Anda di halaman 1dari 11

ARIF SOLEH

MAGISTER PERBANKAN SYARIAH 2016

Dampak Ekonomi Dan Politik Neoliberal Terhadap Indonesia

A. Pokok Masalah

Sistem perekonomian yang paling banyak digunakan dan menjadi pedoman adalah sistem
ekonomi leberal. Negara barat memproklamirkan sistem ekonomi tersebut sehingga Negara-
negara lain mengikutinya baik negara maju maupun negara dunia ketiga. Sistem ekonomi liberal
yang biasa kita sebut ekonomi kapitalis merupakan sistem yang sangat berbahaya. Menggunakan
hawa nafsu dan sifat kerakusan serta menganggap agama tidak terlibat dalam perekonomian.

Banyak perbedaan antara sistem ekonomi yang berlandaskan Islam dengan sistem
ekonomi liberal, dalam Al – Qur’an telah disebutkan dalam Surat Al-Hasyr ayat 7:

            
            
              

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda)
yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat,
anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul
kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (Al-Hasyr: 7)

 Ayat tersebut menjelaskan perbedaan yang paling mencolok, ekonomi liberal lebih
berpihak pada manusia yang memiliki banyak harta, mereka kan terus semakin kaya dengan
segala cara untuk memenuhi hawa nafsunya tanpa memperdulikan orang lain disekitarnya.
Sebaliknya, sistem ekonomi Islam mengajarkan manusia untuk saling berbagi demi tercapai
kesejahteraan dan kemakmuran bersama.
Ekonomi kerakyatan sangat berbeda dari neoliberalisme. Neoliberalisme, sebagaimana
dikemas oleh ordoliberalisme, adalah sebuah sistem perekonomian yang dibangun di atas tiga
prinsip sebagai berikut: (1) tujuan utama ekonomi neoliberal adalah pengembangan kebebasan
individu untuk bersaing secara bebas-sempurna di pasar; (2) kepemilikan pribadi terhadap
faktor-faktor produksi diakui; dan (3) pembentukan harga pasar bukanlah sesuatu yang alami,
melainkan hasil dari penertiban pasar yang dilakukan oleh negara melalui penerbitan undang-
undang1.

Berdasarkan ketiga prinsip tersebut maka peranan negara dalam neoliberalisme dibatasi
hanya sebagai pengatur dan penjaga bekerjanya mekanisme pasar. Dalam perkembangannya,
sebagaimana dikemas dalam paket Konsensus Washington,  peran negara dalam neoliberalisme
ditekankan untuk melakukan empat hal sebagai berikut: (1) pelaksanaan kebijakan anggaran
ketat, termasuk penghapusan subsidi; (2) liberalisasi sektor keuangan; (3) liberalisasi
perdagangan; dan (4) pelaksanaan privatisasi BUMN dan untuk mewujudkan hal ini dibutuhkan
intervensi kebijakan yang menjadi landasannya 2.

B. Pembahasan

Ideologi dan epistimologi Neoliberal diglobalkan melalui lembaga IMF, Bank Dunia dan
WTO. Pintu masuknya, khususnya ke negara-negara Dunia Ketiga, adalah melalui jebakan
utang. Intinya, lembaga-lembaga kreditor internasional seperti IMF dan Bank Dunia memberikan
utang secara terus-menerus kepada negara-negara tersebut tanpa ada pengawasan yang ketat
dalam hal penggunaannya yang mengakibatkan pemerintahan nasional negara-negara debitor
menjadi kecanduan. Akhirnya, negara-negara tersebut tidak berdaya lagi menolak perubahan
sistem ekonomi nasionalnya dengan mekanisme SAP (Structural Adjustment Program) yang
ditawarkan lembaga-lembaga kreditor internasional tersebut. Dengan SAP inilah mereka mampu
mengubah sistem ekonomi yang sudah ada menjadi sistem ekonomi yang sesuai dengan
keinginan mereka dalam mengembangakan investasi dan keuntungan.

