Anda di halaman 1dari 10

Nama : Reny Mony

Program Studi : Manajemen


Matrikulasi : Sejarah Pemikiran Manajemen

SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI

A. Aliran Praklasik

1. Aliran Filsafat (Filosof)


Konsep-konsep ekonomi dari masa Yunani kuno ditemukan terutama dalam
ajaran-ajaran agama, kaidah-kaidah hukum, etika atau aturan-aturan moral. Misalnya
dalam kitab Hammurabi dari Babilonia tahun 1700 SM, masyarakat Yunani telah
menjelaskan tentang rincian petunjuk - petunjuk tentang cara - cara berekonomi.

Beberapa konsep ekonomi yang berkembang pada saat itu adalah sebagai berikut :
 Pertanian merupakan dasar perekonomian.
 Pentingnya aktivitas ekonomi dilakukan dengan arif dan bijaksana.
 Tata dan perilaku ekonomi berkaitan erat dengan satuan sosial di mana
kegiatan tersebut berlangsung.
 Produksi dan barter dibenarkan hanya jika bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup.
 Distribusi dan barter barang dan jasa hendaknya diatur secara adil dengan
pengaturan struktur masyarakatnya sehingga setiap warga masyarakat
memberikan yang terbaik sesuai dengan kemampuan.
 Konsep ekonominya berdasarkan ajaran kitab suci, bahwa cinta dan uang
adalah akar dari segala kejahatan.

Tokoh-tokoh ekonomi pada zaman Yunani Kuno antara lain: Plato (427 SM – 347 SM),
Aristoteles (384 SM – 322 SM) & Xenophon (440 SM – 355 SM).

2. Aliran Merkantilis
Merkantilisme adalah suatu teori ekonomi yang menyatakan bahwa kesejahteraan
suatu negara hanya ditentukan oleh banyaknya aset atau modal yang disimpan oleh negara
yang bersangkutan dan bahwa besarnya volume perdagangan global teramat sangat
penting.
Merkantilisme mengajarkan bahwa pemerintahan suatu negara harus mencapai tujuan
dengan melakukan perlindungan terhadap perekonomiannya, dengan mendorong ekspor
(dengan banyak insentif) dan mengurangi impor (biasanya dengan pemberlakuan tarif
yang besar). Kebijakan ekonomi yang bekerja dengan mekanisme seperti inilah yang
dinamakan dengan sistem ekonomi merkantilisme.

Inti pemikiran Merkantilis adalah :


 Emas dan perak khususnya merupakan bentuk kekayaan yang paling banyak disukai,
oleh karena itu mereka melarang ekspor logam mulia.
 Negara harus mendorong ekspor dan memupuk kekayaan dengan merugikan negara
lainnya (tetangga).
 Dalam kebijaksanaan ekspor-impor, berkeyakinan bahwa perkembangan harus dapat
diraih dan dikelola dengan jalan meraih surplus sebesar-besarnya dari penerimaan
ekspor barang yang melebihi belanja untuk impor barang.
 Kolonisasi dan monopolisasi perdagangan harus benar-benar dapat dilaksanakan
secara ketat untuk memelihara keabadian kaum koloni tunduk dan tergantung kepada
negara induk.
 Penentangan atas bea, pajak, dan restriksi intern terhadap mobilitas barang.
 Harus dibangun pemerintah pusat yang kuat, guna menjamin kebijaksanaan
merkantilisme tersebut.
 Pentingnya pertumbuhan penduduk yang tinggi namun disertai dengan sumberdaya
manusia yang tinggi pula untuk memenuhi kepentingan pemasokan kepentingan
militer serta pengelolaan merkentilisme yang kuat pula.

3. Aliran Fhysiokrat
Kaum Fisiokrat percaya bahwa alam diciptakan tuhan penuh keselarasan
dan keharmonisan. Kaum Fisiokrat percaya bahwa sistem perekonomian juga
mirip dengan alam yang penuh harmonis tersebut. Dengan demikian setiap
tindakan manusia dalam memenuhi kebutuhan masing-masing juga akan selaras
dengan kemakmuran masyarakat banyak. Beri manusia kebebasan dan biarkan
mereka melakukan yang terbaik bagi dirinya masing-masing. Pemerintah tidak perlu
campur tangan dan alam akan mengatur semua pihak akan senang dan bahagia. Inilah
yang
menjadi cikal bakal doktrin “laissez faire-laissez passer” yang artinya: “biarkan
semua terjadi, biarkan semua berlalu”, kemudian dikembangkan oleh Adam Smith dalam
konsep perekonomian bebas. Tanpa adanya intervensi atau campur
tangan dari pemerintah, maka semua tindakan manusia akan berjalan secara
harmonis, otomatis dan bersifat self regulating.

B. Aliran Klasik

1. Adam Smith (1723-1790)


Sebagai seorang pendukung kebebasan alamiah, Smith percaya pada pemerintahan
yang hemat namun kuat. Menurutnya terdapat 3 (tiga) tujuan pemerintah yaitu:
mengangkat negara dari barbarisme rendah menuju tingkat kemakmuran tertinggi dengan
cara
damai, memberikan pajak yang rendah dan memberikan pelayanan administrasi yang adil
dan toleran.
Fokus utama pemikiran Smith adalah “peningkatan” individu melalui
“kesederhanaan dan perilaku yang baik”, menabung dan berinvestasi, perdagangan dan
devisi kerja, pendidikan, pembentukan kapital, dan pengembangan teknologi baru. Secara
umum dia lebih tertarik untuk meningkatkan kemakmuran ketimbang pemerataan
kemakmuran. Menurut Smith juga bahwa sumber kekayaan bangsa adalah lahan, tenaga
kerja, ketrampilan dan modal. Smith berpendapat bahwa pembagian kerja sangat berguna
dalam usaha meningkatkan produktivitas. Pembagian kerja akan mengembangkan
spesialisasi. Pertambahan penduduk berarti meningkatkan tenaga kerja, dalam hal ini
meningkatkan permintaan dan perluasan pasar.

2. David Ricardo (1772-1823)


Melalui teori keunggulan komparatif, Ricardo menyatakan bahwa sebuah negara
harus memusatkan kegiatan perekonomiannya pada industri-industri yang menjadi
keunggulannya dan paling kompetitif secara internasional, serta melakukan kegiatan
perdagangan dengan negara lain untuk memperoleh barang-barang yang tidak diproduksi
secara nasional. Pada intinya, Ricardo memperkenalkan pemikiran spesialisasi industri
ekstrem oleh suatu negara dan pendayagunaan industri nasional yang menguntungkan dan
berdaya saing. Dengan menggunakan matematika sederhana, teori keunggulan komparatif
Ricardo berusaha membuktikan bahwa spesialisasi industri dan perdagangan internasional
akan selalu berdampak positif. Teorinya ini kemudian diperluas dan menghasilkan konsep
keunggulan absolut, yang sama sekali tidak menekankan spesialisasi industri dan
perdagangan internasional dalam kegiatan perekonomian suatu negara.
Pemikiran terkenal Ricardo lainnya adalah kritiknya terhadap proteksionisme
dalam sektor pertanian, pemikirannya mengenai perdagangan bebas, dan merupakan
ekonom yang berperan besar dalam mengembangkan teori sewa, upah, dan keuntungan.
Pemikiran lain yang dikemukakan oleh Ricardo adalah ekuivalensi Ricardian, yang
berpendapat bahwa kebijakan pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara, seperti
menarik pajak, berhutang, atau menekan defisit, mungkin tidak berpengaruh terhadap
perekonomian.

3. Jean Baptisle Say (1767-1873)


J. B. Say adalah pendukung utama pemikiran Adam Smith tentang sistem
ekonomi, kebebasan alamiah, dan pembatasan campur tangan pemerintah, Bahkan analisis
Say dianggap lebih mendalam dari Smith dan David Ricardo. Menurut Say ekonomi
adalah ilmu kualitatif, bukan kuantitatif, maka tidak tunduk pada “kalkulasi matematika”.
Dilihat dari sisi penawaran menurutnya tergantung pada “perubahan kekayaan”, kualitas,
jumlah persediaan barang, modal (kapital), tingkat bunga, ekspor, serta stabilitas hukum
dan pemerintahan. Jika ditinjau dari sisi permintaan, jumlah yang diminta akan tergantung
kepada perubahan selera, gaya hidup konsumen, kondisi ekonomi secara umum, dan
barang pengganti (subtitusi).
Menurut Say, kunci untuk mendapatkan standar hidup yang lebih tinggi yaitu
menaikkan pendapatan atau produktivitas. Prinsip tersebut juga berlaku pada suatu
bangsa. Menciptakan produk baru yang lebih baik akan membuka pasar baru dan
menaikan konsumsi. Oleh sebab itu mendorong konsumsi tidak bermanfaat bagi
perdagangan, karena kesulitannya terletak di dalam penyediaan sarana, bukan
menstimulasi keinginan untuk
mengonsumsi. Jadi menurut Say “pemerintah yang baik akan menstimulasi produksi,
sedangkan pemerintah yang buruk akan menstimulasi konsumsi”.

4. John Stuart Mill


Utilitarianisme merupakan paham buah dari hasil pandangan dan pemikiran Mill
tentang manusia dan masyarakat yang diterima sebagai landasan moral, utilitis, atau
prinsip kebahagiaan yang menganggap bahwa tindakan dikatakan benar jika sebanding
dengan kecenderungan untuk mendorong kebahagiaan, dan dikatakan salah jika
sebanding dengan
kecendrungan untuk menghasilkan ketidakbahagiaan. Universalisme etis merupakan
konsep utilitarian yang mengedepankan kebahagiaan orang lain. Prinsip tersebut memang
cukup relevan dalam aktifitas ekonomi, selain Mill menerima pasar bebas konsep dari
Adam Smith, namun usaha untuk memperhatikan kebahagiaan orang lain dalam
persaingan ekonomi pasar menjadi tujuan Mill tersendiri. Kondisi pasar bebas yang
cenderung bersikap egoisme sentris, berusaha ditekan Mill dengan pemberlakuan nilai
moralitas bersama, dimana prinsip kebahagiaan harus dirasakan oleh setiap pelaku pasar,
pelaku usaha, produsen, distributor, hingga tataran konsumen. Pasar bebas memang
cenderung melahirkan kondisi menang atau kalah, namun diantara dua belah pihak
diharapkan harus tetap mampu menjalin hubungan yang kelak melahirkan kebahagiaan
bersama, dan itulah konsekuensi atas universalisme etis menurut Mill.
Mill adalah orang yang berupaya untuk memahami masalah ekonomi sebagai suatu
masalah sosial. Masalah tentang bagaimana manusia hidup dan ikut ambil bagian dalam
kemakmuran bangsanya, baik dalam proses produksi, perlindungan terhadap produk
dalam negeri dan persaingan antar produk, maupun masalah distribusi melalui instrument

uang dan kredit sehingga menurutnya uang adalah kekuasaan, dan untuk memenuhi
kebutuhannya maka manusia membutuhkan kekuasaan tersebut. Mill, menganggap
kemakmuran suatu bangsa tidak ditentukan dengan pemenuhan kebutuhan fisik semata,
melainkan kegiatan produksi yang berkelanjutan.

C. Aliran Neoklasik

1. Henrich Gossen (1810-1874)


Gossen adalah tokoh aliran neo-klasik yang pertama membahas marginal utility.
Pada hukum Gossen pertama berbunyi : “Penambahan unit konsumsi suatu barang mula-
mula akan menghasilkan total kepuasan yang meningkat, tetapi sampai pada titik tertentu
kepuasannya akan semakin menurun”. Kemudian hukum yang kedua, berbunyi:
“untuk memperoleh maksimum utility dari konsumsi berbagai jenis barang, seseorang
akan selalu berusaha menyamakan marginal utlity yang akan diterimanya dari setiap
barang tersebut”. 

Kelebihan (nilai positif) pemikiran Gossen


 Jumlah produksi didasarkan kepada permintaan konsumen yang diukur melalui
pendekatan marginal utility 
 Konsumen selalu berusaha untuk memaksimumkan kepuasannya
 Kepuasan marginal sebagai dasar untuk menganalisis permintaan dan menentukan
produksi

Kelemahan (nilai negatif) pemikiran Gossen


 Pemikirannya terlalu berorientasi pada analisis ekonomi mikro dan mengabaikan
analisis ekonomi makro
 Tidak menperhitungkan konsumen yang tidak memiliki kemanpuan daya beli
(konsumen yang miskin)

Pemikiran Gossen yang masih relevan yaitu pemikiran tentang analisis marginal
utility yang dapat digunakan dalam merumuskan dan memahami perilaku konsumen, serta
dijadikan dasar bagi perusahaan untuk menentukan seberapa banyak tingkat produksi yang
akan dijalankan.
2. Alfred Marshall (1870)
Marshall adalah orang pertama yang mempopulerkan diagram (kurva) penawaran
(Supply) dan permintaan (Demand). Menurutnya, bekerjanya kedua kekuatan, yakni
permintaan dan penawaran, ibarat bekerjanya dua mata gunting. Dengan demikian,
analisis biaya produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan marjinal
sebagai inti pembahasan permintaan. Dalam menentukan harga keseimbangan antara sisi
penawaran dan permintaan tersebut atau biasa disebut dengan harga ekuilibrium, maka
digunakannya asumsi ceteris paribus. Sedangkan untuk memperhitungkan unsur waktu ke
dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam jangka sangat pendek, jangka
pendek, dan jangka panjang. Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain,
yakni kepuasan marjinal uang yang tetap.
Dalam mengkombinasikan penawaran dan permintaan, Marshall mengambil dari
model klasik Smith dan Ricardo serta revolusi marginalis. Dari revolusi marginalis dia
menciptakan kurva permintaan yang merefleksikan utilitas marginal dari pembeli.
Sedangkan dari aliran klasik dia mengembangkan skedul penawaran yang tergantung pada
biaya produksi. Mekanisme permintaan dan penawaran dapat mendatangkan
ketidakstabilan, karena setiap usaha yang dilakukan untuk kembali ke posisi seimbang
ternyata membuat tingkat harga dan jumlah barang menjauhi titik keseimbangan. Keadaan
tidak stabil itu terjadi jika kurva penawaran berjalan dari kiri-atas ke kanan-bawah.
Jika variabel kuantitas independen, terjadi kestabilan, tetapi jika berubah harga menjadi
independen, maka keadaan menjadi tidak stabil.

D. Aliran Historis

1. Frederich List (1789-1846)


Frederich memberikan banyak pengaruh terhadap perkembangan teori-teori
ekonomi saat ini. List memaparkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu negara akan
bergantung pada bagaimana cara produksi dan pencaharian masyarakatnya. Sehingga
berdasarkan konsep tersebut, List membagi pertumbuhan ekonomi berdasarkan tingkatan-
tingkatan yang disebut dengan Shuffen Throrien atau teori tangga. Adapun tingkatan-
tingkatan tersebut meliputi:

 Tahap I ( Masa Berburu dan Mengembara)


Menurut List, pada tahap ini manusia akan memenuhi kebutuhannya dengan cara
berburu serta mengembara, di mana para lelaki akan berusaha memburu hewa-
hewanliar sedangkan para perempuan mencari sayur-sayuran atau umbi-umbian.
Kondisi inilah yang menciptakan situasi nomaden atau berpindah-pindah atau
mengembara para masyarakat saat itu, dikarenakan jika di lokasi tertentu, hewan
buruan dan sayuran telah habis, maka mereka akan mencari lokasi lain sebagai sumber
buruan.
 Tahap II (Masa Beternak dan Bertani)
Pada tahap kedua ini, manusia tidak lagi mengembara, namun telah menetap di suatu
lokasi atau wilayah tertentu. Mereka memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan cara
beternak dan bertani. Hewan buruan yang dulunya hanya sebagai hewan buruan,
namun tahap ini mereka sudah mulai dipelihara atau beternak hewan buruannya.
Sedangkan para perempuan yang dulunya hanya mengambil sayuran dan ubi-ubian,
pada tahap ini
mereka sudah mulai menanam dan kelak dipanen untuk konsumsi. Sehingga saat itu
sudah muncul perkampungan atau desa-desa.
 Tahap III (Masa Bertani dan Kerajinan)
Pada tahap ketiga perkembangan manusia mencapai fase melakukan kegiatan
kerajinan. Beberapa kerajinan hasil manusia saat itu meliputi pertukangan dan pandai
besi, meskipun hal tersebut sebenarnya hanya sebagai selingan dalam kegiatan bertani.
 Tahap IV (Masa Kerajinan, Industri dan Perniagaan)
Masa ini telah terdapat pabrik yang didirikan, sehingga aktivitas industri dan
perniagaan mulai berkembang. Dengan berkembangnya teknologi dan sarana
transportasi, berkembang juga kegiatan perdagangan, bukan hanya skala lokal, tapi
masuk skala nasional dan internasional.

