Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

AYAT MENJELASKAN TENTANG SYETAN DAN


PERBUATAN JAHAT
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Maudhu’i
Dosen Pengampu : Misbahul Munir, M.Th.I.

Oleh :

Rahmatul Amalia
Jauharotul Maknunah

PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT KEISLAMAN ABDULLAH FAQIH (INKAFA)
GRESIK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-nya lah penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “AYAT MENJELASKAN TENTANG SYETAN DAN
PERBUATAN JAHAT” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mengetahui ayat yang
menjelaskan tentang syetan dan perbuatan jahat
Pada kesempatan ini, peulis mengucapkan terima kasih kepada bapak
“Misbahul Munir, M.Th.I.” selaku dosen mata kuliah Tafsir Maudhu’i yang
telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan
wawasan. Serta kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan sangat terbuka,
kami akan menerima semua kritik dan saran dari pembaca, agar kami dapat
memperbaiki makalah ini
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Gresik, 02 November 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI
AYAT MENJELASKAN TENTANG SYETAN DAN PERBUATAN JAHAT
A. Ayat tentang syetan
َ‫ص ِر ۡي ۙن‬ َ َ‫َوعَادًا َّوثَ ُم ۡود َ۟ا َوقَ ْد تَّبَيَّنَ لَـ ُكمۡ ِّم ۡن َّم ٰس ِكنِ ِهمۡ‌ َو َزيَّنَ لَهُ ُم ال َّش ۡي ٰطنُ اَ ۡع َمالَهُمۡ ف‬
ِ ‫ص َّدهُمۡ ع َِن ال َّسبِ ۡي ِل َو َكانُ ۡوا ُم ۡست َۡـب‬

Dan (juga) kaum 'Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu
(kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan syaitan
menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia
menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang
berpandangan tajam, (Q.S. Al-‘Ankabuut : 38)
َ ‫َو ۡات ُل َعلَ ۡي ِهمۡ َن َبا َ الَّذ ِۡۤى ٰا َت ۡي ٰن ُه ٰا ٰي ِت َنا َفا ْن َسلَ َخ م ِۡن َها َفا َۡت َب َع ُه ال َّش ۡي ٰطنُ َف َك‬
‫ان م َِن ۡال ٰغ ِو ۡي َن‬
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan
kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia
melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh syaitan (sampai dia
tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. (Q.S. Al-A’raaf :
175)

B. Ayat tentang perbuatan jahat

‫هّٰلِل‬
َ ‫ي الَّ ِذ ْينَ اَ َس ۤاءُوْ ا بِ َما َع ِملُوْ ا َويَجْ ِز‬
‫ي الَّ ِذ ْينَ اَحْ َسنُوْ ا بِ ْال ُح ْس ٰن ۚى‬ ِ ۗ ْ‫ت َو َما فِى ااْل َر‬
َ ‫ض لِيَجْ ِز‬ ِ ‫َو ِ َما فِى السَّمٰ ٰو‬

Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
(Dengan demikian) Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik
(surga). (QS. An-Najm 30)
‫َواَل يَ ِح ْيقُ ْال َم ْكرُال َّسيُِّئاِاَّل بِا َ ْهلِ ٖه‬
"Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya
sendiri," (Q.S Al Fatir Ayat 43)

SETAN ADALAH MUSUH YANG SEBENARNYA


‫ت ال َّشي ْٰط ۗ ِن ِانَّهٗ لَ ُك ْم َعد ٌُّو ُّمبِي ٌْن‬ ِ ْ‫يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ ُكلُوْ ا ِم َّما فِى ااْل َر‬
َ ‫ض َح ٰلاًل‬
ِ ‫طيِّبًا ۖ َّواَل تَتَّبِعُوْ ا ُخطُ ٰو‬
Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan.
Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagimu.”(Al-Baqarah [2]: 168)
Pada saat mendengar istilah “jin” atau pun “setan”, maka dalam benak
sebagian orang muncul rasa takut dalam menghadapinya. Hal ini tidak
sepenuhnya salah, karena memang banyak faktor yang dapat menimbulkan hal
tersebut. Di antaranya, adanya peran dari media yang memberikan stigma itu
hampir setiap hari, yaitu jin atau pun setan adalah makhluk yang menyeramkan,
makhluk yang selalu menganggu, makhluk yang sangat mudah terusik dengan
keberadaan manusia, dan sebagainya. Padahal, kita sebagai manusia dan mereka
sama-sama merupakan makhluk Allah yang dibebani hukum untuk beribadah
kepadaNya sebagaimana tersurat dalam Q.S. adz-Dzâriyât [51]: 56,
َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬
‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِـن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu”.
Semua selain Allah disebut sebagai makhluk, apa dan bagaimanapun 
bentuknya, karena Allahlah al-Khaliq (Yang Menciptakan) dan selainnya
adalah al-makhluq (yang diciptakan).