SAP dilakukan melalui 3 langkah:

1
Giersch, Herbert, 1968. Politik Ekonomi, diterjemahkan oleh Samik Ibrahim dan Nadirsjah Tamin,
Jakarta: Kedutaan Besar Jerman.
2
Stiglitz, Joseph E., 2002. Globalisation and Its Discontent, New York: WW Norton and Company.
1. Pembukaan keran impor sebebas-bebasnya dan adanya aliran uang yang bebas;
2. Devaluasi;
3. Kebijakan moneter dan fiskal dalam bentuk: pembatasan kredit, peningkatan suku
bunga kredit, penghapusan subsidi, peningkatan pajak, kenaikan harga kebutuhan
publik.

Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah


sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang
ekonomi. Tiga prinsip dasar ekonomi kerakyatan adalah sebagai berikut: (1) perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan; (2) cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara;
dan (3) bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan ketiga prinsip tersebut dapat disaksikan betapa sangat besarnya peran negara
dalam sistem ekonomi kerakyatan. Sebagaimana dilengkapi oleh Pasal 27 ayat 2 dan Pasal 34, 
peran negara dalam sistem ekonomi kerakyatan antara lain meliputi lima hal sebagai berikut: (1)
mengembangkan koperasi (2) mengembangkan BUMN; (3) memastikan pemanfaatan bumi, air,
dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat;
(4) memenuhi hak setiap warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang
layak; (5) memelihara fakir miskin dan anak terlantar.

Mencermati perbedaan mencolok antara ekonomi kerakyatan dengan neoliberalisme


tersebut, tidak terlalu berlebihan bila disimpulkan bahwa ekonomi kerakyatan pada dasarnya
adalah antitesis dari neoliberalisme. Sebab itu, sebagai saudara kandung neoliberalisme, ekonomi
negara kesejahteraan (keynesianisme), juga tidak dapat disamakan dengan ekonomi kerakyatan.
Keynesianisme memang menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penciptaan kesempatan
kerja penuh, namun demikian ia tetap dibangun berdasarkan prinsip persaingan bebas dan
pemilikan alat-alat produksi secara pribadi (selengkapnya lihat tabel). Perlu saya tambahkan,
ekonomi kerakyatan tidak dapat pula disamakan dengan ekonomi pasar sosial. Sebagaimana
dikemukakan Giersch (1961), ekonomi pasar sosial adalah salah satu varian awal dari
neoliberalisme yang digagas oleh Alfred Muller-Armack.
Peran Negara Dalam Ekonomi

Kapitalisme
Ekonomi Kerakyatan
Negara Kesejahteraan Ekonomi Neoliberal

1.       Menyusun perekonomian 1.       Mengintervensi pasar untuk 1.       Mengatur dan menjaga


sebagai usaha bersama menciptanya kondisi kesempatan bekerjanya mekanisme pasar;
berdasar atas azas kerja penuh. mencegah monopoli.
kekeluargaan; mengembangkan
koperasi (Pasal 33 ayat 1).

2.       Menguasai cabang-cabang 2.       Menyelenggarakan BUMN 2.       Mengembangkan sektor


produksi yang penting bagi pada cabang-cabang produksi swasta dan melakukan
negara dan yang menguasai yang tidak dapat diselenggarakan privatisasi BUMN.
hajat hidup orang banyak; oleh perusahaan swasta.
mengembangkan BUMN (Pasal
33 ayat 2).

3.      Menguasai dan memastikan 3.      Menjaga keseimbangan 3.       Memacu laju pertumbuhan


pemanfaatan bumi, air, dan antara pertumbuhan ekonomi ekonomi, termasuk dengan
segala kekayaan yang dengan pemerataan menciptakan lingkungan yang
terkandung di dalamnya bagi pembangunan. kondusif bagi masuknya
sebesar-besarnya kemakmuran investasi asing.
rakyat (Pasal 33 ayat 3).

4.       Mengelola anggaran negara 4.       Mengelola anggaran negara 4.       Melaksanakan kebijakan


untuk kesejahteraan rakyat; untuk kesejahteraan rakyat;  anggaran ketat, termasuk
memberlakukan pajak progresif memberlakukan pajak progresif menghapuskan subsidi.
dan memberikan subsidi. dan memberikan subsidi.

5.       Menjaga stabilitas moneter. 5.       Menjaga stabilitas moneter. 5.       Menjaga stabilitas


moneter.

