Anda di halaman 1dari 16

GAYA HIDUP, PROMOSI TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF

Fitri Rostiani, Annisa Resi, Hilyah Mutiara

Fakultas Psikologi

Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia

Jl. Soekarno Hatta, No. 643 Bandung

Email : fitrirostiani.unibi@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perilaku konsumtif terdahap gaya hidup
remaja di Kota Bandung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif.
Sampel penelitian ini adalah remaja di Kota Bandung. Hasil analisi data menunjukkan
terdapat pengaruh perilaku konsumtif terhadap gaya hidup di Kota Bandung. Dari hasil
pengamatan dan penelitian yang dilakukan bahwasannya sebagian besar remaja di Kota
Bandung memiliki gaya hidup konsumtif yang cukup tinggi berdasarkan promosi yang
didasari oleh pemenuhan keinginan yang tinggi.

Pendahuluan

Perilaku konsumtif merupakan suatu fenomena yang banyak melanda kehidupan


masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. Fenomena ini menarik untuk diteliti
mengingat perilaku konsumtif juga banyak melanda kehidupan remaja kota-kota besar yang
sebenarnya.

Perilaku-perilaku yang selalu mengikuti trend fashion, dan tuntutan sosial cenderung
menimbulkan pola konsumsi yang berlebihan. Fashion selalu berubah, perkembangan
fashion akan selalu berjalan (Hemphill & Suk, 2009). Sehingga hal tersebut akan terus
menuntut rasa tidak puas dengan apa yang dimilikinya, dan mendorong untuk selalu
mengkonsumsinya karena takut ketinggalan (Hasan dalam Setyawati, 2010). Akibatnya,
para remaja tidak memperhatikan kebutuhannya ketika membeli produk fashion. Mereka
cenderung membeli produk fashion yang mereka inginkan, bukan yang mereka butuhkan
secara berlebihan dan tidak wajar (Fromm, 1995), ini dapat digambarkan sebagai perilaku
konsumtif.
Pengertian perilaku konsumtif menurut Lubis (dalam Lina & Rosyid, 1997) bahwa
perilaku konsumtif melekat pada individu bila membeli dan mengkonsumsi barang dan jasa
yang didasari pada keinginan (want) dan bukan pada kebutuhan (need). Menurut Fromm
(1980) seseorang dapat dikatakan konsumtif jika ia memiliki barang lebih disebabkan oleh
pertimbangan status, yang dimaksud adalah memiliki barang bukan untuk memenuhi
kebutuhannya tetapi karena barang tersebut menunjukan status pemiliknya.

Berdasarkan dari pembahasan Erich Fromm (1995), perilaku konsumtif memiliki


beberapa dimensi yaitu pemenuhan keinginan, barang diluar jangkauan, barang tidak
produktif, dan status. Menurut Loudon dan Bitta (1993) remaja merupakan kelompok yang
berorientasi konsumtif, karena hal tersebut merupakan wujud ekspresi dari perilaku
eksperimental yang dimiliki oleh remaja untuk mencoba suatu hal yang baru.

Menurut Erick Erickson (dalam Alwisol, 2008), hal tersebut merupakan salah satu
bentuk usaha untuk mencari jati diri mereka yang sesungguhnya. Perilaku konsumtif salah
satunya dapat timbul melalui lingkungan sosial remaja, karena pada saat menginjak usia
remaja, lingkungan sosial atau lingkungan pergaulan remaja mempunyai pengaruh terhadap
minat, sikap, pembicaraan, penampilan dan perilaku yang lebih besar dibandingkan
keluarga (Hurlock, 2004). Lingkungan sosial yang dimaksud pada penelitian adalah
lingkungan dimana para remaja menghabiskan banyak waktu mereka bersama teman-
temannya (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001), salah satunya lingkungan sekolah.

Menurut Fromm (1995) perilaku konsumtif merupakan perilaku yang ditandai oleh
adanya kehidupan berlebihan dan menggunakan segala hal yang dianggap mahal untuk
memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik yang besar serta adanya dukungan pola hidup
manusia yang di dorong oleh rasa untuk memberi kesenangan.

