Anda di halaman 1dari 6

NAMA : MUHAMMAD WILDAN

NIM : 2236121

MATA KULIAH : PENDIDIKAN PANCASILA

DOSEN PENGAMPU : RYAN PRAYOGI, M.Pd

Soal !

 Anda dipersilahkan untuk mencermati fenomena kehidupan bangsa indonesia


dewasa ini yang memperlihatkan benturan kepentingan antara pengusaha (kaum
kapitalis) dan pihak buruh (kaum proletar)dalam perspektif marx.
 Karl Marx adalah salah satu tokoh yang pemikirannya mewarnai dengan sangat jelas dalam
perkembangan ilmu sosial khususnya dalam teori konflik. Berkaitan dengan konflik, Marx
mengajukan pemikiran yang mendasar tentang kelas sosial dan perjuangannya. Mengenai
kelas sosial, Marx tidak mendefinisikan secara panjang lebar, namun ia hanya menunjukkan
realita masyarakat pada abad ke- 19 di Eropa, di mana ia tinggal. Menurutnya, bahwa
masyarakat pada waktu itu terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin
(kelas proletar). Ia menambahkan bahwa kedua kelas sosial ini berada dalam suatu hierarki
dalam stratifikasi sosial. Kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam
proses produksi. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama terdapat kesadaran dalam diri
proletar, yaitu rasa menyerah diri, menerima apa adanya dan lain sebagainya.Menurut Marx,
konflik disebabkan oleh faktor Ekonomi.
Oleh karena itu, teori Marx ini juga dikenal dengan determinisrne ekonomi. Yang
dimaksud dengan faktor ekonomi disini adalah penguasaan terhadap alat produksi oleh kaum
borjuis.Walaupun borjuis berjumlah sedikit, mereka memonopoli kekuasaan sekaligus
menguasai hasil-hasilnya. Sedangkan proletar sebaliknya, mereka yang jumlahnya lebih
besar tidak mempunyai kekuasaan, mereka hanya diarahkan, dikendalikan dan diperas oleh
borjuis dengan cara sewenang-wenang, atau dengan kekerasan yang bertentangan dengan hak
asasi manusia.Proletar bekerja guna memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, mereka
menerima upah dari kaum borjuis.
Sedang kelas borjuis bekerja dengan mencari untung atau laba sebanyak-banyaknya. Proletar
sering menjadi target eksploitasi borjuis. Mereka sering diperas tenaganya dan diberikan
upah yang rendah guna kepentingan meraup laba sebesar-besarnya. Sebab proletar tak bisa
menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga menumpang pada borjuis untuk dapat bertahan
hidup. Mereka pun menerima apa adanya, asalkan dapat bekerja, memperoleh upah dan dapat
bertahan hidup dengan keluarga.
Menurut Marx,dalam perjuangannya, proletar kehilangan kebebasannya. Merekapun
memprotes kaum borjuis dengan melakukan demonstrasi. Proletar telah menyadari bahwa
kaum borjuis telah mengeksploitasi mereka. Mereka pun mengadakan revolusi besar-besaran
sebagai reaksi terhadap kejahatan borjuis. Marx mengharapkan, bahwa pasca revolusi akan
tercipta perubahan dari kapitalisme menjadi sosialisme yang mendukung rakyat atau kaum
proletar.Pemikiran Marx tersebut tak hanya menjelaskan konflik dalam masyarakat. Namun
juga mewariskan pembagian struktur sosial yang disepakati hingga era modern saat ini, yakni
borjuis dan proletar. Hanya saja dalam era modern, istilahnya dirubah menjadi pengusaha
(borjuis) dan buruh (proletar).
Saya tidak setuju dengan teori Marx. Marx hanya ingin menghapus stratifikasi sosial
bidang ekonomi dalam masyarakat, yaitu tidak adanya golongan pengusaha dan golongan
buruh. Padahal antara keduanya itu terdapat simbiosis mutualisme, yaitu hubungan saling
membutuhkan. Pengusaha membutuhkan buruh untuk memproduksi barang, buruh pun
membutuhkan pengusaha untuk mendapatkan gaji dalam menghidupi keluarganya. Marx
hanya menginginkan tidak adanya golongan pengusaha dan buruh dalam masyarakat.
Semua masyarakat harus sama tanpa adanya kelas sosial, agar tidak terjadi konflik antar
keduanya. Marx hanya menginginkan masyarakat menjadi sosialisme-komunisme, bukan
kapitatalisme-liberalisme. Pada saat ini, pengusaha sepatutnya memberikan upah kepada
buruh sesuai standar serta kualitas dan kuantitas pekerjaannya. Sebab buruh mempunyai
tanggung jawab dalam rumah tangganya, untuk kebutuhan sehari-hari, membiayai anak
sekolah dan biaya tak terduga yang lain. Begitu juga dengan buruh, jangan terlalu banyak
menuntut dengan upah yang tinggi. Upah kalian itu harus disesuaikan dengan kualitas dan
kuantitas pekerjaannya. Sebab pengusaha tidak ingin rugi dalam aktivitas produksinya.
Jadilah pengusaha yang memahami kondisi buruhnya, serta jadilah buruhyang memahami
kondisi pengusaha.
 Corak-corak ideologi dunia dengan berbagai karakteristiknya.
 Ideologi adalah gagasan yang berisi ide, budaya dan pola hidup tertentu dalam kelompok.
Ideologi merupakan bentuk filsafat sosial atau politik, yang memiliki unsur-unsur praktis dan
teoretis.
1. Kapitalisme
Kapitalisme merupakan sistem ekonomi berdasarkan kepemilikan pribadi atas alat-alat
produksi dan operasinya untuk meraih keuntungan.Ideologi kapitalisme memiliki ciri
utama, yaitu adanya akumulasi modal, pasar kompetitif, sistem harga, kepemilikan
pribadi dan pengakuan hak milik, pertukaran sukarela dan kerja upahan..
2. Liberalisme
Liberalisme adalah ideologi politik dan moral berdasarkan kebebasan dan persetujuan
dari yang diperintah dan setiap orang memiliki persamaan di depan hukum.Sistem
Liberal mendukung beragam pandangan, tergantung dari pemahaman sebuah negara
tentang prinsip-prinsip Liberal.
3. Komunisme
Komunisme merupakan gagasan dan gerakan filosofis, sosial, politik, dan ekonomi yang
bertujuan membentuk masyarakat komunis.Ideologi ini berusaha mewujudkan tatanan
sosial ekonomi berdasarkan kepemilikan bersama atas alat-alat produksi.
4. Sosialisme
Sosialisme adalah sistem ekonomi dan politik kerakyatan berdasarkan kepemilikan
publik. Ideologi Sosialisme juga menerapkan kepemilikan bersama atas alat-alat
produksi.Alar-alat produksi meliputi mesin, peralatan, dan pabrik yang digunakan untuk
memproduksi barang demi memenuhi kebutuhan manusia secara langsung.
5. Nasionalisme
Nasionalisme adalah ideologi yang dianut kelompok tertentu yang percaya bangsa
mereka lebih unggul dari yang lain.Pandangan ini sering berakar pada etnisitas
nasional.Dalam situasi lain, nasionalisme dapat terbentuk berdasarkan bahasa, agama,
budaya, atau seperangkat nilai sosial yang sama..
6. Fasisme
Fasisme biasanya dikaitkan dengan rezim Italia dan Jerman yang berkuasa setelah
Perang Dunia I karena pandangan mereka.
Ideologi fasisme menggunakan strategi propaganda untuk mempromosikan anti-
liberalisme, menolak hak-hak individu, kebebasan sipil, perusahaan bebas dan demokrasi
anti-sosialisme.

 Gaya-gaya hidup konsumerisme yang melanda kehidupan masyarakat dewasa ini


dan cara-cara penanggulannya.
 Gaya hidup Konsumerisme merupakan sebuah istilah yang merujuk pada perilaku orang-
orang konsumtif secara berlebihan. Ketika ada barang-barang branded di depan mata, orang-
orang yang memiliki gaya hidup konsumerisme akan terdorong untuk langsung membelinya
tanpa pikir panjang. Penyebab utama timbulnya paham konsumerisme adalah pemenuhan
keinginan yang lebih besar dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan. Manusia memiliki
keinginan yang tidak terbatas sedangkan kemampuan yang dimilikinya terbatas.
Cara mengatasinya :
Sering menabung, Meski tampak sederhana, namun tidak semua orang bisa menyisihkan
uangnya untuk ditabung, apalagi mereka yang bergaya hidup konsumtif. diakui atau tidak,
banyak yang belum menyadari akan pentingnya menabung. Bagaimana bisa menabung jika
gaji saja kecil? Menabung tidak harus dalam jumlah banyak. Namanya juga menyisihkan
sebagian, maka dana tabungan bisa diambil sebesar 5% atau 10% dari gaji. Jika hal ini
dilakukan secara terus menerus, tentu nilai tabungan akan semakin banyak, sehingga bisa
menjadi dana cadangan ketika memiliki kebutuhan mendadak.
membeli barang sesuai yang kita butuhkan saja, Hal lain yang lebih penting adalah,
belilah barang yang memang kita butuhkan. Jangan membeli barang karena ikut-ikutan atau
ingin dibilang keren. Pastikan barang yang kita beli memang diperlukan. Budaya membeli
barang karena sedang tren bisa menjerumuskan kita pada kehidupan konsumtif.
bersedekah, Cara yang satu ini memang berbau religi, namun tak kalah ampuh untuk
mengubah perilaku konsumtif. Dengan beramal dan bersedekah berarti kita telah berbagi
dengan orang-orang yang secara ekonomi tidak seberuntung kita. Pesan moralnya, dengan
bersedekah, memberikan sumbangan atau donasi ke lembaga-lembaga sosial seperti panti
asuhan, panti jompo, atau fakir miskin, kita telah membantu meringankan beban mereka.
Oleh sebab itu, jika memiliki dana berlebih, akan lebih baik apabila kita menyalurkannya
kepada orang-orang yang membutuhkan.
melakukan investasi, Investasi merupakan salah satu cara untuk menghindari perilaku
konsumtif sekaligus merencanakan kehidupan masa depan yang lebih baik. Apa pentingnya
berinvestasi? Investasi dapat dipahami sebagai penanaman modal pada suatu usaha atau
barang tak bergerak dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa mendatang.
membuat anggaran belanja. Anggaran belanja merupakan salah satu alat untuk mengatur
aliran dana. Dalam konteks ini tentu saja yang menjadi fokus utama adalah perencanaan
pengeluaran. Kebutuhan bisa mencakup harian juga bulanan. Setiap pengeluaran harus diatur
dalam pos-pos yang jelas. Dengan demikian, anggaran yang disediakan untuk pemenuhannya
juga bisa terpampang secara gamblang. Pembuatan anggaran belanja sekaligus bisa
menentukan target pengeluaran.

 Sumber sosiologis (kearifan lokal) dalam hal kehidupan beragama, menghormati


hak-hak orang lain, bentuk solidaritas, dan ) rasa cinta terhadap produk dalam
negri yang ada dalam masyarakat indonesia sejak dahulu sampai sekarang.
 KEARIFAN LOKAL SEBAGAI ASET BUDAYA BANGSA
Dari sisi etnis dan budaya daerah sejatinya menunjuk kepada karaktreristik masing-
masingkeragaman bangsa Indonesia. Pada sisi yang lain, karakteristik itu mengandung nilai-
nilai luhurmemiliki sumber daya kearifan, di mana pada masa-masa lalu merupakan sumber
nilai daninspirasi dalam strategi memenuhi kebutuhan hidup, mempertahankan diri dan
merajutkesejehteraan kehidupan mereka. Artinya masing-masing etnis itu memiliki kearifan
lokalsendiri, seperti etnis Lampung yang dikenal terbuka menerima etnis lain sebagai saudara
(adatmuari, angkon), etnis Batak juga terbuka, Jawa terkenal dengan tata-krama dan perilaku
yanglembut, etnis Madura dan Bugis memiliki harga diri yang tinggi, dan etnis Cina terkenal
dengankeuletannya dalam usaha. Demikian juga etnis-etnis lain seperti, Minang, Aceh,
Sunda, Toraja,Sasak, Nias, juga memiliki budaya dan pedoman hidup masing yang khas
sesuai dengankeyakinan dan tuntutan hidup mereka dalam upaya mencapai kesejehtaraan
berasma. Beberapanilai dan bentuk kearifan lokal, termasuk hukum adat, nilai-nilai budaya
dan kepercayaan yangada sebagian bahkan sangat relevan untuk diaplikasikan ke dalam
proses pembangunankesejahteraan masyarakat.Kearifan lokal itu mengandung kebaikan bagi
kehidupan mereka, sehingga prinsip ini mentradisidan melekat kuat pada kehidupan
masyarakat setempat. Meskipun ada perbedaan karakter danintensitas hubungan sosial
budayanya, tapi dalam jangka yang lama mereka terikat dalampersamaan visi dalam
menciptakan kehidupan yang bermartabat dan sejahtera bersama. Dalambingkai kearifan
lokal ini, antar individu, antar kelompok masyarakat saling melengkapi, bersatudan
berinteraksi dengan memelihara nilai dan norma sosial yang berlaku.Keanekaragaman
budaya daerah tersebut merupakan potensi sosial yang dapat membentukkarakter dan citra
budaya tersendiri pada masing-masing daerah, serta merupakan bagian pentingbagi
pembentukan citra dan identitas budaya suatu daerah. Di samping itu,
keanekaragamanmerupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian dari warisan
budaya yang perludilestarikan. Seiring dengan peningkatan teknologi dan transformasi
budaya ke arah kehidupanmodern serta pengaruh globalisasi, warisan budaya dan nilai-nilai
tradisional masyarakat adattersebut menghadapi tantangan terhadap eksistensinya. Hal ini
perlu dicermati karena warisanbudaya dan nilai-nilai tradisional tersebut mengandung
banyak kearifan lokal yang masih sangatrelevan dengan kondisi saat ini, dan seharusnya
dilestarikan, diadaptasi atau bahkandikembangkan lebih jauh.
Namun demikian dalam kenyataannya nilai-nilai budaya luhur itu mulai meredup, memudar,
kearifan lokal kehilangan makna substantifnya. Upaya-upaya pelestarian hanya nampak
sekedar pernyataan simbolik tanpa arti, penghayatan dan pengamalan dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagaimana diketahui bahwa pada tahun terakhir, budaya masyarakat sebagai
sumber daya kearifan lokal nyaris mengalami reduksi secara menyeluruh, dan nampak
sekadar pajangan formalitas, bahkan seringkali lembaga-lembaga budaya pada umumnya
dimanfaatkan untuk komersialisasi dan kepentingan kekuasaan.Namun demikian, meski
masyarakat cemas bahkan ragu terhadap kemungkinan nilai-nilai luhur budaya itu dapat
menjadi model kearifan lokal, akan tetapi upaya menggali kearifan lokal tetap niscaya
dilakukan. Masyarakat adat daerah memiliki kewajiban untuk kembali kepada jati diri
mereka melalui penggalian dan pemaknaan nilai-nilai luhur budaya yang ada sebagai sumber
daya kearifan lokal. Upaya ini perlu dilakukan untuk menguak makna substantif kearifan
lokal, di mana masyarakat harus membuka kesadaran, kejujuran dan sejumlah nilai budaya
luhur untuk sosialisasikan dan dikembangkan menjadi prinsip hidup yang bermartabat.

Anda mungkin juga menyukai