Anda di halaman 1dari 11

5

Barat. Kemudian dilanjutkan mengenai kajian literature terkait perilaku konsumsi


pada masa pandemi keputusan pembelian produk busana muslim masa pandemi
sebagai variabel dependen serta Lifestyle, FoMO, Religiusitas, Media Sosial, Krisis
Magnitudo, sebagai variabel independen, selanjutnya menjelaskan metodologi dan
tahapan-tahapan dalam proses pengambilan data dan pengolahan. Dan terakhir hasil
dan kesimpulan yang didapatkan dari penelitian yang telah penulis lakukan.

LANDASAN TEORI

Konsep Perilaku Konsumen Perilaku Konsumen


Menurut Danang Sunyoto (2014), perilaku konsumen adalah kegiatan-
kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang-barang/jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan
keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut.
Perilaku konsumen dalam melakukan pembelian dan upaya memenuhi
kebutuhannya melalui beberapa tahap, yakni:
a. Tahap pengelolaan (acquisition) mencari (searching) dan membeli
(purchasing)
b. Tahap konsumsi (consumption): menggunakan (using) dan
mengevaluasi.
c. Tahapan tindak pasca beli (dsipotion): apa yang dilakukan oleh
konsumen setelah produk itu digunakan atau dikonsumsi.

Jenis-Jenis Konsumen
Pandangan tradisional membagi konsumen berdasarkan produk dan jasa
ekonomi, misalnya, konsumen pakaian jadi, konsumen restoran, dan konsumen
Elektronik. Pandangan ini semakin berkembang sehingga beberapa akademisi saat
ini tidak lain mempertimbangkan pertukaran nilai uang dalam konsumen.
Dalam perilaku konsumen, konsumen dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu:
Konsumen Individu (personal consumer)
Konsumen individu membeli barang dan jasa dengan tujuan :
1. Digunakan sendiri.
2. Memenuhi kebutuhan keluarga.
3. Hadiah atau pemberian kepada orang lain.
Konsumen organisasi (organizational consumer)
Bentuk konsumen terdiri atas:
1. Organisasi bisnis yang berorientasi laba atau tidak berorientasikan laba
(profit dan non-profit business).
2. Lembaga pemerintah (baik ditingkat pusat maupun di daerah).
3. Instusi atau sarana publik (sekolah, rumah sakit, lembaga
pemasyarakatan, dan lain-lain).
Konsumen organisasi membeli dan mengkonsumsi barang, peralatan, dan
6

jasa, atau pelayanan dengan tujuan agar kegiatan organisasi agar dapat berjalan
lebih baik (Vinna Sri Yuniarti, 2015).

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen


Memahami perilaku pembeli (Buying Behaviour) dari pasar sasaran
merupakan tugas penting dari manajemen pemasaran. Untuk itu memahami hal ini,
perlu diketahui faktor-faktor apakah yang akan mempengaruhi konsumen untuk
memutuskan pembelian. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor eksternal dan
internal (Vinna Sri Yuniarti, 2015).
1. Faktor Eksternal
Faktor-faktor lingkungan eksternal yang mempengaruhi perilaku konsumen
antara lain:
a. Kebudayaan
Sifat dari kebudayaan sangat luas dan menyangkut segala aspek
kehidupan manusia. Kebudayaan adalah komplek yang mencakup
pengertian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat serta
kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari
pola-pola perilaku yang normative, yaitu mencakup segala cara atau
pola pikir, merasakan dan bertindak. Secara definitif kebudayaann
adalah keseluruhan system gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia
dengan belajar.
b. Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relative homogen
yang bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun secara
hierarki dan yang keanggotaannya mempunyai nilai minat dan perilaku
yang sama.
Kelas sosial memegang peranan penting dalam suatu program
pemasaran, karena adanya perbedaan subtansial diantara kelas-kelas
tersebut, mempengaruhi perilaku pemberian mereka, jadi sampai
sejauh mana pemasar mampu mempromosikan produknya sehingga
dirasakan akan membantu keinginan konsumen untuk mencapai kelas
sosial yang lebih tinggi.
c. Keluarga
Sebuah keluarga lazimnya terdiri dari seorang suami, seorang
istri, dan satu atau dua anak. Keputusan untuk membeli atau tidak
membeli atau keputusan membeli pilihan merek A atau merek B
ditentukan oleh persepsi, motivasi kepala keluarga. Dengan demikian
maka kepala keluarga merupakan pemberi pengaruh besar dalam
kehidupan keluarga.
d. Kelompok Referensi dan Kelompok Sosial
7

Kelompok referensi adalah kelompok yang menjadi ukuran


seseorang untuk membentuk kepribadian perilakunya. Biasanya
masing-masing kelompok mempunyai pelopor opini (opini leader)
yang dapat mempengaruhi anggota dalam membeli sesuatu.
Kelompok sosial
Semenjak manusia dilahirkan sudah mempunyai hasrta atau
keinginan pokok, yaitu:
Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain
disekelilingnya (masyarakat).
Keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekelilingnya.
Untuk mengetahui alam dan menyesuaikan diri dengan lingkungan
tersebut, manusia menggunakan pikiran, perasaan dan kehendaknya.
Sehingga timbul kelompok- kelompok sosial dalam kehidupan manusia
(Danang Sunyoto, 2012).
2. Faktor Internal
a. Faktor Pribadi
Faktor pribadi memiliki beberapa komponen yaitu:
 Umur dan tahapan siklus hidup. Tahapan dan siklus hidup
biasanya mengalami perubahan pada saat mereka menjalani
kehidupan.
 Keadaan ekonomi, yang dimaksud keadaan ekonomi
seseorang adalah terdri dari pendapatan yang dapat
dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya dan polanya),
kemampuan meminjam dan sikapnya terhadap pengeluaran
(Nugraha J.Setiadi, 2010).
 Gaya hidup adalah pola seseorang didunia yang terungkap
pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup
menggambarkan keseluruhan diri konsumen yang
berinteraksi dengan lingkungannya.
 Kepribadian adalah ciri bawaan psikologi manusia (human
psychological traits) yang menghasilkan tanggapan yang
relative konsisten dan bertahan lama terhadap rangsanga
lingkungannya. Kepribadia biasanya digambarkan dengan
menggunakan ciri bawaan seperti kepercayaan diri,
dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan
bersosialisasi, pertahanan diri, dan kemampuan adaptasi
(Donni Juni Priansa, 2017).
b. Faktor Psikologi
 Motivasi
Konsumen memiliki banyak kebutuhan, beberapa kebutuhan
tersebut bersifat boienic, yaitu kebutuhan tersebut muncul dari
tekanan bilogis seperti lapar, haus, tidak nyaman, sedangkan yang
8

lainnya bersifat psychogenic, yaitu kebutuhan yang muncul dari


tekanan psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan,
penghargaan, atau rasa keanggotaan kelompok.
 Persepsi
Persepsi adalah proses yang digunakan oleh konsumen untuk
memilih, mengorganisasi, dan atau menginterprestasikan
masukan informasi guna menciptakan gambaran dunia yang
memiliki arti. Persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan
fisik, namun juga rangsangan yang berhubungan dengan
lingkungan sekitar dan keadaan individu konsumen tersebut.
 Sikap
Sikap adalah pola perasaan, keyakinan dan cenderungan perilaku
terhadap orang, ide, atau objek yang tetap dalam jangka waktu
yang lama. Konsumen akan menyatakan suka atau tidak suka
terhadap sesuatu, termasuk produk atau jasa yang mereka jumpai
dalam kehidupan mereka sebagai konsumen.

Perilaku Konsumen Menurut Perspektif Islam


Islamic Man (istilah muslim) dalam mengkonsumsi suatu barang
tidak semata-semata bertujuan memaksimumkan kepuasan, tetapi selalu
memperhatikan apakah barang itu halal atau haram, berlebihan atau tidak boros,
atau tidak memudharatkan masyarakat atau tidak dan lain lain. Ketakwaannya
kepada Allah dan kepercayaanya kepada hari kiamat membuatnya senatiasa
taat kepada aturan Allah dan Rasul-Nya (Zaroni,2011)
Zaroni (2011) menjelaskan, bahwa sifat dari Islamic Man tidak
materialistic, ia senantiasa memperhatikan anjuran syariat untuk berbuat
kebajikan untuk masyarakat, oleh karena itu ia baik hati, suka menolong, dan
peduli kepada masyarakat sekitar. Ia iklhas mengorbankan kesenangannya untuk
menyenangkan orang lain.
Ada beberapa perbedaan pada teori perilaku konsumen modern
(konvensional) dengan perilaku konsumen Islam. Dikutip dari Hoetoro
(2018) terdapat beberapa perbedaan pada teori utilitas, preferensi, dan peta
kurva indifferen. Terdapat juga konsep maslahah yang tidak ada di teori
konsumsi modern, sehingga membuat perbedaan diantara kedua teori yang ada .

Teori Utilitas Islami


Teori Utilitas Islami menyempurnakan teori preferensi konsumen dari
teori modern. Konsep yang diberikan lebih menyeluruh dan realistis, karena teori
utilitas islami mengajarkan konsep utilitas yang mencakupi material dan
spiritual. Sedangkan, boleh jadi konsep utilitas modern baru mencapai
preferensi material saja.sehingga dengan sendirinya konsep utilitas islami
memandu konsumen untuk memperoleh nilai guna yang meberinya kepuasan
9

hidup di dunia dan di akhirat.


Berikut beberapa perbedaan yang ada antara utilitas dari teori modern
dan teori islami:
Siklus maksimisasi modern Siklus maksimisasi islami
Kelahiran (hukum alam kehidupan) Kelahiran (pemenuhan amanat illahi)

Masa pendidikan (orientasi duniawi-


Masa pendidikan (orientasi duniawi)
akhirat)

Masa produktif (pendapatan maksimum) Masa produktif (pendapatan halal)

Kehidupan berkeluarga (akumulasi Kehidupan berkeluarga (penyempurnaan


kekayaan) keimanan)

Gaya hidup (nikmat material) Gaya hidup (keseimbangan, ibadah)

Kehidupan sehari-hari (kepuasan duniawi) Kehidupan sehari-hari (dunia akhirat)

Waktu senggang (membaca, traveling) Waktu senggang (traveling, ibadah)

Kematian (kemusnahan alami) Kematian (memulai kehidupan akhirat)


Sumber: Hoetoro, 2018

Dapat kita lihat dari table diatas, preferensi Konsumen dalam Islam
tidak hanya diatur dari nilai yang diberi (given), tetapi juga diatur dari nilai
semesta (worldview). Seorang konsumen yang diatur oleh preferensi konsumen
Islam memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Mencari ridha Allah
2. Keseimbangan dalam konsumsi barang material dan spiritual
3. Kebaikan pribadi dan kearifan dengan konteks sosialnya
4. Pertimbangan syarat islam
5. Kepuasan hidup duni dan akhirat
10

Teori Preferensi Islami


Pengukuran nilai utilitas pada dasarnya bersifat subyektif dan tidak
dapat dipastikan. Jika menggunakan angka-angka tertentu digunakan untuk
mengukur utilitas, maka kita sedang menggunakan fungsi utilitas cardinal
yang menggambarkan seberapa besar satu keranjang belanja lebih disukai
dari pada keranjang barang lainnya. Sedangkan jika melakukan pemeringkatan
utilitas maka kita sedang menggunakan utilitas ordinal yang mengurutkan
keranjang belanja yang paling tidak disukai hingga yang paling disukai.
Untuk sebuah metode, cara kita mengukur nilai utilitas material juga
berlaku untuk utilitas spiritual. Belanja barang material dan spiritual jika
ditujukan untuk ridha Allah akan memiliki utilitas yang sama karena keduanya
bercita rasa ibadah: “dan usahakanlah pada apa yang Allah berikan untukmu
(utilitas) negeri akhirat, dan jangan pula kamu lupakan bagianmu dari (utilitas)
dunia…” (Q.S Al Qashash (28):77).
Sedangkan menurut Anto (2003) preferensi konsumsi islam dapat
dipetakkan menjadi 3 bagian, sebagai berikut:
1. Utamakan akhirat daripada dunia.
2. Konsisten dalam prioritas pemenuhannya. Ulama telah membagi
prioritas kebutuhan manusia menjadi 3 bagian, yaitu Daruriyyah
(Kebutuhan Primer), Hajjiyah (sekunder), dan Tahsiniyyah (tersier).
3. Memperhatikan etika dan norma. Dalam Islam, kegiatan konsumsi
juga memiliki norma dan etika, antara lain: kesederhaan, keadilan,
kebersihan, halalan toyyiban, keseimbangan dan lain lain.
Muhammad Muflih menjelaskan tentang konsumsi dalam Islam bahwa
perilaku seseorang konsumen harus mencerminkan hubungan dirinya dengan
Allah Swt. Seorang konsumen muslim akan mengalokasikan pendapatannya
untuk memenuhi kebutuhan duniawi dan ukhrawinya. Konsumsi tidak dapat
dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan Keimanan menjadi tolak ukur
penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia yang cenderung
mempengaruhi kepribadian manusia, yang dalam bentuk dan perilaku, gaya
hidup, selera, sikap- sikap terhadap sesama manusia, sumber daya, dan ekologi.
Keimanan sangat mempengaruhi sifat, kuantitas, dan kualitas konsumsi baik
dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual (Muflih, 2006).
Adapun penelitian ini akan menganalisis dampak perubahan dan
determinan konsumsi fashion halal pada masa pandemi di Jawa Barat. Karena
dianggap tepat untuk mengukur perilaku konsumsi.

Permintaan dan Kebutuhan akan Produk Halal


Perilaku ekonomi, baik konsumsi maupun produksi halal, selain memenuhi
tuntunan hukum agama, juga telah menjadi budaya bagi komunitas muslim di
berbagai belahan dunia. Salah satu alasan untuk mengkonsumsi produk halal, selain
dari aspek kebersihan adalah pemenuhan hukum islam. Berdasarkan data sensus
11

penduduk Indonesia tahun 2010, populasi Indonesia yang memeluk islam 88 persen
dari total Indonesia. Dan mayoritas dari populasi muslim secara ekonomi tingkat
kelas menengah. Kelas menengah diyakini membawa perubahan besar negara ini.
Mereka punya cara untuk memenuhi kebutuhan, kebutuhan yang mereka butuhkan
ekspresi dan kebutuhan untuk memenuhi kerohanian. Ekonomi Islam menjadi
jawaban kebutuhan kelas menengah. Ekonomi Islam dibangun diatas sistem
ekonomi yang berasal dari ajaran Islam (Amin, 2017).

Perilaku Konsumsi dan Lifestyle


Gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup,
membelanjakan uang, dan bagaimana caranya mengalokasikan waktu (Mowen
& Minor, 2002). Gaya hidup adalah pola hidup yang di eksperesikan dalam
keadaan psikografis (Kotler & Amstrong, 2005).
H1: Diduga ada pengaruh signifikan Lifestyle dalam perilaku
konsumsi masa pandemi terhadap keputusan pembelian produk busana muslim di
Jawa Barat.

Perilaku Konsumsi dan FoMO


FoMO menunujukan kecenderungan dan kemauan untuk mengubah
perilaku mereka untuk mengikuti dan meniru kolektif atau kelompok
mencerminkan keinginan untuk dipisahkan arus utama dan harus sama degan
yang lain (Kang, Cui, dan Son, 2019).
H2: Diduga ada pengaruh signifikan FoMO dalam perilaku konsumsi
masa pandemi terhadap keputusan pembelian produk busana muslim di Jawa
Barat.

Perilaku Konsumsi dan Religiusitas


Religiusitas adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Religiusitas. Diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Kegiatan
keagamaan tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (ibadah),
tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain apapun yang didorong oleh kekuatan
yang sangat kuat. Religiusitas didefinisikan sejauh mana seseorang berkomitmen
pada agama dan mengaku ajaran, seperti sikap dan mencerminkan komitmen
perilaku individu ini (Johnson, et al, 2001).
H3: Diduga ada pengaruh signifikan Religiusitas dalam perilaku konsumsi
masa pandemi terhadap keputusan pembelian produk busana muslim di Jawa Barat.

Perilaku Konsumsi dan Krisis Magnitudo


Besarnya krisis adalah konsep menjadi ciri krisis internasional secara
keseluruhan (Ben Yehuda dan Sandler, 1998). Itu berfokus pada tingkat gangguan
yang terjadi selama masa krisis dan mengidentifikasi tiga domain spesifik di
gangguan mana yang terjadi.
H4: Diduga ada pengaruh signifikan Krisis Magnitudo dalam perilaku
12

konsumsi masa pandemi terhadap keputusan pembelian produk busana muslim di


Jawa Barat

Perilaku Konsumsi dan Media Sosial


Konsumen menggunakan media sosial untuk kepentingan akses
kelangsungan informasi sesuai kenyamanan mereka (Mangold dan Faulds, 2009).
Membantu mereka memutuskan apa yang harus dibeli atau mengetahui lebih
banyak tentang produk atau merek baru, kapan dan dimana mereka ingingkan
(Powers et.al, 2012).
H5: Diduga ada pengaruh signifikan Media Sosial dalam perilaku konsumsi
masa pandemi terhadap keputusan pembelian produk busana muslim di Jawa Barat.

