Anda di halaman 1dari 21

TAFSIR AYAT AL –AHKAM

Surat Al-Baqarah ayat 102-103


Disusun untuk Memenuhi tugas Mandiri

Pada Mata kuliah Studi Tafsir II

Oleh

Nurul Aini

Dosen Pembimbing

: H. Habibuddin Lc. MA

INSTITUT SAINS AL-QUR’AN


SYEKH IBRAHIM ROKAN HULU
TAHUN AKADEMIK 2016-2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa atas segala nikmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan dalam setiap kehidupan makhluk-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah dengan tema Tafsir Ayat-Ayat Al-Ahkam yang berhubungan
dengan
sihir. Shalawat dan salam tak lupa kita hadiahkan kepada junjungan alam yakni Nabi
Muhammad saw.
Penafsiran atas Alquran mutlak diperlukan agar pesan dan ajaran yang terkandung di
dalamnya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan umat Islam. Tujuan utama disusunnya
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mandiri pada mata kuliah Tafsir Al-Qur’an.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan,
namun kami berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Maka dari itu,
kritik dan saran yang positif dan membangun sangat diperlukan untuk perbaikan penyusunan
makalah selanjutnya.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat dan pelajaran
bagi para pembaca. Amiin.

Pasir Pengaraian, 28 Februari 2017

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dunia sihir telah tersebar di tengah-tengah masyarakat, mulai dari masyarakat desa

hingga ke daerah kota. Mulai dari sihir pelet, santet, dan aji-ajian lainnya. Berbagai komentar

dan cara pandang pun mulai bermunculan terkait masalah tukang sihir dan antek-anteknya.

Pada dasarnya kita tidak perlu takut akan sihir, karena hakikatnya sesuatu terjadi atas izin

Allah. Namun banyak masyarakat yang salah memahami sihir hingga bentuk kebodohan dan

kemusyrikan besarpun terjadi, yaitu berbondong-bondongnya masyarakat kita untuk

mengaplikasikan sihir untuk mempermudah sesuatu, menaklukan sesuatu, menghilangkan

nyawa seseorang, merusak hubungan pernikahan, peramalan, bahkan mengobati penyakit pun

menggunakan sihir.

Sebagai seorang muslim, tidaklah kita memandang sesuatu melainkan dengan kaca

mata syari’at, terlebih dalam perkara ghaib, seperti sihir dan semisalnya. Memang bukan

perkara mudah merubah pola piker masyarakat yang tadinya klenik menjadi syar’i, walau

bukan berarti itu perkara yang mustahil. Atas dasar itulah penyusun merasa perlu membahas

sihir dalam pandangan Al-Qur’an, bagaimana Islam mendefinisikan sihir, dan apa hukum

sihir dalam Islam. Tidak lebih hanya untuk kebaikan bersama menuju ajaran Islam yang

murni, yang sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.

1.2 Rumusan Masalah

1. Definisi sihir

2. Dalil, dan tafsir tentang sihir menurut ahli mufassir

3. Hukum sihir

1.3 Tujuan penulisan

1. Agar kita mengetahui tentang defenisi dari sihir

2. Agar kita mengetahui tentang dalil-dalil serta penafsiran tentang sihir

3. Agar kita mengetahui apa hukum sihir


4. Sebagai pemenuhan tugas mata kuliah tafsir

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Sihir
Sihir adalah suatu perbuatan yang dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada

setan dengan bantuan setan tersebut1. Sihir adalah kesepakatan atau perjanjian antara tukang

sihir dengan setan dengan syarat si tukang sihir harus melakukan perbuatan-perbuatan haram

dan syirik sebagai imbalan dari bantuan dan kepatuhan setan kepadanya. Sihir adalah

perbuatan yang berkaitan dengan jin yang menyebabkan perubahan secara mendadak tanpa

diketahui sebabnya.

Sihir dalam bahasa Arab tersusun dari huruf ‫ س‬,‫ ح‬,‫( ر‬siin, ha, dan ra), yang secara

bahasa bermakna segala sesuatu yang sebabnya nampak samar. Oleh karena itu kita mengenal

istilah ‘waktu sahur’ yang memiliki akar kata yang sama, yaitu siin, ha, dan ra, yang artinya

waktu ketika segala sesuatu nampak samar dan “remang-remang”. Seorang pakar bahasa, Al-

Azhari mengatakan, “akar kata sihir maknanya adalah memalingkan sesuatu dari hakikatnya.

