Anda di halaman 1dari 15

Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi

Vol. 5 No. 2 Desember 2019


E-ISSN: 2580-5134, P-ISSN: 2442-6822
Web: http://jurnal.iain-padangsidimpuan.ac.id/index.php/yurisprudentia

PERILAKU KONSUMTIF DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM


Arbanur Rasyid
Institu Agama Islam Negeri Padangsidimpuan
Email: arbanurrasyid@gmail.com

Abstract
Global behavior has an impact on people's lifestyles, namely modern
lifestyles embodied by consumptive, free, hedonistic, and individualistic
cultures. The investors are keen to see the people's needs that are
infatuated with the consumptive modern lifestyle by establishing shopping
centers (malls). In fact, the mall is no longer only functioning as a place to
transact but also functions acculturation, as shopping centers that appear
as places to learn and as a source of new values. In the perspective of
Islam, consumptive behavior is not only a matter of useless lifestyles and
even tends to enter the realm of faith. In the socio-cultural system
consumerism raises many social ills which are triggered by the attitude of
the takabbur for the able and envious of envy for the underprivileged.
These two contradictory attitudes can give birth to an imbalance in society.
Islam provides a systematic offer to prevent the emergence of a culture of
consumerism by involving the role of the state and providing clear
guidelines on the ethics of producer and consumer behavior and equity
with the methods of zakat, infaq, sadaqah, and waqf

Kata Kunci: Perilaku Konsumtif, Perspektif Islam, Globalisasi

A. Pendahuluan kekuatan bisnis berskala global yang pada


gilirannya muncul sebagai sosok monster yang
Munculnya globalisasi bisa dilacak dari
menghantam budaya-budaya lokal.
paham neoliberalisme. Neoliberalisme pada
Pengertian neoliberalisme dapat
hakikatnya adalah kelanjutan dari paham
diringkas dalam dua lapis definisi. Pertama,
liberalisme yang pernah berkembang dan
neoliberalisme adalah paham/ agenda
mengalami krisis pada tahun 1930-an.
pengaturan masyarakat yang didasarkan pada
Neoliberalisme bisa dipahami sebagai paham
dominasi homo economicus atas dimensi lain
dimana hak istimewa atas modal dibebaskan
dalam diri manusia (sebagai homo culturalis,
dari berbagai tata aturan teritorial maupun
zoon politikon, homo sosialis, dan sebagainya).
nasional dan menyerahkan sepenuhnya kepada
Kedua, sebagai kelanjutan pengertian pertama,
mekanisme pasar. Fenomena ini melahirkan
neoliberalisme bisa juga dipahami sebagai

172
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 5 No. 2 Desember 2019

dominasi sektor finansial atas sektor riel dalam sudah demikian absolut dan keramat, tanpa
tata ekonomi-politik. Pengertian pertama lebih peran sosial apapun juga, kecuali untuk
menunjuk pada ‘kolonisasi eksternal’ homo akumulasi laba privat. Hal ini berbeda dengan
oeconomicus atas berbagai dimensi liberalisme klasik yang menyatakan bahwa
antropologis lain dalam multidimensionalitas kepemilikan privat dianggap punya tugas sosial
manusia. Sedangkan definisi kedua menunjuk untuk mensejahterakan masyarakat.
‘kolonisasi internal’ homo financialis atas Agenda utama neoliberalisme adalah
aspek- aspek lain dalam multidimensionalitas globalisasi ekonomi, sebagai agenda tata dunia
tata homo oeconomicus itu sendiri.1 baru yang bertumpu pada kekuasaan modal dan
Inti neoliberalismeterletak pada dua pemilik modal. Dalam hal ini ada tiga agenda
gagasan utama berikut. Pertama, manusia utama yaitu: (1) tataran tindakan, tata
dilihat hanya sebagai homo economicus. kekuasaan global yang bertumpu pada praktek
Artinya, cara- cara manusia bertransaksi dalam bisnis raksasa lintas negara; (2) pelaku
kegiatan ekonomi adalah sebagai satu-satunya utamanya adalah perusahaan transnasional; dan
corak yang mendasari semua tindakan dan (3) proses kultural ideologis yang dibawanya
relasi antar manusia. Dengan kata lain, adalah konsumerisme.
tindakan dan hubungan antar pribadi manusia Dalam globalisasi, praktek perdagangan
maupun tindakan dan hubungan legal, sosial, bisnis transnasional didorong dan didukung
dan politis manusia, merupakan ungkapan dari oleh regulasi dan kesepakatan internasional
model hubungan untung rugi dalam transaksi yang kerap disebut sebagai ‘aturan baru’ dalam
ekonomi. kerangka pasar bebas. Pada saat yang sama
Kedua, gagasan ekonomi-politik ideologi konsumerisme juga didesakkan oleh
neoliberal adalah argumen bahwa pertumbuhan kekuasaan luar biasa dari bisnis periklanan
ekonomi akan optimal jika dan hanya jika dalam bentuk logo, merek, dan label, di bawah
lalulintas modal yang dimiliki oleh pribadi sadar menanamkan prinsip ini ‘kenikmatan-
(orang-perorang) dilepaskan dari hal- hal yang gengsi-kemewahan’ ke banyak individu.
terkait dengan survival sosial dan ditujukan Dengan demikian globalisasi tidak saja terjadi
semata-mata untuk akumulasi laba. Dalam dalam skala makro, dalam bentuk berbagai tata
neoliberalisme, kepemilikan privat tersebut kebijakan ekonomi politik global yang
dipaksakan dalam kebijakan publik melalui
1
Herry-Priyono B, Marginalisasi ala Neo tiga ‘matra sakti’: deregulasi-privatisasi-
Liberal, (Basis: 2004), hal.2.

