Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1.Landasan Teoritis

2.1.1 Minat Beli

Minat beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen dimana seseorang

mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, bedasarkan

pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan

menginginkan suatu produk. Menurut Kotler & Keller (2013:137) minat beli adalah

perilaku konsumen yang muncul sebagai respon terhadap objek yang menunjukkan

keinginan pelanggan untuk melakukan pembelian. Minat yang muncul dalam

melakukan pembelian menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam

benaknya dan menjadi suatu kegiatan yang sangat kuat dan yang pada akhirnya ketika

seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya, maka konsumen akan

mengaktualisasi apa yang ada dalam benaknya tersebut (Ferdinand, 2014:189).

Menurut Julianti (2014:88) minat beli sebagai kekuatan pendorong atau sebagai

motif yang bersifat instristik yang mampu mendorong seseorang untuk menaruh

perhatian secara spontan, wajar, mudah, tanpa paksaan dan selektif pada satu produk

untuk kemudian mengambil keputusan membeli. Bila manfaat mengkonsumsi produk

yang dirasakan lebih besar dibandingkan pengorbanan untuk mendapatkannya, maka

dorongan untuk membelinya semakin tinggi. Sedangkan menurut Nugroho (2013:342)

minat beli adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk

mengevaluasi dua atau lebih prilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya.

8
9

Hasil dari proses pengintegrasian ini ialah suatu pilihan (choice), yang disajikan

secara kognitif sebagai keinginan berperilaku.

Lebih lanjut menurut Helmi (2015:15), minat beli konsumen adalah

kecendrungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli suatu barang.

Kesediaan untuk membayar barang atau jasa konsumen yang memiliki minat terhadap

suatu produk atau jasa dapat dilihat dari bentuk pengorbanan yang dilakukan terhadap

barang atau jasa, konsumen yang cenderung memiliki minat lebih terhadap barang

atau jasa, konsumen yang cenderung memiliki minat lebih terhadap suatu barang atau

jasa akan bersedia untuk membayar barang atau jasa tersebut dengan tujuan konsumen

yang berminat dapat menggunakan barang atau jasa tersebut.

Minat beli (willingness to buy) merupakan bagian dari komponen perilaku

dalam sikap mengkonsumsi. Suatu produk dapat dikatakan telah dikonsumsi oleh

konsumen apabila produk tersebut telah diputuskan untuk dibeli. Keputusan untuk

membeli dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi. Bila manfaat yang dirasakan

lebih besar dibandingkan pengorbanan untuk mendapatkannya, maka dorongan untuk

membelinya semakin tinggi. Sebaliknya, bila manfaatnya lebih kecil dibandingkan

pengorbanannya maka biasanya pembeli akan menolak untuk membeli dan pada

umumnya beralih mengevaluasi produk lain yang sejenis. Pada kebanyakan orang,

perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya

rangsangan dari luar dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan

dari lingkungannya.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan minat beli merupakan keinginan

untuk membeli yang timbul setelah konsumen merasa tertarik dan ingin memakai

produk yang dilihatnya. Dan merupakan pernyataan mental dari konsumen yang
10

merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek tertentu. Hal

tersebut sangat diperlukan oleh pemasar untuk mengetahui minat beli konsumen

terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi menggunakan

variabel minat beli untuk memprediksi perilaku konsumen di masa yang akan datang.

2.1.1.1 Indikator Minat beli

Menurut Ferdinand (2014:189), minat beli dapat diidentifikasi melalui

indikator-indikator sebagai berikut :

a. Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli produk.


b. Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk mereferensikan produk
kepada orang lain.
c. Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang
memiliki prefrensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat
diganti jika terjadi sesuatu dengan produk referensinya.
d. Minat eksploratif, minan ini menggambarkan perilaku seseorang yang selalu
mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi
untuk mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses pemikiran yang

membentuk suatu persepsi. Minat beli yang muncul menciptakan suatu motivasi yang

terus terekam dalam benaknya, yang pada akhirnya ketika seseorang konsumen harus

memenuhi kebutuhannya akan mengaktualisasikan apa yang terdapat dalam benak

konsumen. Dan minat beli tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.

2.1.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Beli

Menurut Kotler (2012:182), minat beli merupakan bagian dari perilaku

membeli sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli kurang lebih sama

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku membeli. Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi minat beli yaitu:

1. Faktor-faktor kebudayaan.
a. Budaya, adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling
mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur
oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari.
11

b. Sub budaya, yaitu mempunyai kelompok- kelompok sub budaya yang lebih
kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku
anggotanya. Ada empat macam sub budaya yaitu kelompok kebangsaan,
kelompok keagamaan, kelompok ras dan wilayah geografis.
c. Kelas sosial, yaitu kelompok dalam masyarakat, dimana setiap kelompok
cenderung memiliki nilai, minat dan tingkah laku yang sama.

2. Faktor-faktor sosial.
a. Kelompok Referensi, yaitu kelompok-kelompok yang memberikan pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
Kelompok ini biasanya disebut dengan kelompok keanggotaan, yaitu sebuah
kelompok yang dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap
seseorang. Adapun anggota kelompok ini biasanya merupakan anggota dari
kelompok primer seperti keluarga, teman, tetangga dan rekan kerja yang
berinteraksi dengan secara langsung dan terus menerus dalam keadaan yang
informal.
b. Keluarga, yaitu anggota keluarga dapat memberikan pengaruh yang kuat
terhadap perilaku pembeli. Dalam sebuah organisasi pembelian konsumen,
keluarga dibedakan menjadi dua bagian. Pertama keluarga yang dikenal
dengan istilah keluarga orientas. Keluarga jenis ini terdiri dari orang tua dan
saudara kandung seseorang yang dapat memberikan orientasi agama, politik
dan ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri dan cinta. Kedua, keluarga yang
terdiri dari pasangan dan jumlah anak yang dimiliki seseorang. Keluarga jenis
ini biasa dikenal dengan keluarga prokreasi.
c. Peranan dan status, yaitu kedudukan seseorang dalam setiap kelompok dapat
dijelaskan dalam pengertian peranan dan status. Setiap peranan membawa satu
status yang mencerminkan penghargaan umum oleh masyarakatnya meliputi
kelompok acuan, keluarga serta peran dan status. Peran dan status seseorang di
dalam masyarakat dapat mempengaruhi perilaku pembelian. Semakin tinggi
peran seseorang didalam sebuah organisasi maka akan semakin tinggi pula
status mereka dalam organisasi tersebut dan secara langsung dapat berdampak
pada perilaku pembeliannya.

3. Faktor-faktor pribadi
a. Usia dan tahap daur hidup, yaitu pembelian seseorang terhadap barang dan jasa
akan berubah-ubah selama hidupnya. Demikian halnya dengan selera
seseorang berhubungan dengan usianya.
b. Pekerjaan, yaitu dengan adanya kelompok-kelompok pekerjaan, perusahaan
dapat memproduksi produk sesuai dengan kebutuhan kelompok pekerjaan
tertentu.
c. Keadaan ekonomi, yatu keadaan ekonomi seseorang dapat dilihat dari tingkat
pendapatan yang dapat berpengaruh terhadap pilihan produk. Biasanya
pemilihan produk dilakukan berdasarkan keadaan ekonomi seseorang seperti
besaran penghasilan yang dimiliki, jumlah tabungan, hutang dan sikap
terhadap belanja atau menabung.
d. Gaya hidup, yaitu dapat diartikan sebagai sebuah pola hidup seseorang yang
terungkap dalam aktivitas, minat dan opininya yang terbentuk melalui sebuah
kelas sosial dan pekerjaan. Tetapi, kelas sosial dan pekerjaan yang sama tidak
12

