Anda di halaman 1dari 10

Umur Umat Islam Hanya 1500 Tahun?

By Muhammad Abduh Tuasikal, MSc - December 29, 2019

Apakah benar umur umat Islam tidak melebihi 1500 tahun? Benarkah itu sebagaimana berbagai
isu yang disebar saat ini?

Daftar Isi [ tutup ]

1. Syubhat ini muncul dari Imam As-Suyuthi rahimahullah

2. Pemahaman hadits umur umat Islam

3. Penjelasan Imam Ibnu Hajar

4. Imam As-Suyuthi kembali menjelaskan dalam kitabnya Al-Kasyf

4.1. Sanggahan pertama: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membicarakan perumpamaan bukan
memastikan umur umat islam

4.2. Sanggahan kedua: Hadits membicarakan banyak sedikitnya amal

4.3. Sanggahan ketiga: Hanya Allah yang mengetahui kapan terjadinya kiamat

4.4. Sanggahan keempat: Riwayat yang digunakan As-Suyuthi itu dhaif

4.5. Sanggahan kelima: Tanda kiamat harusnya sudah muncul pada tahun 1237 H jika memakai
perhitungan Imam As-Suyuthi

5. Yang Ada Umur Umat Islam Terbatas 60 Tahun

5.1. Referensi:

Syubhat ini muncul dari Imam As-Suyuthi rahimahullah


Berikut nukilan dari Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid:
Imam As-Suyuthi (hidup dari 1445 – 1505 M, 849 – 911 H) menyebutkan dalam kitabnya Al-Hawi
(2:239-256):

ِ ِ‫اخ ِر األَل‬
‫ف‬ ِ ‫س َّل َم بَ َعث‬
ِ ‫َ في أ َ َو‬ َ ‫َّ ص َّلى اهللُ َع َليْ ِه َو‬
َ ‫ َوأَنَّ الن َّ ِبي‬، ‫ سن َ ٍة‬ ِ ‫ا سبْ َع ُة آال‬
َ ‫َف‬ َ َ‫أَنَّ ُم َّدةَ ال ُّدنْي‬
. ‫س ِة‬ ِ ‫الس‬
َ ‫اد‬ َّ

Umur dunia itu hanya 7.000 tahun. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri diutus pada akhir-
akhir seribu yang keenam. [Maksudnya berarti separuh kedua darinya, sekitar tahun ke-5.500.
Berarti umur umat Islam ini lebih dari 1.000 tahun dan kurang dari 1.500 tahun].

Imam As-Suyuthi menegaskan,

ْ َ ‫س ِمائ َ ٍة أ‬
ً‫صال‬ َ ‫الَ َي ْم ِكنُ أَنْ تَ ُك ْونَ امل ُ َّدةُ أ َ ْلفا ً َو‬
َ ‫خ ْم‬

“Tidak mungkin umur umat Islam lebih dari 1.500 tahun.”

Pemahaman hadits umur umat Islam

Pertama:

Dalam Shahih–nya, Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Abdullah bin Umar
radhiyallahu’anhu. Terjemahan bebas hadits ini ialah: “Perumpamaan eksistensi kalian (umat
Islam) dibanding umat-umat sebelum kalian ialah seperti waktu antara salat asar hingga
tenggelam matahari. Ahli Taurat (Yahudi) diberi kitab Taurat, lalu beramal sehingga tatkala
mencapai tengah hari (zuhur) mereka tak sanggup lagi beramal, lalu diberi pahala seqirat-seqirat.
Kemudian ahli Injil (Nasrani) diberi Injil, lalu beramal hingga masuk waktu salat asar, lalu tidak
sanggup melanjutkan, lalu diberi pahala seqirat-seqirat. Kemudian kita diberi Al–Qur’an, dan kita
beramal (dari asar) hingga tenggelam matahari, dan kita diberi pahala dua qirat-dua qirat. Maka,
kedua ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) bertanya, ‘Wahai Rabb kami, (mengapa) Engkau beri
mereka (muslimin) pahala dua qirat, dan kami (hanya) satu qirat, padahal kami lebih banyak
amalnya?’ ‘Apakah Aku mengurangi pahala (yang kujanjikan) bagi kalian?’ tanya Allah. ‘Tidak,’
jawab mereka. ‘Itulah keutamaan yang kuberikan kepada siapa yang kukehendaki,’ jawab Allah.”

