Anda di halaman 1dari 8

‫الس ــالمـ عليك ـ ـمـ ورمحة اهلل وبركـ ــاته‬

‫ـ وأشهد أن ال إله إال اهلل وحده ال شريك له‬،‫ والشكر له على توفيقه وامتنانه‬،‫احلمد هلل على إحسانه‬
‫ اللهم صلى عليه وعلى آله‬،‫ وأشهد أن حممدا عبده ورسوله الداعي إىل رضوانه‬،‫تعظيما لشأنه‬
‫وأصحابه وإخوانه‬

‫ قال اإلمام احلسن البصري‬:


"‫"يا ابن آدم امنا انت أيام فإذا ذهب يومك ذهب بعضك‬
 
QS. Al-A'raf Ayat 34

‫اعةً َّواَل يَ ْسَت ْق ِد ُم ْو َن‬ ِ ِ ۚ ٍ ِ


َ ‫َول ُك ِّل اَُّمة اَ َج ٌل فَاذَا َجاۤءَ اَ َجلُ ُه ْم اَل يَ ْستَْأخ ُر ْو َن َس‬

34. Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan
sesaat pun.

Para ahli tafsir diantaranya Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan di


awal tafsir beliau tentang surat Al 'Ashr:

Dahulu Amr bin Ash radhiyallahu Ta'ala 'anhu Dia datang menemui Musailamah
Al Kadzab  yang mengaku sebagai nabi baru.
Tatkala beliau bertemu dengan Musailamah Al Kadzab, maka Musailamah Al
Kadzab bertanya kepada Amr bin Ash "Apakah dimasa sekarang ini ada surat yang
diturunkan kepada muhammad?"

Maka Amr bin Ash radhiyallahu Ta'ala 'anhu menjawab:


"Na'am (benar), telah diturunkan kepadanya suatu surat yang ringkas namun sangat
dalam maknanya."
Kemudian Amr bin Ash membaca surat tersebut.

‫* َو ْال َعصْ ِر‬


ٍ ‫* ِإ َّن اِإْل ْن َسانَ لَفِي ُخس‬
‫ْر‬
َّ ‫ بِال‬D‫صوْ ا‬
‫صبْر‬ ِّ ‫ بِ ْال َح‬D‫اصوْ ا‬
َ ‫ق َوت ََوا‬ ِ ‫ِإاَّل الَّ ِذينَ آ َمنُوا َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
َ ‫ت َوت ََو‬

⑴ Demi masa,
⑵ Sesungguhnya seluruh manusia dalam kerugian,
⑶ Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan saling nasehat
menasehati (wasiat mewasiatkan) di dalam melaksanakaan kebenaran dan
saling wasiat mewasiatkan (nasehat, menasehati) dalam kesabaran.

(Apa yang dilakukan oleh Musailamah Al Kadzab tatkala mendengar surat ini? )
Maka diapun terdiam sebentar (dia berpikir sebentar).
Dia (Musailamah Al Kadzab) kemudian berkata:

"Saya juga diturunkan surat."

(Bukan hanya Nabi Muhammad saja yang diberi surat tersebut, saya juga di beri
surat yang lain.)
Maka Amr bin Ash berkata:
"Mana surat yang diturunkan kepadamu?"
Maka Musailamah Al Kadzab pun mengatakan yang artinya:

"Wahai marmut, sesungguhnya engkau itu dua telingga yang besar dan dada."

(Sama dengan: ‫ْر‬ ٍ ‫ َو ْال َعصْ ِر ِإ َّن اِإْل ْن َسانَ لَفِي ُخس‬dia (Musailamah Al Kadzab) mempunyai
surat yang lain)

Kemudian dia bertanya kepada Amr bin Ash:


"Bagaimana menurutmu, wahai Amr bin Ash, surat yang turun kepadaku?"

Amr bin Ash berkata:

"Wahai Musailamah, Wallahi, sesungguhnya engkau sungguh tahu, bahwa saya ini
tahu engkau itu adalah pendusta."

