A. KONSUMERISME
Konsumerisme ialah gerakan sosial oleh berbagai pihak untuk meningkatkan
posisi konsumen dalam berinteraksi dengan penjual, baik sebelum, saat dan setelah
konsumsi dilakukan. Konsumen perlu mengetahui hak secara jelas sehingga jika tidak
sesuai dapat mengidentifikasi letak ketidaksesuaian karena kecerobohan
konsumen. Perkembangan teknologi informasi dan era perdagangan bebas
menimbulkan masalah konsumerisme baru yang harus diwaspadai oleh berbagai
pihak sehingga dapat mencegah dampak yang merusak bagi konsumen (Peter Salim,
1996).
Konsumtivisme dan konsumerisme berbeda, konsumerisme justru harus
digalakkan sedang konsumtivisme harus dijauhi karena hidup secara konsumtif,
sehingga tidak mempertimbangkan fungsi tetapi prestise barang. Konsumtif ialah
mengonsumsi barang/ jasa secara berlebihan, mendahulukan keinginan daripada
kebutuhan, tanpa skala prioritas dan gaya hidup bermewah – mewahan. Sedang
konsumerisme gerakan konsumen yang menanyakan kembali dampak aktivitas pasar
bagi konsumen (akhir). Konsumerisme juga sebagai gerakan yang memperjuangkan
kedudukan seimbang antara konsumen, pelaku usaha dan negara, tidak hanya
mencakup isu kehidupan sehari-hari, tapi mengenai produk harga naik atau kualitas
buruk, termasuk HAM berikut dampaknya bagi konsumer.
1. Masyarakat Konsumer
Masyarakat konsumer disebut masyarakat kapitalis mutakhir (Jean Braudillard,
2005) dan Adorno katakan empat aksioma penting “masyarakat komoditas/
konsumer”, diantaranya : masyarakat di dalamnya berlangsung produksi barang,
bukan terutama bagi pemuas keinginan dan kebutuhan manusia, namun demi profit
dan keuntungan. Kedua, muncul kecenderungan umum pada konsentrasi kapital yang
massif dan memungkinkan operasi pasar bebas terselubung demi keuntungan
produksi monopoli barang standarisasi, cenderung pada industri komunikasi. Ketiga,
tuntutan terus meningkat akibat kelompok yang lebih kuat cenderung untuk
memelihara, melalui sarana yang tersedia, kondisi relasi kekuasaan dan kekayaan
yang ada dalam hadapi ancaman sebenarnya mereka sebarkan sendiri. Keempat,
kekuatan produksi sangat maju, dan saat itu hubungan produksi terus membelenggu
kekuatan produksi yang ada.
2. Proses Gaya Hidup
Dalam masyarakat konsumer terdapat proses konsumsi dan pengembangan gaya
hidup (Feathersone, 2005). Pembelajaran melalui majalah, koran, televisi, dan radio
yang menekan peningkatan diri, transformasi personal, cara mengelola kepemilikan,
hubungan dan ambisi, serta cara membangun gaya hidup. Maka, mereka yang bekerja
di media, desain, mode, dan periklanan serta para intelektual informasi yang memberi
pelayanan serta memproduksi, memasarkan dan menyebarkan barang simbolik
sebagai perantara budaya baru (Bordieu, 1984). Dalam wacana kapitalisme, semua
yang diproduksi pada akhirnya akan didekonstruksi oleh produksi baru berikutnya,
berdasar hukum “kemajuan” dan “kebaruan”. Dan karena dukungan media,
realitas-realitas diproduksi mengikuti model-model yang ditawarkan oleh media
(Piliang dalam Ibrahim, 1997, hal. 200).
Budaya konsumerisme muncul setelah masa industrialisasi ketika barang mulai
diproduksi massal sehingga butuh konsumen banyak. Media menempati posisi
strategis sekaligus menentukan calon konsumen. Jadi motivasi membeli tidak lagi dari
diri sendiri berdasar kebutuhan riil, namun karena otoritas lain memaksa membeli.
Semakin cantik acara disajikan akan semakin mengundang banyak penonton.
