Berdasarkan dasar Negara Indonesia, Sistem perekonomian yang Paling cocok sesuai dengan sitem
Perekonomian Indonesia adalah sistem Perekonomkian Pancasila
Jawaban diskusi :
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada lima ciri utama
sistem ekonomi Pancasila yaitu:
a) Peranan dominan koperasi bersama dengan perusahaan negara dan
perusahaan swasta.
b) Manusia dipandang secara utuh, bukan semata-mata makhluk ekonomi
tetapi juga makhluk sosial.
c) Adanya kehendak sosial yang kuat ke arah egalitaririanisme atau
pemerataan sosial.
d) Prioritas utama terhadap terciptanya suatu perekonomian nasional yang
tangguh.
e) Pelaksanaan sistem desentralisasi diimbangi dengan perencanaan yang
kuat sebagai pemberi arah bagi perkembangan ekonomi.
Iklim kebangsaan setelah Orde Baru menunjukkan suatu kondisi yang sangat
mendukung untuk mulai dilaksanakannya sistem ekonomi yang
sesungguhnya diinginkan rakyat Indonesia. Setelah melalui masa-masa
penuh tantangan pada periode 1945 - 1965, semua tokoh negara yang
duduk dalam pemerintahan sebagai wakil rakyat untuk kembali
menempatkan sistem ekonomi kita pada nilai-nilai yang telah tersirat dalam
UUD 1945.
Tercatat bahwa :
Tingkat inflasi tahun 1966 sebesar 650%
Tingkat inflasi tahun 1967 sebesar 120%
Tingkat inflasi tahun 1968 sebesar 85%
Tingkat inflasi tahun 1969 sebesar 9,9%
Dalam ilmu ekonomi mikro kita mengenal tiga pelaku ekonomi, yaitu:
Pemilik faktor produksi
Konsumen
Produsen
Maka jika dalam ilmu ekonomi makro kita mengenal empat pelaku ekonomi
:
Sektor rumah tangga
Sektor swasta
Sektor pemerintah
Sektor luar negeri
b. Ciri-ciri sitem perekonomian Pancasila seperti yang tertuang dalam UUD 1945 PASA 33
Jawab :
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 merupakan fundamen sistem perekonomian nassional.
Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 menegaskan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan.” Makna yang terkandung dalam ayat tersebut sangat dalam yakni
sistem ekonomi yang dikembangkan seharusnya tidak basis persaingan serta atas asas yang sangat
individualistik. Demikian pula dalam Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945 memberikan maklumat
yang sangat terang-benderang bahwa pemerintah memiliki peran yang sangat besar dalam kegiatan
ekonomi.
Sistem ekonomi Pancasila akan memberikan ruang kebebasan pada seluruh warga negaranya
agar bisa berusaha atau membangun usaha perekonomian dengan adanya batasan dan berbagai
syarat yang sebelumnya sudah ditentukan.
Seperti yang sudah kita ketahui, kebanyakan produksi masyarakat saat ini merupakan usaha
swasta yang bersandingan dengan perusahaan yang mencakup di bidang pertanian, perbanan,
pertambangan, transportasi, dll.
1. Sistem Perekonomian yang berdasarkan asas kekeluargaan dan disusun sebagai bentuk
usaha bersama.
2. Sumber daya yang mencakup bumi dan air serta kekayaan alam lainnya yang terkandung
di dalamnya, dikuasai oleh negara dengan tujuan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat.
3. Negara menguasai berbagai cabang produksi yang penting bagi kepentingan hidup orang
banyak.
4. Perekonomian nasional dilakukan dengan adanya prinsip ekonomi kebersamaan atas
dasar demokrasi ekonomi, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian dan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
5. Ketentuan peraturan lebih lanjut tentang pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-
undang
c. Apakah sistem perekonomian Pncasila masih relevan untuk diterapkan pada kondisi saat ini?