Fromm (1995) mengemukakan 4 indikator perilaku konsumtif berdasarkan ciri


perilaku konsumtif, yaitu : Pertama, pemenuhan keinginan (wants), yaitu rasa puas pada
manusia tidak pernah habis dan semakin meningkat. Oleh karena itu manusia selalu ingin
lebih untuk memenuhi rasa puasnya, walaupun sebenarnya tidak ada kebutuhan akan hal
tersebut. Kedua, barang diluar jangkauan, yaitu saat individu menjadi konsumtif maka
semakin lama tindakan mengkonsumsi menjadi kompulsif dan tidak rasional. Individu akan
selalu merasa belum puas dan akan terus mencari kepuasan dengan terus membeli barang-
barang baru. Individu tidak lagi melihat pada kebutuhan dirinya dan kegunaan barang itu
bagi dirinya. Ketiga, barang tidak produktif, yaitu penggunaan barang berlebihan membuat
konsumsi menjadi tidak jelas dan barang menjadi tidak produktif. Individu selalu tidak puas
dengan apa yang dimilikinya sehingga dia selalu membeli barang walaupun sebenarnya
barang tersebut belum tentu penting untuknya. Keempat, status, yaitu perilaku individu bisa
digolongkan sebagai konsumtif jika individu memiliki barang-barang lebih karena
pertimbangan status. Tindakan konsumsi itu sendiri tidak lagi merupakan pengalaman yang
berarti, manusiawi, dan produktif karena hanya merupakan pengalaman “pemuasan angan-
angan” untuk mencapai sesuatu (status) melalui barang atau kegiatan yang bukan
merupakan bagian dari kebutuhan dirinya.

Pembahasan

Menurut Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) dan Mowen (1995) gaya hidup adalah
suatu pola hidup yang menyangkut bagaimana orang menggunakan waktu dan uangnya.
Gaya hidup juga dapat didefinisikan sebagai suatu frame of reference atau kerangka acuan
yang dipakai seseorang dalam bertingkah laku, dimana individu tersebut berusaha membuat
seluruh aspek kehidupannya berhubungan dalam suatu pola tertentu, dan mengatur
strategi begaimana ia ingin dipersepsikan oleh orang lain.

Gaya hidup terdiri dari kegiatan, minat, dan opini. Kegiatan adalah tindakan nyata
seperti menonton suatu media, berbelanja di toko, atau menceritakan kepada orang lain
mengenai hal baru (perilaku konsumtif). Minat akan semacam objek, peristiwa, atau topik
adalah tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus menerus
kepadanya. Opini adalah “jawaban” lisan atau tertulis yang orang berikan sebagai respon
terhadap situasi stimulus dimana semacam pertanyaan diajukan.

Iklan adalah suatu pesan tentang barang/jasa (produk) yang dibuat oleh
produser/pemrakasa yang disampaikan lewat media (cetak, audio, elektronik) yang
di tujukan kepada masyarakat. Tujuan iklan adalah agar masyarakat tertarik untuk
membeli atau menggunakan barang atau jasa tersebut.Secara sederhana iklan adalah
pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu
media. Menurut Kasali (2007:9).

Sedangkan menurut Kotler & Keller yang dialih bahasakan oleh Benyamin Molan
(2007:244) Iklan adalah segala bentuk presentasi nonpribadi dan promosi gagasan,
barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa iklan adalah semua


bentuk presentasi nonpersonal yang dimaksudkan untuk mempromosikan gagasan,
atau memberikan informasi tentang keunggulan dan keuntungan suatu produk yang
dibiayai pihak sponsor tertentu.
Kemajuan teknologi informasi termasuk di dalamnya media komunikasi terjadi
sangat cepat dan pesat. Kemajuan di bidang media komunikasi ini tak dapat dipungkiri
lagi telah membawa berbagai kemudahan bagi manusia khususnya dalam berinteraksi
dengan sesamanya. Salah satu media yang digunakan untuk berinteraksi antar
manusia tersebut adalah melalui iklan. Iklan merupakan suatu langkah promosi yang
non personal dan dilakukan melalui berbagai media dengan sejumlah biaya yang
ditujukan kepada masyarakat dan konsumen khususnya. Iklan ini juga dapat dijumpai
dalam berbagai media. Media iklan terbagia atas dua macam yaitu:

1. Media ruang (indoor advertising)

2. Media iklan luar ruang (outdoor advertising)

Meskipun dalam bentuk yang berbeda, iklan sebagai wujud dari sebuah interaksi
sosial namun, bahasa yang digunakan dalam iklan tetap menjadi hal utama dalam
penyampaiannya. Oleh karena itu, kalimat yang ada di dalam iklan biasanya berupa
kalimat imperatif (perintah), deklaratif, maupun introgatif. Semua itu berdasarkan satu
tujuan yaitu tersampaikannya pesan dan informasi yang ingin disampaikan dalam iklan
tersebut.

