Anda di halaman 1dari 22

MASYARAKAT KONSUMEN, IKLAN, DAN GAYA HIDUP DI ERA

GLOBALISASI
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Sosiologi Ekonomi
Dosen Pengampu : Drs. Anasis, M.Ag

oleh :
Sartifah Munasari 1188030178
Selina Putri Ligianto 1188030180
Sindy Dwi 1188030183
Syifa Amalia 1188030191
WIta Puspita 1188030204
Yogi Pradytia 1188030206
BAB I
PEMBUKAAN

A. Latar Belakang

Globalisasi telah memunculkan suatu gaya hidup modern, hal ini terlihat
dengan banyaknya restoran makanan cepat saji, gaya pakaian yang trendi,
barang-barang branded, dan lainnya. Kondisi ini dapat merubah gaya hidup
dan kebiasaan masyarakat menuju kearah kehidupan mewah yang berlebihan
koma yang akan menyebabkan pola hidup masyarakat menjadi konsumtif.
Menurut Lina & Rosyid yang dikutip oleh Pontania dalam artikelnya
Menjelaskan perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai kehidupan mewah
yang cenderung berlebihan, penggunaan pada segala sesuatu yang dianggap
mahal yang memberikan kepuasaan dan kenyamanan fisik semata. Perilaku
konsumtif melekat pada seseorang yang membeli sesuatu di luar kebutuhan
yang tidak masuk akal karena pembelian tidak didasari oleh kegunaan dan
kebutuhan.
Kemudian adanya iklan salah satunya dapat mempengaruhi peningkatan
konsumerisme terhadap masyarakat karena banyaknya iklan yang terpampang
dimana-mana seperti di TV media sosial jalanan dan sebagainya. Apalagi
iklan tersebut memiliki daya tarik yang membuat masyarakat kepingin
membeli produk yang diiklankan oleh produsen padahal barang tersebut tidak
dibutuhkan atau tidak terlalu penting untuk dibeli.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian globalisasi, masyarakat konsumen, gaya hidup, dan iklan?
2. Bagaimana pengaruh perilaku konsumtif, gaya hidup, dan iklan terhadap
masyarakat di era globalisasi?
3. Bagaimana cara mengubah perilaku konsumtif dan gaya hidup di era
globalisasi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahu pengertian globalisasi, konsumen, gaya hidup, dan
iklan.
2. Untuk mengetahui pengaruh perilaku konsumen, gaya hidup, dan iklan
terhadap masyarakat di era globalisasi.
3. Untuk mengetahui cara mengubah perilaku konsumtif dan gaya hidup di
era globalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etimologi Kata Globalisasi

Dalam artikel Ian Iyansah dijelaskan Istilah globalisasi diambil dari kata
globalize atau global yang berarti umum atau universal, atau dalam bahasa
inggrisnya globalization dari kata globe yang berarti dunia atau bumi. Dan
ization (dalam inggris) yang berarti proses atau sasi yang berarti proses
sehingga ketika dua kata ini digabungkan maka diperoleh arti proses
mendunia atau proses sesuatu yang mendunia. Bisa diartikan juga sebagai
proses penyebaran unsur baru baik berupa gaya hidup, informasi, pemikiran,
maupun teknologi secara mendunia.

Pengertian globalisasi secara umum yaitu suatu proses mendunia atau


menyeluruh dimana setiap orang tidak mengenal atau terikat oleh batas-batas
wilayah negara. Artinya setiap individu dapat berhubungan dan bertukar
informasi kapanpun dan dimanapun melalui media cetak maupun elektronik.
Intinya globalisasi bisa membuat suatu negara lebih kecil karena kemudahan
komunikasi antar negara di berbagai bidang. Membentuk suatu kehidupan
baru yang lebih bersatu karena seolah-olah tanpa adanya sekat antara batas
geografis, budaya, dan ekonomi. Tidak heran apabila globalisasi merupakan
jalan pertukaran budaya dan hubungan sosial ekonomi tanpa memandang
status sosial, maupun perkembangan yang terdapat di dalamnya.

Berikut ini merupakan pengertian globalisasi menurut para ahli yang


dikutip oleh Ian Iyansah :

1. Selo Soemardjan, Globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem


organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia, tujuannya untuk
mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama. Contoh nya
terbentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa.
2. Achmad Suparman, Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu
benda atau perilaku sebagai ciri dari setiap individu yang ada di dunia tanpa
dibatasi oleh wilayah.

3. Scholte, Globalisasi adalah berkembangnya hubungan internasional. Dalam


hal ini setiap Negara tetap mempertahankan identitas masing-masing, tetapi
menjadi semakin ketergantungan satu dengan yang lain.

4. Anthony Giddens, Globalisasi adalah intensifikasi (percepatan) hubungan


sosial seluruh dunia atau secara mendunia yang mengaitkan kejadian dilokasi
yang satu dengan yang lain serta menyebabkan timbulnya perubahan pada
keduanya.

5. Laurence E. Rothenberg, Globalisasi adalah percepatan (laju) dan


intensifikasi, interaksi, dan integrasi antara orang-orang perusahaan,
pemerintah, dan dari Negara yang berbeda.1

B. Pengertian Masyarakat Konsumen

Cara hidup masyarakat saat ini telah mengalami banyak perubahan, salah
satunya yaitu menuju budaya konsumsi dan perilaku kehidupan yang
konsumtif. Masyarakat konsumeris adalah masyarakat yang menciptakan
nilai-nilai yang berlimpah ruah melalui barang-barang konsumeris, serta
menjadikan konsumsi sebagai pusat aktivitas kehidupan (Piliang, 2003: 17).
Masyarakat tidak lagi membeli suatu barang berdasarkan skala prioritas
kebutuhan dan kegunaan, tetapi lebih berdasarkan pada gengsi, prestise, dan
gaya. Baudrillard berpendapat bahwa yang dikonsumsi oleh masyarakat
konsumeris (consumer society) bukanlah kegunaan dari suatu produk
melainkan citra atau pesan yang disampaikan dari suatu produk.

1
Ian Iyansah. Pengertian Globalisasi. Di
https://www.academia.edu/7449888/PENGERTIAN_GLOBALISASI pada 11 April 2020 pukul
22:29
Baudrillard juga berpendapat bahwa setiap individu dalam masyarakat
konsumerisme miliki keinginan untuk terus melakukan perbedaan antara
dirinya dengan orang lain. Individu tersebut akan terus mengkonsumsi
produk-produk yang dianggap akan memberikan atau menaikkan status
sosialnya, tanpa memikirkan apakah produk tersebut dibutuhkan atau tidak.
Gaya hidup adalah salah satu bentuk budaya konsumeris, karena gaya hidup
seseorang dapat dilihat dari apa-apa yang dikonsumsinya, baik konsusi barang
atau jasa. Gaya hidup juga mencitrakan keberadaan seseorang pada suatu
status sosial tertentu. Menurut Baudrillard yang dikonsumsi oleh masyarakat
konsumeris (consumer society) bukanlah komoditas, melainkan konsumsi
tanda dari suatu produk. 2

C. Masyarakat konsumen di Era Globalisasi

Perkembangan zaman pada era globalisasi saat ini membawa suatu budaya
baru, salah satunya yaitu budaya konsumtif. Budaya ini adalah bagian dari
perkembangan dan kemajuan dunia. Perkembangan masyarakat konsumen ini
merupakan salah satu hasil dari fenomena global. Yang dimana gaya hidup
yang berlebih-lebihan semakin dikuatkan dengan dukungan berbagai
kemajuan teknologi, termasuk perkembangan pasar yang seolah dapat dengan
mudahnya mengendalikan minat masyarakat. Budaya konsumenrisme ini
seolah menempatkan keinginan manusia sebagai prioritas yang lebih tinggi
dibanding rasionalitas untuk menilai fungsi dan nilai tukar dari objek
konsumsi. Dalam psikologis, fenomena semacam ini dikenal dengan
complusive buying disorder atau penyakit kecanduan belanja yang membuat
penderitanya sulit berpikir jernih untuk membuat distingsi antara kebutuhan
dan keinginan. Konsekuensinya dari kegagalan mempertimbangkan mana
motivasi anatara keinginan dan kebutuhan tersebut umumnya menyebabkan
pemborosan dalam berbelanja, banyak barang yang terbeli yang sebenarnya
tidak terlalu dibutuhkan atau seharusnya berada dalam prioritas di bawah
kebutuhan yang lain.

2
Pawanti, Hasti. 2013. Masyarakat Konsumeris menurut Konsep Pemikiran Jean Baudrillard.
Globalisasi memang identik dengan ekonomi pasar bebas hingga
peleburan dan pergeseran budaya yang merepresentasikan kenyataan yang
saling terkait. Dengan kemajuan berbagai bidang di era globalisasi, globalisasi
seolah menjadi salah satu alternative untuk menyatukan seluruh umat manusia
dan menghilangkan segala perbedaan dalam masyarakat dunia. Namun dalam
kenyataannya, globalisasi seolah gagal dalam menyatukan masyarakat agar
membentuk suatu solidaritas yang lebih besar. Penyebab perpecahan tersebut
semakin terlihat jelas ketika kapitalisme global mulai berkembang dengan
pesat. Kapitalisme global ini sangat mempengaruhi signifikansi kesenjangan
antara pemilik modal dengan kekayaan yang berlimpah dengan buruh kasar. 3

Baudrillard (1998) memulai perdebatan tentang masyarakat konsumsi


dengan mengamati gejala globalisasi yang semakin marak terjadi di seluruh
bagian dunia. Perkembangan globalisasi dikawal oleh paham kapitalisme yang
memanfaatkan momen globalisasi untuk membuat dan memperluas pasar-
pasar mereka, banyak wilayah dunia yang menjadi target ekspansi pasar
kapitalisme. Globalisasi bisa dilihat dan ditunjukkan melalui berkembang
pesatnya industry dan teknologi informasi yang dimana sekarang masyarakat
dapat dengan mudah mengakses berbagai informasi melalui berbagai macam
alat komunikasi atau gadget.

Kemampuan konsumsi setiap masyarakat tentunya berbeda-beda. Setiap


masyarakat mengalami diferensiasi, diskriminasi sosial, dan di setiap
organisasi structural akan mendasarkan pada penggunaan dan distribusi harta
kekayaan. Struktur masyarakat secara umum, yaitu dimana masyarakat miskin
diposisikan sebagai kelompok yang tidak mempunyai hak istimewa dan
diposisikan sebagai kelompok kaya hidup dalam kelimpahan kemampuan
ekonomi yang jauh melebihi kemampuan kelompok orang miskin.
Kemiskinan justru dihidupkan dengan secara sengaja melalui sistem industry
atau sistem kapitalisme. Kaum miskin selalu diadu dengan orang kaya dalam

3
Soedrajad, Rijaal. 2018. MasyarakatKonsumsi Di Era Global. DepartemenFilsafat. Universitas
Indonesia.
setiap perlombaan. Kelompok miskin dan kaya selalu dipisahkan dalam
berbagai hal.

Cara pandang konsumsi pada masyarakat konsumen sekarang telah


mengalami perubahan yang sangat signifikan. Hal tersebut dikarenakan saat
ini tujuan masyarakat dalam membeli barang dan jasa bukan hanya sebagai
upaya untuk memenuhi kebutuhannya saja tetapi lebih sebagai upaya untuk
memenuhi hasrat. Kebutuhan mungkin dapat dipenuhinya dengan
mengkonsumsi nilai guna dari sebuah barang, tetapi sebaliknya hasrat akan
sampai kapan pun tidak akan pernah terpenuhi. Hastar terlibat dalam
konsumsi dan itu sebabnya proses konsumsi bukanhanya sekedar proses
ekonomisaja, melainkan melibatkan proses psikologi atau alam bawah sadar
manusia.

D. Pengertian gaya hidup

Gaya hidup adalah konsep yang lebih baru dan lebih mudah terukur di
bandingkan dengan kepribadian. Gaya hidup menurut ( Enggel, blackwell, dan
miniard 1995 ) di definisakn sebagai pola mana di mana orang hidup dan
menggunakan uang dan waktu nya4. Psikografik merupakan konsep yang
terkait dengan gaya hidup. Psikografik adalah suatu instrumen untuk
mengukur gaya hidup. Gaya hidup juga adalah pola tingkah laku sehari – hari
segolongan manusia dalam masyarakat gaya hidup bisa merupakan identitas
kelompok gaya hidup setiap kelompok pasti memiliki ciri – ciri yang berbeda
tersendiri. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan
sehari – hari yang dinyatakan dalam kegiatan , minat , dan pendapat yang
bersangkutan. Gaya hidup juga mengambarkan perilaku seseorang yaitu
bagaimana ia hidup menggunakan uang nya dengan memanfaatkan waktunya
sebaik mungkin bukan atas dasar kebutuhan tetapi dengan dasar kemewah –
mewah han atau berlebih – lebihan yang bersifat glamour. Dalam setiap
individu memiliki kemampuan yang berbeda untuk gaya hidup maka dari itu
4
Sari listyorini,”analisis faktor – faktor gaya hidup dan pengaruhnya terhadap pembeli rumah
sehat sederhana, 1 september 2012 hlm 14
jangan lah dari kita untuk iri dengan yang lain nya ketika suatu individu itu
sendiri yang bersifat berlebih – lebihan dari suatu kebutuhan itu sendiri.

Perubahan gaya hidup manusia akibat lingkungan dan perilaku orang lain
seperti yang banyak terjadi sekarang ini menjadikan intisari kebutuhan pokok
manusia sudah bergeser. Kebutuhan pokok bukan hanya sandang pangan, dan
papan melainkan ada tambahan yang dimana tambahan tersebut adalah sebuah
gengsi. Ada faktor – faktor yang mempengaruhi gaya hidup itu ada dua faktor
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri kita individu ( internal ) dan faktor
yang berasal dari luar ( eksternal)5. Yang pertama itu ada faktor internal yaitu
yang pertama sikap berarti suatu keadan jiwa dan keadaan pikir yang di
persiapkan untuk memberikan tanggapan kepada objek yang di organisasi
melalu pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku,kedua
pengalaman dan pengamatan dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam
tingkah laku, ketigaKepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan
cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu,
keempat Konsep Diri faktor lain yang menentukan kepribadian individu
adalah konsep diri, kelima Motif perilaku individu muncul karena adanya
motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan akan prestise merupakan
beberapa contoh tentang motif,

keenam persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur dan


menginterpretasikan informasi dalam membentuk suatu gambar mengenai
dunia.

Selanjutnya adalah faktor eksternal yaitu yang pertama kelompok refrensi


adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap sikap dan perilaku seseorang, kedua keluarga memegang peran
terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu, ketiga
kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relative homogeny yang bertahan
lama dalam sebuah masyarakat yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang
5
Entin jumantini, “ pengaruh modernitas individu dan lingkungan sosial terhadap gaya hidup
pada siswa smk bisnisdan manajemen terekdetasi adi kota bandung, april 2018 hlm 61
dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki minat, nilai dan tingkah
laku sama, keempat kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum,adat, dan kebiasaan yang individu memperoleh
sebagai anggota masyarakat.

E. Pengaruh globalisasi terhadap gaya hidup masyarakat

Di era globalisasi ini ilmu pengetahuan iptek mempengaruhi kehidupan.


Iptek merupakan salah satu faktor untuk kemajuan masyarakat. Globalisasi ini
juga di tandai dengan perkembangan tekhnologi komunikasi dan informasi.
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat gaya hidup pun
menjadi berubah ketika sudah masuk di masyarakat. Arus globalisasi juga
berdampak pada gaya hidup baik itu dampak negatif maupun dampak positif.
Pengaruh gaya hidup yang positif adalah salah satu nya yaitu dengan
menghargai waktu yang ada istilah time is money yang bisa di artikan waktu
adalah uang disinilah salah satu sisi positif pengaruh gaya hidup menghargai
waktu sangat penting begitu penting nya waktu ia di samakan dengan uang ,
dan ada juga pengaruh globalisasi adalah kemjaun kemudahan kita untuk tukar
informasi lebih mudah dan cepat. Sisi negatif adalah salah satu nya adalah
meniru gaya hidupnya cenderung meniru budaya asing yang oleh masyarakat
sebagai kiblat atau gaya sehari – hari cenderung tidak sesuai gaya kehidupan
masyakat dan bergaya hidup mewah – mewahan. Masyarakat khusus nya
indonesia meniru gaya hidup barat tetapi dalam hal ini masyarakat yang
mengikuti gaya tersebut tidak memikirkan norma aturan sesuai adat yang ada
di indonesia contoh pakaian yang serba ketat dan minim hal ini adalah tidak
sopan untuk di lihat di kehidupan masyarakat sekitar, sisi negatif nya juga ada
mempengaruhi tingkah laku dan sikap cenderung negatif karena budaya luar
terkadang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita contoh nya ketika
memanggil atau menyapa orang yang lebih tua di daerah barat ia langsung
memanggil nama tersebut berbeda dengan budaya indonesia

F. Pengertian Iklan
Iklan secara sederhana adalah instrumen atau sarana untuk
mempromosikan dan memasarkan barang dalam masyarakat industrial. Ketika
industri berkembang semakin masif, dan berbagai produk industri ditawarkan
ke masyarakat konsumen semakin beragam dan kompetitif, maka yang terjadi
kemudian adalah masing-masing kekuatan komersial mau tidak mau harus
memanfaatkan iklan dan mengembangkan strategi yang benar-benar efektif
untuk menembus pasar, dan memperluas mangsa pasar yang menjadi
pelanggan setia produk-produk yang mereka hasilkan. Sebuah produk yang
dimasukkan ke pasar tanpa didukung promosi melalui iklan-iklan di media
massa atau ruang publik lainnya, bukan tidak mungkin pelan-pelan akan
terlempar dari pasar dan tidak diminati konsumen. Iklan menurut Berkhouver
adalah pernyataan yang secara sadar ditujukan kepada publik dalam bentuk
apa pun, yang dilakukan peseta lalu lintas perniagaan untuk memperbesar
penjualan barang-barang dan jasa.6Menurut Thomas M. Garret SJ. Iklan
adalah aktivitas penyampaian pesan-pesan visual atau oral kepada khalayak,
dengan maksud menginformasikan atau mempengaruhi mereka untuk
membeli barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi, atau untuk melakukan
tindakan-tindakan ekonomi ekonomi terhadap ide-ide, institusi-institusi atau
pribadi-pribadi yang terlibat dalam iklan tersebut.7

Dua makna yang melekat dalam setiap iklan antara lain: Pertama, makna
visual, artinya produk apa pun yang ditawarkan dalam iklan dengan cepat
harus dapat dilihat konsumen secara visual, paling tidak efektif atau manfaat
apa yang dijanjikan dalam iklan itu atas produk yang ditawarkannya. Kedua,
makna simbolis, yaitu berkaitan dengan cara dan kemampuan konsumen untuk
menafsirkan tujuan yang hendak dicapai ketika pihak produsen melalui iklan
yang dikemas. Dalam kajian sosiologi ekonomi, secara garis besar ada dua
pandangan dari para ahli tentang iklan. Pertama, pandangan yang melihat
iklan sebagai sarana membujuk orang untuk membeli dan mengonsumsi
6
Kasiyan., Manipulasi dan Dehumanisai Perempuan dalam Iklan(Yogyakarta: Ombak 2008), hal.
148
7
Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi (Jakarta: KENCANA 2013), hal. 225
barang yang sebetulnya tidak mereka butuhkan. Kedua, pandangan yang
melihat iklan adalah bentuk komunikasi yang membantu menciptakan budaya
kemasyarakatan tertentu. Adapun karakteristik yang biasanya menandai iklan
yaitu: Pertama, iklan cenderung terus-menerus berusaha memanipulasi cita
rasa konsumen, dengan cara melebih-lebihkan, mendramatisasi,
mensimplikfikasi persoalan dan menjanjikan seolah-olah semua persoalan dan
kebutuhan konsumen akan teratasi hanya dengan cara membeli produk yang
diiklankan. Kedua, iklan cenderung menggeser nilai guna menjadi nilai
simbolis. Ketiga, iklan pada dasarnya adalah agen sosialisasi dan imitasi.
Keempat, iklan pada dasarnya adalah agen utama sekaligus instrumen yang
paling efektif untuk memasyarakatkan ideologi pasar.

G. Pengaruh Iklan di Era Globalisasi

Di era globalisasi dan perkembangan informasi yang semakin masif,


berbagai kajian memang telah membuktikan bahwa yang berperan besar
membentuk gaya hidup: budaya citra (image culture) dan budaya cita rasa
(taste culture) sesungguhnya adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya
visual yang acap kali mampu memesona dan memabukkan. Iklan
mempresntasikan gaya hidup dan menanamkan secara halus arti penting citra
diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga perlahan mempengaruhi pilihan
cita rasa yang kita buat, terutama ketika kita terlibat dalam pergaulan-
pergaulan dan relasi sosial dengan orang atau kelompok lain.8 Dalam iklan,
tanda-tanda digunakan secara aktif dan dinamis, sehingga orang tidak lagi
membeli produk untuk pemenuhan kebutuhan (need), melainkan membeli
makna-makna simbolis (symbolic meaning), yang menempatkan konsumer di
dalam struktur komunikasi dan dikonstruksi secara sosial oleh sistem
produksi/konsumsi. Masyarakat yang sehari-hari hidup dalam kepungan media
massa, khususnya budaya populer tanpa sadar akan sulit membedakan apa
sebetulnya yang menjadi kebutuhan dan keinginan mereka. Iklan yang setiap

Piliang, Yasraf Amir, Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan Menjelang Milenium
8

Ketiga dan Matinya Post-Modernisme, (Bandung: Mizan 1998), hal. 287


hari, bahkan setiap detik hadir cepat atau lambat ibaratnya akan menjadi menu
sehari-hari secara terus-menerus sehingga orang akan semakin sulit
membedakan mana realitas sosial yang nyata dan manapula yang sebetulnya
impian-impian semu yang menyebabkan masyarakat selalu ketagihan dan
memiliki hasrat yang tak terbendung untuk terus membeli produk-produk
industri budaya. Konsumer dikondisikan untuk lebih terpesona dengan makna-
makna simboli, tanda, citra atau tema yang ditawarkan dibalik sebuah produk,
ketimbang fungsi utilitas sebuah produk. Iklan menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari penciptaan gaya hidup. Iklan telah menjadi saluran hasrat
(channel of desire) manusia dan sekaligus saluran wacana (channel of
discourse) mengenai konsumsi dan gaya hidup. Pengiklan senantiasa
memanfaatkan kekuatan pencitraan terhadap suatu produk atau gaya yang
dipasarkan berulang-ulang dengan perantaraan media massa.9

Di era masyarakat post-modern, iklan telah berkembang dari sekitar


pengumuman ringan, penyebarluasan informasi, dan promosi barang menjadi
organisasi bisnis kapitalis. Di negara manapun kehadiran dan peran iklan telah
menguasai seluruh lapisan komunikasi di media massa cetak dan elektronik
sehingga keduanya tidak dapat hidup tanpa iklan. Iklan telah menjadi sistem
dan bagian dari strategi produk-produk industri budaya yang tidak bisa
dibatasi oleh batas administrasi antarnegara. Iklan bahkan boleh dikatakan
telah mengambil alih seluruh sistem komunikasi masyaakat dan nyaris tidak
ada aspek kehidupan manusia yang dapat menghindar dari kekuatan luar biasa
iklan bahkan tak terkecuali kehidupan politik. Lewat iklan, para produsen
tidak hanya memberikan informasi tentang produk yang bisa dikonsumsi
masyarakat, melainkan secara terus-menerus mempengaruhi, membujuk,
merangsang dan menciptakan kebutuhan baru dalam masyarakat kontemporer
secara seragam dan universal. Bahasa dalam iklan adalah bahasa yang sugestif
dan manipulatif. Iklan yang secara intensif dikumandangkan dan ditayangkan,
seolah tidak ada jeda tanpa iklan yang sama, maka kata-kata yang disiarkan
pun akan membuat pemirsa atau pendengar seolah tersugesti dan menjadikan
9
David Chaney, Life Styles:Sebuah Pengantar Komprehensif, (Jogjakarta: Jalasutra 2003), hal. 19
iklan itu sebagai referensi terpenting sebelum mereka memutuskan
mengonsumsi produk atau membeli jasa apa yang ditawarkan kekuatan
komersial dipasar. Maka, pelan namun pasti bahasa itu akan mengalami
metamorfosis menjadi ideologi yang diyakini banyak orang sebagai layaknya
sebuah kebenaran.10

Bagi kekuatan komersial dan pelaku industri budaya, iklan merupakan


sarana yang sangat efektif, bukan saja untuk mempromosikan produk yang
mereka hasilkan kepada khalayak ramai, tetapi juga menciptakan kebutuhan-
kebutuhan yang terus diburu konsumen. Di berbagai media massa, dapat
dikatakan setiap detik iklan baru lahir dengan variasi, gaya dan cara yang
sangat beragam. Di mata pelaku ekonomi, iklan menjadi bagian yang sangat
penting dalam sistem industri kapitalisme yang mampu mencuri perhatian dan
menghegemoni para konsumen dan calon konsumen, untuk kemudian ujung-
ujungnya dapat meraih keuntungan. Iklan, dalam banyak kasus menjadi
instrumen yang meresepsi kebebasan dan cita rasa masyarakat, melahirkan
masyarakat yang semakin konsumtif.

H. Cara Mengubah Perilaku Konsumtif dan Gaya Hidup di Era


Globalisasi
Pola hidup konsumtif tak dapat dipisahkan dari gaya hidup modern yang serba
online dan praktis. Hal tersebut karena adanya teknologi yang canggih
sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam berbagai hal seperti jual beli
bertransaksi dan lainnya. Kemudian perilaku konsumtif juga dapat
dipengaruhi adanya iklan-iklan yang semakin marak di mana-mana karena
iklan sifatnya mempengaruhi, membujuk, merangsang dan menciptakan
masyarakat agar ingin membeli produk yang diiklankan oleh perusahaan.
Dalam artikel Cermati menjelaskan cara Mengubah pola hidup konsumtif dan
gaya hidup di era globalisasi yaitu:

1. Ketika membeli barang utamakan kebutuhan yang paling penting. Disini


kita bisa memahami kata kebutuhan dan keperluan keduanya sangat
10
Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi (Jakarta: KENCANA 2013), hal. 232.
berbeda kalau kebutuhan itu selalu diperlukan setiap saat dan keperluan itu
hanya sekedar keinginan dan kepuasan. Semua orang pasti pernah
mengalami hal ini dan memang tidak ada larangan jika kita membeli
keperluan yang kita inginkan tetapi alangkah baiknya kita mengutamakan
kebutuhan kita dahulu agar terpenuhi, setelah kebutuhan kita terpenuhi
kita bisa membeli keperluan yang kita inginkan.
2. Kemudian cermat ketika membeli barang. Ketika membeli barang kita
harus mengetahu fungsi dari barang tersebut jangan membeli karena
mereknya yang terkenal karena mahal itu tidak selalu berkualitas dan
murah itu tidak selalu murahan. Kebanyakan dari kaum hawa barang-
barang yang banyak dikoleki sangatlah berharga seperti tas, jam tangan,
sepatu dan lain-lain yang memiliki merek-merek terkenal seperti Prada,
Channel, Gucci dan sebagainya yang harganya sekitaran ratusan juta
rupiah padahal masih ada barang yang lebih murah kualitasnya bagus dan
tidak sampai harga ratusan juta dan juga fungsi barangnya sama saja antara
barang ratusan juta dengan barang yang tidak sampai harga ratusan juta.
Perilaku seperti ini tentu saja merupakan pemborosan.
3. Selanjutnya ialah Menabung. Meski terlihat sederhana tetapi tidak semua
orang dapat menyisihkan uangnya untuk ditabung apalagi orang yang
bergaya hidup konsumtif. Banyak yang tidak sadar akan pentingnya
menabung karena tujuan dari menabung bukan untuk menimbun uang
tetapi untuk simpanan ketika kita ada kebutuhan mendadak. Menabung
juga tidak harus langsung banyak kita dapat memulai dari yang terkecil
misalnya dari uang seribu rupiah jika kita konsisten dan ada kemauan
maka tidak akan terasa berat dan tentu saja tidak akan terasa jika sudah
banyak tabungannya jika kita sabar untuk menabung.
4. Jangan terlalu sering jalan-jalan atau cuci mata di pusat perbelanjaan. Hal
ini tidak dilarang karena itu salah satu bentuk refreshing untuk seseorang
akan tetapi jangan terlalu sering karena di pusat perbelanjaan dapat
berpotensi menimbulkan niat belanja yang tidak terduga. Walaupun itu
niatnya sekedar lihat-lihat saja akan tetapi kebanyakan orang selalu
melenceng dari niatnya itu. maka dari itu disarankan jika pergi ke pusat
perbelanjaan selalu list apa yang mau dibeli untuk mengendalikan diri saat
belanja walaupun itu susah untuk ditepatinya. Dan perlunya kita memiliki
kemampuan mengendalikan diri kita saat belanja agar anggaran yang
sudah ditulis dapat ditepati.

I. Studi kasus masyarakat konsumen di era globalisasi

wujud gaya hidup masyarakat di era globalisasi contohnya seperti


masyarakat yang menjadi konsumtif dan kebiasaan memiliki gaya hidup
dengan meniru budaya negara lain, yang kemudian membuat masyarakat
meninggalkan kebudayaan negaranya sendiri.contohnya seperti perilaku
masyarakat yang menjadi individualis atau mengurung diri di rumah karena
sibuk dengan ponsel atau media yang digunakan sehari-hari sehingga proses
sosialisasi tidak berjalan sesuai secara langsung. Contoh lainnya seperti
perilaku masyarakat yang konsumtif, masyarakat yang memiliki sifat
konsumtif membeli apa yang dia inginkan bukan apa yang dia butuhkan.

J. Gaya HidupMasyarakat di Era Globalisasi

(Studi Kasus pada Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas


Negeri Makassar)

Pengaruh globalisasi sangat terlihat di kota-kota besar termasuk kota


Makassar. Perkembangan pembangunan khususnya di bidang ekonomi di
wilayah Makassar semakin pesat. Oleh karena itu terjadilah pergeseran pola
perilaku konsumsi masyarakat. 11

Perkembangan zaman di era globalisasi saat ini mengakibatkan gaya hidup


mewah di kalangan mahasiswa. Gaya hidup tersebut menjadikan perubahan
sosial dengan munculnya beberapa pola setiap individu untuk mendapatkan
kesenangan maupun kebebasan semata dalam mencapai kepuasan. Faktor

Ahmad Fajrul, “Gaya Hidup Shopaholic SebagaiBentukPerilaku


11

Konsumtif”,2018,hlm.3.
lingkungan memberikan peranan sangat besar terhadap pembentukan perilaku
konsumtif mahasiswa. Sehingga banyak dari para mahasiswa di Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Makassar yang terpengaruh untuk berperilaku
konsumtif.

Belanja merupakan cerminan dari gaya hidup seseorang dan sebagai


bagian dari rekreasi bagi suatu kalangan sosial tertentu. Sebagian besar orang
mudah terpengaruh oleh apa yang mereka lihat dan yang menjadi tren saat itu
sehingga membuat orang tersebut cenderung menjadi konsumtif.12

Shopaholic adalah seseorang yang tidak mampu menahan keinginannya


untuk berbelanja dan berbelanja sehingga menghabiskan begitu banyak waktu
dan uang untuk berbelanja meskipun barang-barang yang dibelinya tidak
selalu ia butuhkan. (Novian: 2011). 13

Gaya hidup shopaholic pada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Universitas


Negeri Makassar dapat dilihat dari segi penampilan serta cara bergaulnya.
Mahasiswa yang memiliki gaya hidup shopaholic selalu berpenampilan
menarik, mengenakan fashion bermerk, mengikuti perkembangan jaman
dengan sangat cepat, serta memiliki standart hidup menengah keatas. Dari segi
penampilan, cara berpakaian mahasiswa tersebut selalu terkesan menarik.
Mulai dari model pakaian, tas, sepatu, serta aksesoris yang digunakan.
Perilaku seperti itu merupakan ekspresi perasaan ingin diakui atau diterima
oleh lingkungan sosialnya agar tidak disepelekan oleh pihak lain terutama oleh
teman sebaya. Masyarakat lebih senang belanja barang bermerek meskipun
kualitasnya terkadang tidak lebih baik daripada barang dengan merek yang
tidak begitu terkenal. Kecenderungan demikian terbangun karena terkait citra
diri, bahwa dengan mengenakan pakaian bermerek maka statusnya akan
terangkat.

12
Ibid.,hlm.4.
13
Ibid.,hlm.7
Mahasiswa suka belanja pakaian dan kebutuhan pribadi serta kosmetik
karena pada dasarnya mereka suka mengikuti perkembangan jaman terkini.
Mode pakaian selalu bergerak mengikuti arus dan gaya yang menjadi trend
selebritis. Bahkan teman juga dapat memacu untuk tidak mau kalah dan ingin
buru-buru mengikuti salah satu trend fashion terkini. Hal ini diungkapkan oleh
DN bahwa dengan mengikuti trend, kita mengetahui mana barang yang
kualitasnya bagus dan tidak bagus, mengetahui harga pasaran produk-produk
dan bisa membandingkan harga produk-produk lainnya yang menarik.
Mengikuti trend saat ini adalah sebuah kewajiban bagi kalangan anak muda
sehingga tidak di katakana ketinggalan jaman. Hal ini juga diungkapkan oleh
AY bahwa mereka menjadi punya banyak barang untuk dikoleksi dan bisa
tampil lebih stylist, dapat ganti-ganti dalam setiap ada kegiatan seperti jika ada
acara pernikahan atau pun bazar yang diselengarakan oleh organisasi
mahasiswa, seperti bazar organisasi yang dilakukan jurusan Adminstrasi
Negara harus berpenapilan menarik. Dengan kebiasaan belanjanya tersebut,
mahasiswa dapat memenuhi keinginan mereka untuk selalu tampil up to date.
Sehingga dapat menyesuaikan penampilan dengan kegiatan apa yang sedang
dijalani.