Jawab diskusi :
karena pendiri bangsa kita menanamkan nilai" universal pada pancasila dalam berbagai dimensi
kehidupan sehingga selalu relevan masa kini juga masa yg akan datang
Pancasila adalah sebuah sistem perekonomian yang didasarkan pada 5 sila dalam Pancasila. Sistem
Ekonomi Pancasila (SEP) merupakan sistem ekonomi yang digali dan dibangun dari nilai-nilai yang dianut
dalam masyarakat Indonesia.
Beberapa prinsip dasar yang ada dalam SEP tersebut antara lain berkaitan dengan prinsip kemanusiaan,
nasionalisme ekonomi, demokrasi ekonomi yang diwujudkan dalam ekonomi kerakyatan, dan keadilan.
Pada saat ini, sering dipertanyakan "masih relevankah sistem ekonomi pancasila sekarang ini?"
mengingat perekonomian Indonesia yang cenderung memburuk dari tahun ke tahun.
2.Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh Negara,
3.Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,
4.Hak milik peorangan diakui pemanfaatannya tidak boleh bertentangan dengan kepentingan
masyarakat,
5.Fakir miskin dan anak anak terlantar berhak memperoleh jaminan sosial.
Diskusi :
Kenapa Kota Masih menjadi tempat tumpuan migrasi dari desa ke Kota padahal pemerintah
sudah mengimplementasikan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa agar masyarakat dapat
mengembangkan potensi ekonominya.
Jawab diskusi :
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 setidaknya ingin menjawab dua problem utama desa
selama ini yaitu mengembalikan otonomi asli desa sebagaimana pernah dikesampingkan era orde
baru, serta pada saat yang sama mengembangkan otonomi desa untuk membatasi invasi otonomi
daerah pasca reformasi. Pengakuan atas desa kali ini dengan jelas menjawab persoalan pertama,
yaitu menegaskan kembali keragaman desa sebagaimana lebih awal telah dikoreksi oleh UU
32/2004. Desa dan atau nama lain berhak mengatur dan mengurus urusannya masing-masing
berdasarkan hak asal usul yang diakui dan dihormati oleh negara berdasarkan amanah konstitusi
pasal 18B ayat (1) UUD 1945. Persoalan kedua, tampak bahwa desa diharapkan mampu
mengembangkan otonomi aslinya untuk membatasi ekspansi otonomi daerah yang mengancam
hingga ke pori-pori desa.
UU Desa membawa harapan dan peluang besar. Cita-cita pemerataan pembangunan sebagai
capaian mimpi dari kemerdekaan bisa terwujud. Ragam tantangan yang disinggung sebelumnya
bisa dikonversi menjadi peluang. UU ini merupakan peluang bagi daerah untuk menjadikan desa
sebagai pusat pertumbuhan dan kreativitas sosial ekonomi masyarakat di desa. Desa benar-benar
menjadi subjek, tak lagi sekedar objek. Karena selama ini, desa hanya selalu menjadi obyek
pembangunan dan eksploitasi dari sistem pembangunan nasional. Padahal, segenap sumber daya
agraria dan termasuk sumber daya manusia di pedesaan. Desa menjadi sumber pangan nasional
tetapi tidak mendapatkan prioritas dalam kebijakan pembangunan nasional. UU ini secara
progresif berupaya menurunkan semangat desentralisasi sampai ke tingkat desa, tak hanya di
daerah. Dengan bahasa lain, UU Desa merupakan langkah maju dalam pembangunan pedesaan
dan sebuah capaian riil dari desentralisasi di level grass root.
Kemudian UU ini bisa memajukan adat istiadat dan budaya masyarakat desa, membangun sistem
pemerintahan lebih efektif dalam kerangka pelayanan masyarakat, memajukan perekonomian
msyarakat desa serta memupus kesenjangan pembangunan nasional. Untuk mengoptimalkan
peluang tersebut, maka strategi yang perlu diperjuangkan adalah mendidik rakyat desa, supaya
memiliki kemampuan untuk mengorganisasikan dirinya (self help) dan memobilisasi semua
sumber daya yang ada di desa. Pengembangan masyarakat yang menjadi upaya terorganisir yang
dilakukan guna meningkatkan kondisi masyarakat, terutama melalui usaha kooperatif dan
mengembangkan kemandirian perdesaan. Penguatan kapasitas masyarakat desa dengan cara
mendorong mereka untuk terlibat langsung dalam mengontrol dan mengawasi pemerintah desa,
menjadi kata kunci untuk mencapai masyarakat desa yang makmur, adil dan demokratis. Tanpa
itu, masyarakat desa tetap terbelit dalam persoalan jeratan kemiskinan.