menjamin munculnya sebuah gaya hidup yang sama. Melihat hal ini sebagai
sebuah peluang dalam kegiatan pemasaran, banyak pemasar yang
mengarahkan merek kepada gaya hidup seseorang.
e. Kepribadian dan konsep diri, yaitu kepribadian merupakan ciri-ciri psikologis
yang membedakan setiap orang sedangkan konsep diri lebih kearah citra diri.
Setiap orang memiliki berbagai macam karateristik kepribadian yang bebeda-
beda yang dapat mempengaruhi aktivitas kegiatan pembeliannya. Kepribadian
merupakan ciri bawaan psikologis manusia yang berbeda yang menghasilkan
sebuah tanggapan relatif konsiten dan bertahan lama terhadap rangsangan
lingkungannya. Kepribadian biasanya digambarkan dengan menggunakan ciri
bawaan seperti kepercayaan diri, dominasi, kemampuan bersosialisasi,
pertahanan diri dan kemapuan beradaptsi.

4. Faktor-faktor Psikologis
a. Motivasi, yaitu suatu kebutuhan yang cukup kuat mendesak untuk
mengarahkan seseorang agar dapat mencari pemuasan terhadap kebutuhan itu.
b. Persepsi, yaitu proses individu memilih, merumuskan, dan menafsirkan
masukan informasi dari panca indera untuk menciptakan suatu gambaran yang
berarti mengenai dunia. Persepsi juga merupakan interpretasi dari sensasi dan
proses pemilihan informasi akan hal-hal tertentu yang berarti bagi konsumen.
Faktor psikologis persepsi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
perilaku membeli. Persepsi akan suatu produk menjadi salah satu karakteristik
dasar dalam pemasaran lewat pemberian perhatian lebih serta penciptaan
produk yang kuat tersebut akan dipersepsi oleh konsumen dalam melakukan
pembelian.
c. Pembelajaran
Pembelajaran menunjukan perubahan perilaku seseorang karena pengalaman.
Pembelajaran terjadi melalui saling pengaruh antara dorongan, stimulant,
tanggapan dan penguatan.
d. Keyakinan dan sikap
Melalui tindakan dan pembelajaran orang mendapat keyakinan dan sikap yang
akan mempengaruhi perilaku pembelian. Keyakinan adalah pemikiran yang
dipertahankan seseorang mengenai sesuatu

2.1.2 Kualitas Produk

Dalam menentukan tingkat kepuasan, seseorang pelanggan sering kali melihat

dari nilai lebih suatu produk atau kinerja pelayanan yang diterima dari suatu proses

pembelian produk atau jasa. Menurut Kotler dan Armstrong (2014:143) product

quality is “The characteristics of a product or service that bear on its ability to satisfy

stated or implied customer needs”. Kualitas produk adalah totalitas fitur dan

karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk


13

memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Pendapat ini menyatakan

kualitas produk adalah karateristik suatu produk atau jasa yang menunjang

kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Kualitas produk adalah

salah satu posisi utama dalam suatu pemasaran. Kualitas memiliki dampak langsung

pada kinerja produk dan jasa sehingga terkait erat dengan nilai pelanggan dan

kepuasaan.

Menurut Vincent Garpersz (2012:89) bahwa definisi kualitas produk adalah

“Quality is everything that is able to meet the wishes or needs of consumers.” yang

artinya kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau

kebutuhan konsumen. Memperbaiki kualitas merupakan tantangan yang penting bagi

perusahaan untuk bersaing dalam menjalankan bisnisnya. Perbaikan kualitas produk

akan mengurangi biaya dan meningkatkan keungulan bersaing, bahkan lebih jauh lagi

kualitas produk yang akan tinggi menciptakan keunggulan bersaing yang bertahan

lama. Definisi lain menurut Tjiptono (2012:95), kualitas produk mencerminkan semua

dimensi penawaran produk yang menghasilkan manfaat (benifits) bagi pelanggan.

Kualitas suatu produk baik berupa barang atau jasa ditentukan melalui dimensi-

dimensinya.

