Anda di halaman 1dari 6

BERAGAM ORGANISASI GERAKAN ANTI

GLOBALISASI DAN ALASANNYA

OLEH KELOMPOK 8

NAMA ANGGOTA :

1. RAHMA ANGELINA LUBIS ( 1932121655 )


2. KT SUKMA ARYA ADHISVARI MARCIADEVI ( 1932121373 )
3. KADEK BAYU SAPUTRA ( 1932121371 )
4. KOMANG GEDE ARYA RISKY PUTRA ( 1932121433 )
5. I GEDE AWAN ( 1932121208 )
6. I KOMANG NINGRAT ADIWIJAYA ( 1932121431 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS WARMADEWA

2022 - 2023

Globalisasi merupakan sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan
dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi,
perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi lainnya, sehingga batasbatas suatu negara
menjadi semakin sempit. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama
dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Selain itu untuk mengatasi
dampak dari globalisasi, Pancasila juga seharusnya benar-benar dipegang teguh oleh masyarakat
Indonesia sebagai pandangan hidup yang harus tetap menjadi pijakan dalam bersikap. Setiap negara di
dunia sangat memerlukan pandangan hidup agar mampu berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas arah
serta tujuan yang akan dicapai. Dalam kondisi yang seperti ini Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa memegang peranan pentinguntuk dapat menjadi filter (penyaring) nilai-nilai
baru, sehingga mampu mempertahankan eksistensi kebudayaan daerah Indonesia. Pancasila akan menilai
sesuatu yang dapat diserap untuk disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia
(sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari
persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai
tempat di dunia ini.2 Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal
abad ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak
fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi
antarbangsa lebih mudah dilakukan. Hal inilah yang menyebabkan semakin cepatnya perkembangan
globalisasi kebudayaan. Namun saat ini dengan masuknya budaya asing ke Indonesia sebagai akibat
derasnya arus globalisasi sedikit banyak mengancam eksistensi kebudayaan daerah di Indonesia.
Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan berdampak sangat luas pada sistem budaya masyarakat.
Adapun dampak yang ditimbulkan dengan adanya globalisasi budaya ini, dapat berupa dampak positif
maupun dampak negatif.
Dampak positif dari globalisasi budaya tersebut diantaranya adalah perubahan tata nilai dan sikap
masyarakat yang semula irasional menjadi rasional; berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam beraktivitas; dan mendorong untuk berpikir lebih
maju dan tingkat kehidupan yang lebih baik. Adapun dampak negatif dari globalisasi budaya diantaranya
adalah berkembangnya sifat individualis karena 8 Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 32 | desember 2017
masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain; meningkatnya sifat materialistis karena masyarakat memandang segalanya dari
segi materi; meningkatnya sifat konsumerisme yaitu proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil
produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara berkelanjutan dan hedonism yaitu pandangan
hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak
mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan.
Adapun faktor-faktor yang mengancam eksistensi budaya daerah dikarenakan masuknya budaya
asing, diantaranya :
a) Kurangnya kesadaran masyarakat. Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya daerah sekarang ini
minim. Masyarakat lebih memilih budaya asing yang lebih praktis dan sesuai dengan perkembangan
zaman.
b) Minimnya komunikasi budaya. Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi
salah pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan
perselisihan antarsuku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.
c) Kurangnya pembelajaran budaya. Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini.
Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya daerah.
Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya daerah dalam
membangun budaya bangsa serta bagaimana cara mengadaptasi budaya lokal di tengan
perkembangan zaman.

Jika kita melihat beberapa faktor tersebut yang disertai banyaknya serangan berupa masuknya
budaya asing sangat dikhawatirkan dan menjadi ancaman tersendiri bagi eksistensi kebudayaan
Indonesia. Apalagi ketika Indonesia tidak berhasil menjaga eksistensi budaya-budaya yang nyaris punah
hingga akhirnya kebudayaan tersebut dicuri, dipatenkan ataupun dieksploitasi dalam rangka komersial,
bahkan diklaim kepemilikannya oleh oknum-oknum atau korporasi dari negara asing. Namun pada
kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari untuk melakukan upaya-upaya pelestarian budaya tradisi
diera globalisasi saat ini memang menemukan banyak kendala. Faktorfaktor penghambat dalam upaya
pelestarian budaya daerah, yaitu:

a) faktor internal yaitu sikap nasionalisme individu untuk lebih mencintai budaya asli Indonesia yang
masih rendah. Terkadang pola hidup individualisme menjadi faktor penyebab minimnya kesadaran
untuk memiliki sesuatu secara Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 32 | desember 2017 9 bersama-
sama.
b) Faktor eksternal yaitu kurangnya sosialisasi dan mediasi baik itu dari pihak yang bertanggung jawab
menangani masalah tersebut maupun media sebagai sarana public relations yang menjembatani
informasi kepada masyarakat. Selain itu, peran masyarakat juga cukup penting untuk mengajarkan
pada generasi muda agar memiliki keahlian untuk melestarikan budaya yang dimilikinya. Namun,
realisasi di lapangan hal tersebut tidak terlaksana sehingga generasi muda tidak peduli dengan
eksistensi budayanya sendiri.
Sebagai contoh generasi muda mungkin tidak mengetahui lagu-lagu dan tarian dari daerah
mereka sendiri tetapi mereka bisa dengan mudahnya menarikan tarian modern atau balet dan
menyanyikan lagu-laguanak sekarang. Oleh karenanya, tantangan era globalisasi yang bisa
mengancam eksistensi budaya dan kepribadian bangsa Indonesia seperti sekarang ini harus ditangkal
melalui implementasi nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila yang merupakan falsafah hidup
bangsa Indonesia.
1. GAGASAN KELOMPOK ANTI GLOBALISASI
Aktivis anti globalisasi meyakini bahwa globalisasi tidak lebih dari pada perluasan system kapitalisme.
Hal ini merujuk pada konsep pasar bersama atau pasar tunggal, system persaingan bebas, serta
deregulasi perdagangan yang melekat pada makna globalisasi. Dengan kata lain globalisasi hanyalah
sinonim dari system kapitalisme internasional ( international – capitalism system ).
Selain itu para penentang globalisasi mengkritik organisasi internasional seperti IMF , Bank Dunia, dan
WTO ( Ketiganya merupakan bagian integral dari the Bretton Wood Sistem ) karena menerapkan
aturan yang hanya menguntungkan negara – negara maju tanpa memberi kesempatan yang setara
pada negara – negara ke 3
Para penentang globalisasi juga memprotes distribusi kesejahteraan yang tidak seimbang serta
persaingan yang tidak adil antara negara – negara kaya dengan negara – negara miskin dan
berkembang.
Contoh :
Penolakan terhadap glbalisasi sudah berlangsung sejak lama, antara lain saat menolak diberlakukannya
mata uang tunggal eropa ( Euro ). Selain itu saat blok perdagangan bebas Amerika Utara ( the North
Amerika Free-Trade Area / NAFTA ) mulai dikampanyekan pada 1994 kelompok aktivis dari Kanada
menolak gagasan NAFTA karena mengaggapnya sebagai representasi kekuatan liberalisme –
kapitalisme yang merugikan banyak negara di kawasan tersebut.
Salah satunya gerakan anti globalisasi yang tercatat dalam sejarah adalah ketika terjadi pertemuan
WTO di Seattle,Amerika Serikat pada 30 November – 1 Desember 1999.
Pada saat itu terjadi protes besar – besaran yang dilakukan oleh lebih dari 30.000 aktivis social, pengiat
hak asasi manusia serta aktivis lingkungan hidup. Dalam peristiwa tersebut, para aktivis menyatakan
kegagalan forum WTO dalam membendung dampak buruk neoliberalisme dan kapitalisme. Mereka
juga beranggapan bahwa WTO telah menjadi instrument untuk kepentingan korporasi besar dan
negara – negara tertentu.
2. PANDANGAN JADGISH BHAGWATI TENTANG GERAKAN ANTI GLOBALISASI
Dalam penelitiannya Bhagwati menyebutkan 3 elemen yang menjadi titik pusat gerakan anti globalisasi
yakni.
- Anti kapitalisme ( anti – capitalism )
Kelompok anti globalisasi secara terang – terangan menentang system kapitalisme yang mereka
yakini hanya menguntugkan pemilik modal
- Anti globalisasi ( anti – globalization )
Karena globalisasi dianggap sebagai perluasan system kapitalisme maka konsep ini ditentang keras
oleh para aktivis.
- Anti kepentingan korporasi ( anti – corporations mindset )
Menurut penentang globalisasi korporasi merupakan agen pembawa konsep kapitalisme dan
globalisasi korporasi juga cenderung bersifat monopolistic dan berorientasi pada maksimalisasi
profit tanpa menyiksakan ruang bagi usaha berskala kecil, terutama yang berasal dari negara
berkembang dan negara miskin
3. PANDANGAN NAOMI KELIN SEBAGAI TOKOH UTAMA GERAKAN ANTI GLOBALISASI
Salah seorang tokoh utama gerakan anti globalisasi klein menegaskan bahwa kelompok anti globalisasi
sebenarnya tiak menolak gagasan globaliasi dalam bidang ekonomi, teknologi dan budaya. Selain itu
Klein juga mengungkapkan alasan munculnya gerakan anti globalisasi diantaranya :
- Aturan korporasi yang lebih memprioritaskan pemasaran produk,tanpa memberi peluang pada
tenaga kerja untuk berkembang
- Terabaikannya nilai budaya yang berganti menjadi pendekatan untuk memperoleh profit sebesar
– besarnya.
- Korporasi tidak lagi mengutamakan nilai produk yang mereka jual, melainkan pada penjualan
produk.
- Berubahnya lembaga pendidikan dan social seperti sekolah, museum, dan media penyiaran
menjadi instrument pemburu profit.
- Dikuasainya pasar oleh kelompok korporasi besar sehingga merugikan masarakan miskin.
Jadi, tantangan yang sebenarnya dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini adalah
menyiapkan secara matang generasi muda penerus bangsa dengan semangat nasionalisme yang tinggi
dalam menjaga eksistensi budaya daerahnya. Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
eksistensi kebudayaan daerah dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya upaya untuk
mempelajari kebudayaan tradisi oleh setiap individu, mengkaji nilai-nilai yang terkandung dalam budaya
tradisi, menambah wawasan dengan cara mempelajari budaya dari daerah lain, menanamkan nilai kepada
generasi muda agar bangga dengan budaya tradisi nusantara, serta membuat wadah atau lembaga untuk
menyalurkan bakat dan kreatifitas generasi muda dalam hal kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai