BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Konsumtif
(KBBI on-line, 2016). Jadi perilaku konsumtif adalah, kegiatan individu untuk
berikt, Dahlan (dalam Sumartono, 2002) perilaku konsumtif adalah suatu perilaku
yang ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala
hal yang paling mahal yang memberikan kepuasan dan kenyamanan fisik sebesar-
besarnya, serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong oleh
(dalam Sumartono, 2002) perilaku konsumtif adalah suatu perilaku yang tidak
keinginan yang sudah mencapai taraf tidak tifak rasional lagi. Anggarasari (dalam
Sesuatu hal yang dirasa tidak pernah puas dan sifatnya bukan sebuah kebutuhan
pokoknya.
a. Pembelian Impulsif
a. Pemenuh Keinginan
konsumtif. Oleh karena itu, dalam mengkonsumsi suatu hal manusia selalu
ingin lebih untuk memenuhi rasa puasnya, walaupun sebenarnya tidak ada
kompulsif dan tidak rasional. Manusia selalu merasa belum lengkap dan
mencari kepuasan akhir dengan membeli barang baru. Manusia sudah tidak
lagi membeli barang tersebut atas kebutuhan atau kegunaan bagi dirinya
(Fromm, 1995). Seperti halnya membeli produk yang harganya diluar batas
d. Status
melalui barang atau kegiatan yang bukan merupakan bagian dari kebutuhan
dirinya.
(1995) karena dinilai paling sesuai dengan kondisi dilapangan berdasarkan hasil
adalah:
a. Faktor budaya
pembelian yang mana faktor budaya ini terdiri dari budaya dan kelas sosial.
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar. Kelas
social adalah pembagian dalam masyarakat yang relatif homogen dan permanen,
yang tersusun secara hirarkis dan yang para anggotanya menganut nilai,
b. Faktor sosial
acuan adalah seseorang terdiri dari semua kelompok yeng memiliki pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang tersebut.
16
masyarakat, dan anggota para keluarga menjadi kelompok acuan primer yang
paling berpengaruh. Peran dan tatus sosial adalah peran meliputi kegiatan yang
status.
c. Faktor Pribadi
Usia dan tahap siklus hidup, orang membeli barang dan jasa berbeda-beda
mengkonsumsi barang dan jasa, yaitu pekerjaan dan lingkungan ekonomi, gaya
hidup, pola hidup seseorang di dunia yang terungkap pada aktivitas, minat dan
opininya, serta kepribadian dan konsep diri. Kepribadian adalah ciri bawaan
ada tiga yaitu konsep diri aktual (memandang dirinya seperti apa), konsep diri
ideal (memandang dirinya ingin seperti apa), konsep diri orang lain (manganngap
orang lain memandang dirinya seperti apa). Masa remaja adalah masa pencarian
jati diri sehingga pada usia remaja belum mampu mengarahkan jalan hidupnya
kedepan, pergeseran moral juga terlihat pada perilaku remaja saat ini dimana
juga sedikit mengalami masalah, hal ini berdasarkan hasil lapangan disekitar
peneliti tentang perilaku remaja. Banyak sekali ditemui remaja masa kini sudah
konsumtif karena ingin menjaga gengsi, atau ingin membuat dirinya terlihat lebih
d. Faktor psikologis
adalah bahwa persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga
Konsep sikap sangat erat kaitannya dengan konsep kepercayaan dan perilaku.
yang mempengaruhi perilaku konsumtif adalah faktor budaya, sosial, pribadi, dan
psikologis. Adapun faktor yang dipilih dalam penelitian ini adalah faktor pribadi
dalam poin konsep diri. Karena fenomena konsep diri dinilai dapat mempengaruhi
barang dan jasa (perilaku konsumtif). Menurut Priamsari (dalam Prawesti dkk
2008), menunjukkan bahwa konsep diri merupakan inti pola kepribadian yang
B. Konsep Diri
Istilah “konsep” mempunyai arti gambaran mental dari objek, proses, atau
apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
hal-hal lain (KBBI on-line, 2016). Sedangkan istilah “diri” berarti orang seorang
(terpisah dari yang lain) (KBBI on-line, 2016). Jadi, konsep diri dapat diartikan
Beberapa ahli merumuskan definisi dari konsep diri, menurut Burns (1993)
konsep diri merupakan suatu gambaran campuran dari apa yang dipikirkan
individu, pendapat orang lain mengenai diri individu, dan apa yang individu
19
tersebut inginkan. Sementara itu, Mead (dalam Burns, 1993) menyatakan bahwa
konsep diri sebagai pandangan, penilaian, dan perasaan individu mengenai dirinya
yang timbul sebagai hasil dari suatu interaksi sosial. Hurlock (1990) memberikan
pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang
dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki
sosial, emosional, aspirasi dan prestasi. Pernyataan Fitts (dalam Hendriati, 2006)
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Lebih lanjut Fitts (dalam Hendriati, 2006)
mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap pola tingkah laku
seseorang.
suatu gambaran yang dimiliki seseorang tentang diri individu. Gambaran yang
Menurut Calahoun dkk (dalam Desmita, 2012) konsep diri terdiri dari tiga
aspek, yaitu:
a. Pengetahuan
Dimensi pertama dari konsep diri adaah apa yang kita ketahui tentang
diri sendiri atau penjelasan dari “siapa saya” yang akan memberikan
gambaran tentang diri saya. Gamabaran diri tersebut pada gilirannya akan
20
mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita sebagai pribadi,
seperti “saya pintar” , “saya cantik”, “saya anak baik”, dan seterusnya.
b. Harapan
Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang
dicita-citakan dimasa depan. Pengharpan ini merupakan diri ideal (self ideal)
atau diri yang dicita-citakan. Cita-cita diri (self ideal) terdiri dari dambaan,
aspirasi, harapan, keinginan bagi diri kita, atau menjadi manusia seperti apa
c. Penilaian
Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhdapa diri kita
sendiri. Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau
2012) setiap kita berperan sebagai penilai terhadap diri kita sendiri, menilai
apakah kita bertentangan : 1) pengharapan bagi diri kita sendiri (saya dapat
menjadi apa), 2) standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya
seharusnya menjadi apa). Hasil dari penilain tersebut membentuk apa yang
disebut dengan rasa harga diri, yaitu seberapa besar kita menyukai diri kita
sendiri.
21
konsep diri seseorang maka dapat dilihat lewat penilaian terhadap dirinya.
meliputi:
a. Aspek fisik
dan lain-lain. Aspek utamanya adalah tubuh, dan gambaran tubuh seseorang
mengkonseptualisasikan dirinya.
b. Aspek psikis
sikap yang dimiliki individu tentang dirinya sendiri (proses ego) (Berzonsky,
1981). Pada aspek psikis digolongkan memiliki konsep diri positif apabila
c. Aspek sosial
Aspek sosial terdiri dari peran yang dimainkan oleh remaja dan
Dikatakan memiliki konsep diri social positif apabila mampu terbuka dengan
orang lain, mudah bergaul, memahami orang lain, merasa diperhatikan, dan
social negative apabila tidak memberikan perhatian terhadap orang lain dan
d. Aspek moral
dilontarakan remaja seperti “apa itu hidup?”; “apa yang saya yakini?”; “apa
sesuatu yang dianggap konvensional seperti peran, tujuan, dan norma social
memandang dirinya sebagai orang yang berpegang teguh pada nilai etik dan
apabila mamandang dirinya sebagai orang yang menyimpang dari nilai etik
Berdasarkan uraian diatas, aspek konsep diri yang dipilih adalah aspek fisik,
aspek psikis, aspek sosial, dan aspek moral. Dimana setiap insan manusia
menginginkan yang terbaik untuk dirinya sendiri dihadapan orang lain, indikator
memilih konsep diri adalah, karena ingin melihat seberapa baiknya konsep diri
yang ada pada remaja di Yogyakarta ini, terlebih didalam konsep diri terdapat
konsumtif. Remaja yang memiliki konsep diri positif tentang dirinya sendiri pasti
akan terhindar dari perilaku konsumtif, karena merasa bahwa dirinya sudah baik dan
cukup. Menurut Hamachek (dalam Rakhmat, 2003) ciri-ciri konsep diri yang positif
adalah mampu menikmati dirinya secara utuh dalam berbagai kegiatan. Namun
apabila remaja memiliki konsep diri negatif dan menilai bahwa dirinya kurang hal ini
akan sangat mudah menjurus ke perilaku konsumtif. Menurut Burns (1993) konsep
diri negatif itu salah satunya memiliki sifat kurang menghargai dan menerima diri
sendiri. Contohnya adalah ketika remaja melihat temannya pesan makanan yang
mahal maka biasanya remaja itu akan terpengaruh dan tidak mau kalah, Sumartono
(2002) remaja membeli barang bukan atas dasar kebutuhan tetapi membeli produk
Keadaan psikis remaja juga berdampak pada konsep diri yang ada. Menurut
Hamachek (dalam Rakhmat, 2003) remaja yang memiliki konsep diri positif akan
24
bertindak berdasarkan penilaian yang baik dan tidak menyesali jika orang lain tidak
setuju. Apabila remaja dapat bersikap demikian maka besar kemungkinan psikis
remaja tidak mudah terpengaruh ke dalam perilaku konsumtif karena dapat memilah-
milah mana yang terbaik. Tetapi ini akan terbalik jika remaja tidak bisa menahan dan
mengerti keadaan, hal inilah yang rentan terhadap perilaku konsumtif. Menurut
Sumartono (2002) bukan rahasia umum lagi ketika perut mereka (remaja) dililit rasa
lapar, serta mertapun remaja lebih memilih KFC, CFC, Wendy’s, atau McD dan
memiliki hubungan sosial positif akan menerima dan tidak mudah terpengaruh oleh
lingkungan sekitarnya. Menurut Hamachek (dalam Rakhmat, 2003) ciri konsep diri
positif adalah remaja merasa sama dengan yang lain walaupun terdapat perbedaan
dan remaja sanggup menerima dirinya sebagai orang yang bernilai. Ditambahkan oleh
Brooks dkk (dalam Rakhmat, 2003) dapat menyadari bahwa seluruh orang memiliki
berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak semuanya bisa diwujudkan.
