Anda di halaman 1dari 14

Neoliberal dan

Post-Neoliberal
History of Economic Thoughts
Neoliberal
Paham yang memfokuskan pada pasar bebas
dan perdagangan bebas
Sejarah Neoliberal
Kemunculan neoliberalisme dipicu krisis berupa stagflasi pada 1970-an di negara-negara maju yang memberi angin
haluan ini untuk menyerang balik kubu pro intervensi dan membawa kembali sebagai wacana kebijakan ekonomi
dominan. Krisis yang berkepanjangan menimpa kapitalisme awal abad XIX, yang berdampak depresi ekonomi tahun
30-an. Akibatnya, tenggelamlah liberalisme dan beralih pada perbesaran peran pemerintah sejak Roosevelt dengan
New Deal-nya pada tahun 1935. Perjalanan kapitalisme selanjutnya sampai di akhir abad XX, dimana pertumbuhan
dan akumulasi kapital dari golongan kapitalis melambat. Salah satu sebabnya adalah proteksi, paham keadilan sosial,
kesejahteraan bagi rakyat, berbagai tradisi adat pengelolaan sumber daya alam berbasis rakyat, dan sebagainya.

Kapitalisme memerlukan strategi baru untuk mempercepat pertumbuhan dan 'akumulasi kapital'. Maka strategi yang
ditempuh adalah menyingkirkan segenap rintangan investasi dengan pasar bebas, perlindungan hak milik intelektual,
good governance, penghapusan subsidi dan program proteksi pada rakyat, deregulasi, dan penguatan civil society dan
anti korupsi, dan lain sebagainya. Untuk itu, diperlukan suatu tatanan perdagangan global maka sejak itulah gagasan
globalisasi dimunculkan. Dengan demikian, globalisasi pada dasarnya berpijak pada kebangkitan kembali liberalisme,
suatu paham yang dikenal sebagai neoliberalisme.
Mekanisme Neoliberal

Negara penganut neoliberalisme percaya bahwa pertumbuhan ekonomi dicapai sebagai hasil normal dari
'kompetisi bebas'. Kompetisi yang agresif adalah akibat dari kepercayaan bahwa 'pasar bebas' itu efisien,
dan itulah cara yang tepat untuk mengalokasikan suber daya alam rakyat yang langka untuk memenuhi
kebutuhan manusia.

Harga barang dan jasa selanjutnya menjadi indikator apakah sumber daya telah habis atau masih banyak.
Kalau harga murah, itu berarti persediaan memadai. Harga mahal artinya artinya produknya mulai langka.
Bila harga tinggi, orang akan menanam modal ke sana. Oleh sebab itu, harga menjadi tanda apa yang harus
diproduksi.

Itulah alasan ekonomi neoliberal tidak ingin pemerintah ikut campur, serahkan saja pada mekanisme dan
hukum pasar untuk bekerja. Keputusan individual atas interest pribadi diharapkan mendapat bimbingan
dari 'invisible hand' sehingga masyarakat akan mendapat berkah dari ribuan keputusan individual tersebut.
Dan pada akhirnya, kekayaan yang dikuasai oleh segelintir orang tersebut akan 'trickle down' kepada
anggota masyarakat yang lain.
Sepuluh Ajaran Neoliberal
1. Disiplin fiskal, yang intinya adalah memerangi defisit perdagangan;
2. Public expenditure atau anggaran pengeluaran untuk publik, kebijakan ini berupa memprioritaskan anggaran
belanja pemerintah melalui pemotongan segala subsidi;
3. Pembaharuan pajak, seringkali berupa pemberian kelonggaran bagi para pengusaha untuk kemudahan
pembayaran pajak;
4. Liberalisasi keuangan, berupa kebijakan bunga bank yang ditentukan oleh mekanisme pasar;
5. Nilai tukar uang yang kompetitif, berupa kebijakan untuk melepaskan nilai tukar uang tanpa kontrol
pemerintah;
6. Trade liberalisation barrier, yakni kebijakan untuk menyingkirkan segenap hal yang menganggu
perdagangan bebas, seperti kebijakan untuk mengganti segala bentuk lisensi perdagangan dengan tarif dan
pengurangan bea tarif;
7. Foreign direct investment, berupa kebijakan untuk menyingkirkan segenap aturan pemerintah yang
menghambat pemasukan modal asing;
8. Privatisasi, yakni kebijakan untuk memberikan semua pengelolaan perusahaan negara kepada pihak swasta;
9. Deregulasi kompetisi;
10. Intellectual property rights atau paten.
Pokok Pendirian Neoliberal
Pertama, membebaskan perusahaan swasta dari campur tangan pemerintah, jauhkan pemerintah dari campur
tangan di bidang-bidang perburuhan, investasi, dan harga, serta biarkan mereka mempunyai ruang untuk
mengatur diri sendiri untuk tumbuh dengan menyediakan kawasan pertumbuhan, seperti Otorita Batam, NAFTA
(North American Free Trade Agreement), SIJORI (Singapore, Johor, and Riau), dan lain sebagainya.

Kedua, menghentikan subsidi negara kepada rakyat, karena hal itu selain bertentangan dengan prinsip
neoliberal tentang jauhkan campur tangan pemerintah, juga bertentangan dengan prinsip pasar dan persaingan
bebas. Oleh karena itu, pemerintah juga harus melakukan privatisasi semua perusahaan milik negara, karena
perusahaan negara pada dasamya dibuat untuk melaksanakan subsidi negara pada rakyat, dan itupun menghambat
persaingan bebas.

Ketiga, menghapuskan ideologi 'kesejahteraan bersama' dan pemilikan komunal seperti yang masih banyak
dianut oleh masyarakat 'tradisional'. Paham kesejahteraaan dan pemilikan bersama mereka menghalangi
pertumbuhan. Akibat dari prinsip tersebut adalah serahkan 'manajemen' sumber daya alam pada ahlinya, dan
bukan kepada masyarakat 'tradisional' (sebutan bagi masyarakat adat) yang tidak mampu mengelola sumber daya
alam secara efisien dan efektif.
Peran Negara dalam Neoliberal

Kekuasaan negara untuk mengontrol sumber


daya ekonomi saat inilah yang tengah digugat Hampir semua yang dianggap meng-halangi
oleh paham neoliberal untuk melepaskan “pasar bebas” telah disingkirkan, termasuk
kembali kekuasaannya melalui kampanye amandemen UUD’45 yang berbunyi kekuasaan
privatisasi dan potong subsidi banyak negara ekonomi negara dan demi kesejahteraan rakyat
saat ini tidak mampu lagi melaksanakan amanat telah dihapus.
konstitusi.
Kritik Terhadap Neoliberal
Neoliberal memikiki mitos-mitos:
Pertama, mitos bahwa dengan perdagangan bebas akan menjamin pangan murah dan kelaparan tidak akan
terjadi. Kenyataannya, perdagangan bebas dibidang pangan justru menaikan harga pangan.

Kedua, mitos bahwa WTO dan TNCs akan memproduksi pangan yang aman. Kenyataannya dengan rekayasa
genetika dan penggunaan pestisida serta racun kimia justru membahayakan kehidupan manusia.

Ketiga, mitos bahwa hak paten akan melindungi inovasi dan pengetahuan. Kenyataannya, paten dan hak
kekayaan intelektual dibidang mikroorganisme dan “germ plasma” selain melegalisasi pencurian
keanekaragaman hayati petani serta bibit dan menjualnya kembali pada petani demi keuntungan
pribadi.

Dikuasainya industri perbankan nasional kita oleh investor asing, tentu dapat mengakibatkan
perekonomian Indonesia dikuasai dan dikendalikan oleh pihak asing. Sejumlah bank swasta nasional baik
bank papan atas maupun bank kecil kini telah dikuasai investor asing.
Post-Neoliberal
Paham yang mewakili reaksi terhadap kebijakan
ekonomi neoliberal
Sejarah Post-Neoliberal
Pasca-neoliberalisme atau post-neoliberalisme adalah istilah yang terkait dengan bentuk pemerintahan yang
muncul pada pertengahan akhir 1990-an dengan negara “Third Way” atau di negara-negara seperti Inggris,
Kanada dan Aotearoa/ Selandia Baru dan di beberapa negara dari negara-negara Amerika Latin seperti Brasil di
bawah dan setelah Lula, Bolivia, Venezuela, dan Ekuador.

Kemunculannya terkait dengan janji-janji neoliberalisme yang tidak terpenuhi dan ketidakcocokannya dengan
pengaturan non-Barat. Kemenangan elektoral Hugo Chavez di Venezuela pada tahun 1998 meluncurkan
gelombang kemenangan oleh pemerintah kiri dan kiri tengah di banyak negara Amerika Latin (termasuk
Argentina, Brasil, Uruguay, Bolivia, Ekuador, Chili, El Salvador dan Nikaragua). Di banyak (meskipun tidak
semua) negara-negara ini, kekuatan politik kiri tersapu oleh ketidakpuasan populer dengan dampak sosial,
ekonomi dan politik dari kebijakan neoliberal era Konsensus Washington, yang menyebabkan protes gerakan
sosial yang meluas. Sementara berbagai istilah telah digunakan untuk mengkategorikan fenomena ini, salah satu
yang paling umum adalah post-neoliberalisme.
Mekanisme Post-Neoliberal
Beberapa literatur menunjukkan bahwa satu-satunya kesamaan rezim post-neoliberal adalah bahwa mereka
masing-masing berusaha melepaskan diri dari aspek-aspek tertentu neoliberalisme, meskipun pendekatan ini
sangat berbeda antar wilayah, negara, dan waktu. Ada juga anggapan bahwa strategi ini tidak serta merta
menunjukkan perpecahan yang jelas dari kebijakan neoliberal sebelumnya, karena pembuat keputusan dapat
memilih untuk menggunakan berbagai strategi 'sesuai dengan pengalaman yang ada, hubungan kekuasaan dan
kondisi sosio-ekologis. Post-neoliberalisme harus mengandung retorika anti-neoliberal, termasuk penentangan
terhadap deregulasi, finansialisasi, melemahnya hubungan perburuhan, dan 'perdagangan bebas'.
Fokus post-neoliberal pada enam bidang kebijakan luas: (1) kebijakan ekonomi (termasuk privatisasi dan
nasionalisasi, penyisipan dalam ekonomi global dan lembaga regional, pendapatan dan perpajakan), pasar
tenaga kerja, pertanian dan reformasi tanah) ; (2) kebijakan sosial; (3) gender dan seksualitas; (4) reformasi
kelembagaan (termasuk keterlibatan sipil dan reformasi demokrasi); (5) hubungan negara-masyarakat (termasuk
gerakan sosial dan masyarakat adat, dan (6) pendekatan terhadap lingkungan.
Koridor Post-Neoliberal
Kekuatan politik dan analitis dari perdebatan tentang post-neoliberalisme adalah untuk menghentikan
neoliberalisme dan untuk mengatasi berbagai proses neoliberalisasi. Perspektif harus dikembangkan di bawah
kondisi konkrit historis. Perspektif pembangunan dan komodifikasi sebagai sarana perkembangan kapitalis.
Pada tingkat yang lebih umum, negara tetap berorientasi pada penciptaan kondisi yang menguntungkan untuk
akumulasi modal - sekarang dalam kondisi transnasionalisasi modal dan sebagian finansial, Kebijakan negara
dirumuskan dan dijalankan, dalam kerangka yang ditetapkan oleh masyarakat pasca-neoliberal yang dicirikan
oleh dominasi yang lebih luas dari hubungan kapitalis dan kapital transnasional. Ini membatasi karakter
intervensi negara dan membuatnya sangat sulit untuk memperkenalkan kembali developmentalisme tradisional.
Blok kekuasaan yang berbentuk sebagian menciptakan bidang diskursif dan institusional postneoliberal, yang
dengan sendirinya merepresentasikan konteks sosial baru bagi semua aktor. Dalam pengertian itu, di Amerika
Latin, upaya untuk mengatasi krisis fungsional dan legitimasi neoliberalisme dapat disebut sebagai 'pasif
revolusi' yang dimungkinkan oleh kekuatan, wacana, dan strategi yang lebih radikal dan sekarang berhasil
menahannya.
Kritik Terhadap Post-Neoliberal
Jessop menolak perubahan regional yang dibahas di atas sebagai bukan neoliberal atau pasca-neoliberal,
melainkan 'campuran hibrida proyek ekonomi dan politik di mana individu harus bermanuver saat mereka
mencari nafkah dan mencapai semacam keamanan'. Dan banyak literatur mendukung pandangan ini, bahwa kita
belum dapat mengidentifikasi 'model post-neoliberal' pembangunan yang kohesif dan komprehensif, dan
gagasan bahwa negara-negara yang saat ini terlibat dalam praktik pasca-neoliberal pada akhirnya akan
menyimpang secara signifikan, hanya mempersulit pengidentifikasian model. Kennemore dan Weeks mencatat
bahwa ketahanan pasca-neoliberalisme mungkin terbatas karena 'iklim ekonomi yang tidak stabil, reformasi
yang dilaksanakan dengan buruk, meningkatnya oposisi, dan toleransi politik yang rendah.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai