Anda di halaman 1dari 15

Abstrak terdiri dari

Latar Belakang: Alasan atau motivasi yang melatarbelakangi kamu untuk membahas
masalah atau penelitian tersebut
Metode: Apa yang kamu lakukan untuk mendapatkan hasil dalam penelitian tersebut?
Bagaimana prosedurnya? Apakah ada teori khusus yang digunakan?
Hasil: Apa yang sudah kamu hasilkan atau kamu ciptakan dari penelitian tersebut?
Kesimpulan: Kesimpulan atau inti dari penelitian atau karya tulis yang sudah kamu buat.

Daftar Pustaka :

• ADPU 4533 modul 3


• https://media.neliti.com/media/publications/223249-nilai-dan-norma-masyarakat.pdf

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI NEGARA


DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE
provided by Hasanuddin University Repository
ii
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ABSTRAK
UMMU KALSUM (E211 13 015), Analisis Kompetensi Pegawai di Sekretariat
Daerah Kabupaten Barru, xiv + 86 Halaman + 1 Gambar + 27 Pustaka (1993-
2013) + 6 Lampiran. Dibimbing Oleh Prof. Dr. Muh. Akmal Ibrahim, M.Si dan
Dr. Gita Susanti, Msi
Pemerintah Kabupaten Barru sebagai penerima kewenangan dalam
tugas pemerintahan juga melaksanakan pengembangan sumber daya manusia.
Salah satu unit kerja pada Pemerintah Daerah tersebut adalah Sekretariat
Daerah Kabupaten Barru sebagai pusat perkantoran kepala daerah dalam
menjalankan tugas pokoknya. Organisasi ini dituntut untuk menghasilkan kinerja
baik secara individual maupun secara kelompok. Untuk menunjang kinerja
seorang pegawai atau aparatur sipil negara diperlukan pegawai atau aparatur
yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan pada suatu
instansi pemerintah.
Tujuan penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui kompetensi
pegawai dilihat dari aspek pengetahuan, keterampilan, konsep diri, karakteristik
pribadi, dan motif pegawai di Sekretariat Daerah Kabupaten Barru dalam
menjalankan tugasnya. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif dan teknik analisis data adalah deskriptif. Teknik pengumpulan
data adalah wawancara, observasi, dan studi dokumen sedangkan sumber data
yang digunakan berasal dari data primer dan data sekunder.
Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa kompetensi pegawai di
kantor sekertariat daerah Kabupaten Barru sudah terlaksana. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan indikator yang dikemukakan oleh spencer yaitu pengetahuan,
keterampilan, konsep diri dan nilai-nilai, karakteristik pribadi dan motif. Namun
untuk indikator keterampilan pegawai memerlukan pelatihan guna mengasah
keterampilan atau kemampuan yang dimiliki sehingga dapat memaksimalkan
kinerjanya.
iii
UNIVERISTAS HASANUDDIN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ABSTRACT
UMMU KALSUM (E211 13 015), Analysis of Employee Competence in
Regional Secretariat Barru, xiv + 86 Page + 1 Image + 27 Library (1993-2013)
+ 6 attachment. Supervised by Prof. Dr. Muh. Akmal Ibrahim, M.Si dan Dr.
Gita Susanti, Msi
Barru government as the recipient authority in the task of government is
also implementing human resource development. One unit at the Regional
Government is the Regional Secretariat Barru as regional head office center in
carrying out its mission. These organizations are required to produce
performance both individually and in groups. To support the performance of an
employee or civil apparatus required state employees or officials who have
competence in accordance with the needs required in a government agency.
The purpose of this study was to determine the competence of
employees is viewed from the aspect of knowledge, skills, self-concept, personal
characteristics, and motive employees in Barru Regional Secretariat in carrying
out its duties. The research method used was qualitative methods and
techniques of data analysis is descriptive. Data collection technique were
interview, observation and document while the source of the data used comes
from the primary data and secondary data.
From this study we concluded that the competence of employees in the
secretariat office area Barru been implemented. It can be seen based on the
indicators proposed by spencer namely knowledge, skills, self-concept and
values, personal characteristics and motives. But for the indicator employee's
skills need training in order to sharpen their skills or capabilities in order to
maximize performance

REFORMASI ADMINISTRASI DALAM BIDANG SISTEM DAN PROSEDUR ADMINITRASI


(Studi Kasus di Kementerian Administrasi Negara dan Penataan Wilayah Republik Demokrasi
Timor-Leste)

Maria Auxiliadora Da Costa, Prof. Dr. Warsito Utomo

2011 | Tesis | S2 Magister Adm. Publik


Search

ABSTRAK
FILE PDF
Penelitian ini membahas tentang reformasi administrasi dalam bidang sistem dan prosedur
administrasi di Kementerian Administrasi Negara dan Penataan Wilayah Timor-Leste, sebagai
suatu kajian administrasi publik melalui peluncuran suatu kebijakan, bertajuk program reformasi
administrasi negara. Tidak adanya kajian terhadap efektivitas pelaksanaan program yang telah
berjalan hampir satu dekade ini membuat Kementerian Administrasi Negara ini sebagai pengelola
manajemen administrasi publik dalam pelayanan publik dalam bertindak, padahal sistem dan
prosedur administrasi dalam pelayanan publik masih tampak lemah, peran birokrasi dalam
pemberian pelayanan publik yang efektif dan efisien, akuntabilitas dan reponsibilitas belum dapat
dilakukan karena semua sistem pemerintahan dalam administrasi pembangunan dan kebijakan
pelaksanaan program pembangunan daerah masih sentralistik di pemerintah pusat. Hal ini yang
menyebabkan lemahnya kualitas pengaturan sistem dan prosedur administrasi dan kebijakan
pemerintah dalam pembangunan administrasi. Dan penempatan pejabat struktural dan fungsional
belum disesuaikan dengan kemampuan sumber daya aparatur serta tidak mampunya pemerintah
untuk melakukan perubahan struktur, norma-norma, nilai-nilai budaya dan regulasi yang selalu
berorientasi kepada penguasa, sehingga telah menyebabkan gagalnya upaya untuk memenuhi
aspirasi dan kebutuhan masyarakat, belum terciptanya standar budaya pelayanan publik. Untuk
mengetahui pelaksanaan reformasi administrasi dalam bidang sistem dan prosedur administrasi
maka digunakan desain penelitian deskriftif-kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus
agar mendapatkan pemahaman yang mendalam mengenai fenomena yang terjadi di lapangan. Data
diperoleh dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Sebagai hasil penelitian diperoleh
dari sistem dan prosdur administrasi yang dilihat dari bentuk hubungan kerja antar direktorat
nasional dan daerah dengan daerah yang lain, dan jaringan kerjsama dalam sistem pengelolaan
proses hubungan administrasi antara direktorat nasional dan daerah dengan daerah yang lain, belum
adanya bentuk pengaturan sistem yang jelas dan bentuk pengaturan pengembangan jaringan
kerjasama dalam menghubungkan daerah dengan berbagai aspek pemanfaatannya. Sehingga perlu
dibentuknya pengaturan sistem yang kuat dan tegas dan bentuk pengaturan sistem pengembangan
jaringan kerjasama antara direktorat nasional dan daerah dengan daerah yang lain, dalam
pemeliharaan dan pengembagan sistem yang ada, sehingga dapat memperlancar proses hubungan
administrasi antara direktorat nasional dan daerah dengan daerah yang lain dan dapat
memanfaatkan jaringan kerjasama yang ada dengan daerah yang lain di masa yang akan datang.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan sistem dan prosedur administrasi yang
dilihat dari tingkat kemampuan dalam pelaksanaan sistem dan prosedur pengelolaan proses
hubungan administrasi di Kementerian administrasi Negara dan Penataan Wilayah, yaitu
kemampuan sumber daya aparatur yang merupakan suatu variabel dalam penempatan pejabat
struktural dan fungsionalnya belum sesuai dengan tingkat pendidikan (kemampuan
intelektualitasnya) dan bidang yang ditekuninya, dan kebijakan sef capacity building belum
dimanfaatkan secara optimal, sehingga perlu adanya penempatan jabatan struktural dan fungsional
harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan dapat dimanfaatkan sumber daya aparatur
pemerintah yang berkualitas termasuk yang telah menyelesaikan pendidikan lanjutan. Sedangkan
variabel budaya birokrasi dalam nilai-nilai transparansi, keterbukaan, kejujuran, keadilan yang
tertuang dalam undang-undang pemerintah belum dilaksanakan sesuai dengan nilai-nilai yang ada,
sehingga perlu adanya ketegasan peraturan dalam penerapan nilai-nilai budaya birokrasi dalam
pelayanan publik,

ABSTRAKSI
Tercapainya kesejahteraan masyarakat di suatu daerah ditentukan oleh
banyak faktor yang salah satunya adalah profesionalitas kinerja Aparatur Sipil
Negara yang ada di daerah tersebut. Banyaknya kasus Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme (KKN) yang diterjadi belakangan ini, menjadi bukti bahwa kinerja
para pegawai belum maksimal. Hal ini berhubungan dengan bagaimana analisis
Manajemen Sumber Daya Aparatur Sipil Negara yang berjalan di suatu daerah.
Manajemen Sumber Daya ASN masih memerlukan perbaikan dalam rangka
Reformasi Birokrasi untuk mewujudkan profesionalitas, transparansi, serta
akuntabel. Pelaksanaan Reformasi Birokrasi juga sebaiknya dimulai dari
memperbaiki kualitas manajemen Sumber Daya Aparatur. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Untuk mendapatkan
informasi data penelitian, penulis menggunakan purposive sampling. Seperti pada
umumnya dalam penelitian kualitatif maka penulis menggunakan metode
wawancara mendalam (indepth interview) dengan informan yang dirasa paling
mengetahui yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pengelolaan Manajemen Sumber Daya Aparatur Sipil Negara (ASN)
dalam Rangka Reformasi Birokrasi di Badan Kepegawaian Pendidikan dan
Pelatihan Daerah (BKPPD) Kota Pekalongan sudah sesuai dengan 8 aspek yang
ditentukan dalam peraturan yang meliputi : Rekrutmen, Analisis Jabatan, Evaluasi
Jabatan, Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial, Assesment Individu
berdasarkanKompetensi, Penilaian Kinerja, Sistem Informasi Manajemen
Kepegawaian, serta Pendidikan dan Pelatihan. Hal ini sudah dilaksanakan sesuai
dengan sasaran Reformasi Birokrasi walaupun ada yang belum dapat terlaksana,
yaitu evaluasi jabatan yang saat ini sedang dalam tahap awal dengan memberikan
sosialisasi dan penyebarkan formulir informasi factor jabatan structural kepada
para pemegang jabatan. Analisis Manajemen Sumber Daya Aparatur Sipil Negara
dalam penelitian ini sudah cukup sesuai dengan sasaran Reformasi Birokrasi
meskipun masih ada salah satu aspek yang belum dilaksanakan dan aspek-aspek
lain yang masih perlu ditingkatkan lagi.
Kata Kunci: Manajemen Sumber Daya Aparatur, Reformasi Birokrasi,
Aparatur Sipil Negara
ix
TITLE :THE MANAGEMENT OF CIVIL SERVICE APPARATUS
RESOURCES (ASN) IN ORDER TO REFORM THE
BUREAUCRACY IN THE REGIONAL EDUCATION AND
TRAINING EMPLOYMENT AGENCY OF PEKALONGAN CITY
NAME : Arvia Oktarina
NIM : 14020114120022
ABSTRACT
Achieving the welfare of the people in a region is determined by many
factors in which one of them is the professional performance of the Civil State
Apparatus in the area. The number of Corruption, Collusion, and Nepotism
(KKN) cases that happened lately proves that the performance of employees has
not been maximized. This fact relates to how the Management of Human
Resources is running in an area. Human Resource Management still needs
improvement to reform the Bureaucracy in order to actualize the professionalism,
transparency, and accountability. The implementation of Bureaucratic Reform
should also starts from improving the quality of Human Resource
management.The research method used in this research is descriptive qualitative.
To get information of research data, the writer used purposive sampling. As in
common qualitative research, the author used in-depth interview method (in depth
interview) with informants who was related and perceived as having the
knowledge to this research.The results show that the management of State Civil
State Apparatus Resources (ASN) for Bureaucratic Reform in Regional Agency of
Education and Training Employment (BKPPD) ofPekalongan City is in
accordance with 8 aspects specified in the regulations covering: Recruitment, Job
Analysis, Job Evaluation, Preparation of Standard of Managerial Competence,
Individual Assessment based on Competence, Performance Assessment, Human
Resource Management Information System, as well as Education and Training.
Those have been implemented in accordance with the objectives of the
Bureaucratic Reform though there aresome of them which are not yet to be done,
such as the evaluation of positions as it is currently being conducted in the early
stages by providing the socialization and dissemination of the information form
about structural position factors to the position holders.The management of Civil
State Apparatus Resourcein this research is appropriate enough with the
objectiveof Bureaucratic Reform although there is still one aspect that has not
been implemented yet and other aspects that still need to be improved again.
ABSTRAK
NIRMALA. 2020. Efektifitas Pelayanan Publik Di Dinas Perumahan
Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Bulukumba (dibimbing oleh Jaelan
Usman dan Adnan Ma’ruf).
Penelitian ini bertujuan mengetahi efektivitas pelayanan publik di Dinas
Perumahan, Permukiman Dan Pertanahan Kabupaten Bulukumba. Jenis penelitian
yang digunakan yaitu penelitian kualitatif, sumber data yang digunakan yaitu primer
dan sekunder, jumlah informan yaitu 11 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan Teknik observasi, wawancara dan dokumentasi, teknik analisis data
dengan menggunakan langkah reduksi data, penyajian data, verifikasi data yang
bersifat kualitatif, serta menggunakan pengabsahan data triangulasi yakni triangulasi
sumber, teknik, dan waktu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas pelayanan publik di Dinas
Perumahan, Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Bulukumba sudah tergolong
efektif meski ada terdapat beberapa kekurangan, apabila dibahas dari aspek (1)
prosedur pelayanan, sudah tergolong efektif, meski terdapat beberapa kekurangan (2)
waktu penyelesaian, sudah tergolong efektif, meski terdapat beberapa kekurangan (3)
biaya pelayanan, sudah tergolong efektif; (4) sarana dan prasaranan, sudah tergolong
efektif; (5) kompetensi pegawai, sudah tergolong efektif; (6) produk pelayanan, sudah
tergolong efektif.
Kata Kunci : Efektivitas Pelayanan Publik
vi
KATA P

PENGARUH SANKSI DAN KEBIJAKAN ADMINISTRASI PERPAJAKAN DALAM UPAYA


PERCEPATAN PENDAPATAN NEGARA

Disusun oleh ;

S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Abstrak
Pajak merupakan sumber penerimaan pemerintah yang digunakan untuk pembiayaan pemerintah
dan pembangunan. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam
membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pembangunan maupun pembiayaan rutin.
Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi negara serta
masyarakatnya. Tuntutan akan peningkatan penerimaan, perbaikan dan perubahan mendasar dalam
segala aspek perpajakan menjadi alasan dilakukannya reformasi perpajakan dari waktu ke waktu
yang berupa penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan,
agar basis pajak dapat semakin diperluas, sehingga potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat
dipungut secara optimal dengan menjunjung asas keadilan social dan memberikan pelayanan prima
kepada Wajib Pajak.

Keberhasilan penerimaan pajak, dalam perspektif administrasi perpajakan dapat dilihat dari
Meningkatkan kepatuhan para pembayar pajak, dan melaksanakan ketentuan perpajakan secara
seragam untuk mendapatkan penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal. Sistem administrasi
perpajakan modern mempunyai pengaruh besar terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Modernisasi
struktur organisasi memberikan kontribusi pengaruh yang terbesar, Modernisasi budaya organisasi
dan modernisasi strategi organisasi memberikan pengaruh lebih rendah. Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara implementasi sistem administrasi perpajakan modern dari dimensi
modernisasi struktur organisasi, modernisasi prosedur organisasi, modernisasi strategi organisasi,
dan modernisasi budaya organisasi terhadap kepatuhan wajib pajak.

Kata Kunci : Perpajakan, Sistem Administrasi Modern, Kepatuhan Wajib Pajak.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber utama bagi Indonesia untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
adalah pajak. Lebih dari 70% sumber pendapatan negara adalah dari pajak, sisanya dari
kepabeanan dan cukai, penerimaan bukan pajak dan hibah, dengan kata lain pajak merupakan
primadona sumber penerimaan Negara Indonesia (UU No. 12 Tahun 2018). Negara menggunakan
penerimaan pajak untuk menopang pembiayaan pembangunan. Penerimaan pajak diharapkan terus
meningkat agar pembangunan Negara dapat berjalan dengan baik. Peningkatan penerimaan pajak
tercapai jika peningkatan jumlah wajib pajak terjadi. Usaha memaksimalkan penerimaan pajak
tidak dapat hanya mengandalkan peran dari Direktorat Jenderal Pajak maupun petugas pajak, tetapi
dibutuhkan juga peran aktif dari para wajib pajak itu sendiri.

Mengingat begitu pentingnya peranan pajak, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal
Pajak telah melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan penerimaan pajak. Salah satu upaya
yang dilakukan adalah melalui reformasi peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
dengan diberlakukannya Self Assesment System. Self Assessment System mengharuskan Wajib
Pajak untuk mendaftar, menghitung, membayar serta melaporkan sendiri jumlah pajak terutang
yang menjadi kewajiban mereka (Tiraada, 2013). Self Assessment System menuntut adanya
perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat Wajib Pajak untuk membayar pajak secara sukarela
(voluntary compliance). Kepatuhan memenuhi kewajiban pajak secara sukarela merupakan tulang
punggung dari Self Assessment System.
Salah satu kendala yang dapat menghambat keefektifan pengumpulan pajak adalah kepatuhan
Wajib Pajak (tax compliance). Kepatuhan wajib pajak yaitu bagaimana sikap dari seorang Wajib
Pajak yang mau dan melaksanakan kewajiban perpajakan yang ada. Kepatuhan Wajib Pajak
diketahui dapat meningkatkan pendapatan negara. Bila ingin memaksimalkan penerimaan pajak,
maka pemerintah harus berupaya agar wajib pajak semakin sadar bahwa peranan pajak sangatlah
penting bagi tercapainya pembangunan nasional. Pelayanan yang diberikan oleh fiskus juga
penting mengingat Wajib Pajak membutuhkan kenyamanan dalam membayar pajak.

Di era teknologi yang semakin maju, khususnya di bidang elektronik, memberikan dampak positif
bagi perkantoran yang membutuhkan layanan cepat, tepat dan praktis. Ini mendorong reformasi
untuk Direktorat Jenderal Pajak di bawah naungan Departemen Keuangan untuk memperbarui
aplikasi perpajakan (Suharyono, 2018). Salah satu bentuk pembaruan oleh Direktorat Jenderal
Pajak adalah melalui sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Mengingat pentingnya
penerimaan pajak bagi negara, pemerintah melakukan reformasi perpajakan berupa
penyempurnaan terhadap kebijakan perpajakan dan sistem administrasi perpajakan sehingga
potensi penerimaan pajak yang tersedia dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas
keadilan sosial serta memberikan pelayanan prima kepada Wajib Pajak (Lingga, 2012). Dengan
adanya teknologi informasi, memungkinkan pemerintah untuk meningkatkan sistem administrasi
pajak yang bertujuan untuk memudahkan Wajib Pajak yang memiliki pengetahuan terbatas dalam
pelaporan perpajakan (Mustapha & Obid, 2015).

Oleh karena itu, Direktorat Jenderal Pajak melakukan modernisasi sistem administrasi perpajakan
guna meningkatkan kualitas pelayanan perpajakan terhadap Wajib Pajak yaitu dengan
dikembangkannya pelaporan pajak terutang berbasis e-system seperti e-registration, e-spt, e-filing
dan e-billing yang diharapkan dapat meningkatkan mekanisme kontrol dan pelaporan yang lebih
efektif (Widjaja & Siagian, 2017). Tujuan di perbaharuinya e-system perpajakan ini dibuat dengan
harapan dapat mempermudah wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Seperti
e-registration yang mempermudah pendaftaran NPWP dan pengukuhan pengusaha kena pajak
untuk berkonsultasi mengenai pajak melalui online, e-SPT dengan penyampaian SPT dengan
program yang telah disediakan oleh Direktorat Jendral Pajak, e-filing dan e-payment yang berguna
untuk melaporkan surat pemberitahuan serta pembayaran pajak secara elektronik. Serta tujuan
lainya adalah untuk menghemat waktu, mudah, akurat dan tanpa kertas sehingga menghasilkan
pelayanan secara efisien dan efektif.

Penggunaan e-system ini dikatakan efektif apabila dapat memberikan kemudahan bagi wajib pajak
dalam sarana penyampaian , perhitungan , dan pembayaran pajak. Sistem pajak online membuat
dampak yang efektif pada ekonomi karena meningkatkan pendapatan negara serta meningkatnya
kepatuhan pajak oleh Wajib Pajak. Ini karena kenyamanan, penghematan waktu, efektivitas biaya
dari Direktorat Jenderal Pajak dan Wajib Pajak ajak (Azmi, 2012). Dengan diterapkannya
pelaporan berbasis e-system ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perpajakan,
meningkatkan mekanisme kontrol serta membuat pelaporan menjadi lebih efektif dan efisien. Oleh
karena itu penulis tertarik membahasnya lebih rinci lagi dengan menarik judul “PENGARUH
SANKSI DAN KEBIJAKAN ADMINISTRASI PERPAJAKAN DALAM UPAYA
PERCEPATAN PENDAPATAN NEGARA”.
B. Rumusan Masalah

1) Peran pajak dan Pentingnya penerimaan pajak dalam suatu Negara ?

2) Seberapa besar pengaruh dari sanksi dan kebijakan administrasi pajak ?

3) Seberapa besar pencapaian DJP dalam pelaksanaan sistem administrasi modern ?

C. Tujuan Penulisan

1) Mengetahui pentingnya pajak bagi suatu Negara.

2) Mengetahui pengaruh sanksi dan kebijakan administrasi pajak yang dikeluarkan oleh DJP.

3) Mengetahui pencapaian dari pelaksanaan sistem administrasi modern yang dikeluarkan oleh
DJP.

D. Manfaat Penulisan

1) Bagi Penulis, untuk mengetahui manfaat pajak.

2) Bagi Masyarakat, untuk mengetahui pentingnya membayar pajak.


PEMBAHASAN

A. Peran pajak dalam suatu Negara

Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berlangsung secara terus-menerus dan


berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara materiil
maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut, maka negara harus menggali sumber
dana dari dalam negeri berupa pajak. Pajak adalah kontribusi wajib rakyat kepada negara yang
terutang, baik sebagai orang pribadi atau badan usaha yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pembayaran pajak merupakan perwujudan
kewajiban dan peran serta wajib pajak untuk ikut secara langsung dan bersama-sama melaksanakan
pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Sesuai falsafah undang-undang perpajakan,
membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga
negara untuk ikut berpartisipasi dan berperan serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan
nasional.

Seperti perekonomian dalam rumah tangga atau keluarga, perekonomian negara juga mengenal
sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan
negara yang menyumbang sekitar 70% dari seluruh penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian
besar kegiatan negara akan sulit untuk dilaksanakan. Penggunaan pajak mulai dari belanja pegawai
sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum, seperti:
jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, dan kantor polisi dibiayai dari pajak.
Pembangunan infrastruktur, biaya pendidikan, biaya kesehatan, subsidi bahan bakar minyak
(BBM), gaji pegawai negeri, dan pembangunan fasilitas publik semua dibiayai dari pajak. Semakin
banyak pajak yang dipungut, maka semakin banyak fasilitas dan infrastruktur yang dibangun.

Karena itu, pajak merupakan ujung tombak pembangunan sebuah negara. Sehingga sudah
sepantasnya sebagai warga negara yang baik untuk taat membayar pajak. Pemerintah Indonesia
sudah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk membayar pajak. Banyaknya masyarakat
yang belum taat membayar pajak disebabkan minimnya informasi masyarakat mengenai manfaat
pajak. Sebaiknya pelajarilah manfaat dan fungsi pajak berikut ini agar lebih bijak taat pajak. Pajak
sangat bermanfaat bagi negara. Secara lengkap pajak banyak digunakan untuk :

a) Membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, seperti: pengeluaran yang bersifat self


liquiditing, contohnya: pengeluaran untuk proyek produktif barang ekspor.

b) Membiayai pengeluaran reproduktif, seperti: pengeluaran yang memberikan keuntungan


ekonomis bagi masyarakat, contohnya: pengeluaran untuk pengairan dan pertanian.

c) Membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self liquiditing dan tidak reproduktif, contohnya:
pengeluaran untuk pendirian monumen dan objek rekreasi.
d) Membiayai pengeluaran yang tidak produktif, contohnya: pengeluaran untuk membiayai
pertahanan negara atau perang dan pengeluaran untuk penghematan di masa yang akan datang
yaitu pengeluaran untuk anak yatim piatu.

Pajak yang telah disetorkan masyarakat akan digunakan negara untuk kesejahteraan masyarakat,
antara lain: memberi subsidi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dan membayar utang-
utang negara. Selain itu pajak juga digunakan untuk menunjang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah agar perekonomian dapat terus berkembang. Pajak mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kehidupan bernegara, maka pajak mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

Fungsi Anggaran (Budgetair), yaitu pajak dijadikan alat untuk memasukkan dana secara optimal ke
kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku, sehingga pajak berfungsi
membiayai seluruh pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan proses pemerintahan. Pajak
digunakan untuk pembiayaan rutin, seperti: belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan
lainnya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yaitu
penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah tersebut ditingkatkan
terus dari tahun ke tahun sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat.

Fungsi Mengatur (Regulerend), yaitu pajak digunakan pemerintah sebagai alat untuk mencapai
tujuan tertentu dan pelengkap dari fungsi anggaran. Pemerintah dapat mengatur pertumbuhan
ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Contohnya: dalam rangka penanaman modal, baik dalam
negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka
melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk
luar negeri.

Fungsi Stabilitas, yaitu pajak membuat pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan
yang berhubungan dengan stabilitas harga, sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan
pajak yang efektif dan efisien. Dan Fungsi Retribusi Pendapatan, yaitu pajak digunakan untuk
membiayai semua kepentingan umum. Termasuk untuk membiayai pembangunan sehingga dapat
membuka kesempatan kerja, sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

B. Sanksi dan Kebijakan Administrasi Terhadap Kedisiplinan Wajib Pajak

Sanksi adalah hukuman negatif kepada orang yang melanggar peraturan, dan denda adalah
hukuman dengan cara membayar uang karena melanggar peraturan dan hukum yang berlaku,
sehingga dapat dikatakan bahwa sanksi denda adalah hukuman yang negatif kepada orang yang
melanggar peraturan dengan cara membayar uang. Suhartono (2010 : 305-312) menyatakan bahwa
terdapat indikator dari sanksi administrasi :

a) Keterlambatan Pembayaran Pajak

Adanya keterlambatan pembayaran pajak menjadi salah satu penyebab faktor munculnya sanksi
administrasi. Ketika pajak yang tidak atau kurang untuk dibayar setelah jatuh tempo pembayaran,
pada saat itu pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak pusat atau pajak daerah berwenang
melakukan penagihan pajak disertai pengenaan sanksi administrasi berupa bunga

b) Bunga 2% per bulan

Sanksi ini pada dasarnya menjadi beban wajib pajak atas kelalaian baik disengaja atau tidak
disengaja yang mengakibatkan tidak tepatnya waktu pembayaran pajak yang menjadi
kewajibannya.Ketika pajak yang tidak atau kurang untuk dibayar setelah jatuh tempo pembayaran,
pada saat itu pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak pusat atau pajak daerah berwenang
melakukan penagihan pajak disertai pengenaan sanksi administrasi berupa bunga dengan ketentuan
sebesar 2% per bulan.
c) Pengenaan Sanksi Administrasi

Sanksi administrasi yang berupa bunga merupakan salah satu jenis sanksi administrasi yang dapat
dikenakan kepada wajib pajak tatkala melakukan pelanggaran hukum pajak yang terkait dengan
pelaksanaan kewajiban. Kewajiban wajib pajak yang terkait dengan sanksi administrasi berupa
bunga adalah pembayaran secara lunas pajak dalam jangka waktu yang ditentukan sebagaimana
yang tercantum dalam dasar penagihan pajak.

d) Pengenaan Sanksi Denda

Pengenaan sanksi administrasi yang berupa denda kepada wajib pajak penghasilan maupun
pengusaha kena pajak diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU KUP. Sanksi administrasi berupa denda
dikenakan karena tidak menyampaikan surat pemberitahuan dalam jangka waktu yang ditentukan,
termasuk jangka waktu perpanjangan penyampaian surat pemberitahuan.

e) Pajak sebagai iuran rakyat

Pajak dianggap sebagai iuran yang berasal dari rakyat dan akan digunakan untuk rakyat itu sendiri,
dalam hal pembangunan serta kesejahteraan rakyat.

f) Perhitungan Sanksi Denda

Sanksi denda dapat dihitung berdasarkan tanggal jatuh tempo masa berlaku yang ada didalam
STNK kendaraan bermotor dan belum melakukan perpanjangan atau belum membayar pajak tepat
pada waktunya maka akan dikenai denda pajak kendaraan bermotor sebesar 2% perbulannya.

g) Tujuan Sanksi Administrasi

Adapun tujuan dari sanksi adminitrasi adalah untuk meningkatkan kesadaran wajib pajak guna
pentingnya kesadaran wajib pajak terhadap pembayaran pajak.

Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran adalah keadaan mengetahui atau mengerti, sedangkan perpajakan adalah perihal pajak.
Sehingga kesadaran perpajakan adalah keadaan mengetahui atau mengerti perihal tentang pajak.
Penilaian positif dari masyarakat wajib pajak terhadap pelaksanaan fungsi negara oleh pemerintah
akan menggerakkan dan menyadarkan masyarakat untuk mematuhi kewajibannya untuk membayar
pajak (Boediono, 2011 : 65).

Kepatuhan Wajib Pajak

E. Eliyani (2006 : 38) menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak didefinisikan sebagai
memasukkan dan melaporkan pada waktunya informasi yang diperlukan, mengisi secara benar
jumlah pajak yang terutang, dan membayarkan pajak pada waktunya tanpa tindakan pemaksaan.
Ketidak patuhan timbul kalau salah satu syarat definisi tidak terpenuhi. Pendapat lain tentang
kepatuhan wajib pajak juga dikemukakan oleh Novak (2006 : 43) seperti dikutip oleh Suhartono
(2010 : 54), yang menyatakan adanya indikator kepatuhan wajib pajak adalah : Kedisiplinan
membayar pajak Tingkat kedisiplinan wajib pajak sangat erat halnya dengan kepatuhan wajib
pajak, semakin banyak wajib pajak yang disiplin dalam membayar pajak maka semakin
mengingkat kepatuhan wajib pajak terhadap pajak.

Tingkat Pengetahuan terhadap Pajak Pengetahuan terhadap pajak meliputi bagian dari fungsi dan
tujuan dari pajak itu sendiri, wajib pajak harus memiliki pengetahuan dasar mengenai pajak.
Sosialisasi tentang Pajak Sosialisasi tentang pajak akan membuat wajib pajak memiliki pemahaman
secara langsung serta memiliki kesadaran langsung terhadap pentingnya pajak itu sendiri.
Sosialisasi tentang Sanksi Administrasi Pajak ini memiliki tujuan agar wajib pajak tidak
menganggap enteng tentang sanksi administrasi pajak dan akan membuat wajib pajak sadar serta
patuh terhadap pembayaran pajak.

Wajib pajak paham dan berusaha memahami UU Perpajakan, Wajib pajak yang paham dan
memiliki kesadaran terhadap pajak harus mengetahuimsecara jelas apa saja peraturan yang
mengatur pajak terutama UU Perpajakan. Patuh terhadap Pajak Wajib pajak harus memiliki
kesadaran dan kepatuhan dalam membayar pajak tepat dengan waktunya, karena jika wajib pajak
tidak membayar tepat dengan waktunya maka wajib pajak akan mendapatkan sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan yang berlaku.