173
Perilaku Konsumtif…| Arbanur Rasyid

liberalisasi. Tetapi, globalisasi juga terjadi berusaha keras menghambat kedua paham itu
dalam skala mikro individu manusia, yang dengan berbagai argumen dan promosinya.
disuntikkan ke dalam berbagai pilihan individu Akibatnya mereka memaksa menyerahkan
yang merujuk pada ragam budaya, identitas, pengelolaan sumber daya alam pada para
dan gaya hidup global. Meskipun hakekatnya pakar, bukan kepada kelompok-kelompok
adalah pemaksaan untuk memilih masyarakat adat tradisional setempat yang
keseragamaan budaya, identitas, dan gaya dianggap tidak mampu mengelola secara
hidup. efisien dan efektif. Padahal justru masyarakat
Strategi dasar neoliberalisme adalah adatlah yang sudah berpengalaman dan
penyingkiran segenas rintangan yang memiliki kearifan lokal (local wisdow), serta
menghambat pasar bebas, perlindungan hak mengenal secara turun-temurun karakter
milik intelektual, good governance, deregulasi sumber daya alam yang berkembang di wilayah
pasar, dan penghapusan subsidi pelayanan lingkungannya.
publik. Jadi suatu negara yang menganut faham
Praktek lainnya adalah penghentian neoliberalisme dan mengikuti alur globalisasi
subsidi pelayanan sosial karena selain dianggap ekonomi secara ringkas terlihat bila negara
bertentangan dengan prinsip neoliberal tentang hanya mengembangkan pola-pola sebagai
campur tangan pemerintah, juga bertentangan berikut: (1) pertumbuhan tinggi (hypergrowth)
dengan asas pasar dan persaingan bebas. Oleh dan ekslploitasi sumber daya alam serta
karena itu, pemerintah kemudian melakukan lingkungan untuk mendorong pertumbuhan
swastanisasi semua perusahaan negara, sebab ekonomi; (2) swastanisasi (privatisasi)
perusahaan negara dibuat untuk memberikan pelayanan publik; (3) penyeragaman
subsidi pada rakyat, dan itu dapat menghambat (homogenisasi) budaya dan ekonomi global
persaingan bebas.2 serta promosi konsumerisme; (4) integrasi dan
Bagi neoliberal ideologi ‘kesejahteraan konversi ekenomi nasional, dari swasembada
bersama’ dan ‘pemilikan komunal’ seperti menjadi berlandaskan pada pasar; (5)
dianut oleh kebanyakan masyarakat tradisional, deregulasi korporat dan perpindahan modal
dianggap sebagai rintangan untuk mencapai lintas batas negara tanpa penghalang atau
agenda utama neoliber. Oleh sebab itu, mereka pembatas; (6) pemusatan korporasi menjadi
segelintir perusahaan besar saja; (7)
2
Faqih Mansour, Pembangunan: Pelajaran apa
yang Kita Peroleh?, Edisi 5 Tahun II, (Yogyakarta: penghapusan bantuan atau subsidi program
Insist Press, 2000), hal. 6.

174
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 5 No. 2 Desember 2019

pelayanan kesehatan dasar masyarakat, James F. Engel mengemukakan bahwa


selayanan sosial lainnya, dan pemeliharaan perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai
lingkungan hidup, karena dianggap sebagai tindakan-tindakan individu yang secara
biaya; (8) penggusuran kekuasaan negara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan
demokrasi dan masyarakat lokal oleh birokrasi menggunakan barang-barang jasa ekonomis
korporasi global.3 termasuk proses pengambilan keputusan yang
Penjajahan pikiran diarahkan pada mendahului dan menentukan tindakan-tindakan
penyeragaman cara berpikir dan dilakukan tersebut.
melalui sistem pendidikan, sistem politik, dan Perilaku konsumtif bisa dilakukan oleh
ekonomi, serta media yang seragam, unilateral siapa saja. Fromm menyatakan bahwa
dan satu arah bahkan, dalam sistem negara keinginan masyarakat dalam era kehidupan
yang disebut ‘demokrasi’ pikiran dan opini yang modern untuk mengkonsumsi sesuatu
masyarakat sebenarnya, tanpa disadari, tampaknya telah kehilangan hubungan dengan
dikendalikan melalui propaganda media massa kebutuhan yang sesungguhnya. Perilaku
(yang juga dikuasai korporasi), dan sistem konsumtif sering kali dilakukan secara
pendidikan serta pemerintahan. berlebihan sebagai usaha seorang untuk
memperoleh kesenangan atau kebahagiaan,
B. PEMBAHASAN
meskipun sebenarnya kebahagiaan yang
1. Perilaku Konsumtif
diperoleh semu belaka.5
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi Pendapat di atas berarti bahwa perilaku
individu yang terwujud dalam gerakan (sikap), membeli yang berlebihan tidak lagi
tidak saja badan atau ucapan. Perilaku mencerminkan usaha manusia untuk
konsumtif merupakan keinginan untuk memanfaatkan uang secara ekonomis namun
mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya perilaku konsumtif dijadikan sebagai suatu
kurang diperlukan secara berlebihan untuk sarana untuk menghadirkan diri dengan cara
4
mencapai kepuasan maksimal. yang kurang tepat. Perilaku tersebut
menggambarkan sesuatu yang tidak rasional
dan bersifat kompulsif sehingga secara
3
Hira Jhamtani, Kuasa Korporasi: Penjajahan ekonomis menimbulkan pemborosan dan
Pikiran dan Ruang Hidup. Wacana Edisi 19. Tahun VI.
(Yogyakarta: Insist Press, 2005), hal. 32-34.
4 5
R Tambunan, Remaja dan Perilaku Konsumtif, E Fromm, Maysarakat Yang Sehat, Alih
Jurnal Psikologi dan Masyarakat (online), 2001, Bahasa Sutrisno, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
http//;www.espikologi.com/remaja/191101.htm. 1992), hal. 25.

175
Perilaku Konsumtif…| Arbanur Rasyid

inefisiensi biaya. Sedangkan secara psikologis Bertolak dari perspektif ekonomi,


menimbulkan kecemasan dan rasa tidak aman. konsumsi adalah salah satu dari tiga anasir
Konsumen dalam memberi suatu utama di dalamnya, selain produksi dan
produk bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan distribusi. Meskipun telah diadopsi dan diserap
semata-mata, tetapi juga keingin an untuk dalam bahasa Indonesia secara umum,
memuaskan kesenangan. Keinginan tersebut “konsumsi” kemudian membawa pemahaman
seringkali mendorong seseorang untuk kepada “memakai”. Tetapi dua kata tersebut
membeli barang yang sebenarnya tidak bukanlah hal sejajar. Maksudnya, hal yang
dibutuhkan. Hal ini dapat dilihat dari dikonsumsi itu sendiri tidaklah selalu berupa
pembelian produk oleh konsumen yang bukan benda (makanan, pakaian, dan sebagainya).
lagi untuk memenuhi kebutuhan semata tetapi Mengkonsumsi, lebih kepada memakai fungsi
juga keinginan untuk meniru orang lain yaitu dari benda tertentu. Dalam hal makan
agar mereka tidak berbeda dengan anggota misalnya, yang dikonsumsi bukanlah
kelompoknya atau bahkan untuk menjaga makanannya, melainkan fungsi dari makanan
gengsi agar tidak ketinggalan zaman. tersebut yang membuat kenyang. Akan tetapi
Keputusan pembelian yang didominasi kemudian muncul pertanyaan, bukankah satu
oleh faktor emosi menyebabkan timbulnya bisa saja memilki bermacam fungsi? Lalu
perilaku konsumtif. Hal ini dapat dibuktikan bagaimana jika perilaku konsumtif tersebut
dalam perilaku konsumtif. Yaitu perilaku telah menjadi perilaku komunal?
membeli sesuatu yang belum tentu menjadi Secara konseptual, konsumsi
kebutuhannya serta bukan menjadi prioritas merupakan oposisi dari produksi, jika produksi
utama dan menimbulkan pemborosan. dipahami sebagai proses memberikan nilai bagi
Dapat disimpulkan bahwa perilaku benda. Tetapi pada keadaan riil, konsumsi dan
konsumtif adalah tindakan sebagai konsumen produksi, sebagai kegiatan yang dilakukan oleh
dalam mendapatkan, menggunakan, dan manusia, tidak jarang mencampur dirinya
mengambil keputusan dalam memilih sesuatu dalam satu perilaku manusia. Proses produksi,
barang yang belum menjadi kebutuhannya disaat yang sama, atau didahului oleh proses
serta bukan menjadi prioritas utama, hanya konsumsi. Demikian halnya dengan proses
karena ingin mengikuti mode, mencoba produk konsumsi maka proses produksi bisa
baru, hanya untuk memperoleh pengakuan dijalankan. Hal ini terjadi karena proses
sosial dengan dominasi faktor emosi. tersebut tidak bisa dilepaskan dari si pelaku,