2. Bruno Hildebrand (1812-1878)


Dalam pemikirannya, Hildebrand menetapkan hukum pembangunan ekonomi yang
menyatakan bahwa pembangunan ekonomi itu linier, bukan siklus. Hilderbrand
mendukung teori sosialis atas dasar agama, moral dasar, dan kepercayaannya tentang efek
negatif pembangunan terhadap perilaku ekonomi.
Hilderbrand melihat pertumbuhan ekonomi tidak dilihat dari tingkat produksi atau
konsumsinya, namun ditinjau dari distribusinya, oleh sebab itu dia membagi evolusi
perekonomian masyarakat menjadi 3 tingkatan, yaitu:
1) Tukar menukar secara in natura atau barter;
2) Tukar menukar dengan menggunakan uang; dan
3) Tukar menukar dapat dilakukan secara kredit.
Namun Hildebrand dianggap gagal dalam mengembangkan sistem ekonomi yang
koheren, hal tersebut disebabkan beberapa penelitannya berdasarkan monografi
sejarahyang bersifat deskriptif tentang masalah-masalah ekonomi, namun karyanya
tersebut tidak disusun dalam bentuk kerangka acuan yang terpadu. Oleh sebab itu karya-
karya penelitan sejarah Hildebrand tersebut dinilai tidak berarti dalam perkembangan ilmu
ekonomi,
namun lebih bernilai jika ditinjau dari bidang sosiologi.

3. Karl Bucher (1822-1888)


Karl Bucher menguraikan pertumbuhan ekonomi suatu Negara berdasarkan
hubungan produsen dengan konsumen. Menurut Karl Bucher, pertumbuhan ekonomi
dibagi menjadi 4 tahap:
1) Rumah Tangga Tertutup
Masyarakat berproduksi hanya untuk memenuhi kebutuhan kelompok sendiri. Pada masa
ini keluarga mereka masih sangat sederhana. Oleh karena itu, kehidupan masih bersifat
tertutup dan belum ada pertukaran antar desa atau antar kelompok.
2) Rumah Tangga Kota
Pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan kelompok atau desa tidak dapat lagi
memenuhi kebutuhannya sendiri. Sehingga, timbul pertukaran antar desa yang disebut
dengan perdagangan. Pada masa ini, sebagian kelompok masyarakat membangun tempat
khusus sebagai pusat perdagangan dan industri yang disebut kota. Selanjutnya, timbul
hubungan dagang antara desa dengan kota.

3) Rumah Tangga Bangsa atau Nasional


Sesuai perkembangan zaman, pertukaran yang terjadi di satu kota sudah tidak mampu
memenuhi kebutuhan penduduknya. Kadang-kadang suatu kota tidak dapat menghasilkan
satu jenis barang dan barang tersebut harus didatangkan dari kota lain, sehingga terjadilah
kegiatan perdagangan antar kota. Perdagangan ini meluas ke seluruh kota sehingga
terbentuk satu kesatuan masyarakat yang melakukan pertukaran perdagangan antar kota
dalam satu negara atau dalam satu bangsa.
4) Rumah Tangga Dunia (Volkswirtschaft)
Pada masa ini, pertukaran atau perdagangan sudah melewati batas-batas negara karena
antar negara ternyata saling membutuhkan. Perdagangan antar negara juga didukung
dengan kemajuan IPTEK yang memudahkan manusia berhubungan dengan negara lain.
Dalam konteks dijamannya, Volkswirtschaft, dihasilkan ketika negara terpusat modern
membatalkan hak istimewa kota-kota abad pertengahan, serta orang-orang dari penguasa
teritorial lokal secara umum, dan dengan demikian membuka jalan bagi ekonomi
pertukaran tanpa batas.