Maka ketika ada seorang menampakkan keburukan dengan tampilan kebaikan dan

menampilkan sesuatu dalam tampilkan yang senyatanya maka dikatakan dia telah menyihir

sesuatu.”

Para ulama memiliki pendapat yang beraneka ragam dalam memaknai kata ‘sihir’

secara istilah. Sebagian ulama mengatakan bahwa sihir adalah benar-benar terjadi ‘riil’, dan

memiliki hakikat. Artinya, sihir memiliki pengaruh yang benar-benar terjadi dan dirasakan

oleh orang yang terkena sihir. Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, “sihir adalah jampi

atau mantra yang memberikan pengaruh baik secara zhohir maupun batin, semisal membuat

orang lain menjadi sakit, atau bahkan membunuhnya, memisahkan pasangan suami istri, atau

membuat orang lain mencintai dirinya.” Namun ada ulama lain yang menjelaskan bahwa sihir

hanyalah pengelabuhan dan tipuan semata, tanpa ada hakikatnya. Sebagaimana dikatakan oleh

Abu Bakr Ar-Rozi, “sihir adalah segala sesuatu yang sebabnya samar dan sifatnya

mengelabui, tanpa adanya hakikat, dan terjadi sebagaimana muslihat dan tipu daya semata.”

B. Tafsir Ayat Al-Qur’an Mengenai Sihir


1
Rasjiddin. Sjafril, Hadits-hadits tentang sihir dalam kitab Mu’tabar,(Makassar, 2007) hal.7
1. Surah Al-Baqarah ayat 102

ُ ‫ان َو َما َكفَ َر‬


َّ‫سلَ ْي َمانُ َولَ ِكن‬ ُ ‫اطينُ َعلَى ُم ْل ِك‬
َ ‫سلَ ْي َم‬ َّ ‫َواتَّبَ ُعوا َما تَ ْتلُو ال‬
ِ َ ‫شي‬

َ‫س ْح َر َو َما ُأ ْن ِز َل َعلَى ا ْل َملَ َك ْي ِن ِببَابِ َل َها ُروت‬


ِّ ‫اس ال‬ َ ‫ين َكفَ ُروا يُ َعلِّ ُم‬
َ َّ‫ون الن‬ َ ‫اط‬
ِ َ ‫شي‬
َّ ‫ال‬

َ ‫ان ِمنْ َأ َح ٍد َحتَّى يَقُوال ِإنَّ َما نَ ْحنُ فِ ْتنَةٌ فَال تَ ْكفُ ْر فَيَتَ َعلَّ ُم‬
‫ون‬ ِ ‫َو َما ُروتَ َو َما يُ َعلِّ َم‬

‫ين بِ ِه ِمنْ َأ َح ٍد ِإال‬


َ ‫ار‬ َ ُ‫ِم ْن ُه َما َما يُفَ ِّرق‬
َ ِ‫ون بِ ِه بَ ْي َن ا ْل َم ْر ِء َو َز ْو ِج ِه َو َما ُه ْم ب‬
ِّ ‫ض‬

ْ ‫ض ُّر ُه ْم َوال يَ ْنفَ ُع ُه ْم َولَقَ ْد َعلِ ُموا لَ َم ِن ا‬


‫شت ََراهُ َما لَهُ فِي‬ َ ‫بِِإ ْذ ِن هَّللا ِ َويَتَ َعلَّ ُم‬
ُ َ‫ون َما ي‬

‫ون‬ َ ُ‫ْئس َما ش ََر ْوا بِ ِه َأ ْنف‬


َ ‫س ُه ْم لَ ْو َكانُوا يَ ْعلَ ُم‬ َ ِ‫الق َولَب‬
ٍ ‫اآلخ َر ِة ِمنْ َخ‬
ِ
“Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan setan-setan pada kerajaan

Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka

mengajarkan sihir-sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat

di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan

sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan, “sesungguhnya kami adalah cobaan

(bagimu), sebab itu jangar kafir.” Maka mereka mempelajari dari kedua (malaikat itu)

apa yang (dapat) memisahkan antara seseorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak

akan mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka

mempelajari sesuatu yang mencalakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka.

Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa membeli (menggunakan sihir) itu,

niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk

perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir,

Sebab Turunnya Ayat

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Syahr bin Hausyab, dia berkata, “orang-orang

yahudi berkata,’perhatikan Muhammad, dia mencampuradukkan antara kebenaran dan


kebatilan. Dia mengatakan bahwa Sulaiman adalah nabi seperti nabi-nabi lain, padahal

sulaiman adalah seorang penyihir yang dapat terbang diatas angin.’