Pembangunan desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 menjelaskan
bahwa tujuan pembangunan desa adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan
kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan
pembangunan tersebut pemerintah akan menyalurkan anggaran sebesar Rp 9,1 triliun kepada
72.944 desa yang tersebar di seluruh Indonesia. Berdasarkan kucuran dana tersebut maka
masing-masing desa akan mendapatkan dana antara Rp 800 juta hingga Rp 1,4 milyar yang akan
mulai berlaku pada tahun 2015 (sumber: majalah Akuntan, September 2014).
Kajian ini bertujuan untuk mengidentifikasi titik krusial yang berpotensi menimbulkan masalah
dalam penyaluran dan pengelolaan dana desa yang bersumber dari APBN dan pola pengawasan
yang dibutuhkan, serta peran BPKP dalam meningkatkan kapasitas APIP kabupaten/kota,
khususnya Inspektorat kabupaten/kota. Kajian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau
saran kepada pimpinan BPKP untuk merumuskan kebijakan dalam rangka memenuhi kebutuhan
stakeholders yang terkait dengan pelaksanaan penugasan pemberian jasa konsultasi dan quality
assurance, dalam mendukung akuntabilitas pengelolaan keuangan desa.
Berdasarkan kajian ini, terdapat beberapa titik yang berpotensi menimbulkan masalah dalam
pengelolaan dana desa yang bersumber dari APBN yaitu, 1) belum adanya peraturan petunjuk
pelaksanaan dan petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan keuangan desa, 2) perencanaan
pembangunan desa tidak selaras dengan rencana pembangunan pemerintah daerah
kabupaten/kota, 3) perencanaan pembangunan desa dapat mengarah kepada keuntungan
kelompok tertentu sehingga tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat dan kekhasan daerah,
4) sumber daya manusia penyelenggaraan pemerintahan desa belum memadai, 5) besarnya
alokasi dana desa dapat dipengaruhi kepentingan politik sehingga alokasi belum sesuai dengan
kondisi desa yang sesungguhnya, 6) pengadaan barang/jasa di desa berpotensi menyimpang dari
aturan, dan 7) pencatatan, penatausahaan dan pelaporan keuangan desa berpotensi tidak
transparan dan akuntabel.
Permasalahan tersebut di atas membutuhkan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
untuk melakukan kegiatan pembinaan dan pengawasan pengelolaan dana desa. Menurut Undang
Undang Nomor 6 tahun 2014, kegiatan pembinaan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh
pemerintah dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota,
antara lain mengawasi penyelenggaraan pemerintahan desa dimana kegiatan pembinaan dan
pengawasan tersebut dapat didelegasikan kepada perangkat daerah.
Dalam rangka menunjang impementasi Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa,
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai APIP dapat mengambil peran
dalam kegiatan pembinaan dan pengawasan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun
pemantauan. Sesuai PP 60 Tahun 2008, peran pokok yang harus dilaksanakan BPKP selaku
pengawas (auditor) intern pemerintah, yaitu melalui pemberian jaminan mutu (assurance),
pemberian asistensi (consulting) kepada stakeholders untuk mendorong peningkatan kinerja
pengelolaan keuangan negara, kegiatan pengawasan yang bersifat represif/investigatif, serta
memberikan informasi yang cepat dan akurat atas permasalahan yang bersifat current issues.
Atas dasar hal tersebut, BPKP diharapkan mempunyai peran yang strategis dalam mengawasi
pengelolaan dana desa sehi