Selanjutnya, rating tinggi merangsang produsen untuk memasang iklan yang
merupakan proses persuasi efektif dalam pengaruhi keputusan masyarakat dalam
mengonsumsi.
3. Budaya Konsumer
Pilliang kemukakan Kebudayaan konsumer dikendalikan sepenuhnya oleh hukum
komoditi dimana konsumen sebagai raja, hormati nilai individu, pemenuhi kebutuhan,
aspirasi, keinginan dan nafsu, memberi peluang setiap orang untuk asyik sendiri
(Piliang, 1999). Ada tiga perspektif utama budaya konsumer menurut Featherstone
(1991), diantaranya : budaya konsumer didasari premis ekspansi produksi komoditas
kapitalis yang menyebabkan peningkatan akumulasi budaya material luas dalam
bentuk barang konsumsi dan tempat pembelanjaan yang menyebabkan tumbuh
aktivitas konsumsi serta menonjolnya pemanfaatan waktu luang masyarakat
kontemporer Barat. Kedua, budaya konsumer berdasar perspektif sosiologis yang
lebih ketat, yaitu kepuasan diperoleh dari barang yang dikonsumsi terkait akses
terstruktur secara sosial. Fokus perspektif pada pemanfaatan barang guna
menciptakan ikatan/ perbedaan sosial. Ketiga, kesenangan emosional aktivita s
konsumsi, impian dan hasrat yang menonjol dalam khayalan budaya konsumer,
tempat konsumsi beragam timbulkan gairah dan kenikmatan estetis langsung.
Budaya konsumerisme adalah jantung kapitalisme, yaitu budaya berbagai bentuk
dusta, halusinasi, mimpi, semu, artifisialitas, pendangkalan, kemasan wujud komoditi,
melalui strategi hipersemiotika dan imagologi, yang dikonstruksi secara sosial melalui
komunikasi ekonomi (iklan, show, media). Hiperealitas menciptakan kondisi
kepalsuan berbaur keaslian; masa lalu berbaur masa kini; fakta simpang siur dengan
rekayasa; tanda melebur dengan realitas; dusta senyawa dengan kebenaran. kekuatan
hipersemiotika dan hyper-sign merupakan kekuatan utama dari apa yang disebut
sebagai wacana postmodernisme, seperti dalam arsitektur, desain, sastra, media, iklan,
fashion, musik, film dan berbagai produk kebudayaan lain yang sangat luas
4. Model dan Penelitian terhadap Perilaku Konsumen
Dalam memahami perilaku konsumen, seorang pemasar perlu penelitian terkait
konsumen& produk yang dipasarkan. Penelitian guna memperoleh informasi
karakteristik konsumen hingga pemasar lebih mengenal siapa dan bagaimana
perilaku konsumen dalam mencari, menggunakan, dan membuang produk.
B. PERLINDUNGAN KONSUMEN
1) Definisi perlindungan konsumen
-UU No.8 Tahun 1999, pasal 1 (1), “segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen”.
-GBHN 1993 melalui Tap MPR Nomor II/MPR/1993, Bab IV, huruf F butir 4a :
“pembangunan perdagangan ditujukan untuk memperlancar arus barang dan jasa
dalam rangka menunjang peningkatan produksi dan daya saing, meningkatkan
pendapatan produsen, melindungi kepentingan konsumen.”
