Anda di halaman 1dari 7

PENDEKATAN TEORI EKONOMI

POLITIK NEOLIBERALISME
1. Mustika Dwi S.(21020094)
2. Novanda A. (21020090)
3. Pera Indah Sari (21020092)
4. Heni Gusti P.s (21020092)
Pengertian
Neoliberalisme
Neoliberalisme adalah paham Ekonomi yang mengutamakan sistem Kapitalis Perdagangan Bebas, Ekspansi Pasar, Privatisasi/Penjualan BUMN,
Deregulasi/Penghilangan campur tangan pemerintah, dan pengurangan peran negara dalam layanan sosial (Public Service) seperti pendidikan,
kesehatan, dan sebagainya. Neoliberalisme dikembangkan tahun 1980 oleh IMF, Bank Dunia, dan Pemerintah AS (Washington Consensus).
Bertujuan untuk menjadikan negara berkembang sebagai sapi perahan AS dan sekutunya/MNC.
Sistem Ekonomi Neoliberalisme menghilangkan peran negara sama sekali kecuali,sebagai “regulator” atau pemberi “stimulus” (baca: uang
negara) untuk menolong perusahaan swasta yang bangkrut. Sebagai contoh, pemerintah AS harus mengeluarkan “stimulus” sebesar US$ 800 milyar
(Rp 9.600 trilyun) sementara Indonesia pada krisis monter 1998 mengeluarkan dana KLBI sebesar Rp 144 trilyun dan BLBI senilai Rp 600 trilyun.
Melebihi APBN saat itu. Sistem ini berlawanan 100% dengan Sistem Komunis di mana negara justru menguasai nyaris 100% usaha yang ada.Sistem
Ekonomi Neoliberalisme menghilangkan peran negara sama sekali kecuali,sebagai “regulator” atau pemberi “stimulus” (baca: uang negara) untuk
menolong perusahaan swasta yang bangkrut. Sebagai contoh, pemerintah AS harus mengeluarkan “stimulus” sebesar US$ 800 milyar (Rp 9.600
trilyun) sementara Indonesia pada krisis monter 1998 mengeluarkan dana KLBI sebesar Rp 144 trilyun dan BLBI senilai Rp 600 trilyun. Melebihi
APBN saat itu. Sistem ini berlawanan 100% dengan Sistem Komunis di mana negara justru menguasai nyaris 100% usaha yang ada.
Di tengah-tengahnya ada Ekonomi Kerakyatan seperti tercantum di UUD 45 pasal 33 yang menyatakan bahwa kebutuhan rakyat seperti
Sembako, Energi, dan Air harus dikuasai negara. Begitu pula kekayaan alam dikuasai negara untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.
Untuk itu dibuat berbagai BUMN seperti Pertamina, PAM, PLN, dan sebagainya sehingga rakyat bisa menikmatinya dengan harga yang
terjangkau.Neoliberalisme disebut juga dengan Globalisasi (Globalization). Neoliberalis adalah orang yang menganut paham Neoliberalisme.
Lembaga Utama yang menjalankan Neoliberalisme adalah IMF, World Bank, dan WTO. Di bawahnya ada lembaga lain seperti ADB. Dengan
belenggu hutang (misalnya hutang Indonesia yang meningkat dari Rp 1.200 trilyun 20 tahun 2004 dan bengkak jadi Rp 1.600 trilyun di 2009)
lembaga tersebut memaksakan program Neoliberalisme ke seluruh dunia. Pemerintah AS (USAID) bertindak sebagai Project Manager yang kerap
campur tangan terhadap pembuatan UU di berbagai negara untuk memungkinkan neoliberalisme berjalan (misalnya di negeri kita UU Migas).
