Anda di halaman 1dari 11

MAK ALAH

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN DENGAN KAPITALISME


Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sistem Budaya Dan Dinamika
Dosen Pengampu :
Winin Maulidya Saffanah, S.Pd, M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 7
Ananda Yunia Nura Fraizilla (2211000430039)
Alaikal Walidul Hikam Al Aqili (2211000430073)

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BUDI UTOMO MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN SOSIOLOGI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hubungan kebudayaan dengan kapitalisme yaitu seperangkat praktik sosial,
norma, nilai dan perilaku yang di kaitkan dengan sistem kapitalis. Seseorang terutama
ditentukan oleh ikatan mereka dengan bisnis.
Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai macam suku bangsa, antara lain Aceh,
Batak, Minang, Jawa, Sunda, Betawi, Bali, Dayak, Toraja, Papua, Maluku, dan
sebagainya. Setiap suku bangsa ini memiliki kearifan lokal (local genius) yang
berkembang dalam masyarakat. Kearifan lokal itu telah menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari masyarakat pendukungnya. Misalnya, gotong royong,
musyawarah, dan toleransi. Nilai-nilai kearifan lokal dijalankan untuk menjaga
keharmonisan manusia dalam hubungannya dengan alam, dengan sesama, dan dengan
Sang Pencipta.
Namun disisi lain kemunculan kapitalisme justru memunculkan dampak
negatif salah satunya adanya diferensiasi kelas yang yang penilaiannya terletak pada
pada bidang sosial ekonomi. Pada bidang ekonomi kapitalisme telah membuat jurang-
jurang pemisah antara kaya dan miskin, Selain dari sisi ekonomi globalisasi juga
berpengaruh terhadap budaya masyarakat dimana globalisasi yang seharusnya
menjadikan keanekaragaman budaya yang mampu diterima disemua lapisan
masyarakat justru menghomogenisasi budaya dengan dukungan teknologi dan
informasi sehingga budaya baru masuk dan meng membaurkan bahkan melenyapkan
budaya asli sehingga masyarakat mengikuti kecenderungan umum budaya global.
Akibatnya, budaya mengalami kesimpangsiuran asal-usul , budaya tidak lagi
menjadi milik entitas tertentu namun sebuah budaya baru akan diterima oleh seluruh
kalangan masyarakat yang pada akhirnya akan menjadi milik semua orang tanpa ada
lagi keragaman dan perbedaan dalam masyarakat.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah yang dimaksud kebudayaan dan kapitalisme ?


2. Bagaimana hubungan antara kapitalisme dengan dinamika kebudayaan di
Indonesia ?
3. Bagaimana dampak kapitalisme terhadap dinamika kebudayaan di Indonesia ?

C. MAKSUD DAN TUJUAN

1. Menjelaskan pengertian kebudayaan dan pengertian kapitalisme


2. Menjelaskan hubungan antara kapitalisme dengan kebudayaan di Indonesia
3. Menjelaskan bagaimana dampak kapitalisme terhadap dinamika kebudayaan
di Indonesia
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Budaya dan ideologi kapitalis Sementara ideologi politik tertentu, seperti


neoliberalisme, melibatkan dan mempromosikan pandangan bahwa perilaku yang
ditumbuhkan kapitalisme pada individu adalah wajar bagi manusia, antropolog seperti
Richard Robbins menunjukkan bahwa tidak ada yang alami tentang perilaku ini - orang tidak
secara alami dirampas untuk mengumpulkan kekayaan dan didorong oleh upah-kerja.
Ideologi politik seperti neoliberalisme abstrak bidang ekonomi dari aspek masyarakat lain
(politik, budaya, keluarga dll, dengan kegiatan politik merupakan intervensike dalam proses
alami pasar, misalnya) dan menganggap bahwa orang membuat pertimbangan dalam lingkup
transaksi pasar. Namun, menerapkan konsep keterikatan pada masyarakat pasar, sosiolog
Granovetter menunjukkan bahwa ekonomi yang rasional sebenarnya sangat dipengaruhi oleh
ikatan sosial yang sudah ada sebelumnya dan faktor lainnya.
Dalam sistem kapitalis, masyarakat dan budaya berputar di sekitar aktivitas bisnis
(akumulasi modal). Dengan demikian, aktivitas bisnis dan pasar pertukaran sering dipandang
sebagai hal yang mutlak atau "alamiah" karena semua hubungan sosial manusia lainnya
berputar di sekitar proses ini (atau harus ada untuk memfasilitasi kemampuan seseorang
untuk melakukan proses ini).
Fenomena masyarakat konsumen, yang hidupnya diatur oleh logika kapitalisme global di
mana makna hidup dan identitas diri mereka ditemukan dalam perbedaan kegiatan konsumsi
dengan orang lain, sebenarnya merupakan fenomena yang menunjukkan bahwa dunia sedang
mengarah pada situasi yang tidak menentu. Masyarakat konsumen yang tidak mampu
mengelak dari belenggu kapitalisme global sebenarnya merupakan masyarakat yang tidak
mempunyai daya kritis. Dengan hilangnya daya kritis dari kesadaran masyarakat konsumen,
maka kehidupan yang akan dijalani pun menjadi semakin kacau, tidak terkontrol, persis
seperti kemajuan tak terkontrol yang diusung oleh globalisasi. Modernitas, globalisasi, dan
kapitalisme global identik dengan paham tentang progresitas atau kemajuan. Kemajuan yang
melekat dalam ketiga hal tersebut ternyata tidak bisa dipahami secara langsung sebagai
sesuatu yang positif. Di atas telah kita lihat bagaimana ketiga hal tersebut telah menyebabkan
berkembangannya ketimpangan sosial dalam masyarakat global serta munculnya masyarakat
konsumen dengan budaya konsumtif yang membuat mereka menjadi hamba dari kemajuan,
hamba dari budaya hedonis. Kemajuan dunia ternyata telah meningkatkan resiko
terganggunya kehidupan harmonis dan kesejahteraan yang berimbang dalam masyarakat.
Anthony Giddens menyatakan bahwa masyarakat di era kapitalisme global dewasa ini berada
dalam situasi risiko yang sangat berbahaya (high-consequence risk) karena hidup dalam
ketidakpastian menghadapi hasil ciptaannya sendiri, yaitu teknologi yang canggih.
Dalam masyarakat yang penuh dengan risiko dan hidup dalam serba ketakpastian ini identitas
pribadi tidak mempunyai dasar yang kokoh, identitas masyarakat terfragmentasikan.
(Wibowo dalam Giddens, 1999: xvi). Masalah lain yang sangat mendesak dalam kapitalisme
global adalah terkotak-kotaknya individu dalam kerangka persaingan pasar bebas. Dalam
situasi seperti itu, akan tercipta dikotomi antara golongan kaya dan golongan miskin
(Giddens, 1999: 13). Selain itu bahaya lain kapitalisme global adalah masalah lenyapnya
individu-individu yang kritis terhadap pemaknaan berbagai tanda yang diterimanya dari
media massa. Oleh kapitalisme global, masyarakat telah direduksi ke dalam massa yang
mengambang, yang tercerabut dari akar budayanya, yang menganggap dirinya sebagai
pengikut setia dari moral hedonis, tanpa menyadari bahwa sebenarnya dia telah masuk dalam
perangkap perhambaan oleh suatu tatanan yang diciptakannya sendiri, yaitu kapitalisme
global. Dengan kata lain globalisasi yang memungkinkan berkembangnya kapitalisme global
dengan pasar bebasnya dan kemudian kapitalise global menciptakan masyarakat konsumen
yang demokratis liberalistis, sebenarnya membawa dunia dalam perkembangan yang semakin
tidak dapat dikontrol. Kehidupan harmonis dan kesejahteraan yang berimbang dalam
masyarakat menjadi terusik karena masyarakat konsumen merupakan masyarakat yang sudah