Maka Allah menurunkan firman-Nya,

‘Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan…’(Al-

Baqarah:102)

Ibnu Hatim juga meriwayatkan dari Abdul Aliyah bahwa dalam waktu yang

cukup lama, orang-orang Yahudi menanyakan beberapa hal di dalam Taurat kepada

Nabi SAW. Tidak satu pun pertanyaan yang mereka sampaikan, kecuali Allah

menurunkan kepada beliau jawabannya. Ketika melihat kondisi yang demikian,

mereka berkata, “Orang ini lebih tahu dari kita tentang kitab yang diturunkan kepada

kita,”

Dan mereka pun menanyakan tentang sihir dan berusaha memojokkan beliau ,

maka Allah menurunkan firman-Nya,

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan masa kerajaan

Sulaiman. (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir)…” (al-

Baqarah: 102)2

a. TAFSIR AL-AHKAM

Di negeri Babilonia terdapat dua orang sholeh yang mengajarkan ilmu sihir kepada

orang banyak. Sebelum kedua orang sholeh itu mengajarkannya kepada orang banyak, lebih

dahulu diberinya nasihat agar mereka tidak terpedaya oleh sihir itu, karena mereka

mengajarkan itu hanyalah sebagai cobaan dari Allah. Janganlah mereka sampai menjadi kafir

oleh karena sihir itu dan yang dipelajarinya ialah bagaimana caranya menceraikan seseorang

dengan istrinya. Tetapi sihir itu tidaklah mencelakakan dan tidaklah merusakkan kepada

seseorang kecuali dengan izin Allah.

2
Jalaluddin As-Syuyuti, Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, (Jakarta, GEMA INSANI), cet. 1, hal. 41-42
Apakah sihir itu? Menurut bahasa Arab sihir itu berarti, sesuatu yang amat halus

sumber pengambilannya dan yang amat halus perbuatannya, atau seuatu yang dapat menarik

hati, disebut juga dengan tipu daya.

Seorang ahli sihir dapat melakukan berbagai macam tipu daya untuk memperdaya

orang lain dengan sihirnya, sehingga orang yang terkena sihir menjadi cemas dan merasakan

suatu khayalan sebagai suatu kenyataan yang sebenarnya terjadi, seperti seseorang yang

melihat kelap-kelip panas matahari yang disangkanya air. Bisa juga seperti seorang yang

menumpang kereta api yang sedang berjalan, melihat pohon-pohon turut berjalan, begitu juga

gunung yang dipandangnya, padahal yang sebenarnya hanyalah kereta api yang berjalan,

sedang yang lain itu tetap pada tempatnya.

Para ulama tidaklah sependapat mengenai masalah ini, apakah sihir itu mempunyai

hakikat atau hanya khayalan belaka. Menurut pendapat ulama dari golongan Hanafiyah dan

Muktazilah, sihir itu hanyalah suatu khayalan saja yang tidak mempunyai satu hakikat. Ulama

lain seperti dari golongan Syafi’iyah berpendapat, sihir itu ada hakikat yang menimbulkan

bekas.

Dalam satu hadits sahih tersebut bahwa, Nabi Muhammad SAW pernah terkena sihir

Lubaid bin Al-Asham, seorang Yahudi. Akibatnya, beliau merasa telah melakukan suatu

pekerjaan yang tidak pernah dilakukannya. Sihir itu ditempatkan disuatu telaga. Berdasarkan

peristiwa Allah menurunkan suraat al-Mau’izatain, yakni surat al-Falaq dan an-Naas dan tiap-

tiap Nabi membaca surat tersebut, terlepaslah ikatan sihir itu sehingga akhirnya beliau sadar

dari lamunannya.

Para ulama mutaakhkhirin setelah menyelidiki hadits tersebut secara mendalam,

menolak kebenaran hadits ini dan membatalkannya, karena bertentangan dengan kedudukan

Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah, dan merupakan suatu yang mustahil dapat

bertemu antara orang yang maksum yang terpelihara dengan sihir.


Apakah hukum yang dapat di-istinbat-kan dari ayat ini? Pertama, firman Allah,

“Maka janganlah engkau kafir,” menurut keterangan Syaukani dalam tafsirnya, orang yang

mempelajari sihir itu menjadi kafir, karena menurut zahir ayat, tidak ada perbedaan, baik

antara orang yang berkeyakinan bahwa sihir itu memberi bekas atau tidak, maupun yang

mempelajarinya sebagai suatu ilmu untuk mengetahui perbedaan sihir dengan ilmu-ilmu yang

lain, atau sebagai satu alat untuk menolak daya sihir orang lain, yang mungkin datang

menyerangnya.

Dalam mazhab Syafi’i tersebut didalam kitab Siraj Al-Munir, seorang yang

mempelajari sihir itu menjadi kafir, jika ia mempunyai iktikad memberi bekas sihirnya itu

atau ia mempelajarinya dengan maksud untuk diamalkan.

Kedua, firman Allah, “apa yang menceraikan antara seorang manusia dengan

istrinya.” Itu adalah dalil, bahwa sihir itu memberi bekas pada cinta dan benci dalam hati

seseorang, menghimpun dan menceraikan, menjauhkan dan mendekatkan antara seseorang

dengan yang lain.

Sebagian ulama berpendapat, bahwa seorang tukang sihir tidak dapat melakukan apa-

apa dengan sihirnya itu, selain dari perbuatan yang telah diterangkan Allah yaitu untuk

menceraikan pasangan suami-istri. Hanya dengan itu sajalah yang disebutkan Allah dalam

ayatnya. Andaikan sihir itu dapat memberi bekas kepada perbuatan-perbuatan yang lain,

niscaya akan disebutkan Allah dalam Al-Qur’an. Tapi sebagian ulama berpendapat bahwa

hanya itulah yang disebutkan, karena itu kebiasaan saja. Ini berarti bahwa sihir bukan tertentu

untuk itu saja, melainkan juga dapat memberi bekas atau akibat pada yang lain-lain juga.

Selain itu, ada pula ulama yang berpendapat, “sihir itu tidak akan memberi bekas apapun juga

karena Allah berfirman, “dan mereka tidak bisa merusakkan seseorang dengan sihirnya itu

kecuali dengan izin allah.”


Ahli-ahli ilmu telah sepakat menetapkan, bahwa sihir itu memberi bekas dan ada yang

mempunyai hakikat dan tidak ada perselisihan paham para ulama tentang itu kecuali pendapat

ulama dari Muktazilah dan Hanafiyah yang menyatakan sihir itu tidak mempunyai hakikat.

Dalam tafsirnya, Abu Su’ud berkata, “dari ayat ini juga dapat dipahamkan bahwa yang

paling baik adalah setiap orang menjaukan diri dari ilmu-ilmu yang dikhawatirkan akan

merusak diri sendiri.3

b. Al-Qurthubi

Berkenaan dengan ayat di atas yakni firman Allah ayat 102 surah al-Baqarah dari

penafsiran al-Qurthubi yang juga merupakan seorang mufassir klasik, diantaranya: Firman

Allah:

ُ ‫اطينُ َعلَى ُم ْل ِك‬


َ ‫سلَ ْي َم‬
‫ان‬ َّ ‫َواتَّبَ ُعوا َما تَ ْتلُو ال‬
ِ َ ‫شي‬

“dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan

sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir).” Penggalan ayat

ini menurut al-Qurthubi, merupakan pemberitahuan dari Allah Ta’ala tentang segolongan

orang yang tidak mau menerima kitab Allah, bahkan sebaliknya mereka malah lebih suka

mempelajari sihir. Mereka adalah orang-orang Yahudi. Setiap orang yang mengikuti sesuatu

sekaligus menjadikan sesuatu itu berada dihadapanya, maka sesugguhnya dia telah

mengutamakan sesuatu itu atas selainya. Mereka mengikuti dan membaca apa yang

direkayasa oleh syetan pada masa kerajaan Sulaiman. Sedangkan penggalan ayat berikut ini

‫ وﻣﺎ ﻛﻔﺮ ﺳﻠﯿﻤﻦ‬menurut al-Qurthubi, merupakan pembebasan Sulaiman terhadap aktifitas sihir

yang dituduhkan kepadanya. Dalam ayat ini tidak ditemukan adanya seseorang yang

menisbatkan Sulaiman kepada kekafiran. Ada juga orang-orang Yahudi yang menisbatkanya

kepada (praktik) sihir. Oleh karena praktek sihir merupakan sebuah kekafiran, maka hal itu

sama saja dengan menisbatkan Sulaiman kepada kekafiran. Lebih lanjut beliau menjelaskan
3
Syekh H. Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir Al-Ahkam(Jakarta: Kencana.2011), cet-2, hal 3-6.
potongan ayat : ‫ين َكفَ ُروا‬ َّ ‫َولَ ِكنَّ ال‬
َ ‫شيَا ِط‬ “Hanya syetan-syetan itulah yang kafir.” Allah

menetapkan kekufuran kepada mereka karena mempelajari sihir. Berkenaan dengan Firman

Allah:

‫“ َو َما ُأ ْن ِز َل َعلَى ا ْل َملَ َك ْي ِن بِبَابِ َل‬Dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat.”

Menurut beliau penggalan ayat ini merupakan bantahan Allah terhadap tuduhan

orang-orang yahudi yang mengatakan bahwa Allah memberikan sihir kepada malaikat Jibril

dan Mika’il. Beliau juga mengatakan bahwa Harut dan Marut merupakan kata pengganti dari

syetan-syetan yang terdapat pada penggalan ayat ‫ين َكفَ ُروا‬


َ ‫اط‬ َّ ‫َولَ ِكنَّ ال‬
ِ َ ‫شي‬ “Hanya syetan-

syetan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).” Inilah penakwilan yang paling utama dan

pendapat yang paling shahih untuk ayat ini. Sedangkan mengenai kata ‫( ﺑﺒﺎﺑﻞ‬negeri Babil),

adalah sebuah negeri dimuka Bumi. Tapi menurut satu pendapat, ia adalah Irak dan kawasan

sekitarnya. Qatadah berkata: “Babil adalah sebuah wilayah dari Nashibi’in sampai Ra’s Al

Ain.” Akan tetapi sekelompok orang berkata, “Babil (itu terletak) di Maghrib (Maroko,

sekarang).” Namun Ibnu Atiyah berkata, “Pendapat sekelompok orang ini lemah. Firman

Allah

‫ان ِمنْ َأ َح ٍد َحتَّى يَقُوال ِإنَّ َما نَ ْحنُ فِ ْتنَةٌ فَال تَ ْكفُ ْر‬
ِ ‫َو َما يُ َعلِّ َم‬

”sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum

mengatakan sesungghnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.”

Beliau menjelaskan mengenai ayat ‫“ ﻓﻼ ﺗﻜﻔﺮ‬Sebab itu janganlah kamu kafir.” Yaitu dengan
maksud janganlah mengajarkan sihir, atau janganlah engkau menggunakan sihir.” Sedangkan

mengengai ayat selanjutnya: ‫ون ِب ِه‬ َ ‫“ فَيَتَ َعلَّ ُم‬Maka mereka mempelajari
َ ُ‫ون ِم ْن ُه َما َما يُفَ ِّرق‬
dari kedua Malaikat itu.”
Yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi mempelajari sihir dari kedua malaikat

tersebut yaitu Harut dan Marut. Sedangkan kalimat ‫" وﻣﺎ ﯾﻌﻠّﻤﺎن‬Sedang keduanya tidak
mengajarkan (sesuatu)." Maka yang dimaksud adalah aktif dalam mengajarkan sihir.

Selanjutnya mengenai ayat :

ِ ‫ين بِ ِه ِمنْ َأ َح ٍد ِإال بِِإ ْذ ِن هَّللا‬


َ ‫ار‬
ِّ ‫ض‬
َ ِ‫َو َما ُه ْم ب‬

“Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang

pun, kecuali dengan izin Allah.” Maksudnya adalah Sihir itu tidak akan bisa memberi

mudharat tampa adanya kehendak dari Allah, bukan dengan perintah-Nya. Sebab Allah tidak

pernah memerintahkan untuk melakukan perbuatan yang keji dan merusak makhluk. Firman

Allah Ta’ala:

‫ض ُّر ُه ْم‬ َ ‫َويَتَ َعلَّ ُم‬


ُ َ‫ون َما ي‬

“Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepadanya.” Menurut

beliau maksud dari ayat tersebut adalah orang yang mempelajari sihir akan mendapat

balasannya di akhirat kelak, meskipun mereka mendapat sedikit kemanfaatan di dunia.

Selanjutnya Al-Qurthubi menjelaskan firman Allah:

ِ ‫شت ََراهُ َما لَهُ فِي‬


‫اآلخ َر ِة‬ ْ ‫َولَقَ ْد َعلِ ُموا لَ َم ِن ا‬

“Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya

(kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah keuntungan baginya di akhirat,”

Menurut beliau dalam ayat ini Allah memberitahukan, bahwa mereka telah

mengetahui tidak akan mendapatkan keberuntungan diakhirat. Sedangkan firman Allah:

‫ون‬ َ ُ‫ْئس َما ش ََر ْوا بِ ِه َأ ْنف‬


َ ‫س ُه ْم لَ ْو َكانُوا يَ ْعلَ ُم‬ َ ِ‫َولَب‬
“Dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka

mengetahui,”

Maksudnya adalah bahwa kelompok yang tidak akan mendapatkan keberuntungan di

akhirat adalah syetan-syetan, sedangkan orang yang menjual diri mereka adalah manusia yang

tidak mengetahui

Imam al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya: “Imam al-Syafi’i berkata: “Pemborosan

adalah mengeluarkan harta di jalan yang batil.” Dan ini pendapat jumhur al-‘ulama. Asyhab

menukil dari Imam Malik: “Pemborosan adalah harta yang diperoleh secara haq namun

dikeluarkan di jalan yang batil, hal itu tindakan melampaui batas (al-israaf) dan hukumnya

haram.”4

c. Shafwatut Tafasir oleh M. Ash-Shabuni

“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan

Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),” orang Yahudi

mengikuti jalan sihir dan jampi-jampi seperti yang dikatakan setan pada masa kerajaan

Sulaiman. “padahal Sulaiman tidak kafir,” Nabi Sulaiman bukanlah mengerjakan sihir dan

juga bukan kafir karena mengerjakan sihir. “Hanya setan-setanlah yang kafir (mengerjakan

sihir) mereka mengajarkan sihir kepada manusia”. Akan tetapi, setanlah yang mengajarkan

manusia sihir sehingga menyebarkannya diantara manusia. “Dan apa yang diturunkan kepada

dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut,” sebagaimana pembesar yahudi

mengikuti sihir, maka mereka mengikuti apa yang diturunkan oleh dua malaikat, yaitu Harut

dan Marut di kerajaan Babil, tanah kufah. Allah menurunkan keduanya untuk mencoba

manusia, “sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum

mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir,”

sesungguhnya dua malaikat itu tidak mengajarkan sihir kepada seorang pun, bahwa keduanya

memberikan nasehat bahwa yang kami ajarkan padamu hanyalah cobaan dari Allah SWT,
4
Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, al-‘Allamah al-Imam al-Qurthubi. Hal. 99-132
maka janganlah kamu gunakan untuk berbuat jahat dan janganlah menjadi kafir karenanya.

Barangsiapa mempelajari sihir untuk menolak marabahaya kepada manusia, maka dia

selamat, dan barangsiapa mempelajari sihir untuk mencelakan manusia, maka dia tersesat dan

binasa.

Allah berfirman: “Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dapat

menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya.” Mereka belajar ilmu sihir dari kedua

malaikat itu sehingga menyebabkan berpisahnya suami/istri, padahal sebelum bercerai, kedua

pasangan itu saling sayang. “Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudhorat dengan

sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah,” Bagi mereka yang menggunakan

ilmu sihir, sekali-kali tidak akan memberi mudhorat pada seorang pun, kecuali dengan izin

Allah SWT. “Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudhorat kepadanya dan

tidak memberi manfaat.” Dengan situasi ini, sungguh mereka yang mempelajari sihir hanya

mendapat mudhorat, tidak mendapat manfaat. “Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa

barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan

di akhirat.” Sungguh orang Yahudi yang melempar kitab Allah dan menggantinya dengan

sihir, sekali-kali mereka tidak akan mendapat kabaikan, baik rahmat Allah maupun syurga-

Nya. Sebab mereka lebih memilih mengikuti jejak kitab sihir dari pada kitab Allah. “Dan

amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”

Dan amat buruklah mereka yang menjual harga diri mereka dengan sihir, jika mereka

mengetahui dan memahami.5

Al-Syaikh Prof. Muhammad Ali Al-Shabuni mengatakan: “Mayoritas ulama

mengharamkan mempelajari dan mengajarkan ilmu sihir, karena al-Qur’ân menyebut ilmu ini

untuk mencela dan menjelaskan bahwa sihir itu kufur. Lantas bagaimana mungkin bisa

diperbolehkan?”6 Al-Syaikh Prof. ‘Ali al-Shabuni pun berhujjah bahwa Rasûlullâh 

5
Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, (Jakarta timur, Pustaka Al-Kautsar:2011) cet. 1 hal.147-
148
6
Rawâ-‘i al-Bayân, Juz. I, Hal. 83-84
menggolongkan perbuatan tersebut sebagai dosa besar yang membinasakan (al-kabaair al-

muhlikah)

”Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan. Kami bertanya, Apa itu wahai

Rasûlullâh? Beliau menjawab, “Menyekutukan Allâh, sihir , membunuh jiwa yang

diharamkan Allâh kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak

yatim, berlari dari pertempuran, menuduh zina mukminah yang menjaga kehormatannya.”