pengaruh untuk negara
Khilafah Menghapus Kapitalisme Neoliberal Khilafah Menghapus Kapitalisme Neoliberal Negara sejatinya adalah institusi besar yang menghimpun dan mengikat individu-individu untuk meraih
tujuan-tujuan kebaikan dan manfaat bersama. Negara bukanlah milik segelintiran elit yang bebas menyedot keuntungan pribadi dan golongan. Karena jika seperti itu, maka tentu ada pihak yang
mengeksploitasi dan pihak yang dieksploitasi. Pihak yang mengeksploitasi adalah minoritas (birokrat dan korporat) dan yang dieksploitasi tentulah mayoritas (rakyat). Awalnya Indonesia
dibentuk untuk memutarbalikkan kondisi dari terjajah menjadi bebas merdeka. Tujuan-tujuan umum pembentukannya adalah meraih kesejahteraan lewat pemaksimalan potensi dan seluruh
sumber daya yang dimiliki Indonesia. Tapi dalam kondisi awal pembentukan dan pejalanan roda kenegaraannya, Indonesia tidak mampu mulus dalam meraih tujuan-tujuan tersebut. Karena
harus disadari jika era kolonialisme tidak benar-benar pergi dari tanah Indonesia. Mekanisme kolonialisme tetap menguasai hajat hidup rakyat Indonesia. Ini bisa diliat dari masih betahnya
perusahaan-perusahaan asing berdiam di Indonesia. Ini berkat suksesnya transformasi kolonialisme menjadi neokolonialisme atau neoliberalisme, yang merupakan cabang politik ekonomi
kapitalisme. Khilafah Menghapus Kapitalisme Neoliberal Visi Muslim about 23 hours ago 0 No comments Perusahaan-perusahaan asing atau sering juga disebut MNC (Multi National Corporate)
menguasai mayoritas sektor-sektor vital Indonesia seperti sumber daya alam, perdagangan, perbankan, industri, dan sektor-sektor lain . MNC-MNC ini menjadi pengganti pangkalan-pangkalan
militer untuk melanjutkan penjajahan di Indonesia. MNC bekerja dengan pola kerja yang lebih efesien dan tepat sasaran, meninggalkan cara-cara lama dan boros seperti pendudukan wilayah dan
pengerahan kekuatan militer. Maka dalam sejarah penjangnya, Indonesia telah mengambil haluan politik ekonomi yang bercorak neoliberal dan meninggalkan ekonomi kerakyatan teronggok
berdebu dalam lembaran sejarah. Hal ini tidak bisa ditolak, sejak Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Hag Belanda tahun 1949, Indonesia dipaksa membayar utang kepada pemerintah
Belanda sebasar 4,3 milyar gulden. Dalam masalah utang-piutang itu Indonesia dipaksa berurusan dengan utang   yang didiktekan Belanda, jeratan bunga utang dan masa pelunasan utang tanpa
batas. Hal itu menekan keras pemerintah Indonesia untuk melaksanakan dua poin KMB selanjutnya, yaitu membagi konsesi pengelolaan sumber daya alam dan roda perekonomian di Indonesia
kepada perusahaan asing dan tunduk patuh pada kebijakan moneter yang digariskan IMF. Dari sini semakin mapan jeratan neoliberalisme di Indonesia, ini masih ditambah dengan suap yang
merusak moral dan mental pejabat-pejabat Indonesia. Apalagi semenjak amandemen Pasal 33 UU 1945 yang merupakan fundamen ekonomi kerakyatan pada tahun 2002, semenjak itu landasan
neoliberisme di Indonesia semakin empuk. Dari lobi-lobi neoliberalisme lahir pula regulasi-regulasi jahat lain seperti UU no 27 tahun 2003 tentang panas bumi, UU no 30 tahun 2007 tentang
energi, UU no 4 tahun 2009 tentang minerba dan UU no 30 tentang kelistrikan. Untuk membahasnya memang tak cukup hanya lewat obrolan warung kopi atau menyimak berita di pagi dan
malam hari. Butuh waktu, kesabaran, dan kejujuran dalam pembahasan dan pengkajian tentang fakta sebenarnya. Karena berbicara neoliberalisme tidak akan hanya berbicara penguasaan
sumber-sumber kekayaan negara dan faktor-faktor produksi oleh asing, tapi lebih jauh dari itu pembahasan akan sampai pada pengaruh neoliberalisme pada pola pikir dan sikap masyarakat juga
