
strategi untuk menerapkan sosialisme, sementara sosialis libertarian umumnya menempatkan
harapan mereka pada cara desentralisasi demokrasi langsung seperti libertarian municipalisme,
'majelis, serikat buruh, dan dewan pekerja[9] datang dari sikap anti-otoriter umum.[10][11][12][13]
[14][15][16] Sosialisme demokratis menyoroti peran sentral proses demokrasi dan sistem politik
dan biasanya kontras dengan gerakan politik non-demokratis yang mendukung sosialisme.[17]
Beberapa sosialis telah mengadopsi penyebab gerakan sosial lainnya, seperti lingkungan, feminisme
dan liberalisme.[18]
Kemudian pada bulan November 1945 Syahrir didukung pemuda dan ditunjuk Soekarno menjadi
formatur kabinet parlementer. Pada usia 36 tahun, Syahrir ikut dalam memperjuangkan kedaulatan
Republik Indonesia, sebagai Perdana Menteri termuda di dunia, merangkap Menteri Luar Negeri
dan Menteri Dalam Negeri. Selepas memimpin kabinet, Sutan Syahrir diangkat menjadi penasihat
Presiden Soekarno sekaligus Duta Besar Keliling. Dan juga Syahrir mendirikan Partai Sosialis
Indonesia (PSI) pada bulan Februari 1948.
Tahun 1955 PSI (Partai Sosialis indonesia) gagal mengumpulkan suara dalam pemilihan umum
pertama di Indonesia. Hubungan Sutan Syahrir dan Presiden Soekarno memburuk sampai akhirnya
PSI dibubarkan tahun 1960. Tahun 1962 hingga 1965, Syahrir ditangkap dan dipenjarakan tanpa
diadili sampai menderita stroke.
Dalam perkembangannya, ternyata sosialis sampai sekarang masih berkembang. Dengan adanya
Komunitas Sosialis Indonesia (KSI) yang didirikan oleh profesional muda yang pernah aktif dalam
keorganisasian sosialisme demokrasi di Indonesia. Komunitas ini berasaskan Kemanusiaan,
Kerakyatan, Kebebasan, Keadilan dan Solidaritas. Tujuan organisasi ini yaitu menciptakan
masyarakat sosialis yang demokratis.
Secara etimologis, sosialisme berasal dari bahasa Latin “SOCIUS” yang berarti sahabat atau
teman. Istilah ini merupakan suatu prinsip pengendalian harta dan produksi serta kekayaan oleh
kelompok. Sosialisme juga mendasarkan diri pada cita-cita sosial bahwa kekayaan di dunia ini milik
bersama, dan pemilikan secara bersama lebih baik daripada pemilikan secara perseorangan, dan
keadaan masyarakat dimana hak milik pribadi atas alat-alat produksi telah dihapuskan.
Ø Gerald Braunthal mendifinisikan sosialisme sebagai suatu teori ekonomi dan politik yang
menekankan pentingnya peranan Komusial dan Pemerintah dalam menguasai alat-alat produksi dan
distribusi barang.
Ø Keneth J. Arrow dalam Budiharjo (1984) menyatakan bahwa sosialisme adalah suatu system
ekonomi dimana sebagian besar keputusan ekonomi diambil dalam satuan yang dikuasai berbagai
bagian struktur negara atau para pekerja.
Ø Teuku May Rudy (1993) menyatakan bahwa sosialisme adalah paham yang beranggapan bahwa
kepentingan bersama atau kepentingan umum harus diutamakan dari kepentingan individu.
Ø Sutan Syahrir dalam Anwar (1966) menyatakan bahwa sosialisme adalah suatu ajaran dan gerakan
untuk mencari keadilan di dalam kehidupan kemanusiaan.
Ø Ir.Sukarno (1963) menyatakan sosialisme adalah bukan saja merupkan suatu system msyarakat,
sosialisme juga suatu tuntutan perjuangan, yakni kemakmuran bersama
Selanjutnya Karl Marx menggunakan teori Sosialisme Ilmiah untuk membedakan dengan
teori sosialisme utopi (Utopi : Dunia Khayal).