Baca Juga: Pahala 2 Qirat Menanti Bagi Orang Yang Menghadiri Prosesi Jenazah Hingga
Dimakamkan

Kedua:
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Musa Al–Asy’ari, bahwa Nabi shallallaahu’alaihi wa sallam
bersabda yang artinya: “Perumpamaan kaum muslimin, Yahudi, dan Nasrani ialah seperti
seseorang yang menyewa suatu kaum agar bekerja hingga malam. Maka kaum tersebut bekerja
hingga tengah hari dan mengatakan, ‘Kami tak butuh kepada upahmu.’ Lalu, orang tersebut
mengupah kaum lainnya dan berkata, ‘Lanjutkanlah waktu yang tersisa dari hari ini dan kalian
akan mendapat upah yang kusyaratkan.’ Maka, mereka pun bekerja hingga tiba waktu salat asar
dan berkata, ‘Jerih payah kami untukmu (tidak minta upah).’ Kemudian, orang tersebut menyewa
kaum lainnya dan kaum tersebut bekerja mengisi sisa waktu hari itu hingga tenggelam matahari
dan mereka mendapat upah sebanyak upah kedua kaum sebelumnya.”

Artinya, walau tempo kerja mereka paling singkat, namun upahnya setara dengan upah yang
disyaratkan bagi kedua kaum sebelum mereka, yang bekerja dari pagi hingga sore.

Ketiga:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ص‬ ِ ‫ى منْ ُغ ْد َوةَ إِ َل‬ِ ِ‫ال َمنْ َي ْع َم ُل ل‬ ِ


‫ف‬ ْ ‫ى ن‬ ْ ‫ ر ُج ٍل‬
َ ‫ استَأ ْ َج َر أ ُ َج َرا َء فَ َق‬ َ ‫َمث َ ُل ُك ْم َو َمث َ ُل أ َ ْه ِل ا ْلكتَا َب ْنيِ َك َمث َ ِل‬
‫ص ِر َع َلى‬ ْ ‫ى صال َِة ا ْل َع‬َ ‫ف الن َّ َها ِر إِ َل‬ ِ ‫ص‬ ِ ‫ى من‬
ْ ‫ْ ن‬ ِ ِ‫ال َمنْ َي ْع َم ُل ل‬ َ ‫ ثُ َّم َق‬، ‫ت ا ْل َي ُهو ُد‬ ِ ‫اط فَ َع ِم َل‬ ٍ ‫ى قير‬
َ
ِ ‫الن َّ َها ِر َع َل‬
ِ‫يراطَ ْني‬ ِ َ ‫ص ِر إِ َلى أَنْ تَ ِغ‬ ِ ِ‫ال َمنْ يَ ْع َم ُل ل‬ ٍ ‫ِقير‬
ِ ‫اط فَ َع ِم َل‬
َ ‫س َع َلى ق‬ َّ ‫يب‬
ُ ‫ الش ْم‬ ْ ‫ى منَ ا ْل َع‬ َ ‫ َق‬، ‫ارى ثُ َّم‬ َ ‫ص‬ َ َّ ‫ت الن‬ َ
‫صت ُ ُك ْم‬ْ ‫ال َه ْل نَ َق‬ َ ‫ َوأ َ َق َّل َعطَا ًء َق‬، ً‫ فَ َقا ُلوا َما َلنَا أ َ ْكث َ َر َع َمال‬، ‫ارى‬ َ َّ ‫ت ا ْليَ ُهو ُد َوالن‬ ِ َ‫ضب‬ ِ ‫ فَ َغ‬، ‫فَأَنْت ُ ْم ُه ْم‬
َ ‫ص‬
‫شا ُء‬َ َ ‫يه َمنْ أ‬ ِ ‫وت‬ِ ُ ‫ضلِى أ‬ ْ َ‫ال فَذَلِ َك ف‬ َ ‫ِمن‬
َ ‫ َق‬. َ‫ْ ح ِّق ُك ْم َقا ُلوا ال‬

“Permisalan kalian dengan ahli kitab (Yahudi dan Nashrani) seperti permisalan seseorang yang
diberi upah. Ditanya, “Siapa yang mau bekerja dari pagi hingga pertengahan siang (waktu zawal
atau waktu Zhuhur, pen.) lalu mendapat upah satu qirath?” Lalu yang bekerja ketika itu adalah
orang Yahudi.