bagaimana masyarakat dibentuk lewat penyesatan opini umum. Faktor-faktor yang membuat mulusnya agenda-agenda neoliberal di Indonesia dapat dipetakan dari pejabat-pejabat negara yang
menjadi antek oleh asing, lemahnya pilar-pilar bangsa seperti aparat penegak hukum dan militer, dan opini umum yang dikembangkan di masyarakat. Sangat menyengat aroma aliran modal asing
dalam setiap pergantian rezim. Kucuran modal asing adalah stimulus bagi calon pemegang rezim, mengingat memang mahalnya ongkos demokrasi. Maka terbentuklah relasi jahat antara pemilik
modal dan pemegang rezim. Rezim yang sudah berkuasa harus membalas budi kepada pemilik modal dengan mengeluarkan serangkaian peraturan perundang-undangan yang memuluskan
agenda-agenda neoliberal. Mengambil contoh dari setiap penyusunan postur RAPBN, sekitar 70 % sumber APBN Indonesia adalah penerimaan pajak dan hanya sekitar 30% peneriman bukan
pajak. Menjadi pertanyaan besar mengapa sektor penerimaan bukan pajak begitu minim, padahal Indonesia memiliki potensi dan sumber daya yang begitu melimpah. Dalam perpajakan juga
terjadi masalah akut, ada puluhan BUMN yang menolak membayar pajak. Parahnya lagi perusahaan-perusahaan asing yang menunggak pembayaran deviden hingga bertahun-tahun. Tengok saja
Freeport yang dengan enteng menolak tagihan deviden tahun 2012, 2013, dan 2013 dari kementrian BUMN. Tampak begitu mudah asing mendikte pemerintah Indonesia. Inilah efek relasi jahat
pemerintah dan pemilik modal. Penguasaan sumber daya alam, pasar domestik, dan faktor-faktor produksi yang sebagian besar dilego kepada asing. Akibatnya rakyat yang harus menanggung
krisis energi, melonjaknya harga pangan dan komoditi pokok lainnya, menjamurnya pengangguran, susahnya mengakses pendidikan dan kesehatan, dan taraf hidup yang kian rendah. Masih
dalam postur RAPBN 2015, subsidi energi dianggarkan sebesar 365,5 triliun dengan pembagian subsidi BBM 259,5 triliun dan listrik 103 triliun. Jika dihitung-hitung memang terlihat anggaran
subsidi yang cukup besar, tapi tidak lantas rakyat bisa senang. Karena besarnya anggaran subsidi itu justru untuk  menebus kesalahan dan kesesatan pemerintah dalam pengelolaan sektor energi.
Anggaran subsidi sebesar itu harus keluar bukan hanya untuk membiayai produksi BBM nasional, tapi juga untuk membiayai impor BBM karena minimnya produksi minyak nasional, menambal
buruknya manajemen pertamina akibat dirusak mafia migas, membeli solar untuk bahan bakar generator disel PLN, dan pembiayaan energi lainnya.
Karakteristik Neoliberalisme
Karakteristik neoliberalisme adalah keyakinannya pada pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Paham neoliberalisme
berjalan bukan tanpa tujuan. Berikut karakteristik lain neoliberalisme:
• Negara merupakan aktor kunci dalam hubungan internasional, tetapi bukan aktor utama yang berpengaruh.
• Negara memaksimalkan kerjasama.
• Hambatan terbesar dalam proses kerjasama adalah kecurangan negara.
• Negara memberikan loyalitas dan sumber daya kepada institusi apabila saling menguntungkan dan memberi kesempatan
bagi negara untuk mengamankan kepentingan internasionalnya.
• Kepercayaannya pada pasar bebas sebagai alokasi sumber daya yang paling efisien.
• Penekanannya pada intervensi negara yang minimal atau terbatas dalam urusan ekonomi dan sosial, serta komitmennya
terhadap kebebasan perdagangan dan modal.
• Menambah koneksi antarnegara dan aktor bukan negara.
• Pengakuan berbagai kanal untuk interaksi antarnegara.
• Menurunnya penggunaan kekuatan militer sebagai alat negara untuk mencapai keberhasilan kepentingan nasional.
Prinsip Neoliberalisme
Prinsip utama neoliberalisme berawal dari pandangan realita dalam
lingkungan politik dan ekonomi internasional yang berdasarkan
pada institusi dan organisasi internasional untuk berperan dalam
penyaluran kesejahteraan dan kekuasaan.