(HR. al-Bukhârî & Muslim)

Studi Analitik

Dari beberapa tafsiran di atas dapat disimpulkan bahwa ada segolongan orang yaitu

orang-orang Yahudi yang tidak mau menerima kitab Allah, mereka malah lebih suka

mempelajari sihir. Mereka menganggap bahwa Sulaiman telah melakukan sihir untuk

mendapatkan kerajaan yang besar, dan menisbatkan Sulaiman pada kekafiran. Padahal

Sulaiman itu tidak kafir dan tidak juga melaksanakan sihir. Namun setan-setanlah yang kafir

yang mengajarkan pada manusia sihir.

Praktek sihir merupakan sebuah kekafiran, padahal Allah menurunkan sihir agar

manusia tidak kafir. Sihir yang mereka lakukan itu tidak akan memberi pengaruh apapun

kecuali atas izin Allah. Hukum mempraktekkan sihir, belajar, dan mengajarkannya, menurut

para ulama adalah haram.

2. Al-Baqarah ayat 103

‫َولَ ْو َأنَّ ُه ْم آ َمنُوا َواتَّقَ ْوا لَ َمثُوبَةٌ ِمنْ ِع ْن ِد هَّللا ِ َخ ْي ٌر لَ ْو َكانُوا يَ ْعلَ ُمون‬
Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala),

dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.

A. Shafwatut Tafasir oleh M. Ash-Shabuni


“Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa,” jika orang-orang yang belajar sihir beriman

kepada Allah dan takut terhadap siksa-Nya, “Niscaya mereka akan mendapat pahala, dan

sesungguhnya pahala disisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.” Niscaya Allah akan

memberi pahala kepada mereka, pahala yang utama dari pada kesibukan mereka terhadap sihir, yang

tidak mendatangkan kepada mereka kecuali hanya kehancuran dan kerugian. 7

B. Tafsir Ibnu Katsir

Firman-Nya: ‫“( َولَ ْو َأنَّ ُه ْم آ َمنُوا َواتَّقَ ْوا‬Seandainya mereka beriman dan bertakwa,”)
dijadikan dalil oleh orang yang berpendapat bahwa tukang sihir itu kafir. Sebagaimana yang

diriwayatkan dari Imam Ahmad bin Hanbal dan beberapa ulama salaf. Ada yang mengatakan,

bahwa tukang sihir itu tidak tergolong kafir, tapi hukumannya adalah dipenggal lehernya.

Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal, keduanya

menceritakan, Sufyan bin Uyainah pernah memberitahu kami, dari Amr bin Dinar, bahwa ia

pernah mendengar Bajalah bin Abdah menceritakan: “Umar bin al-Khaththab pernah

mengirimkan surat kepada para gubernur agar menghukum mati setiap tukang sihir, laki-laki

maupun perempuan.” Lebih lanjut ia menuturkan, “Maka kami pun menghukum mati tiga

orang tukang sihir.”

Imam Bukhari juga meriwayatkannya dalam kitab Shahihnya.

Dan Shahih pula riwayat yang menyebutkan bahwa Hafshah, Ummul Mukminin pernah

disihir oleh budak wanitanya. Kemudian ia memerintahkan agar budak itu dihukum mati.

Maka budak wanita itupun dibunuh.

Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan: “Dibenarkan dari tiga orang sahabat Nabi, mengenai

membunuh tukang sihir.”8

7
Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, (Jakarta timur, Pustaka Al-Kautsar:2011) cet. 1 hal.147-
148

8
Tim Pustaka Ibnu Katsir , Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir ,(Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir ,2012) cet ke-8 , Jilid ,
hal. 207
Studi Analitik

Dari beberapa penafsiran diatas dapat disimpulkan bahwa, surat al-baqarah ayat 103, dijadikan

dalil bahwa orang-orang yang mengerjakan sihir itu kafir. jika orang-orang yang belajar sihir itu

bertobat dan beriman kepada Allah dan takut terhadap siksa-Nya, maka Allah akan memberi pahala

bagi mereka. seandainya mereka tahu bahwa pahala itu lebih baik, tentulah mereka tak akan

mementingkan yang lain seperti sihir yang tidak ada manfaatnya, malah mendatangkan

kehancuran dan kerugian.