Kemudian ditanya lagi, “Siapa yang mau bekerja dari pertengahan siang hingga waktu ‘Ashar
dengan mendapat upah satu qirath?” Lantas yang bekerja adalah Nashrani.

Lalu ditanya lagi, “Siapa yang mau bekerja dari ‘Ashar hingga matahari tenggelam, upahnya dua
qirath?” Itulah kalian umat Islam.

Yahudi dan Nashrani lantas marah. Mereka katakan, “Kami lebih banyak bekerja, namun kenapa
kami diberi sedikit?” Dijawab, “Apakah upah kalian dikurangi?” Mereka jawab, “Tidak.” Lalu
dijawab, “Itulah keutamaanku dan keutamaan yang diberi pada siapa saja yang dikehendaki oleh
Allah.” (HR. Bukhari, no. 2268)

Upah bagi Yahudi dan Nashrani tetap ada. Mereka tidak setuju lantaran mereka sudah bekerja
lebih lama namun kenapa hanya mendapatkan satu qirath. Sedangkan umat Islam yang bekerja
dalam waktu yang lebih singkat malah mendapatkan upah lebih besar yaitu dua qirath.

Satu qirath adalah ukuran 1/12 dirham atau 1/20 dinar. Dua ratus dirham itu sama dengan nisab
perak yaitu 5 juta rupiah. Berarti 1 dirham sama dengan 25.000, 1/12 dirham sama dengan 2.083
rupiah. Gambarannya upah dengan qirath adalah upah yang sedikit.

Terbukti kalau amalan ringan dalam agama Islam bisa berpahala besar di sisi Allah.

Faedah dari Syaikh ‘Abdul Hadi Al-Umari dalam Daurah Makassar membahas kitab Fadhlul Islam

Penjelasan Imam Ibnu Hajar


Dalam syarahnya yang berjudul Fathul Baari (jilid 4 hal 566 cet. Daarul Kutub Al–Ilmiyyah), Ibnu
Hajar mengatakan sebagai berikut yang artinya: “Hadits ini dijadikan dalil bahwa eksistensi umat
ini mencapai lebih dari seribu tahun, sebab konsekuensi dari hadits ini ialah bahwa eksistensi
Yahudi setara dengan gabungan eksistensi (umur) Nasrani dan muslimin. Sedangkan ahli sejarah
telah sepakat bahwa tenggang waktu yang dilalui umat Yahudi hingga diutusnya Nabi adalah lebih
dari 2000 tahun, sedangkan tempo yang dilalui Nasrani hingga diutusnya Nabi adalah 600 tahun,
dan ada pula yang mengatakan kurang dari itu, sehingga tempo yang akan dilalui kaum muslimin
pasti lebih dari seribu tahun.”

Ini berarti bahwa Ibnu Hajar sekadar menukil pendapat sebagian kalangan dalam menafsirkan
hadits tersebut tanpa menyebut siapa orang yang berpendapat. Dengan kata lain, ini pendapat
yang bersumber dari orang misterius yang agaknya bukan tergolong ulama panutan. Andai saja
orangnya tergolong ulama panutan, pastilah namanya layak untuk disebutkan. Jadi, Ibnu Hajar
sendiri sama sekali tidak bisa dianggap menyetujui pendapat tersebut karena beliau sendiri
menukilnya dengan shighat mabni lil majhul, yang identik dengan shighat tamridh, dan shighat
tamridh mengesankan lemahnya pendapat yang dinukil.

Ibnu Hajar juga mengatakan sebelumnya sebagai berikut: “Hadits ini juga mengandung isyarat
akan singkatnya umur dunia yang tersisa. Jadi, kalkulasi umur umat Islam sama dengan umur
Yahudi dikurangi umur Nasrani, alias 2000 lebih sedikit dikurangi 600 tahun, yakni 1400 tahun
lebih sedikit.”

Imam As-Suyuthi kembali menjelaskan dalam kitabnya Al-


Kasyf
Sementara itu, As–Suyuti dalam kitab (‫ )الكشف عن مجاوزة هذه األمة األلف‬mengatakan: “Berdasarkan
sejumlah riwayat (atsar), umur umat ini (islam) adalah lebih dari seribu tahun, namun lebihnya
tidak mungkin lebih dari 500 tahun (Al-Kasyf hlm. 206). Artinya, maksimal umur umat ini adalah
1500 tahun.”