Menurut Putra dkk (2017:126), kualitas produk adalah suatu tindakan yang

diberikan oleh perusahaan untuk memenangkan persaingan di pasar dengan

menetapkan sekumpulan perbedaan-perbedaan yang berarti pada produk atau jasa

yang ditawarkan untuk membedakan produk perusahaan dengan produk pesaingnya,

sehingga dapat dipandang atau dipersepsikan konsumen bahwa produk yang

berkualitas tersebut mempunyai nilai tambah yang diharapkan oleh konsumen.

Perusahaan yang memiliki produk yang selalu memiliki inovasi akan membuat
14

konsumen tidak jenuh dan memiliki alternatif dalam melakukan keputusan pembelian.

Sedangkan menurut Swastha dan Handoko (2012:102), salah satu dari tujuh

komponen yang ada adalah keputusan pembelian tentang jenis produk. Konsumen

dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah barang atau jasa ketika konsumen

tersebut menganggap produk itu dibutuhkan. Kualitas produk yang diberikan

perusahaan adalah strategi yang tepat untuk menarik perhatian konsumen.

Bedasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa kualitas produk merupakan

langkah untuk meningkatkan minat konsumen dalam memilih produk, sehingga

konsumen merasa puas dan melakukan pembelian kembali sehingga puas.

2.1.2.1 Tingkatan Produk

Perusahaan harus mengetahui beberapa tingkatan produk ketika akan

mengembangkan produknya. Menurut Kotler dan Keller (2016:390) produk memiliki

5 (lima) tingkatan, diantaranya :

1. Core benefit (manfaat produk)


The service of benefit the costomer is really buying “ Memberikan layanan atau
produk yang benar-benar bermanfaata untuk dibeli oleh pelanggan”.
2. Basic product (produk dasar)
The market must turn the core benefit into a basic product “Pasar yang
bertujuan untuk mengubah manfaat inti menjadi produk dasar”.
3. Expected product (produk yang diharapkan)
A set of attributes and conditions buyers normally expenct when they purchase
this product, “Seperangkat atribut dan ketentuan yang biasanya diharapakan
oleh pembeli ketika mereka membeli produk tersebut”.
4. Augmented product (produk tambahan)
The market prepares an augmented product that exceeds customer expectations.
“Persiapan pasar untuk menyiapkan produk tambahan yang melebihi harapan
pelangan”.
5. Potential product. (potensi produk)
Which encompasses all the possible augmentations and tranformations the
product or offering might undergo in the future. “Produk yang mencakup semua
kemungkinan penambahan dan tranformasi produk atau penawaran yang akan
mesa mendatang”.
15

Dari uarain diatas dapat disimpulkan tingkatan produk pada suatu perusahaan

harus memiliki keunggulan tersendiri dan nilai tambah atas produknya agar produknya

memiliki keunikan dibandingkan dengan perusahaan lain. Sehingga konsumen akan

tetap memilih produk perusahaan tersebut dibandingkan produk lain.

2.1.2.2 Klasifikasi Produk

Produk dapat menjadi beberapa kelompok yaitu bedasarkan wujudnya,

bedasarkan aspek daya tahan produk dan bedasarkan kegunaanya. Menurut Kotler dan

Keller (2016:391), klasifikasi produk diantaranya :

1. Klasifikasi produk bedasarkan daya tahannya:


a. Non durable goods (barang tidak tahan lama), barang yang tidak tahan lama
merupakan barang nyata yang biasanya dikomsumsi dalam satu atau beberapa
kegunaan.
b. Durable goods (barang tahan lama), barang yang tahan lama merupakan
barang yang nyata banyak penggunaanya.
2. Klasifikasi produk bedasarkan kegunaanya
a. Barang konsumsi
Barang konsumsi merupakan suatu produk yang langsung dapat dikonsumsi
tanpa melalui pemrosesan lebih lanjut untuk memperoleh manfaat dari produk
tersebut. Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kebutuhan
konsumen akhir (individu dan umah tangga), bukan untuk tujuan bisnis. Pada
umumnya barang konsumen dibedakan menjadi empat jenis, yaitu barang
kenyamanan, barang belanja, barang khusus dan barang yang tidak dicari.
b. Barang industri.
Barang industri merupakan jenis produk yang masih memerlukan pemrosesan
lebih lanjut untuk mndapatkan suatu manfaat tertentu. Biasanya hasil
pemrosesan dari barang industri diperjual belikan kembali. Klasifikasi barang
produksi dibagi menjadi tiga, diantaranya bahan baku dan suku cadang,
barang modal dan layanan bisnis atau pasokan.

