Oleh
Nurul Aini
Dosen Pembimbing
: H. Habibuddin Lc. MA
Puji syukur marilah kita ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa atas segala nikmat dan
karunia-Nya yang telah dilimpahkan dalam setiap kehidupan makhluk-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah dengan tema Tafsir Ayat-Ayat Al-Ahkam yang berhubungan
dengan
sihir. Shalawat dan salam tak lupa kita hadiahkan kepada junjungan alam yakni Nabi
Muhammad saw.
Penafsiran atas Alquran mutlak diperlukan agar pesan dan ajaran yang terkandung di
dalamnya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan umat Islam. Tujuan utama disusunnya
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mandiri pada mata kuliah Tafsir Al-Qur’an.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan,
namun kami berusaha menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin. Maka dari itu,
kritik dan saran yang positif dan membangun sangat diperlukan untuk perbaikan penyusunan
makalah selanjutnya.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga dapat memberikan manfaat dan pelajaran
bagi para pembaca. Amiin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
hingga ke daerah kota. Mulai dari sihir pelet, santet, dan aji-ajian lainnya. Berbagai komentar
dan cara pandang pun mulai bermunculan terkait masalah tukang sihir dan antek-anteknya.
Pada dasarnya kita tidak perlu takut akan sihir, karena hakikatnya sesuatu terjadi atas izin
Allah. Namun banyak masyarakat yang salah memahami sihir hingga bentuk kebodohan dan
nyawa seseorang, merusak hubungan pernikahan, peramalan, bahkan mengobati penyakit pun
menggunakan sihir.
Sebagai seorang muslim, tidaklah kita memandang sesuatu melainkan dengan kaca
mata syari’at, terlebih dalam perkara ghaib, seperti sihir dan semisalnya. Memang bukan
perkara mudah merubah pola piker masyarakat yang tadinya klenik menjadi syar’i, walau
bukan berarti itu perkara yang mustahil. Atas dasar itulah penyusun merasa perlu membahas
sihir dalam pandangan Al-Qur’an, bagaimana Islam mendefinisikan sihir, dan apa hukum
sihir dalam Islam. Tidak lebih hanya untuk kebaikan bersama menuju ajaran Islam yang
murni, yang sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.
1. Definisi sihir
3. Hukum sihir
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sihir
Sihir adalah suatu perbuatan yang dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada
setan dengan bantuan setan tersebut1. Sihir adalah kesepakatan atau perjanjian antara tukang
sihir dengan setan dengan syarat si tukang sihir harus melakukan perbuatan-perbuatan haram
dan syirik sebagai imbalan dari bantuan dan kepatuhan setan kepadanya. Sihir adalah
perbuatan yang berkaitan dengan jin yang menyebabkan perubahan secara mendadak tanpa
diketahui sebabnya.
Sihir dalam bahasa Arab tersusun dari huruf س, ح,( رsiin, ha, dan ra), yang secara
bahasa bermakna segala sesuatu yang sebabnya nampak samar. Oleh karena itu kita mengenal
istilah ‘waktu sahur’ yang memiliki akar kata yang sama, yaitu siin, ha, dan ra, yang artinya
waktu ketika segala sesuatu nampak samar dan “remang-remang”. Seorang pakar bahasa, Al-
Azhari mengatakan, “akar kata sihir maknanya adalah memalingkan sesuatu dari hakikatnya.
Maka ketika ada seorang menampakkan keburukan dengan tampilan kebaikan dan
menampilkan sesuatu dalam tampilkan yang senyatanya maka dikatakan dia telah menyihir
sesuatu.”
Para ulama memiliki pendapat yang beraneka ragam dalam memaknai kata ‘sihir’
secara istilah. Sebagian ulama mengatakan bahwa sihir adalah benar-benar terjadi ‘riil’, dan
memiliki hakikat. Artinya, sihir memiliki pengaruh yang benar-benar terjadi dan dirasakan
oleh orang yang terkena sihir. Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, “sihir adalah jampi
atau mantra yang memberikan pengaruh baik secara zhohir maupun batin, semisal membuat
orang lain menjadi sakit, atau bahkan membunuhnya, memisahkan pasangan suami istri, atau
membuat orang lain mencintai dirinya.” Namun ada ulama lain yang menjelaskan bahwa sihir
hanyalah pengelabuhan dan tipuan semata, tanpa ada hakikatnya. Sebagaimana dikatakan oleh
Abu Bakr Ar-Rozi, “sihir adalah segala sesuatu yang sebabnya samar dan sifatnya
mengelabui, tanpa adanya hakikat, dan terjadi sebagaimana muslihat dan tipu daya semata.”
َ ان ِمنْ َأ َح ٍد َحتَّى يَقُوال ِإنَّ َما نَ ْحنُ فِ ْتنَةٌ فَال تَ ْكفُ ْر فَيَتَ َعلَّ ُم
ون ِ َو َما ُروتَ َو َما يُ َعلِّ َم
Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka
mengajarkan sihir-sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat
di negeri Babilonia, yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan
(bagimu), sebab itu jangar kafir.” Maka mereka mempelajari dari kedua (malaikat itu)
apa yang (dapat) memisahkan antara seseorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak
akan mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka
mempelajari sesuatu yang mencalakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka.
Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa membeli (menggunakan sihir) itu,
niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Syahr bin Hausyab, dia berkata, “orang-orang
Baqarah:102)
Ibnu Hatim juga meriwayatkan dari Abdul Aliyah bahwa dalam waktu yang
cukup lama, orang-orang Yahudi menanyakan beberapa hal di dalam Taurat kepada
Nabi SAW. Tidak satu pun pertanyaan yang mereka sampaikan, kecuali Allah
mereka berkata, “Orang ini lebih tahu dari kita tentang kitab yang diturunkan kepada
kita,”
Dan mereka pun menanyakan tentang sihir dan berusaha memojokkan beliau ,
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan masa kerajaan
Sulaiman. (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir)…” (al-
Baqarah: 102)2
a. TAFSIR AL-AHKAM
Di negeri Babilonia terdapat dua orang sholeh yang mengajarkan ilmu sihir kepada
orang banyak. Sebelum kedua orang sholeh itu mengajarkannya kepada orang banyak, lebih
dahulu diberinya nasihat agar mereka tidak terpedaya oleh sihir itu, karena mereka
mengajarkan itu hanyalah sebagai cobaan dari Allah. Janganlah mereka sampai menjadi kafir
oleh karena sihir itu dan yang dipelajarinya ialah bagaimana caranya menceraikan seseorang
dengan istrinya. Tetapi sihir itu tidaklah mencelakakan dan tidaklah merusakkan kepada
2
Jalaluddin As-Syuyuti, Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, (Jakarta, GEMA INSANI), cet. 1, hal. 41-42
Apakah sihir itu? Menurut bahasa Arab sihir itu berarti, sesuatu yang amat halus
sumber pengambilannya dan yang amat halus perbuatannya, atau seuatu yang dapat menarik
Seorang ahli sihir dapat melakukan berbagai macam tipu daya untuk memperdaya
orang lain dengan sihirnya, sehingga orang yang terkena sihir menjadi cemas dan merasakan
suatu khayalan sebagai suatu kenyataan yang sebenarnya terjadi, seperti seseorang yang
melihat kelap-kelip panas matahari yang disangkanya air. Bisa juga seperti seorang yang
menumpang kereta api yang sedang berjalan, melihat pohon-pohon turut berjalan, begitu juga
gunung yang dipandangnya, padahal yang sebenarnya hanyalah kereta api yang berjalan,
Para ulama tidaklah sependapat mengenai masalah ini, apakah sihir itu mempunyai
hakikat atau hanya khayalan belaka. Menurut pendapat ulama dari golongan Hanafiyah dan
Muktazilah, sihir itu hanyalah suatu khayalan saja yang tidak mempunyai satu hakikat. Ulama
lain seperti dari golongan Syafi’iyah berpendapat, sihir itu ada hakikat yang menimbulkan
bekas.
Dalam satu hadits sahih tersebut bahwa, Nabi Muhammad SAW pernah terkena sihir
Lubaid bin Al-Asham, seorang Yahudi. Akibatnya, beliau merasa telah melakukan suatu
pekerjaan yang tidak pernah dilakukannya. Sihir itu ditempatkan disuatu telaga. Berdasarkan
peristiwa Allah menurunkan suraat al-Mau’izatain, yakni surat al-Falaq dan an-Naas dan tiap-
tiap Nabi membaca surat tersebut, terlepaslah ikatan sihir itu sehingga akhirnya beliau sadar
dari lamunannya.
menolak kebenaran hadits ini dan membatalkannya, karena bertentangan dengan kedudukan
Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa risalah, dan merupakan suatu yang mustahil dapat
“Maka janganlah engkau kafir,” menurut keterangan Syaukani dalam tafsirnya, orang yang
mempelajari sihir itu menjadi kafir, karena menurut zahir ayat, tidak ada perbedaan, baik
antara orang yang berkeyakinan bahwa sihir itu memberi bekas atau tidak, maupun yang
mempelajarinya sebagai suatu ilmu untuk mengetahui perbedaan sihir dengan ilmu-ilmu yang
lain, atau sebagai satu alat untuk menolak daya sihir orang lain, yang mungkin datang
menyerangnya.
Dalam mazhab Syafi’i tersebut didalam kitab Siraj Al-Munir, seorang yang
mempelajari sihir itu menjadi kafir, jika ia mempunyai iktikad memberi bekas sihirnya itu
Kedua, firman Allah, “apa yang menceraikan antara seorang manusia dengan
istrinya.” Itu adalah dalil, bahwa sihir itu memberi bekas pada cinta dan benci dalam hati
Sebagian ulama berpendapat, bahwa seorang tukang sihir tidak dapat melakukan apa-
apa dengan sihirnya itu, selain dari perbuatan yang telah diterangkan Allah yaitu untuk
menceraikan pasangan suami-istri. Hanya dengan itu sajalah yang disebutkan Allah dalam
ayatnya. Andaikan sihir itu dapat memberi bekas kepada perbuatan-perbuatan yang lain,
niscaya akan disebutkan Allah dalam Al-Qur’an. Tapi sebagian ulama berpendapat bahwa
hanya itulah yang disebutkan, karena itu kebiasaan saja. Ini berarti bahwa sihir bukan tertentu
untuk itu saja, melainkan juga dapat memberi bekas atau akibat pada yang lain-lain juga.
Selain itu, ada pula ulama yang berpendapat, “sihir itu tidak akan memberi bekas apapun juga
karena Allah berfirman, “dan mereka tidak bisa merusakkan seseorang dengan sihirnya itu
mempunyai hakikat dan tidak ada perselisihan paham para ulama tentang itu kecuali pendapat
ulama dari Muktazilah dan Hanafiyah yang menyatakan sihir itu tidak mempunyai hakikat.
Dalam tafsirnya, Abu Su’ud berkata, “dari ayat ini juga dapat dipahamkan bahwa yang
paling baik adalah setiap orang menjaukan diri dari ilmu-ilmu yang dikhawatirkan akan
b. Al-Qurthubi
Berkenaan dengan ayat di atas yakni firman Allah ayat 102 surah al-Baqarah dari
penafsiran al-Qurthubi yang juga merupakan seorang mufassir klasik, diantaranya: Firman
Allah:
“dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan
sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir).” Penggalan ayat
ini menurut al-Qurthubi, merupakan pemberitahuan dari Allah Ta’ala tentang segolongan
orang yang tidak mau menerima kitab Allah, bahkan sebaliknya mereka malah lebih suka
mempelajari sihir. Mereka adalah orang-orang Yahudi. Setiap orang yang mengikuti sesuatu
sekaligus menjadikan sesuatu itu berada dihadapanya, maka sesugguhnya dia telah
mengutamakan sesuatu itu atas selainya. Mereka mengikuti dan membaca apa yang
direkayasa oleh syetan pada masa kerajaan Sulaiman. Sedangkan penggalan ayat berikut ini
وﻣﺎ ﻛﻔﺮ ﺳﻠﯿﻤﻦmenurut al-Qurthubi, merupakan pembebasan Sulaiman terhadap aktifitas sihir
yang dituduhkan kepadanya. Dalam ayat ini tidak ditemukan adanya seseorang yang
menisbatkan Sulaiman kepada kekafiran. Ada juga orang-orang Yahudi yang menisbatkanya
kepada (praktik) sihir. Oleh karena praktek sihir merupakan sebuah kekafiran, maka hal itu
sama saja dengan menisbatkan Sulaiman kepada kekafiran. Lebih lanjut beliau menjelaskan
3
Syekh H. Abdul Halim Hasan Binjai, Tafsir Al-Ahkam(Jakarta: Kencana.2011), cet-2, hal 3-6.
potongan ayat : ين َكفَ ُروا َّ َولَ ِكنَّ ال
َ شيَا ِط “Hanya syetan-syetan itulah yang kafir.” Allah
menetapkan kekufuran kepada mereka karena mempelajari sihir. Berkenaan dengan Firman
Allah:
“ َو َما ُأ ْن ِز َل َعلَى ا ْل َملَ َك ْي ِن بِبَابِ َلDan apa yang diturunkan kepada dua malaikat.”
Menurut beliau penggalan ayat ini merupakan bantahan Allah terhadap tuduhan
orang-orang yahudi yang mengatakan bahwa Allah memberikan sihir kepada malaikat Jibril
dan Mika’il. Beliau juga mengatakan bahwa Harut dan Marut merupakan kata pengganti dari
syetan itulah yang kafir (mengerjakan sihir).” Inilah penakwilan yang paling utama dan
pendapat yang paling shahih untuk ayat ini. Sedangkan mengenai kata ( ﺑﺒﺎﺑﻞnegeri Babil),
adalah sebuah negeri dimuka Bumi. Tapi menurut satu pendapat, ia adalah Irak dan kawasan
sekitarnya. Qatadah berkata: “Babil adalah sebuah wilayah dari Nashibi’in sampai Ra’s Al
Ain.” Akan tetapi sekelompok orang berkata, “Babil (itu terletak) di Maghrib (Maroko,
sekarang).” Namun Ibnu Atiyah berkata, “Pendapat sekelompok orang ini lemah. Firman
Allah
ان ِمنْ َأ َح ٍد َحتَّى يَقُوال ِإنَّ َما نَ ْحنُ فِ ْتنَةٌ فَال تَ ْكفُ ْر
ِ َو َما يُ َعلِّ َم
mengatakan sesungghnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir.”
Beliau menjelaskan mengenai ayat “ ﻓﻼ ﺗﻜﻔﺮSebab itu janganlah kamu kafir.” Yaitu dengan
maksud janganlah mengajarkan sihir, atau janganlah engkau menggunakan sihir.” Sedangkan
mengengai ayat selanjutnya: ون ِب ِه َ “ فَيَتَ َعلَّ ُمMaka mereka mempelajari
َ ُون ِم ْن ُه َما َما يُفَ ِّرق
dari kedua Malaikat itu.”
Yang dimaksud adalah orang-orang Yahudi mempelajari sihir dari kedua malaikat
tersebut yaitu Harut dan Marut. Sedangkan kalimat " وﻣﺎ ﯾﻌﻠّﻤﺎنSedang keduanya tidak
mengajarkan (sesuatu)." Maka yang dimaksud adalah aktif dalam mengajarkan sihir.
“Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang
pun, kecuali dengan izin Allah.” Maksudnya adalah Sihir itu tidak akan bisa memberi
mudharat tampa adanya kehendak dari Allah, bukan dengan perintah-Nya. Sebab Allah tidak
pernah memerintahkan untuk melakukan perbuatan yang keji dan merusak makhluk. Firman
Allah Ta’ala:
beliau maksud dari ayat tersebut adalah orang yang mempelajari sihir akan mendapat
“Demi, sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa barang siapa yang menukarnya
Menurut beliau dalam ayat ini Allah memberitahukan, bahwa mereka telah
mengetahui,”
akhirat adalah syetan-syetan, sedangkan orang yang menjual diri mereka adalah manusia yang
tidak mengetahui
adalah mengeluarkan harta di jalan yang batil.” Dan ini pendapat jumhur al-‘ulama. Asyhab
menukil dari Imam Malik: “Pemborosan adalah harta yang diperoleh secara haq namun
dikeluarkan di jalan yang batil, hal itu tindakan melampaui batas (al-israaf) dan hukumnya
haram.”4
“Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan
Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir),” orang Yahudi
mengikuti jalan sihir dan jampi-jampi seperti yang dikatakan setan pada masa kerajaan
Sulaiman. “padahal Sulaiman tidak kafir,” Nabi Sulaiman bukanlah mengerjakan sihir dan
juga bukan kafir karena mengerjakan sihir. “Hanya setan-setanlah yang kafir (mengerjakan
sihir) mereka mengajarkan sihir kepada manusia”. Akan tetapi, setanlah yang mengajarkan
manusia sihir sehingga menyebarkannya diantara manusia. “Dan apa yang diturunkan kepada
dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut,” sebagaimana pembesar yahudi
mengikuti sihir, maka mereka mengikuti apa yang diturunkan oleh dua malaikat, yaitu Harut
dan Marut di kerajaan Babil, tanah kufah. Allah menurunkan keduanya untuk mencoba
manusia, “sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum
mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir,”
sesungguhnya dua malaikat itu tidak mengajarkan sihir kepada seorang pun, bahwa keduanya
memberikan nasehat bahwa yang kami ajarkan padamu hanyalah cobaan dari Allah SWT,
4
Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, al-‘Allamah al-Imam al-Qurthubi. Hal. 99-132
maka janganlah kamu gunakan untuk berbuat jahat dan janganlah menjadi kafir karenanya.
Barangsiapa mempelajari sihir untuk menolak marabahaya kepada manusia, maka dia
selamat, dan barangsiapa mempelajari sihir untuk mencelakan manusia, maka dia tersesat dan
binasa.
Allah berfirman: “Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dapat
menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya.” Mereka belajar ilmu sihir dari kedua
malaikat itu sehingga menyebabkan berpisahnya suami/istri, padahal sebelum bercerai, kedua
pasangan itu saling sayang. “Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudhorat dengan
sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah,” Bagi mereka yang menggunakan
ilmu sihir, sekali-kali tidak akan memberi mudhorat pada seorang pun, kecuali dengan izin
Allah SWT. “Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudhorat kepadanya dan
tidak memberi manfaat.” Dengan situasi ini, sungguh mereka yang mempelajari sihir hanya
mendapat mudhorat, tidak mendapat manfaat. “Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa
barang siapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan
di akhirat.” Sungguh orang Yahudi yang melempar kitab Allah dan menggantinya dengan
sihir, sekali-kali mereka tidak akan mendapat kabaikan, baik rahmat Allah maupun syurga-
Nya. Sebab mereka lebih memilih mengikuti jejak kitab sihir dari pada kitab Allah. “Dan
amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.”
Dan amat buruklah mereka yang menjual harga diri mereka dengan sihir, jika mereka
mengharamkan mempelajari dan mengajarkan ilmu sihir, karena al-Qur’ân menyebut ilmu ini
untuk mencela dan menjelaskan bahwa sihir itu kufur. Lantas bagaimana mungkin bisa
5
Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, (Jakarta timur, Pustaka Al-Kautsar:2011) cet. 1 hal.147-
148
6
Rawâ-‘i al-Bayân, Juz. I, Hal. 83-84
menggolongkan perbuatan tersebut sebagai dosa besar yang membinasakan (al-kabaair al-
muhlikah)
”Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan. Kami bertanya, Apa itu wahai
diharamkan Allâh kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak
yatim, berlari dari pertempuran, menuduh zina mukminah yang menjaga kehormatannya.”
Studi Analitik
Dari beberapa tafsiran di atas dapat disimpulkan bahwa ada segolongan orang yaitu
orang-orang Yahudi yang tidak mau menerima kitab Allah, mereka malah lebih suka
mempelajari sihir. Mereka menganggap bahwa Sulaiman telah melakukan sihir untuk
mendapatkan kerajaan yang besar, dan menisbatkan Sulaiman pada kekafiran. Padahal
Sulaiman itu tidak kafir dan tidak juga melaksanakan sihir. Namun setan-setanlah yang kafir
Praktek sihir merupakan sebuah kekafiran, padahal Allah menurunkan sihir agar
manusia tidak kafir. Sihir yang mereka lakukan itu tidak akan memberi pengaruh apapun
kecuali atas izin Allah. Hukum mempraktekkan sihir, belajar, dan mengajarkannya, menurut
َولَ ْو َأنَّ ُه ْم آ َمنُوا َواتَّقَ ْوا لَ َمثُوبَةٌ ِمنْ ِع ْن ِد هَّللا ِ َخ ْي ٌر لَ ْو َكانُوا يَ ْعلَ ُمون
Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala),
dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.
kepada Allah dan takut terhadap siksa-Nya, “Niscaya mereka akan mendapat pahala, dan
sesungguhnya pahala disisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.” Niscaya Allah akan
memberi pahala kepada mereka, pahala yang utama dari pada kesibukan mereka terhadap sihir, yang
Firman-Nya: “( َولَ ْو َأنَّ ُه ْم آ َمنُوا َواتَّقَ ْواSeandainya mereka beriman dan bertakwa,”)
dijadikan dalil oleh orang yang berpendapat bahwa tukang sihir itu kafir. Sebagaimana yang
diriwayatkan dari Imam Ahmad bin Hanbal dan beberapa ulama salaf. Ada yang mengatakan,
bahwa tukang sihir itu tidak tergolong kafir, tapi hukumannya adalah dipenggal lehernya.
Sebagaimana yang diriwayatkan Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal, keduanya
menceritakan, Sufyan bin Uyainah pernah memberitahu kami, dari Amr bin Dinar, bahwa ia
pernah mendengar Bajalah bin Abdah menceritakan: “Umar bin al-Khaththab pernah
mengirimkan surat kepada para gubernur agar menghukum mati setiap tukang sihir, laki-laki
maupun perempuan.” Lebih lanjut ia menuturkan, “Maka kami pun menghukum mati tiga
Dan Shahih pula riwayat yang menyebutkan bahwa Hafshah, Ummul Mukminin pernah
disihir oleh budak wanitanya. Kemudian ia memerintahkan agar budak itu dihukum mati.
Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan: “Dibenarkan dari tiga orang sahabat Nabi, mengenai
7
Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, (Jakarta timur, Pustaka Al-Kautsar:2011) cet. 1 hal.147-
148
8
Tim Pustaka Ibnu Katsir , Terjemahan Tafsir Ibnu Katsir ,(Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir ,2012) cet ke-8 , Jilid ,
hal. 207
Studi Analitik
Dari beberapa penafsiran diatas dapat disimpulkan bahwa, surat al-baqarah ayat 103, dijadikan
dalil bahwa orang-orang yang mengerjakan sihir itu kafir. jika orang-orang yang belajar sihir itu
bertobat dan beriman kepada Allah dan takut terhadap siksa-Nya, maka Allah akan memberi pahala
bagi mereka. seandainya mereka tahu bahwa pahala itu lebih baik, tentulah mereka tak akan
mementingkan yang lain seperti sihir yang tidak ada manfaatnya, malah mendatangkan
3. Hukum Sihir
Sebagian ulama menjadikan surat al-Baqarah ayat 102 sebagai dalil untuk mengkafirkan
orang yang mempelajari sihir, dan memperkuatnya dengan hadits yang di-riwayatkan al-Hafiz
berarti ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa
Para ulama, lanjut Ibnu Hubairah, berbeda pendapat mengenai orang yang
mempelajari dan mengamalkannya. Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Ahmad
kafir.” Di antara sahabat Abu Hanifah ada juga yang berpendapat bahwa orang yang
mempelajari sihir dengan tujuan untuk menjauhi dan menghindarinya, maka tidak dapat
dianggap kafir. Sedangkan orang yang mempelajarinya dengan keyakinan bahwa hal itu
dibolehkan dan dapat memberi manfaat baginya, maka ia sudah termasuk kafir. Demikian
halnya orang yang berkeyakinan bahwa syaitan-syaitan itu dapat berbuat dalam sihir itu
maka kami akan katakan kepadanya, ‘Terangkan kepada kami sihir yang engkau maksud.’
Jika ia menyebutkan hal-hal yang mengarah pada kekufuran, seperti misalnya apa yang
diyakini oleh penduduk negeri Babil, yaitu berupa pendekatan diri pada bintang yang tujuh
dan keyakinan bahwa bintang-bintang itu dapat melakukan apa yang dimintakan kepadanya,
maka ia termasuk kafir. Dan jika apa yang dia sebutkan tidak mengarah kepada kekufuran,
tapi jika ia menyakini bahwa sihir itu dibolehkan, maka ia juga termasuk kafir.”
Orang yang mendatangi dukun, paranormal, atau orang pintar dan meyakini
(keburukan dan kebaikan), maka sholatnya tidak akan diterima selama empat puluh malam.
(H.R. Muslim).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sihir adalah suatu perbuatan yang dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada
setan dengan bantuan setan tersebut. Sihir adalah kesepakatan atau perjanjian antara tukang
sihir dengan setan dengan syarat si tukang sihir harus melakukan perbuatan-perbuatan haram
dan syirik sebagai imbalan dari bantuan dan kepatuhan setan kepadanya. Sihir adalah
perbuatan yang berkaitan dengan jin yang menyebabkan perubahan secara mendadak tanpa
diketahui sebabnya.
Praktek sihir merupakan sebuah kekafiran, padahal Allah menurunkan sihir agar
manusia tidak kafir. Sihir yang mereka lakukan itu tidak akan memberi pengaruh apapun
kecuali atas izin Allah. Hukum mempraktekkan sihir, belajar, dan mengajarkannya, menurut
B. Saran
kita harus selalu ingat (beriman) kepada Allah, dengan mengerjakan segala yang
diperintahkan Allah dan menjauhi segala yang dilarang Allah. Dan kita harus menjauhi
perkara-perkara yang dapat menjatuhkan kita kepada kemusyrikan seperti sihir, mendatangi