Dari kedua pendapat inilah lantas disimpulkan bahwa umur umat Islam berkisar antara 1400-1500
tahun, sedangkan kita saat ini berada pada tahun 1437 H. Sebagaimana dimaklumi, bila
ditambahkan 13 tahun (periode prahijrah sejak masa kenabian Rasulullah shallallaahu’alaihi wa
sallam), berarti umur umat Islam saat ini adalah 1450 tahun. Artinya, tempo yang tersisa
sehingga umat ini punah ialah 50 tahun saja. Dan bila kita tinjau dari hadits shahih tentang
turunnya Isa Al-Masih di akhir zaman menjelang kiamat, kita dapatkan bahwa Isa Al-Masih akan
hidup selama 40 tahun di bumi sebelum akhirnya wafat dan disalatkan oleh kaum Muslimin
(berdasarkan H.R. Abu Dawud, disahihkan oleh Al-Albani). “Artinya, turunnya Isa Al-Masih tinggal
kurang dari 10 tahun lagi dari sekarang! Dan turunnya Isa Al-Masih merupakan salah satu tanda
besar hari kiamat!” demikianlah menurut pendapat yang meyakini kalkulasi tersebut.

Sanggahan pertama: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam


membicarakan perumpamaan bukan memastikan umur umat
islam
Perlu diketahui, bahwa kedua hadits dalam Shahih Bukhari di atas, bukanlah dalam konteks
menjelaskan umur umat Islam, melainkan sekadar membuat perumpamaan. Hal ini dijelaskan
oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali (wafat 795 H): “Hadits ini disampaikan oleh Nabi shallallaahu’alaihi wa
sallam sekedar sebagai perumpamaan, dan perumpamaan itu cenderung bersifat longgar.” (Fath
Al-Bari, 4:341)

Dengan demikian, ketika Nabi menyerupakan eksistensi kita dibanding umat-umat sebelumnya
ialah seperti tempo antara masuknya waktu asar hingga terbenam matahari, maka ini sekedar
permisalan dengan maksud mubaalaghah (majas hiperbola) dalam menjelaskan dekatnya
terjadinya hari kiamat. Dan hal ini bukan berarti bahwa eksistensi umat akan sesingkat itu. Dari
sini, jelaslah bahwa Nabi tidak sedang menjelaskan umur umat Islam dalam hadits tersebut,
sebagaimana yang dipahami oleh sebagian kalangan.

Sanggahan kedua: Hadits membicarakan banyak sedikitnya


amal
Alasan lain yang menguatkan bahwa yang dimaksud oleh hadits ini ialah sebatas banyak
sedikitnya amal tanpa dikaitkan dengan panjang pendeknya tempo masing-masing umat adalah
bahwa mayoritas ahli sejarah menyebutkan selang waktu antara Nabi Isa ‘alaihissalaam dengan
Nabi kita shallallaahu’alaihi wa sallam adalah 600 tahun, dan ini merupakan pendapat Salman Al
Farisi yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari. Meski demikian, ada pula yang berpendapat
bahwa temponya kurang dari itu, sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa selang waktunya
hanya 125 tahun!

Padahal, kita menyaksikan bahwa selang waktu yang telah dilalui oleh umat Islam sejauh ini
adalah lebih dari 600 tahun.

Dengan demikian, bila kita berpegang pada pendapat bahwa yang dimaksud adalah perumpamaan
panjang pendeknya tempo masing-masing umat (alias bukan banyak sedikitnya amal mereka),
maka konsekuensinya waktu asar harus lebih panjang daripada waktu zuhur, padahal tidak ada
seorang alim pun yang berpendapat demikian. Ini berarti bahwa yang dimaksud lewat
perumpamaan tersebut sebenarnya ialah banyak-sedikitnya amalan. Wallaahu Ta’ala a’lam. (Fath
Al-Bari, Ibnu Hajar, 2:50-51, Cet. Daarul Kutub Al-Ilmiyyah).
Sanggahan ketiga: Hanya Allah yang mengetahui kapan
terjadinya kiamat
Ibnu Rajab mengatakan, “Menentukan sisa waktu (umur) dunia dengan bersandar kepada hadits-
hadits seperti ini adalah sesuatu yang tidak dibenarkan karena hanya Allah-lah yang mengetahui
kapan terjadinya kiamat, dan tidak seorang pun yang diberitahu tentang waktunya. Oleh
karenanya, Nabi ketika ditanya tentang kapan terjadinya kiamat telah menjawab, ‘Orang yang
ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya’.” Jadi, maksud dari perumpamaan Nabi dalam
hadits ini ialah sekedar mendekatkan waktu terjadinya hari kiamat, tanpa menentukan waktunya.
(Fathul Baari, Ibnu Rajab, 4:338).

