Anda di halaman 1dari 3

Dessy Meirena Mantiri

022002002034

BAB. 2 TEORI DAN KEBIJAKAN BISNIS INTERNASIONAL


Sejak awal disadari pentingnya bisnis internasional bagi perekonomian suatu negara, berbagai teori
telah dikemukakan untuk mencoba menjelaskan mengenai terjadinya perdagangan internasional.
Teori perdagangan internasional sendiri dapat dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu yang
menggunakan negara sebagai unit analisis, dan yang menggunakan perusahaan sebagai unit analisis.

Penjelasan investasi portfolio yang merupakan investasi yang sangat mudah untuk masuk dan keluar
dari suatu negara asing, tidak berbeda banyak dengan investasi portofolio domestik. Sejak dahulu,
konsep perdagangan bebas telah menimbulkan banyak perdebatan yang terus berlanjut sampai
sekarang ini. Negara-negara berkembang pada umumnya berpendapat bahwa perdagangan bebas
merugikan mereka dan hanya menguntungkan negara-negara yang relatif lebih maju.

Hal ini terutama disuarakan oleh negara-negara yang perekonomian dan industrinya tidak maju-
maju bahkan makin mundur dengan adanya perdagangan bebas. Teori bisnis internasional telah
banyak mempengaruhi perjanjian dan timbulnya organisasi-organisasi perdagangan dunia. maupun
kerjasama ekonomi antar negara, yang bertujuan untuk mendorong bisnis internasional antar
negara di dunia. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempelajari teori-teori yang melandasi
kegiatan bisnis internasional tersebut.

TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL KLASIK


Teori perdagangan internasional mencoba menjelaskan motivasi untuk terjadinya perdagangan
internasional dan menjelaskan mengapa terjadi perdagangan internasional, dan dapat
diklasifikasikan dalam kelompok : classical country-based theories dan modern-firm based theories.

Teori klasik menggunakan negara sebagai landasan pemikiran, sedangkan teori modern menyadari
bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan bisnis, bukan negara, sehingga teori didasarkan pada
pemahaman akan kegiatan perusahaan atau industri.

Teori-teori tersebut dikembangkan pada masa kebangkitan negara-negara Eropa dalam kegiatan
perdagangan internasional. Teori-teori yang berdasarkan pada negara (country-based
theories).khususnya berguna menjelaskan perdagangan barang komoditas, yaitu produk-produk
yang standar, tidak terdiferensiasi, seperti produk-produk pertanian dan hasil tambang, seperti gula,
gandum, beras, yang lazimnya dibeli berdasarkan harga dan bukan merek. Teori-teori dalam
klasifikasi ini adalah : mercantilism, absolute advantage, comparative advantage, factor proportion.
Teori-teori ini masih tetap relevan untuk diketahui, karena walaupun sering dikritik sebagai teori
kuno dan tidak benar, akan tetapi sebenarnya teori klasik tersebut masih tetap menjadi landasan
dari kebijakan banyak negara.

Mercantilism berpendapat bahwa pemerintah suatu negara haruslah aktif untuk mempromosikan
ekspor dan menghambat impor. Sebaliknya, teori absolute advantage, comparative advantage,
factor proportion theory baik langsung maupun tidak langsung lebih mempromosikan perdagangan
bebas, baik ekspor maupun impor.
Mercantilism (Merkantilisme)

Merkantilisme adalah suatu paham atau filosofi ekonomi yang mendasarkan pada pemikiran bahwa
kekayaan suatu negara tergantung pada harta yang berhasil dikumpulkan, lazimnya dalam bentuk
emas, dan untuk meningkatkan kekayaan, kebijakan pemerintah seharusnya memperbesar
kepemilikan emas malalui usaha mempromosikan ekspor dan mengurangi impor. Praktek
merkantilisme dilakukan dengan dukungan surplus perdagangan, intervensi pemerintah dan
kolonialisme.

Surplus perdagangan diperoleh bila nilai ekspor lebih besar dari impor negara tersebut. oleh karena
itu intervensi pemerintah diperlukan agar surplus perdagangan dapat terjadi. Dalam hal ini
pemerintah antara lain akan berusaha atau melarang atau membatasi impor dengan berbagai cara,
serta memberikan subsidi ke industri dalam negari untuk dapat meningkatkan ekspor. Selanjutnya,
negara penganut merkantilisme menjajah sebanyak-banyaknya negara dengan tujuan sebagai
sumber dari bahan baku yang murah dan pasar untuk produk jadi mereka yang mahal.

Negara-negara Eropa, seperti Inggris, Perancis, Belanda, Spanyol dan Portugal telah mempraktekkan
hal ini. Kebijakan tersebut telah menjadikan negara-negara Eropa kaya raya, sehingga
memungkinkan mereka memiliki angkatan perang yang kuat pada waktu itu. Oleh karena itu,
kekuatan politik suatu negara disebut tergantung pada seberapa besar kekuatan ekonominya.