3. Hukum Sihir

Sebagian ulama menjadikan surat al-Baqarah ayat 102 sebagai dalil untuk mengkafirkan

orang yang mempelajari sihir, dan memperkuatnya dengan hadits yang di-riwayatkan al-Hafiz

Abu Bakar al-Bazzar, dari Abdullah, ia mengatakan:

‫ َف َق ْد َك َف َر بِ َما ُأنْ ِز َل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬،‫ص َدقَهُ بِ َما َي ُق ْو ُل‬ ِ ِ


َ َ‫ ف‬،‫َم ْن َأتَى َكاهنًا َْأو َساح ًرا‬

“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang sihir, lalu ia mempercayai-nya,

berarti ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa

sallam.” (Isnad hadits ini shahih).

Para ulama, lanjut Ibnu Hubairah, berbeda pendapat mengenai orang yang

mempelajari dan mengamalkannya. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Ahmad

mengemukakan, “Orang yang mempelajari dan mengamalkannya dapat dikategorikan sebagai

kafir.” Di antara sahabat Abu Hanifah ada juga yang berpendapat bahwa orang yang

mempelajari sihir dengan tujuan untuk menjauhi dan menghindarinya, maka tidak dapat

dianggap kafir. Sedangkan orang yang mempelajarinya dengan keyakinan bahwa hal itu

dibolehkan dan dapat memberi manfaat baginya, maka ia sudah termasuk kafir. Demikian

halnya orang yang berkeyakinan bahwa syaitan-syaitan itu dapat berbuat dalam sihir itu

sekehendak hatinya, maka ia juga dapat dikategorikan kafir.


Imam Syafi’i rahimahullahu mengatakan, “Jika ada seseorang yang mempelajari sihir,

maka kami akan katakan kepadanya, ‘Terangkan kepada kami sihir yang engkau maksud.’

Jika ia menyebutkan hal-hal yang mengarah pada kekufuran, seperti misalnya apa yang

diyakini oleh penduduk negeri Babil, yaitu berupa pendekatan diri pada bintang yang tujuh

dan keyakinan bahwa bintang-bintang itu dapat melakukan apa yang dimintakan kepadanya,

maka ia termasuk kafir. Dan jika apa yang dia sebutkan tidak mengarah kepada kekufuran,

tapi jika ia menyakini bahwa sihir itu dibolehkan, maka ia juga termasuk kafir.”

Orang yang mendatangi dukun, paranormal, atau orang pintar dan meyakini

perkataannya, maka ia tergolong syirik. Nabi saw bersabda:

ً‫صاَل ةُ َْأربَِع ْي َن لَْيلَة‬ ٍ


َ َ‫م ْن َأتَى َع َرافًا ف‬.
َ ُ‫سَألَهُ َع ْن َش ْيء لَ ْم ُت ْقبَ ْل لَه‬ َ

“Barangsiapa mendatangi tukang ramal, kemudian bertanya tentang suatu hal

(keburukan dan kebaikan), maka sholatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam.

(H.R. Muslim).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sihir adalah suatu perbuatan yang dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada

setan dengan bantuan setan tersebut. Sihir adalah kesepakatan atau perjanjian antara tukang

sihir dengan setan dengan syarat si tukang sihir harus melakukan perbuatan-perbuatan haram

dan syirik sebagai imbalan dari bantuan dan kepatuhan setan kepadanya. Sihir adalah
perbuatan yang berkaitan dengan jin yang menyebabkan perubahan secara mendadak tanpa

diketahui sebabnya.

Praktek sihir merupakan sebuah kekafiran, padahal Allah menurunkan sihir agar

manusia tidak kafir. Sihir yang mereka lakukan itu tidak akan memberi pengaruh apapun

kecuali atas izin Allah. Hukum mempraktekkan sihir, belajar, dan mengajarkannya, menurut

para ulama adalah haram.

B. Saran

kita harus selalu ingat (beriman) kepada Allah, dengan mengerjakan segala yang

diperintahkan Allah dan menjauhi segala yang dilarang Allah. Dan kita harus menjauhi

perkara-perkara yang dapat menjatuhkan kita kepada kemusyrikan seperti sihir, mendatangi

dukun, mendatangi paranormal.

Anda mungkin juga menyukai