Allah Ta’ala berfirman,

‫ السا َع َة تَ ُكونُ َق ِريبًا‬ َ ‫ا عن ْ َد اهللَِّ ۚ َو َما ُي ْد ِر‬


َّ ‫يك َل َع َّل‬ ِ ‫ السا َع ِة ۖ ُق ْل إِنَّ َم‬
ِ ‫ا ع ْل ُم َه‬ َّ ‫اس َع ِن‬
ُ َّ ‫سأ َ ُل َك الن‬
ْ ‫َي‬

“Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan


tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi
hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.” (QS. Al-Azhab: 63)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata,

‫يقول تعالى مخبرا ً لرسوله صلوات اهلل وسالمه عليه أنه ال علم له بالساعة وإن سأله الناس عن‬
. ‫ وأرشده أن ير ّد علمها إلى اهلل عز وجل اهـ‬،‫ذلك‬

“Allah mengabarkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau tidak ada
pengetahuan tentang hari kiamat, di mana orang-orang bertanya tentang hal itu. Namun ilmu
tentang hari kiamat dikembalikan kepada Allah.”

Syaikh Asy-Syinqithi mengatakan,

. ‫ أن الساعة ال يعلمها إال اهلل وحده اهـ‬: ‫ فمعنى اآلية‬، ‫ومعلوم أن )إنما( صيغة حصر‬

“Innama (sesungguhnya) dalam ayat ini bermakna hasyr (pembatasan, yang berarti hanya).
Sesungguhnya kiamat tidak diketahui kecuali hanya Allah saja.” (6:64)

Dalam hadits Jibril disebutkan,

ِ ‫َ الس‬
‫ائ ِل‬ ِ ‫سئ ُ ْو ُل ِبأ َ ْع َل َم‬
َّ ‫ من‬ َ ‫ َق‬, ‫ السا َع ِة‬
ْ َ ‫ال ” َما امل‬ َّ ‫خ ِب ْر ِني َع ِن‬ َ ‫َق‬
ْ َ ‫ فَأ‬, ‫ال‬

Orang itu berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang kiamat.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab,” Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya.” (HR. Muslim, no.
8)
‫‪Sanggahan keempat: Riwayat yang digunakan As-Suyuthi itu‬‬
‫‪dhaif‬‬

‫هذه اآلثار التي استدل بها السيوطي رحمه اهلل قد ضعفها أهل العلم بل حكموا عليها بأنها‬
‫كذب ‪.‬‬

‫قال ابن القيم في “املنار املنيف” )‪ (1/80‬وهو يذكر الطرق التي يعرف بها أن الحديث‬
‫موضوع ‪ ،‬قال ‪:‬‬

‫“ومنها ‪ :‬مخالفة الحديث لصريح القرآن ‪ ،‬كحديث مقدار الدنيا وأنها سبعة آالف سنة ونحن‬
‫اآلن في األلف السابعة ‪ .‬وهذا من أبني الكذب ‪ ،‬ألنه لو كان صحيحا لكان كل أحد علم أنه قد‬
‫بقي للقيامة من وقتنا هذا مئتان وإحدى وخمسون سنة ‪ ،‬واهلل تعالى يقول ‪ ) :‬يسألونك عن‬
‫الساعة أيان مرساها قل إنما علمها عند ربي ال يجليها لوقتها إال هو ثقلت في السموات‬
‫واألرض ال تأتيكم إال بغتة يسألونك كأنك حفي عنها قل إنما علمها عند اهلل ( األعراف ‪”187/‬‬
‫اهـ ‪.‬‬

‫وقال ابن كثير في “النهاية في الفنت واملالحم” )‪: (1/25‬‬

‫لم يثبت في حديث عن النبي ص َّلى اهللَُّ َع َليْ ِه َو َ‬


‫س َّل َم أنه حدد وقت الساعة بمدة محصورة ‪ ،‬وإنما‬ ‫َ‬
‫ذكر شيئا ً من أشراطها وأماراتها وعالماتها اهـ ‪.‬‬

‫وقال أيضا ً )‪: (2/28‬‬

‫والذي في كتب اإلسرائيليني وأهل الكتاب من تحديد ما سلف بألوف ومائتني من السنني قد‬
‫نص غير واحد من العلماء على تخطئتهم فيه وتغليطهم ‪ ،‬وهم جديرون بذلك حقيقيون به ‪ ،‬وقد‬
‫ورد في حديث ‪“ :‬الدنيا جمعة من جمع اآلخرة” وال يصح إسناده أيضا ً ‪ ،‬وكذا كل حديث ورد‬
‫فيه تحديد لوقت يوم القيامة على التعيني ال يثبت إسناده اهـ ‪.‬‬

‫وقال السخاوي في “املقاصد الحسنة” )ص ‪: (444 :‬‬

‫كل ما ورد مما فيه تحدي ٌد لوقت يوم القيامة على التعيني ‪ ،‬فإما أن يكون ال أصل له ‪ ،‬أو ال يثبت‬
‫إسناده اهـ ‪.‬‬
Sanggahan kelima: Tanda kiamat harusnya sudah muncul pada
tahun 1237 H jika memakai perhitungan Imam As-Suyuthi
Setelah merujuk ke kitab As Suyuti, ternyata atsar-atsar yang menjadi pijakan As-Suyuti hingga
mengatakan bahwa Allah menangguhkan umat Islam sampai lebih dari 1000 tahun, dan lebihnya
tidak akan lebih dari 500 tahun (alias maksimal umur umat ini adalah 1500 tahun), semuanya
adalah atsar-atsar yang tergolong dha’if. Sementara atsar sahabat yang sahih dalam bab ini,
menurut para ulama sumbernya adalah dari ahli kitab. Kesimpulannya, semua atsar ini tidak bisa
jadi pijakan dalam masalah yang sangat vital seperti ini.

Oleh karenanya, pendapat As-Suyuthi tersebut dibantah oleh As-Shan’ani dalam risalahnya yang
berjudul ‫( كم الباقي من عمر الدنيا؟‬Berapa Sisa Umur Dunia?). As-Shan’ani menyebutkan atsar-atsar
yang menjadi pijakan As-Suyuti, yaitu:

1. Atsar Abdullah bin Amru bin Ash yang berbunyi:

‫يبقى الناس بعد طلوع الشمس من مغرهبا مائة وعشرين سنة‬

“Setelah matahari terbit dari Barat, manusia akan tetap eksis selama 120 tahun“.

2. Bahwasanya Isa Al-Masih akan tetap hidup selama 40 tahun setelah membunuh Dajjal.
3. Kemudian setelah itu Isa akan menggantikan kepemimpinan seorang lelaki dari Bani Tamim
selama 3 tahun.
4. Dan bahwasanya manusia akan tetap hidup 100 tahun setelah Allah mengirim angin baik
yang mencabut ruh setiap mukmin, akan tetapi mereka yang masih hidup tersebut tidak
mengenal agama apa pun.

Setelah menyebutkan atsar-atsar tadi, As-Shan’ani lantas berkata:

‫ ويضاف إليه مئتان وثالث‬،‫ ونحن اآلن في قرن الثاني عشر‬،‫فهذه مئتان وثالث وستون سنة‬
‫ وعلى قوله إنه ال يبلغ خمسمئة‬،‫ فيكون الجميع أربعة عشر مئاة وثالث وستون‬،‫وستون سنة‬
‫ يتخرج منه أن‬،‫ أربعمئة وثالث وستني سنة‬:‫ يكون منتهى بقاء األمة بعد األلف‬،‫سنة بعد األلف‬
!‫خروج الدجال –أعاذنا اهلل من فتنته– قبل انخرام هذه املئة التي نحن فيها‬

“Berarti, total temponya ialah 263 tahun, sedangkan kita saat ini berada pada abad ke-12 hijriyah,
yang bila ditambah 263 tahun, berarti totalnya 1463 tahun. Dan menurut pendapat As-Suyuti
yang mengatakan, ‘Bahwa penangguhan umur umat islam tidak lebih dari 500 tahun setelah
berlalu seribu tahun,’ berarti batas akhir eksistensi umat Islam setelah melalui 1000 tahun, adalah
463 tahun. Kesimpulannya, keluarnya Dajjal –semoga Allah melindungi kita darinya– adalah
sebelum abad ke-12 H ini berakhir!”1