C. Penerapan Sistem Administrasi Modern DJP

Untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, Direktorat Jenderal Pajak terus melakukan
transformasi digital guna meningkatkan kualitas layanan dan meningkatkan efektivitas pengawasan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Bentuk reformasi perpajakan tersebut berupa modernisasi
teknologi informasi perpajakan. Salah satu pembaruan yang dilakukan adalah menerapkan
teknologi informasi terbaru dalam pelayananan pajak. Pada awal tahun 2005 Direktorat Jenderal
Pajak mengeluarkan sistem administrasi perpajakan yang memanfaatkan teknologi yaitu e-System
atau Electronic System. Sistem elektronik untuk administrasi pajak tersebut diantaranya adalah e-
Registration, e-Filling, e-SPT, dan e-Billing. Modernisasi teknologi ini diyakini akan menjadi salah
satu pilar penting dari reformasi perpajakan karena akan sangat bermanfaat sebagai upaya
peningkatan tax ratio, penghindaran dan penggelapan pajak, serta mendorong kepatuhan wajib
pajak.

Di zaman yang serba canggih ini Direktorat Jenderal Pajak sedang berusaha menciptakan teknologi
informasi perpajakan baru yang diyakini akan berhasil untuk mendukung pengumpulan pajak
menjadi lebih efektif dan efisien. Teknologi core tax yang dimiliki Direktorat Jenderal Pajak saat
ini dinilai sudah terlalu lawas dengan usia lebih dari 15 tahun. Perlu ada pembaruan sistem karena
sudah tidak kompatibel dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, sehingga sudah tidak
dapat dikembangakan lebih lanjut lagi. Bapak Robert Pakpahan, Direktur Jenderal Pajak,
mengatakan bahwa Direktorat Jenderal Pajak akan memiliki senjata baru yang dapat mendukung
pengumpulan pajak. Senjata baru yang dimaksud beliau adalah Core Tax System baru.
Pembenahan ini seiring dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 Tahun 2018
tentang Pembaruan Sistem Administrasi Perpajakan yang telah disahkan oleh Presiden Joko
Widodo pada 3 Mei 2018. Presiden berharap dengan adanya perpres ini Direktorat Jenderal Pajak
semakin kuat, kredibel, dan akuntabel dengan proses efektif dan efisien.

Pengertian Core tax system itu sendiri adalah sistem teknologi informasi yang menyediakan
dukungan terpadu bagi pelaksanaan tugas Direktorat Jenderal Pajak termasuk otomasi proses bisnis
mulai dari proses pendaftaran wajib pajak, pemrosesan surat pemberitahuan dan dokumen
perpajakan lainnya, pemrosesan pembayaran pajak, dukungan pemeriksaan dan penagihan, hingga
fungsi taxpayer accounting. Direktorat Jenderal Pajak menganggarkan Rp3,1 triliun untuk
pembangunan sistem teknologi informasi pajak atau core tax system yang baru. Anggaran Rp3,1
triliun ini akan digunakan untuk membeli software, CODS software system informasi perpajakan
yang teruji dengan modifikasi, sampai konsultasi yang membangun sistem tersebut.

Core tax system rencananya akan dibangun 3,5 sampai 4 tahun dengan total pengadaan multiyears
7 tahun. Core tax system yang baru diharapkan memberikan banyak kemudahan kepada wajib
pajak dan terjamin keamanannya. Dengan Core tax system yang baru, Direktorat Jenderal Pajak
akan memiliki sistem teknologi informasi yang bisa dengan cepat mendeteksi ketidakpatuhan
dengan integritas data yang tinggi. Core tax system ini dilengkapi dengan sistem compliance risk
management (CRM) yang akan mendeteksi profil risiko setiap wajib pajak sesuai dengan data yang
ada di Direktorat Jenderal Pajak supaya lebih mudah untuk pelaksanaan kepada wajib pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu, sistem ini juga bisa digunakan untuk menganalisis
margin yang membantu kantor pajak menemukan laporan-laporan keuangan yang dipalsukan atau
kasus transfer pricing. Pegawai pajak nantinya tidak bisa berbuat curang karena sistem ini dapat
mengetahui siapa saja yang membuka data wajib pajak. Bagi yang membuka akan ketahuan dalam
taxpayer account milik wajib pajak. Kehebatan sistem yang canggih ini terletak pada traceability-
nya.

Berdasarkan roadmap reformasi perpajakan, core tax sudah memasuki tahap bidding pada kuartal
III-2018. Pembangunan sistem tersebut bisa berjalan di kuartal II-2019 hingga kuartal III-2020.
Harapan di kuartal II-2021 Direktorat Jenderal Pajak sudah menerima SPT, pembayaran, dan
registrasi menggunakan sistem yang baru. Menurut Bapak Robert Pakpahan, Direktur Jenderal
Pajak, penggunaan teknologi ini mungkin masih belum cukup untuk mencapai target rasio
penerimaan pajak sebesar 16% terhadap produk domestik bruto pada 2019. Namun, dengan
teknologi ini menjadi langkah maju untuk terus melakukan perbaikan.