⇒ Ini disebutkan oleh ahli tafsir diantaranya Ibnu Katsir rahimahullah tentang
surat Al Ashr.

Adapun surat Al Ashr adalah surat Makiyyah, yang diturunkan Allah Subhanahu
wa Ta'ala kepada Nabi  shallallahu 'alayhi wa sallam  tatkala Nabi di Mekkah,
meskipun sebagian kecil ulama berpendapat bahwasanya dia adalah surat
Madaniyyah.

Surat ini, sebagaimana disebutkan oleh Amr bin Ash radhiyallahu Ta'ala 'anhu,
merupakan surat yang pendek namun maknanya sangat dalam.

Sampai-sampai At Thabrani rahimahullah menyebutkan riwayat dari para shahabat


bahwa para shahabat kalau bertemu mereka saling membacakan surat Al 'Ashr.

” : ‫اآلخَر‬
ِ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َذا ْالتَقَيَا لَ ْم يَ ْفت َِرقَا َحتَّى يَ ْق َرَأ َأ َح ُدهُ َما َعلَى‬
َ ‫ب النَّبِ ِّي‬ِ ‫ُالن ِم ْن َأصْ َحا‬
ِ ‫َكانَ ال َّرج‬
َ ‫َأ‬ ِّ
ِ ‫ ث َّم يُ َسل َم َح ُدهُ َما َعلى اآلخ‬، ” ‫ْر‬
‫َر‬ ُ ٍ ‫َو ْال َعصْ ِر ِإ َّن اِإل ن َسانَ لفِي خس‬
ُ َ ْ

"Bahwasanya dua orang shahabat nabi shallallahu 'alayhi wa sallam  apabila


mereka bertemu, mereka tidak berpisah kecuali sebelum mereka berpisah,
mereka membacakan surat Al 'Ashr."

(Hadits shahih riwayat Abu Dawud dalam Az Zuhd, no. 417; Ath Thabrani dalam
Al Mu'jam Al Awsath, 5: 215; Al Baihaqi dalam Syu'ab Al Iman, 6: 501. Syaikh
Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih, lihat Silsilah Al Ahadits Ash
Shahihah, no. 2648)

Jadi sebelum berpisah dibacakan surat Al 'Ashr. Salah satu membacakan kepada
yang lainnya.

Kenapa?

Karena surat Al 'Ashr adalah surat yang pendek akan tetapi maknanya sangat
dalam. Sampai-sampai Al Baihaqi dalam Manaqibus Syafi'i meriwayatkan
perkataan Imam As Syafi'i:

‫لو فكر الناس كلهم في سورة العصر لكفتهم‬

"Seandainya seluruh manusia merenungkan tentang makna dari surat ini, maka
sudah cukup bagi mereka."

(Tafsir Ibnu katsir 8/499)

Artinya tidak perlu surat-surat yang lain, karena surat ini adalah surat yang pendek
namun maknanya sangat dalam.

√ sampai-sampai para shahabat kalau bertemu mereka membacakan surat ini.


√ sampai-sampai Imam Syafi'i mengatakan kalau manusia merenungkan
(mentaddaburi) isi dari surat Al 'Ashr maka cukup bagi mereka.

Dalam riwayat yang lain dari Imam Syafi'i, beliau mengatakan, "Maka sudah
cukup bagi mereka surat ini (Al 'Ashr)."

Inilah surat yang dihapalkan hampir seluruh kaum muslimin.

Apa kaitannya dengan surat At Takatsur?

Kaitannya:

⑴ Surat At Takatsur menjelaskan bahwa  diantara sebab seorang terjerumus


kedalam adzab kubur (dan adzab neraka Jahannam) adalah at takatsur, sifat
berlomba-lomba memperbanyak harta (dunia).

⇒ Paling banyak mobilnya, kebunnya, rumahnya,  mereka berlomba-lomba dalam


memperbanyak harta yang semua itu tidak akan bermanfaat bagi akhiratnya.

Kita berlomba-lomba boleh dalam hal akhirat akan tetapi untuk masalah dunia kita
ambil secukupnya, tidak perlu berlomba-lomba.

Gara-gara menyibukan mencari  dunia yang tidak bermanfaat diakhirat dan


akhirnya terjatuh dalam kerugian.
Diantara kerugian tersebut adalah adzab kubur dan adzab di neraka Jahannam.

⑵ Surat Al Ashr menjelaskan tentang kerugian. Bahwasanya manusia pada


dasarnya berada dalam kerugian.

Saya katakan tadi bahwasanya surat ini adalah surat yang pendek namun maknanya
dalam. Dan surat yang pendek lainnya di dalam Al Qur'an adalah  surat Al Ashr,
An Nashr dan Al Kautsar.

Kita mencoba untuk menggali kandungan dari surat ini.

Pada surat ini intinya Allah ingin menjelaskan bahwasanya manusia semua dalam
kerugiaan. Untuk bisa lolos dari kerugian tersebut dia harus melakukan 4 (empat)
perkara, yaiiu:

① Beriman
② Beramal Shalih
③ Saling menasehati dalam kebenaran
④ Saling menasehati dalam kesabaran.

Barang siapa yang tidak melakukan empat-empatnya maka akan ada kerugian yang
mengenai dia. Pasti dia terkena dari sebagian kerugiaan. Dia hanya bisa lolos dari
segala bentuk kerugian kalau dia sudah melaksanakan 4 perkara di atas.

Allah membuka suratnya dengan: ‫( َو ْال َعصْ ِر‬demi masa). Para ulama khilaf tentang al
'ashr disini. Apakah al 'ashr disini maksudnya waktu 'ashar yang kita pahami? dan
ini pendapat sebagian ulama.

Dan kita tahu waktu 'ashar adalah waktu setelah dari adzan 'ashar sampai panjang
bayangan seseorang dua kali dari panjang tubuhnya.

Sedangkan waktu zhuhur dimulai matahari tergelincir dari tengah langit dan
berakhir tatkala panjang bayangan suatu benda sama dengan pajang benda tersebut,
dan ini adalah awal dari waktu ashar.

Jadi kapan waktu ashar berakhir?

Kata para ulama waktu ashar berakhir sebagaimana disebutkan dalam hadits Jibril,
bahwasanya waktu ashar adalah jika panjang bayangan suatu benda dua kali lipat
dari benda tersebut.
Misalnya:

Jika ada kayu kita tegakan kayu tersebut panjangnya 2 (dua) meter kalau panjang
bayangannya sudah 4 (empat) meter berarti waktu ashar sudah selesai, ini yang
disebut dengan waktu  ikhtiyariy. Seseorang tidak boleh sengaja shalat ashar keluar
dari waktu ini kecuali ada halangan.

Jadi pada waktu idhthirariy (waktu darurat, waktu antara waktu ikhtiyariy sampai
dengan matahari terbenam) boleh mengerjakan shalat 'ashar (jika ada halangan).

Mereka mengatakan waktu ashar sampai bayangan suatu benda 2 (dua) kali lipat
setelah itu namanya ashy atau ashyla.
 
⇒ Intinya sebagian ulama mengatakan bahwa al 'ashr adalah waktu 'ashar.

Kenapa Allah bersumpah dengan waktu ashar?

Karena di waktu 'ashar ada shalat 'ashar, dan shalat 'ashar termasuk shalat yang
sangat penting, oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

َ‫ هَّلِل ِ قَانِتِين‬D‫صاَل ِة ْال ُو ْسطَ ٰى َوقُو ُموا‬ َّ ‫ َعلَى ال‬D‫َحافِظُوا‬


ِ ‫صلَ َوا‬
َّ ‫ت َوال‬

"Hendaknya kalian menjaga shalat-shalat dan jagalah shalat ashar (shalat


wustha')"

(QS Al Baqarah: 238)

Kenapa kita harus menjaga shalat ashar (wustha')?