Perilaku Konsumsi dan Keputusan Pembelian


Niat pembelian tidak dapat dipisahkan dari teori keputusan konsumen,
karena niatnya adalah bagian akhir keputusan pembelian konsumen. Niat sebagai
indikasi kesiapan seseorang untuk menunjukkan perilaku yang antesenden dari
suatu perilaku (Ajzen, 2001).
Menurut Ttjiptono (2012) keputusan pembelian adalah sebuah proses
dimana konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi mengenai produk atau
merek tertentu dan mengevaluasi secara baik masing-masing alternative tersebut
dapat memecahkan masalahnya, yang kemudian mengarah kepada keputusan
pembelian.
H6: Diduga ada pengaruh signifikan Lifestyle, FoMO, Media Sosial, dan
Krisis Magnitudo dalam perilaku konsumsi masa pandemi terhadap keputusan
pembelian produk busana muslim di Jawa Barat.

Penelitian Terdahulu
Liza Nora dan Nurul S.Minarti (2016), dengan judul penelitian the role of
religiosity, lifestyle, attitude as determinan purchace intention. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji dan menjelaskan secara empris pengaruh religiusitas
terhadap niat beli. Peran pt sikap dan gaya hidup menentukan pengaruh religiusitas
terhadap niat beli. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa perempuan di
Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Universitas Islam Syarif Hidayatullah.
Tujuan teknik pengambilan sampel diterapkan dengan kriteria sampel yang di
butuhkan adalah siswa perempuan dan menggunakan jilbab. Jumlah responden
diambil 291 siswa perempuan.Metode analisis yang digunakan Structural Equation
Modeling (SEM) dengan WrapPLS Perangkat lunak 4.0.
Kamaljeet Kaur, Mageswari Kunasegaran, dan lain-lain (2020) dengan
judul penelitian impact of the first phase of movement control order during the
covid-19 pandemic in malaysia on purchasing behavior of malysian consumers.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi konsumen Malaysia
perilaku konsumsi selama fase pertama MCO karena Covid-19. Penelitian ini
menggunakan Theory Planned Behavior sebagai teori yang mendasari untuk
13

menjelaskan perilaku konsumen selama pandemi ini. 231 responden dipilih


menggunakan teknik convenience sampling. Data dianalisis dan ditafsirkan
menggunakan paket statistik SPSS dan versi 3.2.9 dari Pemodelan Persamaan
Struktural Partial Least Square (SEM-PLS).
Daniel Tumpal H. Aruan dan Iin Wirdania (2020) berjudul You are what
you wear: examiniting the multidimensionality of religiosity and its influence on
attidues and to buy muslim fashion clothing. Metodologi penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan
karakteristik atau fungsi pasar. Pengumpulan data dilakukan secara cross-sectional.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan
structural yang menggunakan perangkat lunak AMOS. Tujuan dari penelitian ini
adalah menguji sejauh mana religiusitas yang mempengaruhi pengambilan
keputusan konsumen saat membeli pakaian muslim. Analisis menemukan bahwa
religiusitas memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen.
Selain itu penelitian mengukapkan bahwa religiusitas sangat berkorelasi dengan
jenis pakaian yang dikenakan konsumen.
Mariska Pradnya Paramitha dan Fatin Fadholah (2014) dengan judul
penelitian “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen
Terhadap Produk Rabbani di Bunker Rabbani Pucang Surabaya”. Berdasarkan hasil
penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa variabel harga berpengaruh positif
terhadap keputusan konsumen dalam melakukan pembelian sebuah produk. Harga
adalah nilai yang harus dikorbankan oleh seseorang untuk mendapat barang atau
jasa tertentu, sehingga harga menjadi sesuatu yang berpengaruh terhadap keputusan
pembelian dari konsumen karena setiap orang memiliki income yang berbeda.
Tajamul islam dan Uma Chandra sekaran (2019) dengan judul penelitian
Religiosity, values and consumer behavior (a study of young indian muslim
consumers) penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara religiusitas dan
nilai-nilai konsumen, religiusitas dan gaya pengambilan keputusan konsumen
(CDMS), dan peran mediasi nilai-nilai konsumen dalam hubungan antara
religiusitas dan CDMS di antara konsumen muda muslim india. Metodologi
penelitian ini data dikumpulkan dari 487 konsumen muslim di tiga negara bagian
india melalui survei menggunakan kuisioner terstruktur. Data di analisis dengan
menggunakan teknik analisis faktor eksplorasi dan structural equation modelling
(SEM).
Hasan Aksoy dan Olaide Yusuf Abdulfatai (2019) dengan judul penelitian
Exploring the impact of religiousness and culture on luxury fashion goods
purchasing intention (a behavioural study on nigerian muslim consumers)
penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki efek religiusitas dan budaya pada niat
konsumen muslim nigeria untuk membeli barang-barang mewah. Metodologi
penelitian menggunakan survey mencakup 372 muslim nigeria dari kelompok
berpenghasilan menengah dan atas yang tinggal di lagos dan kano nigeria. Hasil
pembahasan banyak merek mewah mencari cara untuk tumbuh terlalu cepat di pasar
14