Menurut Rot Zoil melalui Rendra Widyatama (2005:147) menjabarkan


fungsi iklan ke dalam empat fungsi. Fungsi iklan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Precipitation Iklan berfungsi untuk mempercepat berubahnya suatu kondisi


dari keadaan yang semula tidak dapat mengambil keputusan menjadi dapat
mengambil keputusan. Sebagai contoh adalah meningkatkan permintaan,
menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang sebuah produk.

2. Fungsi Persuasion, Iklan berfungsi untuk membangkitkan khalayak sesuai pesan yang
diiklankan. Hal ini meliputi daya tarik emosi, menyampaikan informasi tentang ciri
suatu produk, dan membujuk konsumen untuk membeli.

3. Fungsi Reinforcement, Iklan mampu meneguhkan keputusan yang telah diambil oleh
khalayak.

4. Fungsi Reminder, Iklan mampu mengingatkan dan semakin meneguhkan terhadap


produk yang diiklankan.

Di dalam literatur pemasaran, iklan atau advertising didefinisikan sebagai kegiatan


berpromosi (barang atau jasa) lewat media massa. Atau, bentuk komunikasi yang
dimaksudkan untuk menginterpretasikan kualitas produk jasa dan ide berdasarkan
berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen. Di kalangan praktisi bisnis, iklan
difungsikan sebagai perangsang dan sekaligus pembentuk perilaku konsumen. Atau
dalam ungkapan lain, fungsi dan tujuan penyajian iklan adalah: (a) demi menarik
perhatian masyarakat calon konsumen; (b) menjaga atau memelihara citra nama (brand
image) yang terpatri di benak masyarakat; dan (c) menggiring citra nama itu hingga
menjadi perilaku konsumen (:Guy, 1992; F.Rachmadi, 1994; Rosady, 1995).

Tapi apapun definisi itu, iklan merupakan contoh yang baik dari efek jurnalisme-
hal yang tengah menggejala dalam era mondialisme dewasa ini. Kita tahu persis, efek ini
membuat hidup kita sehari-hari dikepung dan ditelikung informasi media massa.
Dampaknya, hidup kita amat tergantung pada media massa. Dalam kaitan dengan
eksistensi nilai, kaum pendekar pengiklanan pada umumnya membagi dunia iklan
dalam tiga golongan yang merupakan sinergi: (a) golongan produsen, yakni mereka yang
mengambil inisiatif menetapkan citra mana yang akan diiklankan; (b) golongan
perusahaan periklanan; yakni mereka yang berkreasi atas arahan golongan produsen;
dan (c) golongan media, yakni para pemilik media massa yang menyebarkan hasil kreasi
golongan perusahaan periklanan itu. Masyarakat sebagai objek iklan, tentu saja mesti
memahami eksistensi ketiga golongan ini, sebab bisa jadi ketiga golongan ini yang
justru bahu-membahu menyebarkan dusta. Sehingga kita pun tersihir bulat-bulat tanpa
daya. Strategi memegang peranan vital dalam penentuan keberhasilan iklan. Strategi
merupakan dasar membangun merek, strategi menjaga agar periklanan dan elemen
pemasaran berada dalam jalur yang tepat serta membangun kepribadian merek dengan
jelas dan konsisten. Strategi mewakili jiwa sebuah merek dan menjadi elemen penting
untuk keberhasilan (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005).

Strategi iklan harus mampu menjawab pertanyaan dasar dari rancangan sebuah
sebuah kampanye periklanan yang dirumuskan dalam

5W + 1H (Suhandang, 2005) yaitu :

– What : apa tujuan iklan ?

– Who : siapa khalayak yang akan dijangkau ?

– When : kapan iklan dipasang ?

– Where : di mana iklan dipasang ?

– Why : mengapa harus demikian ?

– How : bagaimana bentuk iklannya ?