6.       Memastikan setiap warga 6.       Memastikan setiap warga 6.       Melindungi pekerja


negara memperoleh haknya negara memperoleh haknya perempuan, pekerja anak, dan
untuk mendapatkan pekerjaan untuk mendapatkan pekerjaan bila perlu menetapkan upah
dan penghidupan yang layak dan penghidupan yang layak. minimum.
bagi kemanusiaan (Pasal 27
ayat 2).
7.       Memelihara fakir miskin dan 7.       Memelihara fakir miskin dan 7.-
anak terlantar (Pasal 34). anak terlantar.

Perekonomian Indonesia lebih didominasi oleh pelaksanaan agenda-agenda ekonomi


neoliberal. Dua hal berikut perlu mendapat perhatian dalam menjawab pertanyaan
tersebut. Pertama, sebagai sebuah negara yang mengalami penjajahan selama 3,5 abad,
perekonomian Indonesia tidak dapat mengingkari kenyataan terbangunnya struktur
perekonomian yang bercorak kolonial di Indonesia. Sebab itu, ekonomi kerakyatan pertama-tama
harus dipahami sebagai upaya sistematis untuk mengoreksi struktur perekonomian yang bercorak
kolonial tersebut. Kedua, liberalisasi bukan hal baru bagi Indonesia, tetapi telah berlangsung
sejak era kolonial.

Berangkat dari kedua catatan tersebut, secara singkat dapat saya kemukakan bahwa
perjuangan bangsa Indonesia untuk melaksanakan ekonomi kerakyatan bukanlah perjuangan
yang mudah. Kendala terbesar justru datang dari pihak kolonial. Sejak bangsa Indonesia
memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, pihak kolonial hampir terus menerus
mensubversi upaya bangsa Indonesia untuk melaksanakan ekonomi kerakyatan.

Secara ringkas, subversi-subversi yang dilakukan oleh pihak kolonial untuk mencegah
terselenggaranya ekonomi kerakyatan itu adalah sebagai berikut.

Pertama, terjadinya agresi I dan II pada 1947 dan 1948. Tujuan utamanya adalah untuk
mencegah berdirinya NKRI yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian.

Kedua, dipaksanya bangsa Indonesia untuk memenuhi tiga syarat ekonomi guna memperoleh
pengakuan kedaulatan dalam forum Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949. Ketiga syarat
ekonomi itu adalah: (1) bersedia menerima warisan utang Hindia Belanda sebesar 4,3 milliar
gulden; (2) bersedia mematuhi ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Dana Moneter
Internasional (IMF); dan (3) bersedia mempertahankan keberadaan perusahaan-perusahaan asing
yang beroperasi di Indonesia.
Ketiga, dilakukannya berbagai tindakan adu domba menyusul dilakukannya tindakan pembatalan
KMB secara sepihak oleh pemerintah Indonesia pada 1956. Tindakan-tindakan itu antara lain
terungkap pada meletusnya peristiwa PRRI/Permesta pada 1958.

Keempat, diselundupkannya sejumlah sarjana dan mahasiswa ekonomi Indonesia ke AS untuk


mempelajari ilmu ekonomi yang bercorak liberal-kapitalistis sejak 1957. Para ekonom yang
kemudian dikenal sebagai Mafia Berkeley ini sengaja dipersiapkan untuk mengambil alih
kendali pengelolaan perekonomian Indonesia pasca penggulingan Soekarno pada 1966.

Kelima, dilakukannya sandiwara politik yang dikenal sebagai proses kudeta merangkak terhadap
Soekarno pada 30 September 1965, yaitu pasca terbitnya UU No. 16/1965 pada Agustus 1965,
yang menolak segala bentuk keterlibatan modal asing di Indonesia.

Keenam, dipaksanya Soekarno untuk menandatangani empat UU sebelum ia secara resmi


dilengserkan dari kekuasaanya. Keempat UU itu adalah: (1) UU No. 7/1966 tentang penyelesaian
masalah utang-piutang antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda; (2) UU No. 8/1966
tentang pendaftaran Indonesia sebagai anggota ADB; (3) UU No. 9/1966 tentang pendaftaran
kembali Indonesia sebagai anggota IMF dan Bank Dunia; dan (4) UU No. 1/1967 tentang
Penanaman Modal Asing (PMA).

Ketujuh, dibangunnya sebuah pemerintahan kontra-revolusioner di Indonesia sejak 1967.


Melalui pemerintahan yang dipimpin oleh Soeharto ini, para ekonom “Mafia Berkeley” yang
sejak jauh-jauh hari telah dipersiapkan oleh AS, secara sistematis berusaha membelokkan
orientasi penyelenggaraan perekonomian Indonesia dari ekonomi kerakyatan menuju ekonomi
pasar neoliberal. Tindakan pembelokan orientasi tersebut didukung sepenuhnya oleh IMF, Bank
Dunia, USAID, dan ADB dengan cara mengucurkan utang luar negeri.

Kedelapan, dilakukannya proses liberalisasi besar-besaran sejak 1983, yaitu melalui serangkaian
kebijakan yang dikemas dalam paket deregulasi dan debirokratisasi.

Kesembilan, dipaksannya Soeharto untuk menandatangani pelaksanaan agenda-agenda ekonomi


neoliberal secara terinci melalui penandatanganan nota kesepahaman dengan IMF pada 1998,
yaitu sebelum ia secara resmi dipaksa untuk mengakhiri kekuasannya melalui sebuah gerakan
politik yang dikenal sebagai gerakan reformasi. Perlu diketahui, dalam sejarah perekonomian
Inggris, gerakan reformasi serupa dimotori antara lain oleh David Hume, Adam Smith, David
Ricardo, Thomas R. Malthus, dan John S. Mill3.

Kesepuluh, dilakukannya amandemen terhadap Pasal 33 UUD 1945 yang merupakan landasan
konstitusional sistem ekonomi kerakyatan pada 2002. Melalui perdebatan yang cukup sengit,
ayat 1, 2, dan 3, berhasil dipertahankan. Tetapi kalimat penting yang terdapat dalam penjelasan
Pasal 33 UUD 1945, yang berbunyi, “Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi,”
turut menguap bersama hilangnya penjelasan pasal tersebut.

Solusi

Neoliberalisme yang juga dikenal sebagai paham ekonomi neoliberal mengacu pada
filosofi ekonomi-politik akhir-abad keduapuluhan, sebenarnya merupakan redefinisi dan
kelanjutan dari liberalisme klasik yang dipengaruhi oleh teori perekonomian neoklasik yang
mengurangi atau menolak penghambatan oleh pemerintah dalam ekonomi domestik karena akan
mengarah pada penciptaan Distorsi dan High Cost Economy yang kemudian akan berujung pada
tindakan koruptif. Paham ini memfokuskan pada pasar bebas dan perdagangan bebas
merobohkan hambatan untuk perdagangan internasional dan investasi agar semua negara bisa
mendapatkan keuntungan dari meningkatkan standar hidup masyarakat atau rakyat sebuah
negara dan modernisasi melalui peningkatan efisiensi perdagangan dan mengalirnya investasi.

Perang dunia kedua telah berhasil membangkitkan kembali perkembangan modal di


negara-negara maju. Perkembangan ini mampu memacu negara-negara tersebut untuk
melakukan ekspansi modal ke negara-negara miskin atau dunia ketiga. Negara-negara dunia
ketiga, dengan alasan pembanguan dan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi menyambut
baik para ekspansi modal tersebut. Di Indonesia, pasca kejatuhan Soekarno, rezim Soeharto
menebarkan karpet merah bagi para kapitalis, terutama yang bergabung didalam IGGI, bahkan
tak cukup sampai disitu, pada masa awal orde baru tersebut di lakukan pula dengan cara
melakukan “politik pintu terbuka”; memberlakukan sistim Devisa Bebas; memberikan Tax
Holiday bagi perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam katagori PMA dan PMDN;

3
Giersch, Herbert, 1968. Politik Ekonomi, diterjemahkan oleh Samik Ibrahim dan Nadirsjah Tamin,
Jakarta: Kedutaan Besar Jerman.
melakukan privatisasi BUMN; dan mengeluarkan sejumlah paket kebijaksanaan, seperti
Deregulasi Perdagangan, bertujuan untuk mengundang masuknya modal asing.

Dalam hal ini, kita perlu melihat ulang pemikiran Adam Smith yang berjudul The Theory
of Moral Sentiments. Di dalam buku ini banyak terdapat ajarannya yang menyatakan bahwa
ilmu ekonomi sama sekali tidak bisa lepas dari faktor-faktor etika dan moral. Dalam buku ini,
Smith juga mencoba mengembangkan ilmu ekonomi yang tidak saja bermoral namun juga
mendesain aspek kelembagaannya. Dari sinilah keberadaan Ekonomi Pancasila paralel dengan
pemikiran Smith.
Menurut Boediono sistem Ekonomi Pancasila dicirikan oleh lima hal sebagai berikut:

1) Koperasi adalah sokoguru perekonomian nasional,


2) Manusia adalah “economic man” sekaligus “social and religious man”,
3) Ada kehendak sosial yang kuat ke arah egalitarianisme dan kemerataan sosial,
4) Prioritas utama kebijakan diletakkan pada penyusunan perekonomian nasional yang
tangguh,
5) Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan
ekonomi, diimbangi dengan perencanaan yang kuat sebagai pemberi arah bagi
perkembangan ekonomi seperti yang dicerminkan dalam cita-cita koperasi secara
khusus dan cita-cita nasional secara umum.

Ekonomi Pancasila oleh Mubyarto dalam bukunya Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila
dicirikan sebagai berikut:

1) Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, moral dan sosial.


2) Ada kehendak kuat dari seluruh anggota masyarakat untuk mewujudkan keadaan
kemerataan sosial ekonomi.
3) Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah pengembangan ekonomi nasional yang kuat
dan tangguh, yang berarti nasionalisme selalu menjiwai setiap kebijaksanaan
ekonomi.
4) Koperasi merupakan soko guru perekonomian nasional.
5) Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara sentralisme dan desentralisme
kebijaksanaan ekonomi untuk menjamin keadilan ekonomi dan keadilan sosial
dengan sekaligus menjaga efisiensi dan pertumbuhan ekonomi.

Kesimpulan

Dampak Ekonomi.

Sudah menjadi strategi penganut Neoliberal, bahwa untuk mengegolkan system ekonomi
neo-liberal, maka dibutuhkan pengemasan paket kebijakan, yaitu kebijakan politik dan hukum
yang disusun kedalam bentuk paket kebijakan ekonomi ordoliberalisme, inti dari kebijakan
ekonomi pasar neoliberal, antara lain:

• Pertama, mengembalikan kekuasaan pasar bebas: pasar yang berkuasa;


• Kedua, mengurangi atau menolak campur tangan pemerintah dalam ekonomi dalam
negeri;
• Ketiga, Mengurangi dan menghapus regulasi atau peraturan-peraturan yang
menghambat kepentingan bisnis kooporasi dan pemilik modal;
• Keempat, memangkas anggaran public untuk layanan social;
• Kelima, privatisasi, yakni, aktivitas ekonomi harus dikelolah oleh swasta (non-
pemerintah);
• Keenam, menyingkirkan konsep kepentingan umum, dan menggantinya dengan
kepentingan individu.

Pasca krisis moneter, memasuki era reformasi, ternyata kebijakan perekonomian


Indonesia semakin liberal. Dengan mengikuti garis-garis yang telah ditentukan oleh IMF
Indonesia benar-benar telah menuju liberalisasi ekonomi. Hal itu, paling tidak, dapat diukur dari
beberapa indikator utama yaitu:

• Dihapuskannya berbagai subsidi Pemerintah secara bertahap dan diserahkannya harga


barang-barang strategis ke mekanisme pasar.
• Nilai kurs rupiah diambangkan secara bebas (floating rate) sesuai dengan kesepakatan
dalam LoI dengan pihak IMF, artinya harus dikembalikan pada mekanisme pasar.
• Privatisasi BUMN, yaitu dengan menjualnya kepada pihak swasta, baik swasta
nasional maupun asing.
• Peran serta Pemerintah Indonesia dalam kancah WTO dan Perjanjian GATT, yang
semakin memperjelas komitmen Indonesia untuk masuk dalam 'kubangan' liberalisasi
ekonomi dunia atau Kapitalisme global.