176
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 5 No. 2 Desember 2019

yakni manusia. Dalam diri manusia, selalu sedangkan mode itu sendiri terus menuntut rasa
berjalan proses konsumsi dan produksi. Bahkan tidak puas pada konsumen yang memakainya,
satu kegiatan dapat dianggap produksi dan sehingga mendorong konsumen untuk terus
konsumsi. Misalnya, makan adalah mengkonsumsinya karena takut disebut
mengkonsumsi sesuatu dari luar tubuh ketinggalan zaman. Kenyataan ini membuat
manusia. Tetapi, pada proses makan itu sendiri masyarakat mempunyai pola konsumtif yang
juga dilakukan proses-proses mekanis-biologis, menunjukkan sifat lebih mahal dan lebih
sehingga substansi dari makanan bisa mewah.
didapatkan, dan akhirnya digunakan sebagai Menurut Tambunan perilaku konsumtif
sumber energi untuk beraktifitas. Terlihat di ini memiliki dua aspek mendasar, yaitu:
bahwa konsumsi dilakukan sebagai tuntutan a. Adanya suatu keinginan mengkonsumsi
akan suatu kebutuhan. secara berlebihan sehingga menimbulkan
Bagi kebanyakan orang, menganut gaya pemborosan dan inefisiensi.
hidup seperti ini merupakan cara yang paling b. Perilaku tersebut dilakukan bertujuan untuk
tepat untuk dapat masuk ke dalam kehidupan mancapai kepuasan semata. Kebutuhan
kelompok sosial yang diidamkan. Saat ini yang ingin dipenuhi bukan kebutuhan yang
orang cenderung kurang selektif dalam utama melainkan hanya sekedar mengikuti
memilih mana kebutuhan yang pokok dan tren, ingin mencoba prosuk baru, ingin
mana kebutuhan yang kurang penting. Kita memperoleh pengakuan sosial tanpa
membuat pertimbangan untuk membeli suatu memperdulikan apakah memang
produk menitik beratkan pada status sosial, dibutuhkan atau tidak. Perilaku ini bisa
mode dan kemudahan dari pada pertimbangan melahirkan kecemasan karena harus merasa
ekonomis. Bahkan nampaknya analisa pasar ini tetap mengikuti perkembangan dan tidak
sering jitu, tidak saja dalam membuat analisis mau dikatagorikan sebagai orang yang
perilaku konsumtif tersebut tetapi juga analisi ketinggalan.
kebutuhan, motivasi, sikap, bahkan tata nilai Ada dua faktor yang bisa
kehidupan kita sehingga tidaklah aneh bila kita mempengaruhi perilaku konsumtif, yaitu
kemudian menjadi incaran bagi produsen. pertama faktor internal yang melibatkan faktor
Masyarakat mempunyai kepekaan psikologis dan faktor pribadi. Faktor psikologis
terhadap apa yang sedang “in”, cenderung yang mendorong orang untuk berperilaku
mengikuti mode yang sedang beredar, konsumtif adalah motivasi, persepsi, dan

177
Perilaku Konsumtif…| Arbanur Rasyid

kepercayaan. Seseorang yang memiliki cenderung membeli barang untuk


motivasi tinggi untuk membeli produk atau menampakkan kekayaannya, biasanya membeli
barang cenderung melupakan faktor rasioanal. barang dengan jumlah yang banyak dan
Motivasi ini sangat berkaitan dengan persepsi kualitas yang baik. Mereka berkeinginan
yang dimiliki oleh orang, jika persepsi terhadap membeli barang yang mahal dengan sistem
produk tinggi maka motivasi untuk memiliki kredit. Pra kelas sosial yang rendah cenderung
juga tinggi. membeli barang dengan mementingkan
Faktor pribadi yang dipengaruhi oleh kuantitas dari pada kualitasnya. Pada umumnya
usia, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian, mereka membeli barang untuk kebutuhan
dan jenis kelamin. Menurut Tambunan usia sehari-hari, memanfaatkan penjualan barang-
remaja memiliki perilaku yang lebih besar dari barang yang diobral atau penjualan dengan
pada orang dewasa yang mudah terbujuk iklan. harga promosi.6
Pekerjaan dan keadaan ekonomi memberikan Perilaku konsumtif merupakan suatu
kontribusi yang besar dalam melahirkan fenomena yang banyak melanda kehidupan
perilaku konsumtif. Jika pekerjaannya mapan masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan.
dan keadaan ekonominya baik maka Fenomena ini menarik karena perilaku
kecenderungan untuk membelanjakan uangnya konsumtif yang banyak melanda kehidupan
akan lebih besar dibandingkan dengan yang remaja kota-kota besar yang sebenarnya belum
berekonomi sulit, tentu akan mendahulukan sisi memiliki kemampuan finansial untuk
rasional dari pada emosional. memenuhi kebutuhannya.7
Kedua, perilaku konsumtif dipicu oleh Terkait dengan ekstasi konsumsi, mall
faktor eksternal yang mencakup kebudayaan, adalah salah satu fenomena lain, yang cukup
kelas sosial, kelompok sosial, dan keluarga. menarik untuk disinggung. Dalam konteks
Mangkunegara mengungkapkan bahwa kelas kekinian, mall telah menjelma sebagai ruang
sosial yang tinggi memiliki kecenderungan bersama untuk mempelajari seluk-beluk seni,
membeli barang-barang yang mahal, membeli sampai dengan kehidupan sosial. Tetapi, mall
pada toko yang berkualitas dan lengkap (toko sendiri sebenarnya adalah tempat untuk
serta ada, supermarket), konservatif dalam
6
konsumsinya, barang-barang yang dibeli Anwar Prabu Mangkunegara, Perilaku
Konsumen, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2002), hal.
cenderung untuk dapat menjadi warisan bagi 22-24.
7
Kuntowijoyo, Radikalisme Petani, (Yogyakarta:
keluarganya. Sedangkan kelas sosial menengah Gerbang, 2003), hal. 57.

178
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 5 No. 2 Desember 2019

berbelanja sehingga sebagai ruang berkumpul 2. Perilaku Konsumtif dalam Perspektif


Islam
orang banyak, orang banyak tersebut juga
seakan-akan bersiap-siap untuk menjadi Pada sistem pasar persaingan bebas,

konsumen masa depan. Sebagai sebuah pasar, produksi barang didasarkan atas gerak

mall bukan lagi hanya berfungsi sebagai tempat permintaan konsumen umumnya produsen

untuk berstansaksi. Mall juga mempunyai selalu berupaya untuk merai keungtungan yang

fungsi akulturasi, sehingga bisa dikatakan sebesar-besarnya. Namun demikian, apabila

tempat untuk belajar dan sebagai sumber nilai- kretivitasnya dalam memproduksi barang dan

nilai baru. Budaya konsumerisme Barat yang mencari keuntungan akan selalu disesuaikan

ditengarahi banyak diserap melaui pusat-pusat dengan norma-norma yang berlaku dalam

perbelanjaan seperti mall yang menjamur di ketentuan syari’at Islam. Menurut Nejatullah

kota-kota besar. ada beberapa hal yang terkait dengan pola

Majunya pembangunan nasional produksi di bawah pengaruh semangat Islam.8

Indonesia diiringi dengan tingkat kompleksitas a. Barang dan jasa yang haram tidak

masyarakat yang lebih tinggi, salah satunya diproduksi dipasarkan. Produsen muslim

adalah secara implisit menyebabkan konsumtif tidak memproduksi dan memasarkan barang

dan daya beli masyarakat bertambah. dan jasa yang menyimpang dari ketentuan

Kebiasaan dan gaya hidup juga berubah dalam syari’at Islam, seperti tidak memproduksi

waktu yang relatif singkat menuju ke arah yang makanan haram, minuman yang

kian mewah dan berlebihan. Pola hidup memabukkan dan usaha-usaha maksiat

konsumtif akan membawa dampak yang (prostitusi, judi, dan lain-lain yang

negatif bagi masyarakat. Pola hidup ini sejenisnya).

menyebabkan keadaan ekonomi biaya tinggi b. Produksi barang yang bersifat kebutuhan

yaitu tingkah laku konsumtif yang cenderung sekunder dan tersier disesuaikan dengan

harus mengeluarkan biaya tinggi untuk permintaan pasar. Kalau tidak demikian,

memenuhi kebutuhan. Pola konsumtif seperti maka kegiatan produksi akan membawa

ini terjadi pada hampir semua lapisan dampak negatif terhapat masyarakat, apalagi

masyarakat, meskipun dengan kadar yang ketika memasarkan produk diiringi dengan

berbeda-beda. promosi dan periklanan besar-besaran, pada


8
Muhammad Najetullah Ash-Siddiqy, Economic
Though of Abu Yusuf. (Aligarh: Fikriwa Najjar, 1964),
hal. 56-57).

179
Perilaku Konsumtif…| Arbanur Rasyid

akhirnya hanya akan melahirkan budaya kegiatan ekonominya selalu bertumpu kepada
konsumtif. tujuan untuk mengejar keuntungan materi
c. Produsen hendaklah tetap melakukan semata. Akan tetapi seorang pengusaha muslim
kontrol (mempertimbangkan sepenuhnya) juga berkewajiban untuk mendukung dan
permintaan pasar. Produsen juga ikut menguntungkan pihak konsumen yang
mengatur pemasaran barang dan jasa yang mempunyai tingkatan ekonomi lebih rendah
diproduksinya sehingga tidak menimbulkan dari padanya.
dampak negatif terhadap pola hidup Seorang pengusaha/pedagang muslim
konsumen. harus melihat aktifitasnya selalu sebagai sarana
d. Dalam proses produksi dan pemasaran, untuk memperoleh keuntungan yang wajar,
produsen harus mempertimbangkan aspek juga sebagai sarana untuk beramal dengan cara
ekonomi misalnya tidak melakukan kegiatan mengorbankan sebagian keuntungannya untuk
produksi dengan biaya tinggi. Sedangkan pelayanan sosial dan bantuan kemasyarakatan.
dalam aspek mental budaya, produsen tidak Dengan demikian seorang muslim harus
dibenarkan, memproduksi barang dan jasa mendasarkan diri pada ide keadilan Islam
yang akan merusak mental dan budaya sepenuhnya dan berusaha membantu masarakat
masyarakat. dengan mempertimbangkan kebaikan bagi
e. Tidak melakukan penimbunan barang orang lain. Pengusaha juga perlu membatasi
dengan maksud untuk meraih keuntungan keuntungannya berdasarkan pada batas-batas
yang besar. Penimbunan barang tersebut yang telah ditetapkan oleh prinsip syari’at
dilakukan dengan harapan terjadinya Islam.
lonjakan harga, seperti hilangnya semen dari Islam sangat memahami bahwa
pasaran, sehingga mengakibatkan naiknya konsumen memiliki karakter untuk
harga semen di pasar. Sedangkan dalam hal memaksimumkan kepuasannya, tetapi
mencari keuntungan, hendaklah selalu kepuasan tersebut bukanlah kepuasan yang
mempertimbangkan aspek ekonomi bebas, tanpa batas, tetapi kepuasan yang
masyarakat. Ide keadilan dan kebajikan mengacu kepada semangat ajaran Islam.
Islam berfungsi sebagai norma dalam Dalam ajaran Islam, aspek utama yang
perdagangan. memengaruhi tingkah laku konsumen dalam
Seorang pengusaha muslim tidak rangka melakukan permintaan kebutuhan
dibenarkan sama sekali dalam melakukan terhadap pasar hanya sebatas barang yang

180
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 5 No. 2 Desember 2019

penggunaannya tidak dilarang dalam syari’at kebutuhan dari kebutuhannya. Seorang muslim
Islam. Dengan pola konsumsi sedemikian rupa, yang berkeberuntungan memiliki kelebihan
maka pihak produsen tidak memiliki peluang harta, tidak boleh menggunakan hartanya untuk
sama sekali untuk memproduksi/memasarkan memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri, sebab
barang-barang dan jasa-jasa yang di dalam setiap harta seorang muslim itu ada
penggunaannya dilarang oleh syari’at Islam. hak fakir miskin (masyarakat) yang harus
Dengan perilaku konsumen yang demikian ditunaikan (adz Dzariaat:19).9
akan membawa dampak positif terhadap Aspek yang tidak kalah pentingnya
kehidupan masyarakat yang menyangkut aspek untuk mengerem perilaku konsumtif adalah
keamanan, kesehatan, dan kesejahteraan kesadaran bahwa aktifitas untuk pemenuhan
masyarakat, yang merupakn basis dari kebutuhan tidak semta-mata untuk kepentingan
kehidupan masyarakat yang beradab. kebutuhan yang bersifat material semata, tetapi
Cara hidup yang tidak boros merupakan juga mementingkan kebutuhan yang bersifat
aspek yang turut mempengaruhi perilaku immaterial, seperti kehendak untuk
konsumen. Dalam ajaran Islam perilaku boros mendapatkan ilmu pengetahuan dan hubungan
merupakan perbuatan yang tercela. Sebab pada sosial. Selain memenuhi kepentingan pribadi ,
dasarnya seorang pemilik harta bukanlah juga memperhatikan kepentingan sosial
pemilik sebenarnya secara mutlak, masyrakat. Artinya, bahwa selain terdapat
penggunaannya haruslah sesuai dengan barang dan jasa untuk kepentingan pribadi,
kebutuhannya dan ketentuan syari’at. Kalaulah juga ada barang dan jasa tertentu yang
seseorang ingin memiliki barang-barang digunakan secara bersama-sama oleh anggota
mewah, hendaklah ia meneliti kehidupan masyarakat.
masyarakat disekelilingnya agar tidak timbul Islam memandang bahwa pasar, negara,
kecemburuan sosial dan fitnah. Seorang dan individu berada dalam keseimbangan
muslim tidak pantas hidup bermewah-mewah (iqtishad), tidak boleh ada sub-ordinat,
di tengah masyarakat yang serba kekurangan. sehingga salah satunya menjadi dominan dari
Pola pemerataan di dalam Islam yang yang lain. Pasar dijamin kebebasannya dalam
berbentuk pendistribusian seperti zakat, infaq, Islam. Pasar bebas menentukan cara-cara
shadaqah, dan waqaf menjadi sesuatu yang produksi dan harga, tidak boleh ada gangguan
sangat dianjurkan bahkan sampai kepada
9
Ahmad Syafi’I Maarif (Ed), Al-qur’an dan
tingkat kewajiban bagi seorang yang memiliki Tantangan Moderni-tas, (Yogyakarta: Sippress, 1993),
hal. 105.

181
Perilaku Konsumtif…| Arbanur Rasyid

yang mengakibatkan rusaknya keseimbangan dan berakibat kepada kerugian di pihak


pasar. Tetapi oleh karena sulitnya ditemukan konsumen. Informasi produk berupa iklan
pasar yang benjalan sendiri secara adil (fair) besar-besaran dengan teknik-teknik persuasi
dan distorasi pasar sering terjadi sehingga distorsif dan kurang memperhatikan etika
dapat merugikan para pihak, maka Islam persuasi telah menimbulkan kemiskinan
memperbolehkan adanya intervensi pasar oleh kognisi para calon konsumen dan terakhir
negara untuk mengembalikan agar pasar kepada pengambilan keputusan untuk membeli
kembali normal. dengan informasi yang tidak lengkap tersebut.
Pasar yang dibiarkan berjalan sendiri Inilah sesungguhnya yang bisa yang bisa
(laissez faire), tanda ada yang mengontrol, menjadi perangkap bagi masyarakat untuk
ternyata telah menyebabkan penguasaan pasar terjebak di dalam perilaku konsumtif yang
sepihak oleh pemilik modal (capitalist) berakibat budaya konsumerisme yang negatif
pengusaha infrastruktur dan pemilik informasi. di masyarakat.
Asymetrik informasi juga menjadi Suatu kenyataan yang tidak dapat
permasalahan yang tidak bisa diselesaikan oleh dipungkiri bahwa pola hidup masa kini
pasar. Negara dalam Islam mempunyai peran condong pada gaya hidup materialistik.
yang sama dengan pasar, tugasnya adalah Persaingan ketat dalam mendapatkan sesuatu
mengatur dan mengawasi ekonomi, yang memberikan keuntungan telah membawa
memastikan kompetisi di pasar berlangsung manusia menjadi hayawan yang hidup dalam
dengan sempurna, informasi yang merata dan dunia beradab.
keadilan ekonomi. Perannya sebagai pengatur Kecondongan hidup yang konsumtif
tidak lantas penjadikannya dominan, sebab dan individualistik merupakan warna
negara, sekali-kali tidak boleh menganggu kehidupan masyarakat pada masa kini. Pola
pasar yang berjalan seimbang, perannya hanya hidup seperti ini tidak ada bedanya dengan pola
diperlukan ketika terjadi distorsi dalam sistem hidup binatang di hutan rimba. Manusia pada
pasar.10 umumnya sudah terkena penyakit syarh, yaitu
Kompetisi pasar yang tidak terkendali tidak lagi mampu mengontrol gaya hidup
bisa penyebabkan persaingan yang tidak sehat ghadab (emosi) dan daya syahwat dengan daya
hikmah yang ada pada jiwanya. Selanjutnya,
10
Roem Topatimasang, Dkk, Pendidikan Popoler lahir dalam diri manusia sebagai macam
Membangun Kesadaran Kritis. (Yogyakarta: Insist
Press, 2005), hal. 68. penyakit seperti tamak, rakus, iri hati, ingin

182
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 5 No. 2 Desember 2019

menang sendiri, dan sebagainya yang Menurut Kuntowijoyo, selain ajarannya


merugikan diri sendiri. membuat nilai-nilai yang dinamis, juga dapat
Semua perilaku baik yang bermotifkan melahirkan sikap individualistik dan hubungan
politik, sosial, pendidikan, maupun agama dalam masyarakat yang bersifat kontraktual.
dijadikan objek untuk memenuhi kebutuhan Al-qur’an sebenarnya tidak juga
hewani yang konsumtif dan individualistik. mencegah manusia untuk memenuhi kebutuhan
Dunia sekarang tidak ada bedanya dengan jasmani, tidak juga melarang, bahkan
dunia yang digambarkan oleh Ja’far bin Abi mempertanyakan “siapa yang melarang
Thalib kepada Raja Najasyi, yaitu dunia yang perhiasan?”, apalagi mencukupi kebutuhan
kuat memangsa yang lemah. hidup yang beraneka ragam, tapi Al- Qur’an
Sikap statis dan konsumtif pada melarang orang yang berlebih-lebihan dan
masyarakat Indonesia juga bisa ditinjau dari melampaui batas. Al-qur’an melarang manusia
sisi teologi tradisional berakar pada teologi membiarkan hawa nafsunya yang
Asy’ariyah. Menurut Harun Nasution, teologi menyebabkan mereka tidak mampu
Asy’ariyah selain bersifat tradisional juga mengendalikannya, bahkan
cenderung pada aliran Jabbariyah. Menurut mempertahankannya. Al-qur’an mengingatkan
paham ini manusia banyak bergantung kepada bahwa di dunia ini terdapat orang-orang yang
kehendak dan kekuasaan mutla Tuhan. serakah, loba dan tamak yang bisa sangat
Argument paham ini adalah surat al-Insan 30: merugikan orang lain.11
“Kamu tidak dapat menghendaki kecuali Allah Islam menghawatirkan orang menjadi
yang mengehendaki…” mencintai harta kekayaan secara terlebih-
Pemahaman tersebut sangat mungkin lebihan. Hal ini bisa menyebabkan sikap
membawa kepada sikap budaya statis dan asosial. Sikap ini bisa menimbulkan kelalaian
konsumtif di kalangan umat Islam. Akibatnya terhadap orang lain yang menderita
para pengikut Asy’ariyah kurang memiliki kemiskinan, bahkan juga keserakahan yang
sikap inovatif ke arah pengembangan diri yang mendorong manusia mencampur adukkan yang
bersifat rasional atau adanya era mitologis. halal dan yang bathil. Sumber dari sikap-sikap
Berbeda dengan teologi rasionalistik seperti antara lain adalah pandangan hidup
yang menempatkan kekuasaan dan kehendak yang hedonis dan konsumtif.
Tuhan tidak bersifat mutlak. Kekuasaan Tuhan
11
Surahwandi Lubis, Hukum Ekonomi Islam,
dibatasi oleh keadilan-Nya dan Sunnatullah. (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hal. 46.

183
Perilaku Konsumtif…| Arbanur Rasyid

Kekayaan boleh dikejar, tetapi harus sini, yang dimaksud bukanlah larangan mencari
dibelanjakan dembali untu hal-hal yang rezeki, melainkan bermegah-megahan yang
berguna. Sikap yang disukai oleh Allah adalah menyebabkan orang lalai.
sikap tengah, tidak boros dan tidak pula kikir. Rezeki dan kenikmatan lahir dan batin
Kekayaan harus dipergunakan untuk sesuatu adalah hak (Luqman:20). Sekilas nampak ada
yang bermanfaat. kontradiksi antara perintah-perintah dan
Pertanyaan yang menarik diajukan larangan-larangan Allah tersebut menimbulkan
adalah, apakah ajaran Islam menganjurkan dan ketegangan. Di satu pihak perintah untuk
memberi motivasi untuk bekerja yang hasilnya berjalan di muka bumi guna mencari rezeki
adalah pertumbuhan ekonomi dan kemampuan Allah dan pernyataan bahwa hanya kepada
untuk membayar zakat? Pertanyaan ini muncul Allah saja manusia bergantung seperti yang
karena terdapat ayat-ayat yang seolah-olah tertangkap dalam surat Al-Mulk: 15.
mencegah orang untuk menjadi kaya sehingga Keseimbangan hidup adalah kunci ajaran
orang bersifat konsumtif (Surah al Humazah dalam Islam. Keseimbangan itu dimulai dari
atau surat al Takatsur). individu yang jika dilakukan oleh mayoritas
Apabila benar Al-qur’an mencegah dalam masyarakat, maka perilaku individu itu
orang untuk menjadi kaya, hal ini tentu akan menjadi perilaku sosial.
mengandung kontradiksi dengan ajaran zakat,
sebab bagaimana orang bisa membayar zakat C. Penutup
jika tidak memiliki kekayaan dan pendapatan
Globalisasi yang adalah sebuah
yang berlebih.
fenomena yang tidak bisa dihindari oleh
Menurut konsep Al-qur’an rezeki
negara-negara di dunia. Dalam berbagai
adalah titipan Allah kepada manusia, kekayaan
kebijakan di dunia modern terutama dibidang
tetap milik Allah yang dikuasakan kepada
ekonomi tidak memungkinkan bagi suatu
manusia untuk mengelolanya. Jika kelebihan
negara untuk menutup diri dari dunia luar. Hal
maka Allah “memintanya kembali” untuk
ini tentu menjadikan kesempatan bagi dunia
diberikan kepada orang miskin dan keperluan
maju untuk ‘memborbardir’ dunia ketiga
lain.
dengan berbagai produk yang diberi label
Dalam surat Takatsur Al- qur’an
kemajuan dan kemodernan.
mengutuk orang yang bermegah-megahan yang
Labelisasi modern atas pemakaian
menyebabkan mereka lalai dari kewajiban. Di
produk-produk Barat (negara maju) telah

184
Yurisprudentia: Jurnal Hukum Ekonomi
Vol. 5 No. 2 Desember 2019

memicu motivasi masyarakat untuk keluar dari hawani. Jika nafsu tersebut tidak diimbangi
ketergantungan tradisional menuju masyarakat dengan aturan-aturan yang bersifat mengikat
modern dengan hanya memakai produk-produk secara individu maka akan terjadi ketidak
tersebut. Persaingan untuk menjadi modern seimbangan personal yang berkibat kepada
tersebut telah menimbulkan perilaku konsumtif munculnya kejahatan yang dampaknya adalah
sehingga produktifitas lamban. kehidupan sosial.
Islam sebagai agama yang “shaleh” Ajaran Islam tersebut, jika dilaksanakan
sepanjang zaman telah menetapkan aturan- dengan baik akan mampu menjadi senjata
aturan yang sistematis untuk mencegah ampuh untuk mengendalikan manusia menjadi
tumbuhnya perilaku produktif. Islam sangat organisme konsumtif yang tidak saja
menyadari bahwa di dalam diri manusia ada merugikan dirinya tetapi juga berpotensi
nafsu hayawaniyah yang berwujud keinginan- merugikan orang lain.
keinginan berdasarkan kebutuhan dasar

185
Perilaku Konsumtif…| Arbanur Rasyid

REFERENSI
Ash-Siddiqy, Muhammad Najetullah, Economic Though of Abu Yusuf. Aligarh: Fikriwa Najjar,
1964
Faqih, Mansour, Pembangunan: Pelajaran apa yang Kita Peroleh?. Edisi 5 Tahun II.
Yogyakarta: Insist Press. 2000
Fromm, E.Maysarakat Yang Sehat. Alih Bahasa Sutrisno. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
1992
Jhamtani, Hir, Kuasa Korporasi: Penjajahan Pikiran dan Ruang Hidup. Wacana Edisi 19.
Tahun VI. Yogyakarta: Insist Press. 2005
Kuntowijoyo, Radikalisme Petani. Yogyakarta: Gerbang. 2003
Lubis, Surahwandi, Hukum Ekonomi Islam. Jakarta: Sinar Grafika. 2000
Maarif, Ahmad Syafi’I (Ed), Al-qur’an dan Tantangan Moderni-tas. Sippress: Yogyakarta.
1993
Mangkunegara, Anwar Prabu, Perilaku Konsumen. Bandung: PT. Refika Aditama. 2002
Priyono. B. Herry. Marginalisasi ala Neo Liberal. Basis. 2004
Tambunan, R, Remaja dan Perilaku Konsumtif, Jurnal Psikologi dan Masyarakat (online).
http//;www.espikologi.com/remaja/191101.htm.
Topatimasang, Roem, Dkk, Pendidikan Popoler Membangun Kesadaran Kritis. Yogyakarta:
Insist Press. 2005

186

Anda mungkin juga menyukai