Sosialisme Ilmiah (Socialism Scientific) merupakan pemikiran yang melawanan segala
bentuk utopia idealistik atau bentuk perlawanan terhadap idealisme positif. Pemahaman Marx
terhadap ketimpangan sosial berubah setelah ia menyaksikan revolusi Inggris dan Perancis yang
menghantarkanya pada kesimpulan bahwa perubahan mesti dilakukan dengan cara kekerasan
(revolusi).
Gerakan sosial muncul secara serentak dalam bentuk revolusi sosial sebagai reaksi terhadap
kepincangan sosial-ekonomi di kota-kota besar akibat Revolusi Agraria dan Revolusi Industri. Pada
masa itu, golongan pengusaha, pemilik pabrik, dan para pedagang hidup makmur, tetapi kaum
buruh yang bekerja di pabrik-pabrik atau pertambangan sangat menderita karena upah buruh sangat
rendah. Oleh karena itu, di kota-kota besar sering terjadi kejahatan. Keadaan demikian
menimbulkan kritik-kritik yang tajam terhadap sistem ekonomi kapitalis yang berdasarkan paham
liberal. Kritik-kritik tajam itu dilontarkan oleh golongan yang menganut paham sosialis. Sosialisme
mula-mula muncul di Prancis sebagai reaksi terhadap paham liberal. Sosialisme kemudian menjalar
ke Inggris dan akhirnya dikembangkan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels (bangsa Yahudi–
Jerman). Hasil pemikiran kedua tokoh itu dituangkan ke dalam buku yang berjudul Das Kapital.
Ajaran Karl Marx kemudian terkenal dengan nama Marxisme atau Wetenschppelijk Sosialisme
(sosialisme yang bersifat ilmu pengetahuan).
Karl Marx selanjutnya menyebut ajarannya itu sebagai komunisme dan pengikutnya disebut
komunis. Istilah komunisme sendiri sebenarnya bukan ciptaan Karl Marx, melainkan ciptaan
sosialis Prancis, Cabet. Kata komunis itu berasal dari bahasa Latin communio yang artinya
kepunyaan bersama. Kepunyaan bersama ini didasarkan atas penghasilan yang disebabkan oleh
tenaga dan menghapuskan hak milik perseorangan
Unsur-unsur Pemikiran dan Kebijakan Sosialisme
Unsur-unsur pemikiran dan kebijaksanaansosialisme ketika lahir di Inggris ilah sebagai
berikut :
a. Agama
Pada buku The Labour Party in Perspective, Attiee menulis bahwa “ …dalam pembentukan gerakan
sosialis pengaruh agama merupakan yang paling kuat” gerakan sosialas Kristen dipimpin oleh dua
orang biarawan, yakni Frederick Maurice dan Charles Kingsley mencapai puncak kejayaannya pada
pertentangan orgnisasi kelas buruh dan sosial di kemudin hari.
b. Idealisme Etnis dan Estetis
Pengaruh Ruskin dan Morris yang menunjukkkan secara fisik dan moral salah menyangkut
peradaban yang dibangun di atas perselisihan dan kemeratan, tetapi mereka tidak merumuskan
program-program tertentu untuk memperbaiki kondisi yang dikeritiknya. Meskipun demikian,
pemberontakan estetika dan etika ini membawa pengaruh yang penting dalam mempersiapkan suatu
lingakungan intelektual tentang nantinya sosialisme mendapat tanggapan yang simpatik.
c. Empirisme Fabian
Ini merupakan ciri gerakn sosialis Inggris yang khas. Pendiri dan anggota pertama masyarakat
Fabian adalah George Bernard Shaw, Sidney dan Beatrice Webb, H.G. Welis dan Graham Wallas.
Webb menyatakan bahwa sosialisme merupakan hasil yang tiak dapat dielakkan dari keberhasilan
demokrasi, tetapi ia menandaskan “kepastian yang dating secara bertahap”, yang sangat berbeda
dari kapastian revolusi yang dicanangkan Marx. Masyarakat Fabian berangkat dari anggapan bahwa
tidak akan ada kemajuan kearah tatanan masyarakat yang adil kalau kepada kelas menengah dan
dikelas atasnya tidak diperlihatkan kelogisan dan keadilan yang ditampilkan oleh seruan-seruan
pokok dalam pemikiran dan kebijakan sosialis.
d. Liberalisme
Liberalisme telah memberikan banyak sumbangan yang dapat tahan lama bagi sosilisme Inggris.