Karena, banyak orang yang lalai dari shalat 'ashar, terutama tatkala sudah letih
pulang dari bekerja, sehingga shalat 'asharnya ditinggalkan atau dikerjakan dengan
terlambat (tidak tepat waktu).

Oleh karenanya Allah mengatakan, "Jagalah shalat dan jagalah shalat 'ashar."

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari nomor 594, kata Nabi
shallallahu 'alayhi wa sallam:
ُ‫صالَةَ ْال َعصْ ِر فَقَ ْد َحبِطَ َع َملُه‬ َ ‫َم ْن تَ َر‬
َ ‫ك‬

"Barangsiapa yang meninggalkan shalat 'ashar maka pada hari tersebut


gugur amalannya."

Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu 'alayhi wa sallam  bersabda:

َ‫صلَّى ْالبَرْ َد ْي ِن َد َخ َل ْال َجنَّة‬


َ ‫َم ْن‬

"Barangsiapa shalat pada waktu 2 (dua) dingin maka dia masuk surga."
 
(Hadits riwayat Al Bukhari no. 540 dan Muslim no. 1005)

Maksudnya 2 (dua) waktu dingin tersebut adalah shalat subuh dan shalat 'ashar, 
karena shalat subuh adalah awal dingin dipagi hari dan shalat 'ashar adalah mulai
awal dingin menuju malam hari.

Inilah pentingnya shalat 'ashar. Oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta'ala


bersumpah dengan waktu 'ashar karena pada waktu 'ashar dilaksanakan shalat
'ashar.

Ini pendapat sebagian ulama.

Sebagian lagi mengatakan, kenapa Allah bersumpah dengan waktu 'ashar?

Karena matahari mulai meredup tatkala shalat 'ashar menunjukan bahwa matahari
ada waktunya. Matahari tidak akan menyala terus dan tidak akan bersinar terus,
mulai meredup pada waktu tersebut (waktu 'ashar).

Mengingatkan kita adanya perubahan kondisi bahwasanya manusia tidak akan


selamanya demikian. Dia akan berubah menuju kondisi semakin lemah dan
semakin lemah dan akhirnya akan meninggal dunia.

Ini diantara pendapat sebagian ulama.

Akan tetapi jumhur ulama berpendapat yang disebut dengan al 'ashr adalah masa
(zaman), sebagaimana yang kita baca dalam terjemahan Al Qur'an kita.
Wal-'ashr artinya "demi masa" (demi zaman), karena masa adalah tempat kita
beramal, tempat seorang mendapatkan keberuntungan dan tempat seorang
mendapatkan kerugian.

Kapan dia mendapatkan keberuntungan?

Jika dia beramal shalih, beriman, bertawashabilhaq, bertawashabishshabr, maka


dia akan mendapatkan keberuntungan, akan mendapatkan pahala, kemenangan.

Namun jika dia kemudian lalai tidak beriman, tidak beramal shalih maka di akan
mendapatkan kerugian.

Dia mendapatkan keberuntungan atau kerugian di dalam masa. Masa ini tempat
beramal. Masa yang sekarang sedang kita hadapi adalah tempat kita beramal. Oleh
karenanya Allah bersumpah dengan: "Demi masa".

Demikianlah yang dapat kita sampaikan pada kesempatan kali ini,  In sya Allah 
besok kita lanjutkan.

َ‫ َوَأتُوْ بُ ِإلَ ْيك‬، َ‫ َأ ْستَ ْغفِرُك‬، َ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ َأ ْنت‬D، َ‫ك اللَّهُ َّم َوبِ َح ْم ِدك‬
َ َ‫ُس ْب َحان‬
‫الســـالمـ عليكــــمـ ورحمة هللا وبركــــاته‬

Anda mungkin juga menyukai