Kebijakan ini telah menguntungkan banyak pihak di negara-negara Eropa waktu itu, antara lain
karyawan dan pelaku bisnis. Dilain pihak, kebijakan ini merugikan masyarakat secara lusa, karena
subsidi pemerintah harus dibiayai dari pendapatan pemerintah, yaitu melalui pajak, dan konsumen
harus membayar lebih mahal untuk berbagai produk karena kebijakan proteksi.

Sebagai contoh, pada waktu Indonesia menjadi koloni Belanda, maka diterapkan segala kebijakan
untuk membuat hasil-hasil perkebunan dapat murah untuk diekspor, penerapan pajak atas segala
produk kebutuhan konsumsi rakyat Indonesia, dan penghematan pelayanan pemerintah yang sangat
dibatasi, seperti pendidikan dan kesehatan rakyat Indonesia. Walaupun demikian, penguasaan
negara lain sebetulnya dapat dilakukan tanpa perlu menjadikan negara tersebut jajahan, dan hal ini
sering disebut sebagai neo-kolonialisme.

Kritik terhadap teori ini terutama adalah pada konsep menyamakan pengertian kepemilikan harta
dengan kepemilikan kekayaan. Selain itu, diperkirakan bahwa penerapan teori ini oleh suatu negara
justru akan melemahkan negara tersebut dengan menghilangkan kemampuan berproduksi karena
ingin mengurangi impor. Kelemahan lain dari teori ini adalah karena didasarkan pada zero-sum
game, yaitu surplus bagi suatu negara merupakan kerugian bagi negara lain.

Walaupun kebijakan merkantilisme hanya menguntungkan sebagian orang saja, dan lebih banyak
merugikan, akan tetapi merkantilisme tetap popular sampai sekarang. Oleh karena keterkaitan
antara kekuatan politik dengan kekuasaan ekonomi, dan kekuasaan ekonomi dengan kekayaan
ekonomi, serta kekayaan ekonomi dengan surplus perdagangan internasional. Negara-negara yang
berusaha untuk menjaga surplus perdagangan internasionalnya sering disebut sebagai negara yang
mempraktekkan neo-mercantilism.

Fakta menunjukkan bahwa walaupun tidak lagi menggunakan emas sebagai ukuran kekayaan, akan
tetapi sebetulnya banyak negara dapat menjadi negara maju karena menerapkan konsep neo-
mercantilism ini dalam perdagangan internasionalnya. telah ditunjukkan keberhasilan Tiongkok,
Taiwan, Singapura, Malaysia, Thailand dengan surplus negara perdagangannya sepanjang waktu.
Indonesia dan Filipina adalah dua negara yang sering

mengalami defisit neraca perdagangannya dan kurang makmur dibandingkan dengan contoh
negara-negara di Asia lainnya, yang antara lain disebabkan karena ketidakmampuan menjaga surplus
neraca perdagangannya.. Dengan demikian, walaupun tidak sepenuhnya benar, ataupun tidak dapat
dikatakan sebagai suatu teori ekonomi, akan tetapi penerapan konsep neo-mercantilism telah
terbukti mampu meningkatkan kemakmuran negara yang menerapkannya.

Teori Absolute Advantage (teori kelebihan absolut)

Dengan konsep merkantilisme, maka hal ini merugikan negara karena individu tidak dapat
berdagang dengan bebas dan memperoleh manfaat dari perdagangan bebas. Ketidakefisienan ini
membuat merkantilisme menurunkan kekayaan negara, walaupun sebagian anggota masyarakat
memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, Adam Smith mengenalkan perdagangan bebas diantara
negara, karena ini memungkinkan suatu negara dapat memproduksi dengan efisien barang yang
layak diproduksinya dan mengambil dari negara lain untuk barang-barang lainnya.

Teori absolute advantage (kelebihan absolut) yang dikenalkan oleh Adam Smith (1776) mengacu
pada usaha menjelaskan mengapa suatu negara melakukan perdagangan internasional, dan
bagaimana dapat melakukan hal tersebut. Dalam prinsip ekonomi, kelebihan absolut merupakan
kemampuan suatu negara memproduksi lebih banyak barang dibandingkan dengan negara lain,
dengan jumlah input yang sama.

Adam Smith berargumentasi bahwa merupakan suatu ketidakmungkinan bahwa seluruh negara di
dunia akan menjadi kaya secara bersamaan dengan mengikuti merkantilisme, karena ekspor suatu
negara merupakan impor oleh negara lain, dan ini berarti ada negara-negara yang tidak menjadi
kaya. Sebaliknya, perdagangan bebas dan spesialisasi berdasarkan kelebihan absolut tiap negara
akan memungkinkan semua negara menjadi kaya.

Anda mungkin juga menyukai