Dampak ekonomi Neoliberal bagi Indonesia setidaknya ada 3 yaitu:

1. Dikuasainya sektor kepemilikan umum oleh swasta. Akibat menganut sistem


mekanisme pasar bebas Pemerintah Indonesia harus melepaskan perannya dalam
berbagai pengelolaan ekonomi yang ditandai dengan banyak dikuasainya sektor-
sektor yang mengusai hajat hidup orang banyak (sektor kepemilikan umum) baik
dengan cara langsung maupun melalui proses privatisasi BUMN oleh swasta.
2. Bobroknya lembaga keuangan dan masuknya Indonesia ke dalam jerat utang (debt
trap). Konsekuensi berikutnya dari sistem pasar bebas adalah adanya liberalisasi di
pasar uang yang berbasis bunga. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak
pertengahan tahun 1997 membuka semua tabir kerapuhan perbankan konvensional
yang berbasis pada sistem bunga.
3. Munculnya kesenjangan ekonomi. Dampak dari pembangunan ekonomi bercorak
liberalistik yang paling menyakitkan adalah terjadinya kesenjangan ekonomi yang
luar biasa. Pada masa Orde Baru ketimpangan ekonomi sudah sangat mencolok.

Dampak Politik.

Pada dasarnya neoliberalisme seperti liberalisme klasik yang menolak nilai-nilai moral
dan agama yang diambil dalam slogan Hak Asasi Manusia. Neoliberalisme menghendaki
perluasan perdagangan bebas tanpa kontrol dan regulasi. Yang ide utamanya adalah persaingan
bebas antara pemilik modal yang satu dengan yang lain. Dengan tujuan menciptakan keuntungan
sebesar-besarnya bagi penguasa pasar yaitu pemilik modal besar.

Dalam pemikiran neoliberalisme, politik adalah keputusan-keputusan yang menawarkan


nilai-nilai, sedangkan secara bersamaan neoliberalisme menganggap hanya satu cara rasional
untuk mengukur nilai, yaitu pasar. Semua pemikiran di luar kepentingan pasar dianggap salah.
Kapitalis neoliberal menganggap wilayah politik adalah tempat pasar berkuasa, ditambah dengan
konsep globalisasi dan perdagangan bebas sebagai cara untuk memperluas pasar. Posisi
pemerintah dalam neoliberalisme hanyalah sebagai wasit yang mengawasi jalannya persaingan
dagang dan menegakkan pasar bebas.

Tugas pemerintah hanya menciptakan lingkungan di mana modal dapat bergerak bebas
dengan baik. Dalam titik ini pemerintah menjalankan kebijakan memotong pengeluaran,
memotong biaya-biaya publik seperti subsidi, sehingga pelayanan untuk kesejahteraan
masyarakat harus dikurangi. Seperti yang terjadi sekarang, harga-harga mengalami kenaikkan
tanpa diiringi kenaikkan taraf kesejahteraan. Di saat krisis akibat neoliberalisme, rakyat kecil
tidak mempunyai tempat berlindung dari keganasan pasar. Dalam neoliberalisme negara tidak
lebih seperti boneka pengawas yang diatur oleh institusi-institusi keuangan internasional
semacam IMF dan Bank Dunia.

Dengan kata lain, dampak politik yang terjadi akibat neoliberalisme di Indonesia adalah
politik hanya sebagai alat perpanjangan dalam perluasan pasar. Politik hanya digunakan sebagai
bentuk untuk mempermudah pasar dan mengeliminasi semua penghalang yang bisa menggangu
kelangsungan pasar. Hal ini terjadi karena politik tidak bisa memasuki atau mengatur pasar, yang
terjadi justru sebaliknya yaitu pasar mempengaruhi politik. Sehingga aspirasi-aspirasi serta
kepentingan masyarakat kurang diperhatikan.

Daftar Pustaka

Baswir, Revrisond, 2005. Neoliberalisme Malu-malu. Bisnis Indonesia, 6 Februari

Baswir, Revrisond, 2008. Ekonomi Kerakyatan: Amanat Konstitusi Untuk Mewujudkan

Giersch, Herbert, 1968. Politik Ekonomi, diterjemahkan oleh Samik Ibrahim dan Nadirsjah
Tamin, Jakarta: Kedutaan Besar Jerman

Higgins B, 1957. Indonesia’s: Economic Stabilization and Development. New York: Institute

of Pacific Relation.

Soekarno, 1964. Di Bawah Bendera Revolusi, Jilid I dan II, cetakan ketiga. Jakarta: Panitia

Penerbit DBR

Stiglitz, Joseph E., 2002. Globalisation and Its Discontent, New York: WW Norton and
Company

Anda mungkin juga menyukai