PENUTUP

Kesimpulan dan Saran

Tax Administration, merupakan cara atau prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. Peran
administrasi perpajakan, sebagai upaya untuk merealisasikan peraturan perpajakan, dan penerimaan
negara sebagaimana amanat APBN. Administrasi pajak dikatakan efektif bila mampu mengatasi
masalah-masalah (Silvani, 1992): (1) Wajib Pajak yang tidak terdaftar (unregistered taxpayers); (2)
Wajib Pajak yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT); (3) Penyelundup pajak (tax
evaders); (4) Penunggak pajak (delinquent tax pavers).

Jika kebijakan perpajakan yang ada mampu mengatasi masalah-masalah di atas secara efektif,
maka administrasi perpajakannya sudah dapat dikatakan baik sehingga tax ratio akan meningkat.
Dasar bagi terwujudnya suatu administrasi pajak yang baik adalah diterapkannya prinsip-prinsip
manajemen modern yaitu Planning, Organizing, Actuating dan Controlling, terdapatnya kebijakan
perpajakan yang jelas dan sederhana sehingga memudahkan WP untuk melaksanakan
kewajibannya, tersedianya Pegawai Pajak yang berkualitas dan jujur serta pelaksanaan penegakan
hukum yang tegas dan konsisten.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa ekonomi digital menjadi tantangan terberat bagi Direktorat
Jenderal Pajak. Jika kita lihat dari sistem yang semakin membaik ini tentunya untuk 10 tahun yang
akan datang Direktorat Jenderal Pajak diyakini akan berhasil mencapai target penerimaan pajak
yang diinginkan dan menaikkan tax ratio di Indonesia yang masih rendah. Dari sisi wajib pajak,
akan semakin mudah dalam menjalankan kewajiban perpajakannya berkat sistem yang lebih
canggih, sederhana, cepat serta lebih efektif dan efisien. Pegawai pajak juga terbantu pekerjaanya
dengan adanya teknologi canggih yang menggantikan peran dan tenaga manusia. Oleh karena itu,
mari kita bersama-sama mewujudkan Indonesia menjadi lebih baik, salah satunya dengan cara
memaksimalkan penerimaan negara melalui pajak.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Riski. 2016. “PENGARUH PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI DAN


KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK
KENDARAAN BERMOTOR (Studi pada Kantor Samsat Kabupaten Bengkalis Riau)”,Artikel
diambil dari internet pada 16 April 2020 melalui :
https://media.neliti.com/media/publications/86610-ID-pengaruh-pengenaan-sanksi-administrasi-
d.pdf

“LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2018” ,Artikel diambil dari internet
pada 16 April 2020 melalui : https://www.pajak.go.id/sites/default/files/2019-05/LAKIN%20DJP
%202018.pdf

“Modernisasi Administrasi Perpajakan” , Artikel diambil dari internet pada 16 April 2020 melalui
https://pajak.go.id/sites/default/files/2019-03/Annual_Report%202007.pdf

Adiyanta, Susila. 2018. “Kebijakan Penghapusan Sanksi Administrasi Perpajakan sebagai Stimulus
Peningkatan Penerimaan Negara dari Sektor Pajak (Studi Evaluatif Normatif Kebijakan Perpajakan
Nasional)”, Artikel diambil dari internet pada 16 April 2020 melalui :
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/alj/article/download/2820/1760

Masyhur, Hadi. 2013. “PENGARUH SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN


TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK”. Artikel diambil dari internet pada 16 April 2020
melalui : https://media.neliti.com/media/publications/99953-ID-pengaruh-sistem-administrasi-
perpajakan.pdf

“PENGARUH PENERAPAN SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN


TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi Kasus pada Wajib Pajak yang Terdaftar di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sukoharjo)” ,Artikel diambil dari internet pada 17 April 2020
melalui : http://eprints.ums.ac.id/37383/3/BAB%20I.pdf

Novia, Fitri. 2019. “Pokok-pokok Reformasi Perpajakan Periode 2017-2018”, Artikel diambil dari
internet pada 17 April 2020 melalui :
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5c6d374ac4dbe/pokok-pokok-reformasi-perpajakan-
periode-2017-2018/

Agung, Gusti. 2020. “Penerapan E-System Perpajakan”. Artikel diambil dari internet pada 17 April
2020 melalui : https://www.pajakku.com/read/5dae7b994c6a88754c08803e/Penerapan-E-System-
Perpajakan

“Manfaat Pajak bagi Masyarakat dan Negara”. Artikel diambil dari internet pada 17 April 2020
melalui : https://www.cermati.com/artikel/manfaat-pajak-bagi-masyarakat-dan-negara

Novitasari, Lela. 2018.“Modernisasi Teknologi Informasi Perpajakan di Era Ekonomi Digital”.


Artikel diambil dari internet pada 18 April 2020 melalui :
https://www.pajak.go.id/id/artikel/modernisasi-teknologi-informasi-perpajakan-di-era-ekonomi-
digital

Pamungkas, Dimas. 2019. “Menyoal Kebijakan “Setengah hati” Restitusi Pendahuluan”. Artikel
diambil dari internet pada 18 April 2020 melalui : https://mucglobal.com/id/news/560/insight.html

“Memahami Pentingnya Pajak untuk Keberlangsungan Negara dan Kemajuan Bangsa”. Artikel
diambil dari internet pada 18 April 2020 melalui :
https://sukabumiupdate.com/detail/bale-warga/opini/61566-Memahami-Pentingnya-Pajak-untuk-
Keberlangsungan-Negara-dan-Kemajuan-Bangsa

“Fungsi Pajak”. Artikel diambil dari internet pada 18 April 2020 melalui :
https://www.pajak.go.id/id/fungsi-pajak

Anda mungkin juga menyukai