Jadi, ternyata atsar-atsar yang dijadikan pijakan oleh As-Suyuti untuk menentukan batas umur
umat Islam maksimal adalah 1500 tahun itu memiliki kalkulasi yang berbeda. Sebabnya, 1500
tahun itu masih dikurangi peristiwa-peristiwa berikut:
1. Tempo 120 tahun setelah matahari terbit dari barat.
2. Tempo 40 tahun dari keberadaan Isa Al-Masih setelah terbunuhnya Dajjal.
3. Tempo 3 tahun ketika Isa menggantikan kepemimpinan seorang lelaki Bani Tamim.
4. Tempo 100 tahun setelah semua orang beriman diwafatkan melalui berhembusnya angin
baik.

Totalnya dari data di atas ialah 120 + 40 + 3 + 100 = 263 tahun. Kesimpulannya, umur umat
Islam harus berakhir setelah melalui (1500 – 263 =) 1237 tahun. Dengan kata lain, semua
peristiwa besar tadi mestinya telah muncul pada tahun 1237 H menurut kalkulasi As-Suyuti (yang
ternyata tidak terjadi)!

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid membantah perkataan Imam As-Suyuthi:

Imam Suyuthi menyebutkan bahwa Imam Mahdi muncul setelah 1200 H. Sekarang kita
sudah menginjak 1400-an Hijriyah, Imam Mahdi pun belum muncul.
Imam Suyuthi katakan bahwa manusia akan tinggal ketika matahari terbit dari arah
tenggelamnya selama 120 tahun, lalu kiamat terjadi. Berarti kalau sekarang 1400 H, berarti
harusnya matahari sudah terbit dari arah tenggelamnya selama 20 tahun.
Dajjal muncul pada kepala seratus tahun, lalu Isa bin Maryam akan membunuhnya. Isa akan
hidup setelah itu empat puluh tahun. Padahal kita berada pada 100 tahun terakhir menurut
perhitungan Imam Suyuthi. Namun sampai saat ini Dajjal belum keluar dan Isa bin Maryam
juga belum turun.

Yang Ada Umur Umat Islam Terbatas 60 Tahun


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ْ ‫ى السبْ ِع‬
‫ني َوأ َ َق ُّل ُه ْم َمنْ يَ ُجوزُ ذَلِ َك‬ َّ ‫ني إِ َل‬
َ ْ ِّ ‫ الست‬
ِّ ‫ني‬َ ْ ‫ار أ ُ َّم ِتـي َما َب‬
ُ ‫أ َ ْع َم‬

“Umur umatku antara 60 hingga 70 dan sedikit dari mereka yang melebihi itu.” (HR. Tirmidzi, no.
3550; Ibnu Majah, no. 4236. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Ibnu Batthal rahimahullah berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa umur
umat Islam tidaklah panjang dibanding dengan umur umat sebelumnya, supaya umat Islam saat
ini gemar beramal.” Lihat Syarh Shahih Al-Bukhari, 2:224.

Referensi:

1. https://islamqa.info/ar/answers/33689/
2. https://kipmi.or.id/koreksi-pemahaman-terhadap-hadits-tentang-umur-umat-islam-3.html
3. https://kipmi.or.id/koreksi-pemahaman-terhadap-hadits-tentang-umur-umat-islam-2.html
4. https://kipmi.or.id/koreksi-pemahaman-terhadap-hadits-tentang-umur-umat-islam-1.html

Baca Juga:
Faedah Surat Yasin: Kapan Kiamat itu Datang?
Hari Akhir, Tahapan Akhir Kehidupan Manusia

Masjid Agung Trans Studio, 2 Jumadal Ula 1441 H (29-12-2019)

Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc


http://www.rumaysho.com

Lulusan S-1 Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan S-2 Polymer Engineering (Chemical
Engineering) King Saud University, Riyadh, Saudi Arabia. Guru dan Masyaikh yang pernah diambil ilmunya: Syaikh
Shalih Al-Fauzan, Syaikh Sa'ad Asy-Syatsri dan Syaikh Shalih Al-'Ushaimi. Sekarang menjadi Pimpinan Pesantren
Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul.

Anda mungkin juga menyukai