Dari ayat tersebut di atas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa antara
manusia dan jin ada titik persamaan, yaitu masing-masing mempunyai
kemampuan untuk memilih jalan yang baik atau buruk. Kita sering mendengar
juga bahwa selain jin, makhluk yang seringkali mengganggu manusia adalah
setan. Ternyata, setan yang banyak diceritakan Allah kepada kita dalam al-Qur’ân,
adalah termasuk golongan jin. Dari penjelasan tersebut, kita pahami bahwa “jin”
itu merupakan sebuah nama untuk suatu makhluk yang Allah ciptakan dari api
dan “setan” atau pun “iblis” itu merupakan julukan untuk jin. Mengenai hal ini
akan dijelaskan selanjutnya.

Dalam sebuah buku karya Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar yang


diterjemahkan oleh H.T. Fuad wahab dengan judul “Menembus Dunia Jin dan
Setan” disebutkan bahwa terdapat beberapa nama jin. Dalam bukunya tersebut,
beliau mengutip pendapat dari Ibnu Abdil Bar yang mengatakan bahwa jin
menurut ahli bahasa terdiri dari beberapa tingkatan1:

1
(Al-Asyqar, 2006)
1. Kalau yang mereka maksudkan jin secara mutlak, maka mereka
sebut jinniyyȗn,
2. Jika yang mereka maksudkan adalah jin yang tinggal bersama manusia,
maka mereka sebut ‘âmir bentuk jamaknya ‘ummâr,
3. Jika yang mereka maksudakan jin yang biasa mendatangi anak-anak, maka
mereka sebut arwâh,
4. Jika yang mereka maksudkan adalah jin yang jahat dan merintangi
kebaikan, maka mereka sebut setan,
5. Jika yang mereka maksudkan adalah jin yang lebih jahat dan lebih
mempunyai kemampuan, maka mereka sebut ‘ifrît.

Selain penjelasan tersebut, istilah “setan” digunakan sebagai julukan untuk jin
yang putus asa dari rahmat Allah, sedangkan “iblis” digunakan sebagai julukan
untuk jin yang penuh dengan tipu muslihat.

Kita semua harus meyakini adanya jin, tetapi bukan berarti kita harus takut
apalagi malah tunduk kepadaNya. Karena bagaimana pun, berbagai dalil telah
menyebutkan dengan jelas bahwa jin termasuk kedalam makhluk Allah. Di sisi
lain, kita pun harus meyakini bahwa manusia, sejatinya adalah makhluk Allah
yang paling mulia, tetapi kemuliaan ini tidak pantas menjadikannya sombong
terhadap makhluk lainnya. Jika kesombongan itu ada, maka bisa mengakibatkan
derajatnya akan jauh lebih rendah daripada iblis dan akan menyebabkan Allah
sangat marah. Dalam sebuah Hadits Qudsi disebutkan: “Kemuliaan adalah
sarungKu dan kesombongan adalah selendangKu. Siapa saja yang mencabut
salah satu dari kedua pakaianKu itu, maka pasti Aku akan menyiksanya” (H.R.
Muslim).
Maksud dari kata mencabut dalam hadits tersebut ialah merasa dirinya
paling mulia atau berlagak sombong. Sebaliknya, jika manusia melakukan
ketaatan yang sebaik-baiknya kepada Allah, maka bukan hal yang mustahil, ia
menjadi lebih mulia daripada malaikat. Hal itu adalah karena manusia, oleh Allah
diberikan anugerah yang lengkap berupa jasad, ruh, hati, akal dan nafsu. Kelima
hal itulah yang dapat mengubah kedudukannya, terutama dalam penggunaan akal
dan nafsu.
Permusuhan dan peperangan antara manusia dan setan akan berlangsung
terus menerus sampai hari kiamat. Akar dari permusuhan ini tidak lain adalah
karena keangkuhan dan kesombongan setan atau iblis dan bermula ketika ia
enggan bersujud kepada Nabi Adam sebagai bentuk penghormatan kepadanya.
Banyak ayat-ayat al-Qur’ân yang memberi peringatan kepada kita agar selalu
waspada terhadap bujukan setan dan keterampilannya dalam menyesatkan
manusia dengan ketekunan dan semangat yang tinggi. Bagaimana tidak, setan
yang pertama kali mengganggu manusia, oleh Allah diberikan penangguhan
kematian hingga hari kiamat, sehingga strategi setan dan para pengikutnya dalam
menyesatkan manusia terus menerus diperbarui, yang akibatnya cara setan
berperang dengan manusia semakin penuh dengan tipu muslihat. Semakin tinggi
kualitas seorang manusia dalam hal ketakwaan kepada Allah, maka semakin
tinggi pula kualitas tipu muslihat setan untuk mengganggunya. Cara setan
mengganggu orang biasa tentu akan berbeda dengan cara setan mengganggu
seorang yang berilmu.

Dari penjelasan di atas, kita sebagai manusia yang beriman, tentu harus
memposisikan setan sebagai musuh yang sebenarnya sekaligus harus mewaspadai
tipu dayanya. Rasa dendam yang dimiliki setan semenjak diusir dari surga akan
terus membakar semangatnya dalam menyesatkan manusia sampai datangnya hari
kiamat. Tidak ada satu manusia pun yang terlepas dari gangguan setan. Oleh
karena itu, mari kita sama-sama mencermati beberapa teknik setan dalam
menyesatkan manusia.

1. Menghiasi kebatilan.
2. Lalai atau berlebihan.
Tentang masalah ini, Ibnu Qayyim mengatakan bahwa setiap ada perintah
Allah, setan punya dua pilihan; pertama mendorong lalai dan kedua berlebihan.
Setan mendatangi hati manusia dan mendeteksinya. Jika ia mendapati seorang
hamba yang kurang semangat, lalai dan hanya menginginkan keringanan-
keringanan saja, maka setan menempuh jalan ini; dirintanginya, disuruhnya diam,
ditimpakan kemalasan, dan sebagainya. Jika setan menemukan orang yang selalu
siaga, rajin, penuh semangat, maka ia tidak menempuh cara tadi. Ia justru
perintahkan orang itu untuk lebih rajin lagi dan tidak merasa cukup atas amal yang
telah dikerjakannya; tidak tidur kalau orang lain tidur, tidak buka puasa kalo
orang lain berbuka, dan sebagainya yang pada intinya adalah berlebihan. Yang
pertama manusia didorong untuk tidak mengerjakan perintah, sedangkan yang
kedua untuk melampaui batas. Banyak orang yang terperdaya dengan usaha setan
yang kedua ini dan tidak selamat, kecuali orang yang berilmu dengan mendalam,
punya keimanan dan kekuatan untuk melawan setan, dan selalu menempuh jalan
tengah (shirâthalmustaqîm).
3. Merintangi amal dan menganjurkan menangguhkannya
4. Memberikan janji-janji dan membangkitkan angan-angan
5. Berpura-pura menasihati.
Ada sebuah kisah yang sangat penting untuk kita ambil hikmahnya, yaitu
tentang seorang ahli ibadah di kalangan Bani Israil yang tergolong shalih pada
saat itu. Pada saat itu, terdapat tiga orang laki-laki bersaudara yang mempunyai
seorang saudara perempuan yang masih perawan dan tidak mempunyai sanak
saudara yang lainnya. Ketika ketiga saudara laki-lakinya bermaksud ikut
berperang, mereka kebingungan. Kepada siapa saudara perempuannya harus
dititipkan; siapa yang akan melindunginya dan menyediakan keperluannya selama
mereka tidak ada. Setelah lama, terpikirlah oleh mereka bahwa yang paling aman
dan paling dapat dipercaya untuk menitipkan adiknya adalah kepada ahli ibadah
orang Israil. Pada awalnya, ahli ibadah itu bersikeras menolaknya, tetapi setelah
didesak oleh mereka, akhirnya dia mau menerima saudara perempuannya itu
untuk tinggal di sebuah rumah dekat biaranya. Pada awalnya, kewajiban sang ahli
ibadah atas perempuan tersebut ditunaikan dengan sewajarnya dan dengan penuh
kehati-hatian, akan tetapi setan mulai melancarkan serangan tipu dayanya secara
perlahan dan bertahap, hingga pada akhirnya berbagai maksiat pun dilakukan oleh
sang ahli ibadah tadi yang menyebabkannya harus dihukum pancung, dan pada
akhirnya ia mati dalam keadaan sȗulkhâtimah. Na’ȗdzubillâhi min dzâlika.
6. Bertahap dalam menyesatkan
7. Memunculkan rasa takut dan keraguan
8. Masuk di hati dan menuruti kesenangan hati
Sebagai penutup, tidak ada alasan bagi kita semua sebagai manusia yang
beriman untuk tidak bekerjasama dalam memerangi setan sebagai musuh yang
sebenarnya. Kita berdoa kepada Allah semoga selalu memberikan kita kekuatan
dan keistiqamahan dalam menghadapi tipu muslihat dari setan dan pengikutnya.
Kita patut bersyukur bahwa Allah memberikan kita nikmat yang amat sangat
besar yaitu dengan kehadiran Nabi Muhammad S.A.W yang membawa risalah
kenabian sekaligus menjadi mukjizatnya yang terbesar sepanjang masa, yaitu al-
Qur’ân. Di samping itu, Rasulullah pun menguraikan dalam haditsnya berbagai
hal tentang tipu muslihat setan dan cara membentenginya. Semoga shalawat
beriring salam senantiasa tercurahkan kepada beliau Rasulullah Muhammad
S.AW habibullah dan Nabi akhir zaman. Allâhummashalliwasallimwabârik
‘alayhwa ‘alâ âlihi.
Mutiara Hikmah
“Dan katakanlah, ‘Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-
bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, agar
mereka tidak mendekati aku’.”

(Al-Mu’minun [23]: 97-98)

Husaini Anwar Fauzan

Anda mungkin juga menyukai