Neoliberalis atau mereka yang menganut paham neoliberalisme
memandang institusi sebagai mediator dan alat untuk mencapai
kerjasama antar-aktor dalam sistem internasional.
Di samping itu, neoliberalis memandang negara adalah aktor
kesatuan, rasional, dan pemaksimalan utilitas karena membutuhkan
penyelesaian masalah dengan perspektif win-win.
Prinsip neoliberalisme memungkinkan kemajuan kumulatif dalam
urusan manusia dan memandang manusia memiliki sifat yang positif.
Neoliberalis meyakini bahwa peningkatan interaksi dan perubahan
informasi sangat penting sehingga tidak lagi terdapat ketidakpastian.
Ketidakpastian dihilangkan dengan fasilitas prosedur dan institusi.
Kesimpulan
Dalam kebijakan luar negeri, neoliberalisme erat kaitannya dengan pembukaan pasar luar negeri melalui cara-cara politis, menggunakan
tekanan ekonomi, diplomasi, dan/atau intervensi militer. Pembukaan pasar merujuk pada perdagangan bebas.
Neoliberalisme secara umum berkaitan dengan tekanan politik multilateral, melalui berbagai kartel pengelolaan perdagangan
seperti WTO dan Bank Dunia. Ini mengakibatkan berkurangnya wewenang pemerintahan sampai titik minimum. Neoliberalisme melalui
ekonomi pasar bebas berhasil menekan intervensi pemerintah (seperti pahamKeynesianisme), dan melangkah sukses dalam pertumbuhan
ekonomi keseluruhan. Untuk meningkatkan efisiensi korporasi, neoliberalisme berusaha keras untuk menolak atau mengurangi kebijakan
hak-hak buruh seperti upah minimum, dan hak-hak daya tawar kolektif lainnya.
Neoliberalisme bertolakbelakang dengan sosialisme, proteksionisme, dan environmentalisme. Secara domestik, ini tidak langsung
berlawanan secara prinsip dengan poteksionisme, tetapi kadang-kadang menggunakan ini sebagai alat tawar untuk membujuk negara lain
untuk membuka pasarnya. Neoliberalisme sering menjadi rintangan bagiperdagangan adil dan gerakan lainnya yang mendukung hak-hak
buruh dan keadilan sosial yang seharusnya menjadi prioritas terbesar dalam hubungan internasional dan ekonomi.
Bagi kaum liberal, pada awalnya kapitalisme dianggap menyimbolkan kemajuan pesat eksistensi masyarakat berdasarkan seluruh capaian
yg telah berhasil diraih. Bagi mereka, masyarakat pra-kapitalis adalah masyarakat feodal yang penduduknya ditindas.
Bagi John Locke, filsuf abad 18, kaum liberal ini adalah orang-orang yg memiliki hak untuk 'hidup, merdeka, dan sejahtera'. Orang-rang
yang bebas bekerja, bebas mengambil kesempatan apapun, bebas mengambil keuntungan apapun, termasuk dalam kebebasan untuk
'hancur', bebas hidup tanpa tempat tinggal, bebas hidup tanpa pekerjaan.
Kapitalisme membanggakan kebebasan seperti ini sebagai hakikat dari penciptaannya. dan dalam perjalanannya, kapitalisme selalu
menyesuaikan dan menjaga kebebasan tersebut. Misalnya masalah upah pekerja, menurut konsepsi kapitalis, semua keputusan pemerintah
atau tuntutan publik adalah tidak relevan.
Kemudian paham yang terbentuk bagi kaum liberal adalah kebebasan, berarti: ada sejumlah orang yang akan menang dan sejumlah orang
yg akan kalah. Kemenangan dan kekalahan ini terjadi karena persaingan. Apakah anda bernilai bagi orang lain, ataukah orang lain akan
dengan senang hati memberi sesuatu kepada anda. Sehingga kebebasan akan diartikan sebagai memiliki hak-hak dan mampu menggunakan
hak-hak tsb dengan memperkecil turut campur nya aturan pihak lain.
Thank's for you
Attention

Anda mungkin juga menyukai