Karena pengarh Liberalisme, para pemimpin lebih moderat dan kurang terpaku pada doktrin.
Liberalism telah mengubah Partai Buruh menjadi sebuh partai nasionalis dan bukannya menhjadi
partai yang didasarkan pada kelas. Leberalisme juga telah mewarisi kepada Partai Buruh pesan
Kaum Liberal bahwa pembaharuan akan tercapai tanpa kedengkian dan kebencian.
SOSIALISME DI BERBAGAI NEGARA
Kemenangan bangsa-bangsa demokrasi dalam perang dunia I memberikan dorongan yang
kuat bagi partumbuhan partai sosialis di seluruh dunia. Perang telah dilancarkan untuk
mempertahankan cita-cita kemerdekaan dan keadaan sosial terhadap imperialisme totaliter Jerman
dan Sekutu-sekutunya. Selama peperangan telah dijanjikan kepada rakyat-rakyat negara demokratis
yang ikut berperang, bahwa kemenangan militer akan disusul dengan suatu penyusunan kehidupan
sosial baru berdasarkan kesempatan dan persamaan yang lebih banyak.
Di Inggris dukungan terbesar terhadap gerakan sosialisme muncul dari Partai Buruh
mencerminkan pertumbuhanuruh dan perkembangannya suatu proses terhadap susunan sosial yang
lama. Pada awal pertumbuhan hanya memperoleh suara (dukungan) yang kecil dalam
perwakilannya di parlemen. Selanjutnya menjadi partai yang lebih bersifat nasional setelah
masuknya bekas anggota partai liberal. Banyak programnya yang berasal dari kaum
sosialis,terutama dari kelompok Febiaan berhasil memperkuat posisi partai karena dapat memenuhi
keinginan masyarakat. Kemajuan yang dapat dicapaimisalnya dalam bidang (1) pemerataan
pendapatan (2)distribusi pendapatan (3) pendidikan (4) perumahan (Anthony Crosland, 1976: 265-
268).
Di Negara-negara Eropa lainnya seperti Perancis, Swedia, Norwegia, Denmark dan juga
Australia dan Selandia Baru partai-partai sosial berhasil memegang kekuasaan pemerintahan
melalui pemilu-pemilu bebas. Hal tersebut berarti kalau kita berbicara sosialisme, maka kita
menghubungkan dengan sosialisme demokrasi tipe reformasi liberal. Hal ini perlu dibedakan
dengan sosialisme otoriter atau komunisme seperti yang terlihat di Soviet dan RRC.
Selama tahun 1920-an dan 1930-an, kaum sosialis di Eropa dan Amerika melakukan
serangan baru terhadap kelemahan kapitalisme, ungkapan-ungkapan misalnya : ketimpangan
ekonomi, pengangguran kronis, kekayaan privat dan kemiskinan umum, menjadi slogan-slogan
umum. Di Eropa partai sosialis demokratis dipengaruhi Marxisme revisionis,solidaritas kelas
pekerja, dan pembentukan sosialis yang papa akhirnya melalui cara demokratis sebagai alat untuk
memperbaiki kekurangan system kapitalis. Periode tersebut merupakan era menggejolaknya
aktivitas sosialis.
Setelah PD II terjadi perubahan besar dalam pemikiran kaum sosialis. Pada permulaan tahun
1960 banyak diantara partai sosialis demokrat Eropa yang melepaskan dengan hubungan ikatan-
ikatan idiology Marx. Mereka mengubah sikapnya terhadap hak milik privat dan tujuan mereka
yang semula tentang hak milik kolektif secara total. Perhatian mereka curahkan terhadap upaya “
menyempurnakan ramuan”pada perekonomian yang sudah menjadi ekonomi campuran. Akibatnya
disfungsi antara sosialis dan negara kesejahteraan modern (The modern welfare state) kini dianggap
orang sebagai perbedaan yang bersifat gradual.