Perlindungan konsumen ialah perangkat hukum guna lindungi dan terpenuhi
hak konsumen. Contoh, penjual wajib menunjukkan harga sebagai informasi pada
konsumen. Ketidak pahaman konsumen akan hak dan kewajiban dalam memakai
barang dan/atau jasa yang disediakan oleh pelaku bisnis sering menimbulkan kerugian
pada konsumen, baik kerugian fisik (kesehatan dan keselamatan) maupun nonfisik
(uang). Maka perlu lembaga perlindungan konsumen salah satunya Yayasan Lembaga
Konsumen Indonesia (YLKI), agar konsumen Indonesia tidak dirugikan dalam
mengonsumsi barang dan/ atau jasa. Perlindungan konsumen tertuang dalam
Undang-undang No.8 Tahun 1999 atau Undang-undang Perlindungan Konsumen
(UUPK) yang dijelaskan hak dan kewajiban konsumen dan pelaku bisnis serta
pihak-pihak terkait dalam program Perlindungan Konsumen. Berikut UU No. 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia Bab III Pasal 4 : Hak
konsumen adalah :
a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi
barang/ jasa;
b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. Hak atas informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/
jasa;
d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhan atas barang dan/atau jasa yang
digunakan;
e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan dan pendidikan konsumen secara patut;
f. Hak untuk mendapat pembinaaan dan pendidikan konsumen;
g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
h. Hak untuk mendapat barang kompensasi, ganti rugi/ penggantian, jika barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya;
i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya
j. Serta kewajiban konsumen (Pasal 55 UU No. 8 Tahun 1999),
diantaranya membaca atau mengikuti petunjuk, beritikad baik, membayar sesuai
nilai tukar yang disepakati, mengikuti upaya penyelesaian sengketa perlindungan
konsumen secara patut.
a) Dasar hukum perlindungan konsumen selain UU diatas, diantaranya :
b) UUD 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33.
c) Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
(Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 42 Tambahan lembaran
Negara RI Nomor 3821
d) Undang Undang Nomor 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan Usaha Usaha Tidak Sehat.
e) UU Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbritase dan Alternatif Penyelesian
Sengketa
f) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan Pengawasan dan
Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen
g) Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri No. 235/DJPDN/VII/2001
Tentang Penangan pengaduan konsumen kepada Seluruh dinas Indag
Prop/Kab/Kota
Surat Edaran Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Nomor 795
/DJPDN/SE/12/2005 tentang Pedoman Pelayanan Pengaduan Konsumen
Adapun Azas perlindungan konsumen antara lain :
a. Asas Manfaat; segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan harus
memberikan manfaat sebesar mungkin bagi kepentingan konsumen dan pelaku
usaha keseluruhan,
b. Asas Keadilan; partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan
memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh
haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil,
c. Asas Keseimbangan; memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen,
pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil ataupun spiritual,
d. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen; memberikan jaminan atas
keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalarn penggunaan, pemakaian dan
pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan;
e. Asas Kepastian Hukum; pelaku usaha/ konsumen menaati
hukum&memdapat keadilan penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta
negara menjamin kepastian hukum.
http://psikologi-zone.blogspot.co.id/2015/02/konsumerisme.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Perlindungan_Konsumen
http://anisa08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/perilaku-konsumen/
https://manajement.info/2012/05/14/konsumerisme-perlindungan-konsumen-dan-peru
bahan-perilaku/
http://yulianaritongaug.blogspot.co.id/2015/06/bab-xii-perlindungan-konsumen.html
http://definisimu.blogspot.com/2012/08/definisi-inovasi.html
http://retnomayapada.blogspot.com/2012/11/sejarah-uang_1.html
http://who21.wordpress.com/2014/10/14/teori-perilaku-konsumen/
http://merdifransisca.blogspot.com/
http://rizkiekapuspita.blogspot.com/2014/01/perilaku-konsumen-minggu-13-penyebar
an.html
https://gloriacharlotte.wordpress.com/2014/12/02/perubahan-perilaku-konsumen-demi
-memenuhi-kebutuhan-hidup/
http://dotsemarang.blogspot.co.id/2015/05/ini-alasan-perubahan-perilaku-konsumen.h
tml
SOAL ESSAY
1. Apa saja contoh Konsumerisme?
2. Apa yang di maksud dengan Konsumerisme?
3. Apa saja penyebab dari Konsumerisme?
4. Apa dampak dari Konsumerisme?
5. Kenapa konsumerisme muncul di masyarakat ?
6. Mengapa konsumerisme dapat memberikan pengaruh buruk?
7. Apa perbedaan konsumerisme dan konsumtif?
8. Bagaimana cara mengurangi/mengatasi konsumerisme?
9. Siapa penggagas utama dalam konsep konsumerisme
10. Apa dampak positif dari konsumerisme
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 2, dan 4
c. 2, 3, dan 4
d. 2, 3, dan 5
e. 3, 4, dan 5