kehilangan kekritisannya. Masyarakat berada dalam situasi ketidakpastian menghadapi
ciptaannya sendiri yaitu teknologi yang semakin lama semakin canggih.
Kehadiran TVRI di masa Orde Baru merupakan situs penting yang menjembatani
kemajuan pertanian komersil di wilayah lokal dengan gairah kemajuan di wilayah kota.
Televisi ‘cap pemerintah’ ini berhasil menampilkan narasi pembangunanisme dan formasi
dirkusif menjadi modern secara massif. Akibatnya, gaya hidup, selera arsitektur rumah,
maupun model pakaian yang berlangsung di masyarakat desa mulai mengikuti trend yang
berlangsung di kota, meskipun tidak secara menyeluruh. Meskipun peniruan yang terjadi
tidak menyeluruh, budaya lokal, pada dasarnya, tidak utuh lagi. Selain hal tersebut,
kapitalisme juga berdampak pada gaya hidup penduduk Subang yang bekerja di perkebunan
berubah. Penduduk yang bekerja di perkebunan sering dilanda kejenuhan. Oleh karena itu,
para tuan tanah menyelenggarakan hiburan bagi para buruhnya yang biasanya bertempat di
lokasi kebun atau pemukiman para buruh. Waktunya, terutama di hari-hari libur dan selepas
kerja untuk melepaskan penat. Kegiatan hiburan ini tidak saja untuk memenuhi kepentingan
para penduduk yang bekerja, tetapi juga kepentingan tuan tanah sendiri dalam hal
menyambut dan menghibur para tamunya. Bagi tuan tanah, mereka memiliki sarana hiburan
tersendiri. Gedung Societet yang dibangun pada masa Hofland menjadi tempat bersosialisasi
sekaligus hiburan dengan adanya dansa, nyanyian, permainan biliard, dan sebagainya.
Perkembangan hiburan rakyat di wilayah perkebunan berpengaruh pada ketertarikan tuan
tanah asing terhadap kesenian Sunda. Mereka akhirnya menjadi pengayom kesenian di
lingkungan perkebunan. Pihak perkebunan menggelar hiburan rakyat bagi orang-orang Sunda
(een Soendaneesch volksvermaak) dengan mengundang Ronggeng dalam seminggu atau
waktu-waktu tertentu. Dalam jangka waktu yang cukup lama, pihak perkebunan mengontrak
para pemain dan penari ronggeng untuk menghibur para buruh. Para penghibur tersebut
didatangkan dari pantai utara Pamanukan dan Semarang yang ditampung di rumah khusus
Ronggeng, yang sering disebut dalam bahasa Belanda sebagai Javaansche rongging
(Ronggeng Jawa). Bagi pemerintah, pesta ronggeng di perkebunan cukup merepotkan karena
terjadi kriminalitas yang menyertainya. Para buruh menghabiskan seluruh uang hasil jerih
payahnya bekerja untuk perempuan malam, minuman keras, dan berjudi. Larangan
pertunjukan ronggeng bahkan tanpa meminta persetujuan para tuan tanah. Pemerintah
melarang dengan keras pesta ronggeng pada tahun 1880. Namun, pada tahun 1881 larangan
tersebut banyak yang melanggar. Pada masa selanjutnya, pesta ronggeng justru memeriahkan
kehidupan perkebunan. Bermain judi dan minum-minuman keras menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari hiburan para buruh. Ongkos yang harus dikeluarkan buruh untuk menikmati
hiburan tersebut tidaklah kecil. Para buruh akan menghabiskan gaji mingguannya. Situasi
yang disengaja ini tentu bukan sekadar menyalurkan hasrat hiburan para buruh. Bagi tuan
kebun, hiburan tersebut merupakan strategi “menghibur sambil mengikat” untuk
menjinakkan buruh. Pihak perkebunan berusaha menghisap kembali pendapatan buruh
melalui tangan ketiga. Pihak perkebunan sengaja membuka jalan bagi orang Cina untuk
masuk dalam situasi sulit yang dialami buruh. Orang Cina memanfaatkan situasi dengan
memberi pinjaman kepada para buruh yang kehabisan uang akibat berjudi. Orang-orang Cina
dengan senang hati memberi pinjaman dengan syarat harus dibayar minggu berikutnya.
Dengan cara seperti itu, buruh akan merasa terikat sehingga tidak dapat meninggalkan
perkebunan. Perubahan juga tampak dalam berubahnya mata pencaharian penduduk. Buruh
perkebunan adalah para petani yang bertransformasi menjadi buruh. Petani di Hindia
Belanda bukan para pemilik tanah yang kaya, melainkan petani yang miskin. Perubahan dari
petani menjadi buruh bukan disebabkan oleh faktor akses pemilikan tanah. Akan tetapi,
diferensiasi sosial yang terjadi secara massif.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Pengertian Kebudayaan dan Kapitalisme


Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai
makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan
dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Dengan demikian,
kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan
strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh
manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana
terwujud dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya. Kebudayaan dapat didefinisikan
sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan
untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi
pedoman bagi tingkah lakunya, manusia dan kebudayaan tidak dapat terpisahkan secara
bersama menyusun kehidupan. Manusia menghimpun diri menjadi satuan sosial budaya,
menjadi masyarakat. Masyarakat manusia melahirkan, menciptakan, menumbuhkan, dan
mengembangkan kebudayaan tak ada masyarakat tanpa kebudayaan dan tak ada kebudayaan
tanpa kebudayaan. Kapitalisme pada dasarnya merupakan sistem perekonomian yang
menekankan kepada peran kapital (modal) dengan segala jenisnya, termasuk barang-barang
yang digunakan dalam aktivitas untuk menghasilkan barang lainnya, Ebenstein menyebut
kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh dan lebih luas dari sekedar sistem
perekonomian, dan kapitalisme bergerak sesuai dengan perkembangan nilai-nilai
individualisme. Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang berorientasi pada cara-cara
produksi secara individu atau dimiliiki individu, dimana distribusi, penentuan harga dan jasa-
jasa pelayanan didalamnya ditentukan oleh pasar bebas. Kapitalisme adalah produk dari
kebudayaanya barat modern. Ia dianggap juga sebgai sistem sosial (social system) yang
pertama dan terpenting di barat yang berkembang menjadi kebudayaan kapitalis (capitalist
civilization). Hubungan Antara Kapitalisme dengan Kebudayaan di Indonesia
Dampak Perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang bukanlah satu-satunya
penyebab terjadinya perubahan budaya. Salah satu penyebabnya justru kondisi kearifan lokal
masyarakat yang mengalami perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang itu.
Fenomena kapitalisme modern sangat diperlukan dan bermanfaat bagi perkembangan dan
kemajuan suatu bangsa. Namun, era keterbukaan dan kebebasan ini juga menimbulkan
pengaruh negatif yang akan merusak budaya bangsa. Menolak kapitalisme modern juga
bukan pilihan yang tepat karena itu berarti menghambat perkembangan dan kemajuan dalam
berbagai bidang. Di samping itu, ini bertentangan dengan kodrat manusia dan ini juga
mematikan hak hidup manusia. Artinya, justru tidak memanusiakan manusia. Hal ini
menimbulkan ketegangan antara mempertahankan kearifan lokal namun tertinggal oleh
negara lain dalam perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang dan mengikuti
perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang namun kehidupan kearifan lokal
semakin terkikis. Bagaikan makan buah simalakama, dimakan bapak mati tidak dimakan ibu
mati. Kapitalisme modern menghadapkan masyarakat Indonesia pada banyak tantangan.
Kapitalisme modern menawarkan peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan hidup. Di sisi
lain, ada konsekuensi yang harus dihadapi. Konsekuensi itu adalah kemungkinan terjadinya
penjajahan terhadap budaya lokal yang mengakibatkan terjadinya erosi kearifan lokal.
Kapitalisme merupakan sebuah wacana yang hingga saat ini masih tampak menjadi bagian,
bahkan terkadang menjadi sentral dalam setiap diskusi. Beragam argumentasi muncul
menanggapi perkembangan dunia yang memfokuskan pada titik tolak determinan
kapitalisme.
2. Kapitalisme Terhadap Dinamika Kebudayaan di Indonesia
Kebudayaan hampir tenggelam, Salah satu contoh kebudayaan yang hampir
tenggelam adalah tradisi wiwit. Tradisi wiwit kini sangat sulit ditemui di belahan wilayah
Indonesia. Menyempitnya area persawahan mampu menyurutkan kesatuan minat petani untuk
melengserkan tradisi ini. Selain itu, faktor lainnya adalah kurang adanya dana kehidupan dari
para petani kecil untuk menghidupi keluarga dan mempertahankan sawahnya dari kaum
pemodal (kapitalis). Dengan tawaran harga yang relatif tinggi, akhirnya banyak dari petani
yang menjual tanah persawahannya. Diakui atau tidak para petani kecil yang mempunyai
sawah, mempunyai beban tanggung jawab memberi nafkah kepada keluarga. Dengan hanya
mencangkul seharian di sawah, dengan perolehan penghasilan kurang memadai, yang pada
akhirnya para petani tersebut tidak mampu memenuhi tuntutan kebutuhan hidup. Hutang pun
mereka lakukan. Maka dari itu, tidak ada pilihan lain bagi para petani untuk tidak menjual
tanah persawahannya, lebih-lebih dengan harga tawar dari kaum kapitalis yang cukup
menggiurkan, bisa ditebak mereka akan melepas sawahnya, dan tradisi yang diwariskan
secara turun temurun dalam bertani tersebut, secara tak langsung pasti juga akan terkikis.
Budaya lokal tidak utuh Contohnya adalah masyarakat Ngadas mulai membangun rumah
tembok dengan model kota. Memang di sebagian kecil rumah tembok tersebut, masih ada
ruang khusus untuk semedi, seperti pada rumah kayu. Namun, sebagian besar sudah tidak
ada. Yang tetap dipertahankan memang perapian yang digunakan untuk ngobrol sesama
anggota keluarga atau tamu kerabat atau sesama warga Ngadas, dan biasanya tamu dari luar
biasanya dijamu di ruang tamu depan. Gaya hidup masyarakat yang konsumtif Contoh gaya
hidup konsumtif tersebut adalah gaya hidup penduduk Subang yang bekerja di perkebunan.
Para buruh menghabiskan seluruh uang hasil jerih payahnya bekerja untuk perempuan
malam, minuman keras, dan berjudi. Berubahnya mata pencaharian Perubahan juga tampak
dalam berubahnya mata pencaharian penduduk Subang. Buruh perkebunan adalah para
petani yang bertransformasi menjadi buruh. Perubahan dari petani menjadi buruh tidak
disebabakan oleh faktor akses pemilikan tanah. Akan tetapi, diferensiasi sosial yang terjadi
secara massif. Mendorong untuk berpikir lebih maju dan tingkat kehidupan yang lebih baik
Misalnya jamur sebagai penanda pertanian subsisten Tengger dianggap tidak bisa membawa
perbaikan hidup. Dengan demikian, para petani menanam jagung untuk melangsungkan
kehidupan yang lebih terjamin.
BAB IV
PENUTUP KESIMPULAN
Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu keseluruhan pengetahuan manusia
sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan
lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya. kebudayaan
merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana, dan strategi-
strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh manusia, dan
digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud dalam
tingkah-laku dan tindakan-tindakannya. Kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh
dan lebih luas dari sekedar sistem perekonomian, dan kapitalisme bergerak sesuai dengan
perkembangan nilai-nilai individualisme.
DAFTAR PUSTAKA
Damono, Sapardi J. 2011. Bahasa, Sastra, dan Budaya Indonesia Dalam Jebakan Kapitalisme.
Yogyakarta:UniversitasSanataDharma. http://repository.usd.ac.id/41026/1/Kearifan
%20Lokal%20dan%20Kapitalisme.pdf https://www.nu.or.id/amp/opini/indonesia-peduli-
kebudayaan-atau-kapitalisme-UN5tS https://jurnalhukum.com/pengertian-hukum-agraria/
https://internasional.kompas.com/read/2021/10/24/040000870/dampak-positif-kapitalisme--
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.uinsgd.ac.id/
index.php/historia/article/downloadSuppFile/
9502/1555&ved=2ahUKEwjbt43mlpH7AhXkZWwGHcQmDMk4ChAWegQIChAB&usg=
AOvVaw3ISkob4qc-hAyW_fxxW2zJ

Anda mungkin juga menyukai