Menurut Milton H Spencer sosialisme demokrasi modern merupakan suatu gerakan yang
berupaya untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat melalui tindakan (1) memperkenalkan
adanya hak milik privat atas alat-alat produksi (2) melaksanakan pemilikan oleh Negara (public
ounership) hanya apabila hal tersebut diperlukan demi kepentingan masyarakat (3) mengandalkan
diri secara maksimal atas perekonomian pasar dan membantunya dengan perencanaan guna
mencapai sasaran sosial dan ekonomis yang diinginkan ( Winardi, 1986: 204).
Bagaimanakah sosialisme di Negara-negara berkembang ?. Negara-negara miskin berhasrat
untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat. Dari segi kepentingan dalam negeri
pertumbuhan ekonoimi yang tinggi merupakan satu-satunya cara untuk mencapai srtandart hidup,
kesehatan dan pendidikan yang lebih baik. Ada dua cara untuk mencapai pembangunan ekonomi
yang pesat: Pertama cara yang telah digunakan oleh Negara Barat (maju), pasar bebas merupakan
alat utama untuk menunjang pertumbuhan ekonomi yang tinggi.Kedua komunisme, dalam metode
ini Negara memiliki alat-alat produksi dan menetapkan tujuan yang menyeluruh.
Dalam menghadapi masalah modernisasi ekonomi Negara-negara berkembang pada
umumnya tidak mau meniru proses pembangunan kapitalis Barat atau jalur pembangunan
komunisme. Mereka menetapkan sendiri cara-cara yang sesuai dengan kondisi masing-masing
Negara. Ketiga jalan ketiga disebut Sosialisme. Dalam konteks negara terbelakang/berkembang
sosialisme mengandung banyak arti pertama di dunia yang sedang berkembang sosialisme berarti
cita-cita keadilan sosial . Kedua istilah sosialisme di Negara-negara berkembang sering berarti
persaudaraan, kemanusiaan dan perdamaian dunia yang berlandaskan hukum. Arti Ketiga
sosialisme di Negara berkembang ialah komitmen pada perancangan ( Willan Ebenstein,1994: 248-
249).
Melihat tersebut di atas arti sosialisme pada negara berkembang dengan Negara yang lebih
makmur karena perbedaan situasi histories. Di dunia Barat sosialisme tidak diartikan sebagai cara
mengindustrialisasikan Negara yang belum maju, tetapi cara mendistribusikan kekayaan masyarakat
secara lebih merata. Sebaliknya, sosialisme di Negara berkembang dimaksudkan untuk membangun
suatu perekonomian industri dengan tujuan menaikkan tingkat ekonomi dan pendidikan masa rakyat
, maka sosialisme di negara Barat pada umumnya berkembang dengan sangat baik dalam kerangka
pemerintahan yang mantap (seperti di Inggris dan Skandinavia) , sedangkan di Negara berkembang
sosialisme sering berjalan dengan beban tardisi pemerintahan yang otoriter oleh kekuatan
imperialism easing atau oleh penguasa setempat.Karena itu ada dugaan sosialisme di Negara
berkembang menunjukkan toleransi yang lebih besar terhadap praktek otoriter dibandingkan dengan
dengan yang terjadi sosialisme di Negara Barat. Kalau Negara-negara berkembang gagal dalam
usahanya mensintesakan pemerintahan yang konstitusional dan perencanaan ekonomi , maka
mereka menganggap bahwa pemerintahan konstitusional dapat dikorbankan demi memperjuangkan
pembangunan ekonomi yang pesat melalui perencanaan dan pemilikan industri oleh Negara.
Jika kita perhatikan dalam sejarah bangsa Indonesia , pada awal kemerdekaan sampai tahun
1965 pernah pula diintrodusir konsep sosialisme ala Indonesia .Apakah itu sebagai akibat pengaruh
PKI atau ada aspek-aspek tertentu yang memang sesuai dengan kondisi di negara kita. Yang jelas
sejak memasuki Orde Baru “sosialisme” itu tidak terdengar lagi .
Adanya perbedaan pengertian mengenai konsep sosialisme , memberikan wawasan kepada
kita bahwa suatu ideology politik yang dianut oleh suatu Negara belum tentu cocok untuk negar lain
. Melalui pemahaman ini dapat dipetik manfaatnya untuk pengembangan pembangunan nasional
demi tercapainya tujuan nasional seperti yang terumuskan dalam UUD 1945.
