SELAMA SEMESTER
GANJIL 2019-2020
BAB 24-29 KITAB
TAUHID Disampaikan oleh:
UNIT PEMBINAAN AKHLAK
PEGAWAI & PELANGGAN SELURUH KONSULTAN
PAP2 DIVISI AKADEMIK KEISLAMAN BINTANG PELAJAR
• Sehingga tauhid seorang hamba tidak akan sempurna sebelum ia meninggalkan semua
jenis praktik sihir. Oleh karena itu syari’at menggandengkan antara sihir dengan
kesyirikan pada hadis berikut:
Tujuh Perkara yang Membinasakan
َ َ َ َ َ َ َ ْ َْ َ ْ َ َ َ ْ ََ َ َ َ َ
ََوماَهنَ؟،َهللاَِ َياَرسو َل:َقال َوا.َ"َات
ِ وبقِ َ"َاجت ِنبواَالسَبعَاْل:َهللاَصلىََّللاَعلي ِهَوسلم ِ ُقالَرسول
َ ْ َ ْ َ َّ ْ َ ّ َ ْ َ َ ْ ََْ ْ ّ َ ْ ّ َ َ
َ َوأكلَم ِال،ا
َ،َالي ِت ِيم ِ َوأكل،يَح َ َرم ََهللا َِإل َِبالح ِق
َ َالرب سَال ِت
ِ
ْ َ ْ ْ ََ ْ ْ ََْ
َوقتلَالنف،السحر ِ ِ الشرك َِب
َو،اهلل ِ َ ق
َ"َ:ال
َّ َ
«َات الغا ِفل ِت َ ِ اتَاْلؤ ِمن ْ َ ْ َ
ِ َوقذفَاْلحصن،ف ِ والتو ِليَيومَالزح
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “jauhilah oleh kalian tujuh perkara
yang membinasakan, para sahabatpun bertanya : “apakah itu ya rasulallah?”
rasulullah shalllallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “(1) menyekutukan Allah, (2)
sihir, (3) membunuh jiwa yang diharamkan kecuali dengan seba yang dibenarkan
agama, (4) memakan riba, (5) memakan harta anak yatim, (6) berpaling/membelot
dalam peperangan, (7) dan melontarkan tuduhan zina terhadap wanita-wanita
mukminah yang terjaga dari perbuatan dosa dan tidak tahu menahu tentangnya”.
Keberadaan Hal Ini Dizaman ‘Umar, lalu Bagaimana Dengan Zaman Sekarang?
• Dalam hadis riwayat Imam Bukhari rahimahullah telah dijelaskan bahwa Bajalah bin
Abadah berkata : ‘Umar Bin Khattab radiyallah ta’aala ‘anhu telah menetapkan perintah
kepada kami, yaitu : “Bunuhlah tukang sihir, baik laki-laki maupun perempuan”
• Praktik sihir telah terjadi di zaman kekhalifahan ‘Umar bin Khattab, sebuah masa yang
masih sangat dekat dengan masa kenabian dan dikenal dengan masa yang utama, lalu
bagaimanakah dengan masa-masa setelahnya yang notabene jauh dari masa nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam? Maka tentu praktik ini berpotensi untuk lebih banyak terjadi
dari apa yang terjadi di zaman ‘Umar bin Khattab radiyallahu ta’aala ‘anhu, karena
semakin jauh suatu masa dari masa kenabian maka akan semakin bertebaranlah
kebodohan dan juga kesesatan.
Kandungan Bab 24
1. Tafsir surat Al Baqarah ayat 102
2. Tafsir surat An Nisa ayat 51
3. Penjelasan makna Al Jibt dan At Thogut
4. Bahwa Thogut adakalanya dari golongan Jin dan adakalanya dari Golongan Manusia
5. Mengetahui Tujuh hal yang membinasakan dan harus dijauhi
6. Bahwa Praktisi “Sihir” Kafir
7. Bahwa Praktisi “Sihir” dihukum mati
8. Telah terjadinya perkara ini di zaman ‘Umar, maka bagaimanakah di zaman
setelahnya
BAB 25
MACAM-
MACAM SIHIR
UNIT PEMBINAAN AKHLAK Disampaikan oleh:
PEGAWAI & PELANGGAN SELURUH KONSULTAN
PAP2 DIVISI AKADEMIK KEISLAMAN BINTANG PELAJAR
ان لَ ِس ْح ًرا
َِّ َن البَي
ََّ ِإنَّ ِم
“Sesungguhnya di antara susunan kata yang indah itu terdapat sihir.” (Shahih Bukhari no. 5146
dan Muslim no. 869).
Dalam hadits di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menerangkan salah satu macam
sihir, yaitu penggunaan sastra yang indah sehingga membuat hati terpedaya dan telinga serius
menyimak.
Penggunaan sastra yang indah menjadi tercela ketika digunakan untuk menghias kebatilan atau
mencampuradukkan yang benar dengan yang batil sehingga kebenaran menjadi samar.*
Larangan Meramal Nasib
1- Mendatangi dengan membenarkan tukang ramal dalam segala hal dengan keyakinan bahwa tukang ramal itu
mengetahuinya dengan sendirinya, bukan setan yang mengabarkan, seperti ini dihukumi kafir (keluar dari Islam).
Karena mengetahui hal ghaib secara khusus hanya Allah yang tahu. Allah Ta’ala berfirman,
َّل يَ ْعلَ ُم َها ِإلَّ ُه َو َِّ ح ْالغَ ْي
َّ َ ب َُّ َِو ِع ْندََّهُ َمفَات
”Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri” (QS. Al
An’am: 59).
Begitu pula dalam ayat lainnya disebutkan,
ُّللا ََّ ض ْالغَي
َّ َّْب ِإل َّ ِ ت َو ْاْل َ ْرَِّ ن فِي الس َم َاوا َّْ ل يَ ْعلَ َُّم َم
َّ َ ل َّْ ُق
“Katakanlah: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah. ” (QS. An
Naml: 65).
Al Munawi berkata, “Jika meyakini bahwa tukang ramal mengetahui perkara ghaib (dengan sendirinya), maka ia kafir.
Jika keyakinannya bahwa jin yang menyampaikan berita padanya dari berita malaikat dan ilham yang diperoleh seperti
itu, lantas dibenarkan, ini tidak sampai kafir.”
Larangan Meramal Nasib
2- Mendatangi tukang ramal dengan keyakinan bahwa tukang ramal tersebut mendapatkan
ramalan dari setan sehingga mengetahui ada barang yang hilang, terjatuh, maka seperti ini ada
dua hukuman:
a- Tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari, sebagaimana disebutkan dalam hadits,
ََّ لَةَّ أ َ ْربَ ِع
ًين لَ ْيلَ َّة َّْ َش ْىءَّ لَ َّْم ت ُ ْقب
َ ُل لَ َّه
َّ ص َ ُسأَلَ َّه
َّْ ع
َ ن َ ن أَتَى
َ َعرافًا ف َّْ َم
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR.
Muslim no. 2230, dari Shofiyah, dari beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).
MAKSUD TIDAK DITERIMA SHALATNYA SELAMA 40 HARI DIJELASKAN OLEH IMAM NAWAWI: “ADAPUN
MAKSUD TIDAK DITERIMA SHALATNYA ADALAH ORANG TERSEBUT TIDAK MENDAPATKAN PAHALA.
NAMUN SHALAT YANG IA LAKUKAN TETAP DIANGGAP DAPAT MENGGUGURKAN KEWAJIBAN SHALATNYA
DAN IA TIDAK BUTUH UNTUK MENGULANGI SHALATNYA.” (SYARH SHAHIH MUSLIM, 14: 227)
Larangan Meramal Nasib
b- Kufur terhadap apa yang telah diturunkan pada Muhammad, yang dimaksud adalah kufur ashgor. Disebutkan dalam
hadits,
َّعلَى ُم َحمد ََّ ل فَقَ َّْد َكفَ ََّر ِب َما أ ُ ْن َِّز
َ ل َُّ صدقَ َّهُ ِب َما يَقُو َ َعرافَّا ً ف َ ن أَتَى َكا ِهنَّا ً أ َ َّْو
َّْ َم
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al
Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa
hadits ini hasan)
3- Mendatangi tukang ramal, namun tidak membenarkan, termasuk pula cuma sekedar membaca ramalan bintang,
namun tidak membenarkan. Seperti ini dihukumi haram untuk tujuan saddudz dzaro-i’, yaitu agar tidak terjerumus
pada keharaman yang lebih parah.
Dalil terlarangnya dari hadits Mu’awiyah bin Al Hakam As Sulamiy, ia berkata,
» لَ تَأ ْ ِت ِه َّْمَّ َل « ف ََّ قَا.انََّ ون ْال ُكه ََّ ُ لً يَأْتَّ َو ِإنَّ ِمنا ِر َجا
“Di antara kami ada yang mendatangi para tukang ramal”. Rasul -shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkata, “Jangan
datang tukang ramal tersebut.” (HR. Muslim no. 537).
Larangan Meramal Nasib
4- Mendatangi tukang ramal untuk bertanya dengan maksud mengujinya dan
ingin mengetahui ramalan yang ia lakukan, orang yang mendatangi ini bisa
mengungkap kedustaannya. Seperti ini boleh karena ada maslahat yang besar
dan tidak membahayakan akidah.*
Hukum Membaca Ramalan Bintang, Zodiak dan Shio
Syaikh Sholih Alu Syaikh –hafizhohullah– mengatakan, “Jika seseorang
membaca halaman suatu koran yang berisi zodiak yang sesuai dengan tanggal
kelahirannya atau zodiak yang ia cocoki, maka ini layaknya seperti mendatangi
dukun. Akibatnya cuma sekedar membaca semacam ini adalah tidak diterima
shalatnya selama empat puluh hari. Sedangkan apabila seseorang sampai
membenarkan ramalan dalam zodiak tersebut, maka ia berarti telah kufur
terhadap Al Qur’an yang telah diturunkan pada Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam.” (Lihat At Tamhid Lisyarh Kitabit Tauhid oleh Syaikh Sholih Alu
Syaikh pada Bab “Maa Jaa-a fii Tanjim”, hal. 349)
Hukum Membaca Ramalan Bintang, Zodiak dan Shio
Intinya, ada dua rincian hukum dalam masalah ini.
Pertama: Apabila cuma sekedar membaca zodiak atau ramalan bintang, walaupun tidak mempercayai
ramalan tersebut atau tidak membenarkannya, maka itu tetap haram. Akibat perbuatan ini, shalatnya
tidak diterima selama 40 hari.
Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
َْ صَلَةْ أَربَ ِع
ين لَيلَ ْةا َ ُسأَلَ ْهُ َعنْ شَىءْ لَمْ تُقبَلْ لَ ْه
َ ََمنْ أَتَى َع َّرافاا ف
“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR.
Muslim no. 2230).
Maksud tidak diterima shalatnya selama 40 hari dijelaskan oleh An Nawawi: “Adapun maksud tidak
diterima shalatnya adalah orang tersebut tidak mendapatkan pahala. Namun shalat yang ia lakukan
tetap dianggap dapat menggugurkan kewajiban shalatnya dan ia tidak butuh untuk mengulangi
shalatnya.” (Syarh Muslim, 14: 227)
Hukum Membaca Ramalan Bintang, Zodiak dan Shio
Kedua: Apabila sampai membenarkan atau meyakini ramalan tersebut, maka dianggap
telah mengkufuri Al-Qur’an yang menyatakan hanya di sisi Allah pengetahuan ilmu ghoib.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْعلَى ُم َح َّمد َْ ل فَْقَدْ َكفَ َْر بِ َما أُن ِز
َ ل ُْ ص َّدقَ ْهُ بِ َما يَقُو َ َْمنْ أَتَى َكا ِهنْا ا أَو
َ َع َّرافْا ا ف
“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka
ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad
no. 9532, hasan)
Namun jika seseorang membaca ramalan tadi untuk membantah dan membongkar
kedustaannya, semacam ini termasuk yang diperintahkan bahkan dapat dinilai wajib. (Al
Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, 1: 330)
Nasehat
Syaikh Sholih Alu Syaikh memberi nasehat, “Kita wajib mengingkari setiap orang yang membaca
ramalan bintang semacam itu dan kita nasehati agar jangan ia sampai terjerumus dalam dosa.
Hendaklah kita melarangnya untuk memasukkan majalah-majalah yang berisi ramalan bintang ke
dalam rumah karena ini sama saja memasukkan tukang ramal ke dalam rumah. Perbuatan
semacam ini termasuk dosa besar (al kabair) –wal ‘iyadzu billah-. …
Oleh karena itu, wajib bagi setiap penuntut ilmu agar mengingatkan manusia mengenai akibat
negatif membaca ramalan bintang. Hendaklah ia menyampaikannya dalam setiap perkataannya,
ketika selesai shalat lima waktu, dan dalam khutbah jum’at. Karena ini adalah bencana bagi umat.
Namun masih sangat sedikit yang mengingkari dan memberi peringatan terhadap kekeliruan
semacam ini.”
(Lihat At Tamhid Lisyarh Kitabit Tauhid, hal. 349)
Kandungan Bab 25 Kitab Tauhid
1. Sesungguhnya 'Iyafah, Tharq, dan Thiyarah termasuk Jibt.
2. Tafsir 'Iyafah, Tharq, dan Thiyarah
3. Sesungguhnya ilmu Nujum (Astrologi) adalah jenis dari sihir
4. Salah satu contoh sihir adalah membuat buhulan lalu meniup-niupnya.
5. Namimah (adu domba) merupakan salah satu bentuk sihir, karena seperti yang dilakukan tukang
sihir, yaitu merusak dan memecah belah hubungan manusia, tetapi tidak seperti tukang sihir
hukumnya (tidak kafir dan tidak mendapatkan had yang sama seperti tukang sihir).
6. Salah satu macam sihir adalah penggunaan sastra yang indah.
Penggunaan sastra yang indah yang menjadi salah satu macam sihir adalah ketika digunakan
menghias kebatilan dan mengkritik kebenaran. Adapun jika digunakan untuk menghias kebenaran,
menguatkannya, dan menyingkirkan kebatilan, maka hal ini terpuji.
BAB 26
PERDUKUNAN DALAM
TIMBANGAN SYARIAT
1. Dukun biasanya akan menanyakan nama pasien dan nama ibunya (biasanya ditanyakan pula
weton/hari kelahiran lengkap dengan pasarannya contoh Jum’at Kliwon, atau Kamis Wage dll-
pent).
2. Dukun biasanya meminta benda yang mengandung jejak pasien seperti pecinya, sapu tangan dll
3. Terkadang dukun meminta jenis hewan dengan kriteria tertentu (kalau di jawa biasanya ayam
cemani yaitu ayam dengan warna kulit serba hitam) untuk disembelih dengan tanpa menyebut
nama Allah. Kadang darahnya dilumurkan pada bagian tubuh yang sakit, atau kadang dibuang
dilokasi tertentu.
4. Dukun biasanya menulis rajah-rajah.
Ciri Dukun
5. Dukun biasanya membaca mantra atau rajah yang tidak difahami maknanya.
6. Dukun biasanya memberi pada pasien kantung berisi tulisan atau nomor-nomor atau
simbol-simbol tertentu.
7. Dukun biasanya memerintahkan pasien untuk menyendiri di kamar tertutup yang tidak
terkena sinar matahari dalam jangka waktu tertentu (bisa disebut patigeni).
8. Dukun biasanya meminta pasien agar tidak bersentuhan dengan air selama biasanya 40
hari. Ini menunjukkan bahwa jin yang dimintai tolon adalah dari jenis jin nasrani.
9. Dukun biasanya memberikan pada pasien benda tertentu yang harus ditanam di dalam
tanah.
10. Dukun biasanya memberikan pasien kertas untuk dibakar sebagai wewangian
11. Dukun biasanya berkomat-kamit membaca japa mantra yang tidak difahami maknanya
Dukun Zaman Dulu VS Sekarang
Perdukunan zaman dahulu, lebih banyak beroperasi di daerah pedalaman yang minim ilmu pengetahuan
serta kurangnya pusat pelayanan kesehatan masyarakat. Umumnya masyarakat yang mendatangi dukun
adalah golongan yang tidak berilmu dan bertempat tinggal jauh dari pusat pelayanan kesehatan medis
atau kurangnya biaya untuk berobat ke pusat kesehatan. Tujuan mendatangi dukun terbatas pada urusan
tertentu saja, seperti berobat atau minta ilmu tangkal dan pelet.
Dukun pada zaman dulu amat mudah dikenal oleh masyarakat melalui penampilannya secara fisik atau
zhahir. Mereka tidak telalu antusias untuk mendapatkan harta dari para pasiennya. Pemberian atau
imbalan yang mereka terima sangat sederhana. Bahkan kadangkala hanya menerima sebatang rokok atau
uang sekedarnya tanpa ada tarif tertentu.
Dukun zaman dulu tidak menjadikan profesi perdukunan sebagai sumber mata pencarian atau penghasilan
pokok untuk biaya kehidupan sehari-hari. Disamping itu, mereka sangat memperhatikan norma-norma
adat dan nilai-nilai kesusilaan dalam praktek perdukunanya, dan tidak menyamar dalam prateknya sebagai
seorang yang shalih
Dukun Zaman Dulu VS Sekarang
Perdukunan zaman sekarang melakukan prakteknya di kota-kota besar, bahkan membuka pusat perdukunannya dengan
izin resmi. Ilmu perdukunan mereka didukung oleh ilmu pengetahuan modern. Para pasienya orang-orang yang
berpendidikan dan memiliki kemampuan ekonomi menengah ke atas. Tujuan mendatangi dukun tidak terbatas pada
urusan klasik, seperti urusan untuk berobat, akan tetapi lebih meluas lagi hingga ke dalam masalah profesi dan
pekerjaan yang sedang mereka geluti. Ada yang mendatangi dukun untuk mendongkrak kepopuleran, untuk menjadi lebih
cantik, agar menang dalam pilkada, agar bisa bertahan dalam posisi jabatan yang sedang dipegang, atau naik ke tingkat
yang lebih tinggi dan sebagainya.
Dukun zaman modern amat sulit untuk dikenal sebagai dukun secara fisik maupun zhahirnya, karena bernampilan rapi
dan mungkin menaiki kendaraan mewah serta berteman dengan orang-orang terpandang. Dalam prakteknya, dukun
zaman moderen menetapkan tarif tertentu, mungkin bisa mencapai jutaan rupiah. Perdukunan pada zaman moderen
menjadi sebuah profesi resmi, sebagai sumber mata pencaharian atau penghasilan pokok untuk biaya kehidupan sehari-
hari. Para dukun zaman moderen lebih gila dan lebih bejat, tidak lagi memperhatikan norma-norma adat dan nilai-nilai
kesusilaan dalam praktek perdukunanya. Mereka kadangkala mencabuli para pasiennya, bahkan mungkin meminta untuk
mensetubuhi isteri pasiennya sampai menikahi gadis-gadis tanpa batas. Disamping itu, dalam prakteknya mereka
menyamar sebagai seorang yang shâlih, dan mungkin mengaku sebagai seorang wali, habib atau mengaku keturunan
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hukum Perdukunan
Hukum perdukunan HARAM dalam pandangan syari’at , dimana pelakunya dihukumi KAFIR KELUAR DARI
AGAMA, sebab seorang dukun/paranormal mengklaim mengetahui perkara Ghoib yang menjadi hak khusus Allah
Ta’ala, sebagaimana dalam firmannya :
َب َلُ َي ْع َلم َها إ َ ُل ه ُو ْ َْ ََ َْ َ
ُ ِ و ِعندهُ مفا ِتحُ الغي
ِ
” Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang gaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri” (QS. Al
An’am: 59).
Menyatakan diri mengetahui perkara ghoib sebagai bentuk pendustaan terhadap firman Allah diatas dan jatuh
dalam praktek-praktek kesyirikan bekerjasama dengan syaitan.
Pertanyaan
Apakah bekerjasama dengan jin dibolehkan dalam syariat?
Jawaban : BOLEH, tergantung dengan keadaannya, sebagaimana yang dijelaskan oleh syaikh Muhammad bin sholih
Utsaimin dalam kitabnya “Qoulul Mufid Ala Syarh Kitaabuttauhiid”
Hukum Perdukunan
Beliau menerangkan : boleh jadi jin membantu urusan manusia karena ada kemashlahatan dua
belah pihak, tapi boleh jadi jin membantu manusia atas dasar kecintaan mereka kepada manusia
karena Allah bukan untuk kemashlahatan mereka, tidak diragukan bahwa ada diantara bangsa jin yang
beriman dan baik keimanannya, mereka mencintai orang-orang yang beriman dari bangsa manusia
atas dasar keimanan mereka kepada Allah Ta’ala, namun ada di antara mereka yang membantu bahkan
menggoda manusia dalam perbuatan haram, seperti zina, LGBT, karena jin wanita terkadang dapat
jatuh cinta pada manusia juga sebaliknya, dan mereka dapat menikmati hubungan yang terjalin di
antara mereka, sebagaimana keterangan sebagian perukyah yang berdialog dengan jin yang
bersemayam di dalam tubuh manusia.
Pernah terjadi di masa Umar bin Khottob rodhiyallohu’anhu seorang wanita yang bersahabat
dengan jin muslim, suatu ketika para sahabat kehilangan Umar bin Khottob yang datang terlambat
pada suatu urusan, maka mereka mendatangi wanita tersebut dan bertanya tentang keberadaan Umar
Hukum Perdukunan
Maka wanita tersebut meminta bantuan sahabat jinnya untuk mencari tau
keberadaan Umar yang ternyata sedang menggembalakan unta-unta sedekah milik
kaum muslimin. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah berpendapat bahwa manusia bekerja
sama dengan jin dalam tiga keadaan :
1. Bekerja sama dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala, seperti jin yang membantu
manusia untuk menyampaikan dakwahnya kepada yang lain, atau jin yang
mengambil ilmu agama dari manusia baik dengan cara mereka duduk di majlis
ilmunya atau dengan metode talaqqi, jika demikian keadaannya maka tidak
mengapa bekerjasama dengan jin
Hukum Perdukunan
2. Bekerjasama dalam perkara mubah, seperti manusia meminta
bantuan dalam urusan yang sifatnya mubah menurut syariat,
seperti kisah yang telah diangkat tentang Umar bin khottob, hukum
kerjasama seperti ini hukumnya boleh dengan syarat media/wasilah
yang digunakan juga mubah.
➢ Tentang thiyarah atau tathayyur sudah dijelaskan sebelumnya, yakni merasa sial dengan sesuatu,
baik dengan terbangnya burung, dengan nama, dengan lafaz, sosok seseorang, nomor sial atau
lainnya. Tidak boleh kita merasa sial dengan itu semua. Penggunaan kata “tidak ada” lebih kuat
daripada sekedar larangan.
➢ Adapun “Hamah,” ( )هامةmaka maksudnya burung hantu yang dijadikan tanda kesialan atau
kemalangan oleh kaum Jahiliyyah saat mereka melihatnya.
➢ Sedangkan kata “Shafar” ( )صفرmaksudnya sebuah penyakit dalam perut berupa cacing besar
seperti ular yang menimpa hewan ternak dan manusia, dimana orang-orang Jahiliyyah menganggap
bahwa penyakit tersebut dapat menular, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membatalkan
anggapan dan keyakinan ini.
Penjelasan
➢ Ada pula di antara ulama yang menafsirkan, bahwa maksud ‘Shafar’ dalam hadits tersebut
adalah bulan Shafar. kaum Jahiliyyah merasa sial dengan bulan Shafar, di mana mereka
mengatakan, bahwa bulan tersebut adalah bulan sial, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
membatalkan anggapan ini.
➢ Sedangkan maksud “tidak ada nau’” ( )نوءadalah membatalkan anggapan kaum Jahiliyyah
yang menganggap bahwa hujan turun karena bintang ini atau bintang itu, padahal hujan turun
karena ketetapan Allah.
➢ Adapun maksud “Tidak ada Ghul” ( )غولadalah pembatalan terhadap keyakinan kaum
Jahiliyyah adanya jin jenis tertentu (misalnya yang sebagian orang menyebutnya dengan
gendruwo) yang membuat manusia tersesat jalan dan binasa di tengah perjalanan mereka.
Kesimpulan
Tambahan:
Ilmu nujum terbagi menjadi dua, dan penjelasan selengkapnya adalah
berikut:
Pertama, Ilmu ta’tsir (ْ )تأثيyaitu berdalil dengan keadaan bintang-bintang atas
kejadian-kejadian yang terjadi. Maka ini batil karena mengaku bersekutu dengan
Allah dalam mengetahui yang ghaib, yang Allah Maha Esa dalam hal ini. Atau
membenarkan orang yang mengakui tersebut, maka ini bertentangan dengan
dalil tauhid, karena terdapat pengakuan yang batil, ketergantungan hati kepada
selain Allah, dan kerusakan akal, karena menempuh jalan yang batil serta
membenarkannya merupakan perusak akal dan agama.
HUKUM MEMPELAJARI ILMU PERBINTANGAN
Syaikh Salih al-Utsaimin menjelaskan bahwa ilmu ta’tsir memiliki tiga gambaran
(intinya) adalah:*
a. Meyakini bahwa bintang-bintang itu sendiri yang hanya memberi pengaruh (tanpa ada
keterlibatan dengan perbuatan Allah), maka ini adalah syirik besar.
b. Meyakini bahwa bintang-bitang itu sebagai penyebab tersingkapnya hal-hal ghoib
(ramalan nasib/zodiak) maka ini adalah kufur yang dapat mengeluarkan dari agama
Islam
c. Meyakini bahwa bintang-bintang itu sebagai penyebab terjadinya kebaikan atau
keburukan namun keyakinan ini muncul setelah kejadian entah baik atau buruk, maka
hal ini syirik kecil.
HUKUM MEMPELAJARI ILMU PERBINTANGAN
Kedua, ilmu tasyir (ْ )تسييyaitu berdalil dengan matahari, bulan dan bintang
untuk mengetahui kiblat, waktu-waktu salat dan petunjuk arah. Ini tidaklah
mengapa, bahkan sangat bermanfaat dan dianjurkan jika merupakan wasilah
untuk mengetahui waktu-waktu ibadah atau petunjuk arah.
Maka wajib membedakan antara yang dilarang oleh Allah dan
diharamkannya serta yang dibolehkan, dianjurkan, atau diwajibkan. Jenis
pertama yang bertentangan dengan tauhid, adapun yang kedua tidak.
HUKUM MEMPELAJARI ILMU PERBINTANGAN
Syaikh Salih Al-Ustaimin menjelaskan bahwa ilmu tas-yir ini terbagi menjadi dua bagian
yang intinya adalah ..
Pertama: ilmu perbintangan menjadi wasilah untuk kemaslahatan agama seperti kiblat, waktu-
waktu ibadah maka hal ini tergantung pada kondisi bahkan bisa menjadi wajib mempelajarinya.
Kedua, ilmu ini menjadi wasilah untuk kemasalahatan duniawi dan ini terbagi menjadi dua:
(a) Mengetahui arah, dan ini diperbolehkan, (b) Mengetahui musim-musim, sebagian ulama
membencinya dan yang lainnya membolehkannya, ulama yang membencinya karena
dikawatirkan bagi orang awam apabila melihat suatu bintang maka menganggap bintang itu
yang menjadikan hawa dingin atau panas, tiupan angin, dll. Dan ulama yang membolehkan
karena sebatas pengetahuan tentang musim, dan yang rajih (menurut Syaikh Salih) boleh
wallahua’lam
HUKUM MEMPELAJARI ILMU PERBINTANGAN
ُمد ِم ُن: َلون ال َجنهة
َ ( ث َ ََلثَةٌ ََل َيد ُخ:سله َم
َ علَي ِه َو صلهى ه
َ َُّللا َ َّللا
سو ُل ه َ َوعَن أ َ ِبي ُمو
ُ قَا َل َر:سى قَا َل
.يحه َ السح ِر) َر َوا ُه أَح َم ُد وابن ِحبهان ِفي
ِ ص ِح ِ ق ِب ٌ ص ِد
َ َو ُم،الرح ِم ِ َ َوق،ال َخم ِر
اط ُع ه
Abu Musa (Abdullah bin Qais Hadhdhar) Al-Asy’ari mennuturkan, Rasulullah bersabda, “Tiga
jenis manusia yang tidak masuk surga, yaitu, pecandu khmar (minuman keras), orang yang
memutuskan hubungan kekeluargaan, dan orang yang mempercayai sihir.
Penjelasan:
Syaikh Muhammad bin Salih al-Utsaimin pernah berkata: “Sabda Nabi Muhammad, ‘Dan orang
yang membenarkan sihir’, bahwa inilah yang berkaitan dengan bab (tentang ilmu nujum) karena
ilmu nujum (astrologi) merupakan suatu jenis dari sihir, barang siapa membenarkannya maka
dia telah membenarkan satu jenis dari sihir. Yang dinamakan dengan membenarkannya (ilmu
nujum tadi) adalah membenarkan perkataaan para ahli nujum.
HUKUM MEMPELAJARI ILMU PERBINTANGAN
Jika ada ahli nujum yang berkata, ‘Akan terjadi demikian dan demikian’
kemudian ada orang yang membenarkannya maka orang itu tidak akan masuk
surga. Karena dia meyakini atau membenarkan ada yang mengetahui ilmu ghaib
selain Allah. Padahal Allah berfirman,
“Katakanlah (Muhammad): ‘Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang
mengetahui perkara yang ghaib kecuali Allah …” (QS. An-Naml: 65)
Adapun kalau membenarkan bahwa sihir itu memliki pengaruh (dengan izin
Allah) maka ini tidak masuk dalam ancaman hadis ini. Karena tidak diragukan
lagi bahwa sihir itu memiliki pengaruh”
HUKUM MEMPELAJARI ILMU PERBINTANGAN
Faedah:
1. Haramnya ilmu nujum (astrologi) dan termasuk dosa besar. Karena ilmu nujum
masuk dalam kategori sihir, dan orang yang membenarkannya tidak masuk
surga.
2. Diharamkan bagi kita mengkonsumsi khamr (segala yang memabukkan), dan
ancaman keras bagi orang yang mati dalam keadaan belum bertaubat darinya.
3. Wajibnya silaturahim (menyambung tali kekerabatan) dan haram memutuskan
tali kekerabatan.
4. Wajibnya mendustakan sihir dengan segala macamnya.
HUKUM MEMPELAJARI ILMU PERBINTANGAN
Perhatian!
Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahab (cucu dari
penulis kitab ini) berkata, “Sabda beliau: ‘Tiga golongan yang tidak akan masuk surga
…’ ini termasuk salah satu dari dalil-dalil yang berisi ancaman; yang para salaf tidak
suka untuk mentakwilnya (memberi artian lain). Mereka berkata, ‘Biarkan dalil-dalil itu
sebagaimana aslinya’. Barang Siapa mentakwilnya, dia berada dalam bahaya sebab
berkata atas nama Allah tanpa ilmu.
Adapun perkataan yang terbaik adalah: bahwa setiap perbuatan (dosa) yang
selain kesyirikan dan kekufuran (yang keduanya) mengeluarkan dari agama Islam maka
perbuatan dosa tersebut berada di bawah kehendak Allah. Jika Allah mengazabnya
dengan sebab(perbuatan) itu maka ia pasti terkena azab. Dan jika Dia mengampuninya
maka itu dengan sebab karunia, maaf dan rahmat dariNya.
KANDUNGAN BAB 29
،َستَـ ْغ حف ُر َك
ْ أ ،تَ ن
ْ َ
أ َّ
ل ح
إ ه
َ ـ
َٰلح
إ ل
َ نْ َأ د
ُ ه
َ ش
ْ َ
أ ،كَ ح
د م ح َّ
ْ َ َ ُ ك الل
ِبو م
َّ ه َ َُس ْب َحان
كَ ب إحلَْي
ُ َوأَتُـ ْو
Maha Suci Engkau ya Allah, aku memujiMu. Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku minta ampun dan
bertaubat kepada-Mu. (HR. Tirmidzi 3/153.)
UNIT PEMBINAAN AKHLAK PEGAWAI & PELANGGAN (PAP2)
DIVISI AKADEMIK
konsulislam@bintangpelajar.com 0822-1387-1866