Dari empat tahap Bucher tersebut terbukti secara konseptual memiliki makna
terbesar. Teori ekonomi pertukaran bukanlah hal baru, tetapi mereka tidak memiliki
perspektif dan hanya mencerminkan fakta kehidupan kontemporer. Pertukaran dianggap
sebagai bagian dari setiap perekonomian. Biicher adalah orang pertama yang mencatat
distorsi yang dihasilkan asumsi ini berkaitan dengan sejarah ekonomi pramodern. Dalam
pengertian ini, ia menolak ekonomi klasik sebagai dasar yang kuat untuk studi sejarah
ekonomi.

4. Aliran Sosialis

1. Aliran Sosial Utopis


Sosialisme Utopis merupakan sebuah istilah untuk mendefinisikan awal mula
pemikiran sosialisme modern. Para sosialis utopis tidak pernah benar-benar menggunakan
istilah ini untuk menyebut diri mereka. Istilah "Sosialisme Utopis" awalnya diperkenalkan
oleh Karl Marx dan kemudian digunakan oleh pemikir-pemikir sosialis setelahnya, untuk
menggambarkan awal kaum sosialis intelektual yang menciptakan hipotetis masa datang
dari penganut paham egalitarian dan masyarakat komunal tanpa semata-mata
memperhatikan diri mereka sendiri dengan suatu cara di mana komunitas masyarakat
seperti itu bisa diciptakan atau diperjuangkan.
Sosialis Utopis ini merupakan pemikiran tentang sebuah kehidupan sosial yang
kontroversial dengan negara-negara Eropa dimana pengaturan sosial selayaknya tertata
sempurna. Penggambaran Utopia sendiri adalah sebuah Pulau Utopia dan daerah
sekitarnya (Tallstoria, Nolandia, dan Aircastle) yang tidak ada pengacara karena
kesederhanaan hukum, kemudian pertemuan-pertemuan sosial dilakukan secara terbuka
dengan tetap mendorong para pesertanya untuk berperilaku baik, kepemilikan bersama
menggantikan hak milik pribadi, kaum pria dan wanita menerima pendidikan yang setara,
serta adanya toleransi beragama yang nyaris sempurna kecuali bagi kaum ateis, yang
dipandang rendah meskipun diperbolehkan.
Gerakan sosialis utopis dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: (1) para
romanciers; (2) Kaum koloni; (3) para ahli ekonomi. Pemikiran-pemikiran dan gerakan-
gerakan kaum utopis pada pokoknya menggambarkan masyarakat sebagai :
1) Pada masyarakat utopis tersebut tidak ada lagi hak milik pribadi
2) Jam kerja terbatas hingga 6 jam
3) Baik pria maupun wanita diharuskan bekerja
4) Diadakannya kewajiban untuk belajar
5) Terdapat kebebasan beragama

2. Aliran Sosial Ilmiah


Ajaran-ajaran sosialisme ilmiah meliputi bidang filsafat, ekonomi dan sejarah yang
didasarkan atas penyelidikan ilmiah. Sosialisme ilmiah ini dipengaruhi oleh ajaran filsafat
Hegel, Feurbach, Darwin serta pemikiran filsafat lainnya. Lenin menyatakan bahwa Marx
pada hakekatnya melanjutkan serta melengkapi tiga aliran ideologi terbesar abad ke-19,
yaitu: (1) Filsafat Jerman Klasik; (2) Political Economy Inggris Klasik; (3) Sosialisme
Prancis dan doktrin revolusi politik Prancis.157 Secara umum pandangan dan pemikiran
sosialisme ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Pertentangan kelas yang didasarkan pada teori dialektika materialisme.
2. Agama dipandang sebagai candu, hal ini didasarkan atas pemikiran Hegel yang
diterapkan secara terbalik oleh Karl Marx, bahwa “akal itu kebalikan dari materi”
tidak seperti pendapat Hegel bahwa “materi itu kebalikan dari akal”.
3. Paham materialisme historis, dimana Marx melihat sejarah perkembangan umat
manusia adalah sejarah pertentangan antara kelas borjuis dengan kelas proletar.
4. Sosialisme ilmiah sebagai sistem politik bagi masyarakat, maka sosialisme harus lahir
dan bangsa terpaksa melakukan perjuangan kelas untuk menciptakan revolusi. Sebab
perubahan masalah sosial ekonomi yang mendasar tidak mungkin dicapai tanpa
revolusi.