Bentuk Proteksi
Proteksi secara umum ditujukan sebagai tindakan untuk melindungi produksi dalam negeri terhadap
persaingan barang impor di pasaran dalam negeri. Secara luas, perlindungan ini juga mencakup
untuk promosi ekspor. Sedangkan metode proteksi yang dilakukan menyangkut sistem pungutan
tarif (pajak) terhadap barang impor yang masuk ke dalam negeri. Tarif merupakan pajak yang
dikenakan atas barang impor. Pajak atas barang impor itu biasanya tertulis dalam bentuk pernyataan
surat keputusan (SK) atau undang-undang. Oleh karena itu, setiap importir dapat mempelajarinya
sebelum mengimpor suatu barang.
Umumnya, tarif atau bea masuk dikenakan secara khusus berdasarkan presentase dari nilai barang
impor. Beberapa bentuk proteksi secara garis besarnya adalah, sebagai berkut :
Kuota
Kuota adalah hambatan kuantitaif yang membatasi impor barang secara khusus dengan spesifikasi
jumlah unit atau nilai total tertentu per periode waktu. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya ada
beberapa pengecualian bagi pemegang lisensi impor atau yang mempunyai hak-hak istimewa
(privileges) yang diberikan oleh pemerintah untuk diizinkan memasukkan barang ke dalam negeri.
Dampak kebijakan kuota bagi negara importir :
a. Harga barang melambung tinggi,
b. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi berkurang,
c. Meningktanya produksi di dalam negeri.
Dampak kebijakan kuota bagi negara eksportir :
a. Harga barang turun,
b. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi bertambah,
c. Produksi di dalam negeri berkurang.
adalah kebijakan / aturan perdagangan yang berfungsi melindungi produk-produk dalam negeri agar
mampu bersaing dengan produk asing dengan melakukan cara membuat berbagai rintangan dan
hambatan arus produksi dalam dan ke luar negeri.
1) Hanya negara maju saja yang dapat diuntungkan, karena memiliki modal dan teknologi tinggi.
Selain itu harga jual produk dari negara-negara maju dinilai terlalu tinggi dibanding dengan harga
bahan baku yang dihasilkan oleh negara-negara berkembang.
3) Untuk membuka lapangan kerja. Untuk membuat proteksi maka industri dalam negeri dapat tetap
hidup dan dengan demikian akan mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat.
A) Kuota
yaitu pembatasan jumlah barang yang dapat diimpor oleh suatu negara dari semua atau beberapa
negara tertentu dalam jangka waktu tertentu (1 Tahun).
a. Absolute Quota
Absolute Quota mengijinkan pemasukan komoditas tertentu dalam jumlah yang ditetapkan selama
jangka waktu tertentu (1 Tahun).
Tarif Rate Quota mengijinkan pemasukan barang dalam jumlah tertentu ke suatu negara dengan
tarif yang diturunkan selama jangkan waktu tertentu (1 Tahun).
B) Subsidi
C) Kebijakan Tarif
adalah kebijakan dengan tarif/bea impor yang tinggi terhadap barang yang datang dari luar negeri
sehingga harga barang impor akan menjadi lebih mahal.
1) Tarif ekspor
adalah kebijakan dengan mengenakan tarif atau bea terhadap barang yang diekspor dengan nilai
yang nilai rendah dengn tujuan untuk merangsang kegiatan ekspor.
2) Premi
adalah kebijakan berupa pemberian hadiah atau penghargaan kepada perusahaan yang mampu
memproduksi barang dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi.
3) Diskriminasi harga
adalah kebijakan penetapan harga produk secara berlainan dengan negara tertentu, yang dilakukan
dalam rangka perang tarif agar negara tertentu yang dijadikan target mau menurunkan harga.
4) Larangan Ekspor
adalah kebijakan larangan untuk mengekspor jenis barang-barang tertentu dilakukan dengan
mempertimbangkan ekonomi, politik, dan sosial budaya dalam negeri.
5) Larangan Impor
adalah kebijakan melarang impor untuk barang-barang tertentu dilakukan dengan alasan untuk
melindungi produk-produk dalam negeri atau dengan alasan untuk menghemat devisa.
6) Dumping
adalah kebijakan menjual barang-barang ke luar negeri dengan harga lebih murah dibandingkan
dengan harga penjualan di dalam negeri.