Dalam era globalisasi seperti saat ini, standar yang menjadi patokan kelas
sosial sudah bergeser. Orang akan dikatakan hidup mewah jika semua yang
dipakai dan dikonsumsi mewakili image tertentu yang merepresentasikan
harga yang tinggi. Pembentukan image menjadi salah satu faktor yang cukup
kuat. Pembentukan image diartikan sebagai upaya pencitraan diri yang
bermaksud untuk mencitrakan dirinya sebagai bagian dari kelompok tertentu
atau pada status tertentu.14

14
Ibid.,hlm.4.
K. Studi Kasus Pengaruh Iklan di Era Gloalisasi15
Perkembangan iklan pada era gloalisasi ini sudah mulai pesat. Iklan di
gunakan untuk memikat para konsumen untuk membeli produk yang
diiklankan oleh produsen dan juga iklan untuk mengangkut citra perusahaan.
karena persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini para pemasar harus
pintar-pintar untuk memasarkan produk agar produk yang dijualnya tetap
eksis dengan berbagai cara atau strategi salah satunya iklan. Kemudian iklan
yang ditampilkan oleh pemasar pastinya dapat memberi dampak pada
masyarakat yang melihatnya dikutip dalam artikel Fransiskus Saukani
menjelaskan beberapa dampak iklan terhadap masyarakat yaitu :
Iklan dapat mementuk persepsi tertentu pada produk atau jasa yang
kemudian diterima dan menganggap itu adalah hal benar. Seperti adanya jenis-
jenis produk keantikan yang menampilkan bintang iklan yang memiliki kulit
putih mulus rambutnya lurus dan sebagainya. Dari iklan tersebut maka akan
terbentuk persepsi publik bahwa orang cantik harus kulitnya putih dan mulus,
orang cantik harus badannya ramping dan lain-lain padahal cantik itu relatif
tergantung pada sudut pandang masing-masing masyarakat itu sendiri.
Iklan dapat memuat masyarakat menjadi konsumtif karena pengaruh
banyaknya iklan yang ada di TV atau media massa sehingga jumlah konsumsi
meningkat dan parahnya lagi pengeluaran menjadi bengkak karena konsumen
membeli barang bukan semata-mata karena butuh barang tersebut melainkan
karena tergiur dengan iklan yang ada di media tersebut. seperti di TV dan
media sosial ada banyak sekali iklan-iklan yang memuat produk yang
menggiurkan seperti produk kecantikan,barang branded, dan sebaginya. Hal
tersebut dapat memuat kita merasa kepingin dan kita membeli barang tersebut
karena alasan barang tersebut murah bagus atau alasan lainnya.
Iklan secara tak langsung membentuk identitas diri mereka sebagai
manusia modern. banyak iklan yang ada di TV atau media sosial ini akan
membentuk identitas seperti pada zaman dulu apabila belum memakai HP
15
Saukani Fransiskus. 2017. Di
https://www.kompasiana.com/saukani0898fransiskus/5941e033d466c12730605483/iklan-dan-
dampak-yang-ditimbulkan-dimasyarakat pada tanggal 10 April 2020 pukul 23.00
yang ngetrend seperti nokia atau blackberry maka belum dianggap keren atau
jika laki-laki belum memakai pomade maka tidak dianggap keren.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Ian Iyansah. Pengertian Globalisasi. Di


https://www.academia.edu/7449888/PENGERTIAN_GLOBALISASI pada 11
April 2020 pukul 22:30

Nadhifah Sayyidatu. 2018. Remaja dan Globalisasi (Studi kasus tentang perilaku
keagamaan pada era globalisasi di kelurahan Tlogoanyar Kabupaten Lamongan).
Skripsi. Di http://digilib.uinsby.ac.id/26917/1/Sayyidatun
%20Nadhifah_E92214041.pdf pada 11 April 2020 pukul 22:33

Pawanti, Hasti. 2013. MasyarakatKonsumerismenurutKonsepPemikiran Jean


Baudrillard.

Soedrajad, Rijaal. 2018. MasyarakatKonsumsi Di Era Global.


DepartemenFilsafat. Universitas Indonesia.

Sari listyorini. 2012. analisis faktor – faktor gaya hidup dan pengaruhnya
terhadap pembeli rumah sehat sederhana
Entin jumantini,2018. “ pengaruh modernitas individu dan lingkungan sosial
terhadap gaya hidup pada siswa smk bisnisdan manajemen terekdetasi adi kota
bandung

Kasiyan.2008. Manipulasi dan Dehumanisai Perempuan dalam Iklan.


Yogyakarta: Ombak.

Bagong Suyanto. 2013. Sosiologi Ekonomi . Jakarta: KENCANA.

Piliang, Yasraf Amir. 1998 Sebuah Dunia yang Dilipat: Realitas Kebudayaan
Menjelang Milenium Ketiga dan Matinya Post-Modernisme, Bandung: Mizan

David Chaney. 2003. Life Styles:Sebuah Pengantar Komprehensif, Jogjakarta:


Jalasutra

Ahmad Fajrul. 2018.“Gaya Hidup Shopaholic SebagaiBentukPerilaku Konsumtif.

Saukani Fransiskus. 2017. Di


https://www.kompasiana.com/saukani0898fransiskus/5941e033d466c1273060548
3/iklan-dan-dampak-yang-ditimbulkan-dimasyarakat pada tanggal 10 April 2020
pukul 23.00
Cermati. 2016. Di https://www.cermati.com/artikel/8-cara-cepat-mengubah-
gaya-hidup-konsumtif pada 12 April 2020 pukul 14:20.

Anda mungkin juga menyukai