F. Teori Keynes
John Maynard Keynes menciptakan teori-teori ekonomi baru yang bersifat makro guna
memperbaiki keadaan ekonomi yang saat ini dilanda depresi berat. Pada saat itu terjadi over
produksi dan pengangguran dan teori klasik tidak dapat menyelesaikan masalah-masalah
tersebut karena hanya bersifat mikro sehingga muncullah teori-teori baru seperti teori Keynes.

Adapun teori Keynes ini yaitu:

 Penelaahan klasik yang lebih berorientasi pada sisi penawaran mengandung kelemahan
 Pemerintah mempunyi peran besar dalam meningkatkan permintaan efektif melalui
pengeluaran pemerintah.
 Perekonomian dapat saja terjadi kurang dari atau lebih dari pengerjaan penuh, sebab
perilaku orang atau masyarakat dalam menabung berbeda dengan perilaku orang atau
masyarakat yang berinvestasi.
 Motif masyarakat untuk memiliki uang kas yaitu; untuk transaksi dan berjaga-jaga yang
dipengaruhi oleh pendapatan, dan spekulasi yang dipengaruhi oleh tingkat bunga

G. Pasca Keynes

Pasca Keynesian adalah sekumpulan ahli ekonomi yang menyatakan berbagai pandangan
tentang ekonomi makro modern dan pemikiran ekonomi mereka berakar dari pemikiran
Keynes.

Tokoh-Tokoh Keynesian :

1. Alvin Harsey Hansen adalah seorang pakar ekonomi lulusan Harvard University yang
paling mengagumi karya keynes. Dalam buku pertama dan kedua beliau banyak
menjelaskan tentang fluktuasi ekonomi , dan faktor-faktor penyebabnya, serta cara
mengantisipasinya. Beliau juga menulis buku A Guide to Keynes yang mempermudah
orang-orang memahami pemikiran Keynes yang ada dalam buku The General Theory
yang terlalu sulit dicerna.
2. Simon Kuzbets adalah seorang ahli statistik dan berkecimpung dalam pengumpulan dan
analisis data. Ia berhasil menggabungkan ilmu statistik dan ilmu matematika dengan ilmu
ekonomi menjadi satu kesatuan yang padu. Berkatnya, pengertian pokok dalam kerangka
teori Keynes dapat diwujudkan secara kuantitatif-empiris. Hubungan antara pendapatan
nasional, konsumsi, tabungan, pengangguran, inflasi, dan harga-harga dapat dikaji
menurut analisis kurun waktu.
3. John R. Hiks, salah satu jasa besarnya ialah kemampuannya dalam merangkai teori-teori
ekonomi makro Keynes melalui pendekatan matematika. Hiks bersama Hansen juga
memperkenalkan analisis IS-LM yang bermanfaat dalam menjelaskan hubungan antar
variabel dalam perekonomian.
4. Wassily Leontief, Beliau dinilai sangat berjasa dalam mengembangkan sebuah teori yang
kemudian sangat berguna untuk berbagai analisis ekonomi, yaitu analisis input-output.
Menurut Leontief, hubungan dan keterkaitan antar sektor dalam perekonomian dapat
digambarkan dalam suatu matriks yang pada intinya berisi tabel-tabel tentang input di tiap
sektor dan tabel output dari masing-masing sektor.
5. Paul Samuelson, dalam bukunya Foundation of Economics Analysis, beliau dengan jelas
memperlihatkan hubungan timbal balik sangat memperkuat, antara faktor pengganda
(Multiplier) dengan accelerator. Prinsip akselerator secara sederhana adalah perubahan
dalam pendapatan nasional akan menyebabkan terjadinya perubahan dalam jumlah
investasi.

Anda mungkin juga menyukai