negara berkembang. Berfokus pada nigeria, penelitian ini mengidentifikasi


orientasi budaya, kepercayaan agama masyarakat nigeria dan meneliti variabel
sosial dan pribadi yang mempengaruhi niat pembelian konsumen untuk barang-
barang mewah.
Sulis riptiono (2018) dengan judul penelitian pengaruh Islamic religiosity
dan norma subyektif terhadap niat beli trend busana muslim (an extended of theory
of reason action) penelitian ini bertujuan untuk menguji niat beli konsumen
terhadap trend busana muslim menggunakan perpanjangan theory of reason action
(TRA) dengan variabel religiusitas islam. Responden dari penelitian ini adalah umat
muslim termasuk pria dan wanita yang mengikuti perkembangan trend busana
muslim. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis liniear
berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa norma subjektif dan variabel
religiusitas islam memiliki efek positif pada sikap konsumen pada trend busana
muslim.
Zurawicki dan Braidot (2005) bertujuan meneliti tanggapan dari konsumen
kelas menengah Argentina untuk krisis ekonomi 2001-2002. Menggunakan metode
SEM. dengan hasil penelitian bahwa rumah tangga berpenghasilan tinggi
mengurangi dan menghilangkan pengeluaran mereka ke tingkat yang lebih rendag
daripada keluarga kelas menengah.
Prince Clement. et.al (2020) dengan judul penelitian Covid-19: fear appeal
favoring purchase behaviors toward protective equipment penelitian ini bertujuan
memeriksa perubahan perilaku pembelian setelah wabah Covid-19 di wuhan, china
dan diseluruh dunia. Metodologi penelitian ini menggunakan e China Center for
DiseaseControl and Prevention (CDC) dan untuk mempelajari tren perilaku
pembelian secara efektif, kami mengumpulkan total 834 data harian dari 40 toko
streaming langsung bersama kasus nCoV harian.

Kerangka Penelitian

Gambar 1 Kerangka Penelitian


15

Adapun keterkaitan pengaruh hubungan variabel, yang mana variabel X


yaitu Lifestyle, FoMO, Religiusitas, Media Sosial dan Krisis Magnitudo sebagai
variabel bebas (Independent) sedangkan variabel Y yaitu keputusan pembelian
produk fashion masa pandemi. Sebagai variabel terikat (Dependent).

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Jawa Barat. Untuk itu waktu penelitian ini di
lakukan dengan waktu kurang lebih 2 bulan pada bulan Juli sampai Agustus 2020.

Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian kuantitatif. Pada
penelitian kuantitatif, teori atau paradigma teori digunakan untuk menuntun peneliti
menemukan masalah penelitian, konsep, alat analisis, metodoligi, hipotesis dan
menemukan alat analisis data-data numerik (angka).

Jenis Data
Penelitian ini menggunakan jenis data primer berupa hasil secara langsung
dari responden dengan melakukan penyebaran angket/kuisioner, yaitu daftar
pertanyaan terstruktur dengan (option) jawaban yang telah tersedia sehingga
responden memilih jawaban sesuai dengan aspirasi, persepsi, sikap, keadaan, atau
pendapat pribadi kepada masyarakat Jawa Barat yang berkaitan dengan penelitian
penulis.

Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data primer. Pengertian data primer sendiri
adalah data yang di dapatkan secara langsung dari responden melalui teknik
kuisioner atau angket. Teknik tersebut di pilih dengan tujuan dapat melihat tingkah
atau tolak ukur dari masing-masing variabel yang digunakan bersifat pernyataan
tertutup, dimana hanya diperlukan salah satu jawaban dari beberapa alternative
jawaban yang di sediakan.
Untuk skala pengukuran nilai masing-masing variabel independen akan
menggunakan skala likert. Dengan skala likert, masing-masing variabel yang
nantinya akan digunakan sebagai tolak ukur untuk menyusun instrument kuisioner
yang berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono,2009).

Populasi dan Sampel

Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri para subjek atau objek
yang memiliki karakter dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk mempelajari kesimpulan nanti (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini

Anda mungkin juga menyukai