Oleh:
KELOMPOK 10
WTO memperkuat sistem perdagangan internasional yang terbuka pada tiga hal.
Pertama, anggota WTO terlibat lebih intensif dalam pembuatan kebijakan perdagangan,
kedua, struktur WTO lebih terintegrasi dan dibuat sedemikian rupa dengan mengacu
pada IMF dan Bank Dunia, ketiga, dibandingkan dengan GATT, WTO lebih memberi
kepastian melalui upaya klarifikasi bermacam-macam persoalan perdagangan antar
bangsa, terutama yang berkaitan dengan persoalan hambatan non tarif.
CONTOH KASUS
detikFinance
Selasa, 17 Mar 2015 21:24 WIB
Kasus tuna Indonesia yang diekspor ke Uni Eropa kena tarif tinggi
dibandingkan dengan negara-negara lainnya menjadi salah satu pertimbangan
pemerintahan Jokowi mengevaluasi kerjasama perdagangan bebas. Dalam kasus
tuna, justru Indonesia tertinggal dengan negara lain karena belum menjalin Free
Trade Agreement (FTA) dengan Uni Eropa. Dirjen Kerjasama Perdagangan
Internasional, Kemendag Bachrul Chairi mencontoh Indonesia di ASEAN adalah
produksi tuna terbesar, tetapi bea masuk tuna Indonesia di Eropa itu dikenakan
22,5%, namun Malaysia, Filipina, dan Vietnam yang sebagian tunanya datang dari
perairan Indonesia, itu hanya dikenakan bea masuk impor 0%. "Akibat 22,5% itu
kita sudah sulit besaing dengan mereka. Alasannya, mereka sudah melakukan apa
yang disebut FTA dengan Eropa. Indonesia ketinggalan dalam hal ini," kata
Bachrul usai rakor soal FTA di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Selasa
(17/3/2015).
Kasus serupa juga terjadi di Jepang, tuna asal Indonesia harus kena bea
masuk impor 7,5%, sedangkan di negara lain hanya 0%. Padahal Indonesia dan
Jepang sudah ada kerjasama perdagang bebas bilateral dengan Jepang yaitu
Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). Menurut Bachrul
dengan posisi Indonesia yang belum masuk FTA dengan kawasan lain, dan adanya
FTA yang sudah berlaku namun belum memberikan keuntungan, maka investor
kurang tertarik masuk Indonesia. Alasannya investor akan memilih masuk ke
negara yang sudah banyak perdagangan bebas, sehingga pasarnya akan lebih luas
dan besar. "Walau Indonesia punya demografi tenaga kerja yang cukup,
infrastruktur akan membaik, tetap kalau pasarnya cuma 250 juta jiwa mereka
kurang tertarik, karena mereka mampu lebih dari 250 juta penduduk," jelasnya.
Bachrul mengatakan, posisi pemerintahan saat ini terus mendukung adanya FTA
namun akan dievaluasi dari sisi keuntungan bagi Indonesia, terutama dari
mendorong ekspor dan menarik investasi ke dalam negeri. "Kalau kita tidak
terbuka, kita kehilangan 'kereta' dengan negara lain, kita kehilangan investasi, kita
kehilangan kemampuan mendorong ekonomi yang kita harapkan," katanya.
Terkait dengan Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA),
telah disepakati akan dievaluasi. Pemerintah Indonesia sudah melakukan
pertemuan dengan Jepang. "FTA kebijakan Jokowi-JK dalam rangka
mengamankan ekspor Indonesia," katanya. Ia mengaku dalam rapat internal
pemerintah, ada beberapa Kementerian menyarankan agar beberapa FTA untuk
dihentikan, namun kini arahannya berubah, yaitu FTA diminta untuk terus
lanjutkan dengan evaluasi. "Umumnya masalah FTA tidak jalan tadi karena
masalah transposisi, belum disetujuinya kesepakatan dengan negara. Contohnya,
misal perdagangan untuk pulpen, disepakati 0%, waktu kita lakukan transposisi
justru dikenakan jadi 15% bea masuk. Harusnya itu 0%," katanya.
ANALISIS KASUS
Di Indonesia telah terjadi kasus perdagangan bebas pada ikan tuna yang
diekspor ke Uni Eropa dan kena tarif tinggi dibandingkan dengan negara-negara
lainnya, hal ini mengakibatkan pertimbangan pemerintah jokowi dengan
mengevaluasi kerjasama perdagangan bebas tersebut. Kasus perdagangan bebas
ikan tuna ini terjadi karena Indonesia tertinggal dengan negara lain dan belum
menjalin Free Trade Agreement (FTA) dengan Uni Eropa. Indonesia di ASEAN
adalah produksi tuna terbesar, tetapi bea masuk tuna Indonesia di Eropa itu
dikenakan 22,5%, namun Malaysia, Filipina, dan Vietnam yang sebagian tunanya
datang dari perairan Indonesia, itu hanya dikenakan bea masuk impor 0%. "Akibat
22,5% hal itu mengakibatkan sulitnya persaingan dalam perdagangan. Indonesia
Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), telah disepakati akan dievaluasi
oleh pemerintah. Pemerintah Indonesia juga sudah melakukan pertemuan dengan
Jepang.
Solusi yang dapat disimpulkan dari kasus ini adalah pada era perdagangan
bebas ini, produk barang dan jasa akan bebas keluar masuk antar negara di kawasan
Asia Tenggara, termasuk pada sektor perikanan maka dari itu mutu dan keamanan
hasil perikanan akan menjadi kunci utama dalam peningkatan daya saing untuk
memenangkan perdagangan bebas. Kita juga harus mensosialisasikan agar semua
stakeholder perikanan besar maupun kecil dapat terus meningkatkan mutu kualitas
produknya agar mampu bersaing dengan negara lain.