Tujuan dari strategi adalah usaha untuk menciptakan iklan yang efektif, oleh karena itu
selain rumusan pertanyaan 5W + 1H maka pengetahuan yang cukup tentang
produk, persaingan pasar atau kompetitor dan analisis mendalam tentang konsumen
merupakan kunci pokok yang harus diketahui oleh pemasar sebelum merumuskan
sebuah strategi (Batey 2003).

a. Marketing Brief

Informasi mengenai suatu produk yang akan diiklankan biasanya tergambar


dengan jelas dalam marketing brief. (Madjadikara, 2004). Ini meliputi:

(1) Brand:

(2) Product knowladge

(3) Target audience

(4) Analisis SWOT

(5) Kompetitor

b. Creatif Breif

Sebuah strategi didefinisikan dengan jelas untuk menstimulasi tujuan tujuan


yang besar yang tertuang dalam rangkuman kreatif atau creative brief yang
dibuat untuk agensi dalam menciptakan iklan. Rangkuman kreatif merupakan
jembatan strategi dengan kreatifitas periklanan, rangkuman kreatif mewakili situasi
sekarang, kompetisi, kondisi pasar dan pertimbangan media. Rangkuman itu menjadi
strategi hidup dan memberikan pandangan penting bagi tim kreatif untuk menetapkan
strategi dan menentukan ide penjualan utama, yang akan menjadi tema pusat
kampanye periklanan.

Langkah berikutnya, masing-masing agensi periklanan mempunyai model


rangkuman kreatif yang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan produk yang
akan di iklankan. Tidak ada model pemasaran yang begitu kaku sehingga anda tak
dapat berubah. Tidak ada rumus pemasaran yang begitu ketat sehingga setiap
perubahan dilarang. Hanya pedoman strategi tidak boleh berubah sedangkan
pedoman taktisnya berupa rangkuman kreatif boleh berubah (Batey, 2003).

Dalam creatif brief ini biasanya berisi (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005):

(1) Tujuan; Aspek pertama yang paling penting sebelum merumuskan strategi periklanan
adalah sebuah sasaran atau tujuan. Tujuan itu tergantung pada apa yang ingin dicapai
oleh klien dalam kampanye. Misalnya, membangun kesadaran pada suatu merek,
mengkomunikasikan informasi, membuat perilaku atau membangun persepsi.

(2) Nyatakan masalah pemasarannya; Masalah biasanya ditemukan setelah dilakukan


analisis SWOT.

(3) Target Audience; Identifikasi audience sasaran dengan segmen yang sempit
berdasarkan faktor demografi, geografis, psikologis, perilaku konsumen dan pola
berpikir dan bertindak. Yang harus jadi pertimbangan adalah, semakin luas target
Audience maka pesan akan semakin lemah.

(4) Keuntungan; kunci atau ide pesan utama Satu ide tunggal yang akan selalu diingat
target setelah melihat iklan. Ide penjualan utama atau tema kampanye berdasarkan
keuntungan kunci.

(5) Alasan konsumen; Untuk percaya Benefit yang berbeda dari kompetitor yang juga
mengatakan hal yang sama dalam ide penjualan utama atau tema kampanyenya, atau
sebuah pernyataan yang bertujuan tunggal dari sudut pandang konsumen yang
menunjukkan mengapa konsumen membeli atau tidak membeli produk atau merek
tersebut.

(6) Gaya; Daya tarik yang digunakan untuk mewakili kepribadian merek. Ciri khas
komunikasi yang disampaikan harus bisa membawa atau mewakili pesan periklanan.

(7) Dampak yang diharapkan Pengaruh yang diharapkan melalui periklanan dari
khalayak sasaran dan bagaimana iklan ini dapat meyakinkan konsumen.

Menurut Fromm (1995) perilaku konsumtif merupakan perilaku yang ditandai oleh
adanya kehidupan berlebihan dan menggunakan segala hal yang dianggap mahal untuk
memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik yang besar serta adanya dukungan pola hidup
manusia yang didorong oleh rasa ingin hanya untuk memberi kesenangan.

Fromm (1995) mengemukakan 4 indikator perilaku konsumtif berdasarkan ciri perilaku


konsumtif, yaitu :

1. Pemenuhan keinginan (wants)


Rasa puas pada manusia tidak pernah habis dan semakin meningkat oleh karena
itu manusia selalu ingin lebih untuk memenuhi rasa puasnya, walaupun sebenarnya
tidak ada kebutuhan hal tersebut.
2. Barang diluar jangkauan
Saat individu menjadi konsumtif maka semakin lama tindakan mengkonsumsi
menjadi kompulsif dan tidak rasional. Individu akan selalu belum puas dan akan terus
mencari kepuasan dengan terus membeli barang-barang baru. Individu tidak lagi
melihat pada kebutuhan dirinya dan kegunaan barang itu bagi dirinya.
3. Barang tidak produktif
Penggunaan barang berlebihan membuat konsumsi menjadi tidak jelas dan barang
menjadi tidak produktif. Individu selalu tidak puas dengan apa yang dimilikinya sehingga
dia selalu membeli barang walaupun sebenarnya barang tersebut belum tentu penting
untuknya.
4. Status
Perilaku individu bisa digolongkan sebagai konsumtif jika individu memiliki barang-
barang lebih karena pertimbangan status. Tindakan konsumsi itu sendiri tidak lagi
merupakan pengalaman yang berarti, manusiawi dan produktif karena hanya
merupakan pengalaman “pemuasan angan-angan” untuk mencapai sesuatu (status)
melalui barang atau kegiatan yang bukan merupakan bagian dari kebutuhan dirinya.

Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.


Pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian analisis data yang bersifat kuantitatif atau statistik
(Sugiyono, 2013, hlm. 118). Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mendapatkan
gambaran umum dari perilaku konsumtif pada remaja. Sedangkan metode yang digunakan
yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
memperoleh gambaran yang jelas mengenai suatu permasalahan yang sedang terjadi
dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil temuan.

Kisi-kisi Alat Ukur

No. Aspek Indikator Soal


1. Pemenuhan Individu membeli produk untuk memenuhi 1, 4, 14, 23
keinginan keinginan atau hawa nafsu
Individu membeli produk karena ingin 2, 3, 5
mendapatkan potongan harga, hadiah, atau harga
yang murah
2. Barang diluar Individu membeli produk diluar batas kemampuan 20, 21, 22
Individu membeli produk secara tidak terencana 11
jangkauan
3. Barang tidak Individu membeli barang dengan jumlah yang 6, 25
produktif banyak
Individu membeli produk karena ingin mencoba 12, 13
model atau merek terbaru
4. Status Individu membeli dan memakai produk demi 7, 8, 15,
menjaga penampilan diri dan gengsi 16, 17, 18,
19
Individu membeli dan memakai produk karena 9, 10, 24
unsur konformitas kelompok teman sebaya

Uji Validitas

Validitas menurut Sugiyono (2016:177) menunjukan derajat ketepatan-69 antara


data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh peneliti
untuk mencari validitas sebuah item, kita mengkorelasikan skor item dengan total item-item
tersebut. Jika koefisien antara item dengan total item sama atau diatas 0,3 maka item
tersebut dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasinya dibawah 0,3 maka item terebut
dinyatakan tidak valid.

Untuk mencari nilai koefisien, maka peneliti menggunakan rumus pearson product

n( ΣX 1 X 1 tot)−(ΣX 1)(ΣX 1tot )


moment sebagai berikut : r = ¿
√ ((nΣxi 2−( Σxi)2)(nΣxtot 2)−(Σx 1tot )2)¿

Keterangan :

r = Korelasi product moment

∑Xi = Jumlah skor suatu item

∑Xtot = Jumlah total skor jawaban

∑xi² = Jumlah kuadrat skor jawaban suatu item

∑xtot² = Jumlah kuadrat total skor jawaban

∑XiXtot = Jumlah perkalian skor jawaban suatu item dengan total skor

Syarat minimum untuk dianggap suatu butir instrumen valid adalah nilai indeks valid
adalah nilai indeks validitasnya ≥ 0,3 (Sugiyono, 2016 : 179). Oleh karena itu, semua
pernyataan yang memiliki tingkat korelasi dibawah 0,3 harus diperbaiki karena dianggap
tidak valid.

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek
yang sama akan menghasilkan data yang sama ( Sugiyono, 2012 : 177). Uji realianilitas
kuesioner dalam penelitian digunakan metode split half item tersebut dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelimpok item ganjil dan kelompok item genap. Kemudian masing-masing
kelompok skor tiap itemnya dijumlahkan sehinga menghasilkan skor total. Apabila korelasi
0,7 maka dikatakan item tersebut memberikan tingkat reliabel yang cukup, sebaliknya
apabila nilai korelasi dibawah 0,7 maka dikatakan item tersebut kurang reliabel.

Adapun rumus untuk mencari reliabilitas adalah sebagai berikut.

n(ΣAB)−( ΣA)(ΣB )
𝑟= ¿
√ ((nΣA 2)−( ΣA ) 2)(n(ΣB 2)−(ΣB )2)¿

Dimana :

r = koefisien korelasi

n = banyaknya responden

A = skor item pertanyaan ganjil

B = skor pertanyaan genap

Setelah koefisien korelasi diketahui, maka selanjutnya hasil tersebut dimasukan


kedalam rumus Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut.