Namun apabila hubungan sosialnya mengarah ke konsep diri negatif maka akan
mudah terpengaruh perilaku konsumtif karena pada dasarnya remaja memiliki sifat
mudah terpengaruh. Menurut Glock (dalam Sumartono, 2002) remaja pada masa
transisinya memiliki kondisi emosional yang labil, sehingga mudah dipengaruhi oleh
kelompoknya. Contohnya adalah ketika remaja mudah terbujuk atas ajakan atau
rayuan teman sekelompoknya yang makan di cafe atau restoram terkenal dan mewah
25
hal ini dilakukan demi menjaga statusnya dengan kelompok sosialnya, Sumartono
(2002) mengatakan ciri perilaku konsumtif adalah membeli produk karena ingin
pemikiran kolot akan terhindar dari perilakukonsumtif, sedangkan remaja masa kini
adalah remaja yang memiliki pemikiran yang inovatif dan hal ini lcenderung
Dewasa ini moral remaja sangat memprihatinkan, moral remaja yang baik
dalam kaitannya dengan perilaku konsumtif maka akan dapat menahan diri dan
(2002) perilaku konsumtif merupakan perilaku sosial yang tidak boleh lepas dari
tanggung jawab sosial, sejak dini diajarkan untuk berperilaku konsumtif terkendali
atas kebutuhan secara tepat dan benar. Namun sebaliknya apabila ramaja memiliki
moral yang buruk akan mudah terpengaruh perilaku konsumtif, adanya hanya
menuruti kemauan sesaat dan demi menjaga populeritasnya supaya percaya diri di
(dalam Rakhmat, 2003) karakteristik konsep diri negatif adalah responsif terhadap
pujian, seseorang dengan konsep diri negatif selalu suka untuk dipuji dan dibangga-
banggakan. Contoh saja remaja mengerjakan tugas-tugas dari sekolah atau dosen di
tempat-tempat cafe atau rumah makan mewah lalu berfoto dan di posting ke media
sosial agar semua orang tahu kegiatannya demi memperoleh pengakuan dan merasa
lebih percaya diri dan dipandang tinggi. Menurut sumartono (2002) membeli produk
26
pandangan tentang dirinya yang baik pula dan tidak terpengaruh oleh dunia
konsumtif, sebaliknya remaja yang memiliki konsep diri negatif mudah terpengaruh
akan perilaku konsumtif di sekitarnya. Menurut Prawestri dkk (2008) konsep diri
diri akan menghasilkan perilaku konsumtif terhadap suatu produk yang berbeda pula.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dilihat bahwa perilaku konsumtif memiliki
hubungan dengan konsep diri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Prawesti dan Widyastuti (2008) tentang hubungan antara konsep diri
dengan perilaku konsumtif pada remaja di SMU Negeri 2 Krakatau Steel Cilegon.
Berdasarkan hasil analisis data dengan subjek penelitian siswi SMU Negeri 2
Krakatau Steel menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif atau hubungan yang
berlawanan arah yang sangat signifikan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif.
D. Hipotesis
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat
antara perilaku konsumtif dengan konsep diri. Maka diajukan hipotesis dalam
penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara konsep diri dengan perilaku
27
konsumtif pada remaja di Yogyakarta. Semakin positif konsep diri maka semakin
rendah perilaku konsumtifnya dan sebaliknya, semakin negatif konsep dirinya maka