2 rb
𝑟=
1+ rb

Dimana :

r = nilai reliabilitas

rb = korelasi produk momen antara belahan pertama (ganjil) dan belahan kedua
(genap).

Analisa

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan oleh peneliti,
maka dapat dilihat bahwa perilaku konsumtif pada remaja termasuk dalam kategori cukup
tinggi. Hal ini dapat dilihat dari kuisioner yang mewakili ke empat aspek dalam variabel
perilaku konsumtif. Dapat diketahui dari semua indikator yang sudah dipaparkan, remaja
membeli produk karena pemenuhan keinginan yang tinggi, untuk pemenuhan hawa nafsu,
ingin mendapat potongan harga, hadiah, dan harga yang murah. Dari hasil pengamatan dan
penelitian yang dilakukan bahwasannya sebagian besar remaja di Kota Bandung
memiliki gaya hidup yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari tanggapan responden
dalam menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan gaya hidup.

Daftar Pustaka

Danang Krisdiantoro (2016) Pengaruh Iklan Online, Konformitas, dan Gaya Hidup Terhadap
Perilaku Konsumtif. Jurnal Magister Manajemen. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta

Nesa Lydia Patricia, Sri Handayani (2014) Pengaruh Gaya Hidup Hedonis Terhadap
Perilaku Konsumtif Pada Pramugari Maskapai Penerbangan “X”. Vol. 12 No. 1
Juni 2014. Jurnal Psikologi.

Nurul wahidah (2013) Pengaruh Perilaku Konsumtif Terhadap Gaya Hidup Mahasiswa
Pendidikan Ekonomi. FKIP UNTAN.

Olih Solihin (2015) Terapan Iklan Mendorong Gaya Hidup Konsumtif Masyarakat Urban.
Vol. 5 No. 2 Desember 2015. Jurnal Fakultas Ilmu Komunikasi.

Tryaningsih (2011) Dampak Online Marketing Melalui Facebook Terhadap Perilaku


Konsumtif Masyarakat. Vol. 11 No. 2 Oktober 2011. Jurnal Ekonomi dan
Kewirausahaan.
LAMPIRAN

1. Alat Ukur
1. Apa yang membuat anda tertarik untuk membeli suatu barang?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
2. Apakah alasan anda membeli barang tersebut?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
3. Biasanya kapan anda berbelanja? Kenapa?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
4. Dimanakah biasanya anda berbelanja?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
5. Mengapa anda memilih berbelanja di tempat tersebut?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
6. Barang apa yang biasanya anda beli di tempat tersebut?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________

7. Bagaimanakah perasaan anda setelah membeli barang tersebut?


Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
8. Seberapa seringkah anda berbelanja? Untuk apa?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
9. Dengan siapa anda membeli barang tersebut? Kenapa?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
10. Apakah anda membeli barang dari brand local atau brand Internasional?
Mengapa?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
11. Apakah anda memiliki brand tertentu yang disukai? Sebutkan!
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
12. Mengapa anda memilih brand tersebut?
Jawab :

13. Apa yang anda rasakan setelah membeli barang dari brand tersebut?
Jawab :

14. Apakah brand dari barang yang anda beli tersebut asli?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
15. Apabila brand yang anda sukai mengeluarkan produk baru, apakah anda
langsung tertarik untuk membelinya? Mengapa?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
16. Menurut anda barang apakah yang sedang trend di kalangan remaja saat ini?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
17. Apakah anda tertarik untuk membeli barang yang sedang trend tersebut?
Mengapa?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________

18. Ketika ada promo, apakah anda tertarik untuk membeli barang sekalipun barang
tersebut tidak terlalu anda butuhkan?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
19. Apakah anda memiliki tabungan untuk membeli barang yang diinginkan?
Jawab :

20. Apakah uang yang anda miliki cukup untuk membeli barang yang anda inginkan?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
21. Apa yang anda lakukan apabila produk yang akan anda beli harganya melebihi
budget uang yang anda siapkan?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
22. Apakah anda selalu membeli barang yang sama atau barang yang sudah anda
miliki?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
23. Ketika anda membeli barang, apakah ada dorongan dari teman anda atau
kelompok tertentu?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
24. Apakah anda selalu membeli barang yang sama dengan teman anda?
Mengapa?
Jawab :
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________
25. Berapa banyakkah barang yang anda beli?
________________________________________________________________
________________________________________________________________
________________________________________________________________

Anda mungkin juga menyukai