2.1.2.3 Dimensi Kualitas Produk

Tedapat beberapa tolak ukur kualitas produk menurut Kotler dan Keller

(2012:81) yaitu :

1. Bentuk (form), bentuk sebuah produk dapat meliputi ukuran, bentuk, atau
struktur fisik produk.
2. Fitur (feature), fitur produk yang melengkapi fungsi dasar suatu produk tersebut
16

3. Penyesuaian (customization), pemasar dapat mendiferensikan produk dengan


menyesuaikan produk tersebut dengan keinginan perorangan.
4. Kualitas Kinerja (performance quality), tingkat dimana karakteristik utama
produk beroperasi. Kualitas menjadi dimensi yang semakin penting untuk
diferensiasi ketika perusahaan menerapkan sebuah model nilai dan memberikan
kualitas yang lebih tinggi dengan uang yang lebih rendah.
5. Kualitas kesesuaian (Comformance quality), tingkat dimana semua unit yang
diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi yang dijanjikan.
6. Ketahanan (Durability), merupakan ukuran umur operasi harapan produk dalam
kondisi biasa atau penuh tekanan, merupakan atribut berharga untuk produk-
produk tertentu.
7. Keandalan (Reliabilty), ukuran kemungkinan produk tidak akan mengalami
kerusakan atau kegagalan dalam periode waktu tertentu.
8. Kemudahan (Repairability), ukuran kemudahan perbaikan produk ketika produk
itu tidak berfungsi atau gagal
9. Gaya (Style), menggambarkan penampilan dan rasa produk kepada pembeli
10. Desain (Desaign), merupakan totalitas fitur yang mempengaruhi tampilan, rasa
dan fungsi produk berdasarkan kebutuhan pelanggan.

2.1.2.4 Indikator Kualitas Produk

Menurut Tjiptono (2012:121) untuk mengukur kualitas produk memiliki

indikator-indikator yaitu sebagai berikut:

1. Kinerja (performance) merupakan karakteristik operasi dan produk inti (core


product) yang dibeli. Misalnya kecepatan, kemudahan dan kenyamanan dalam
penggunaan
2. Fitur (feature) merupakan fitur produk yang melengkapi fungsi dasar suatu
produk tersebut.
3. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to spesification), sejauh mana
karakteristik desain dan operasi memenuhi standar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Misalnya standar karakteristik operasional.
4. Ketahanan (durability), berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat
terus digunakan. Dimensi ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis.
5. Keandalan (realibility), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan
atau gagal pakai.
6. Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi,
serta penanganan keluhan yang memuaskan. Pelayanan yang diberikan tidak
terbatas hanya sebelum penjualan, tetapi juga selama proses penjualan hingga
purna jual, yang juga mencakup pelayanan reparasi dan ketersediaan komponen
yang dibutuhkan
7. Estetika (esthetica), yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misal
keindahan desain produk, keunikan model produk, dan kombinasi.
8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), merupakan persepsi konsumen
terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk. Biasanya karena
kurangnya pengetahuan pembeli akan atribut atau ciri-ciri produk yang akan
17

dibeli, maka pembeli memperspsikan kualitasnya dari aspek harga, iklan,


reputasi perusahaan, maupun negara pembuatnnya.

2.1.3 Daya Tarik Iklan

Iklan merupakan salah satu dari empat jenis promosi yang digunakan pemasar

untuk melakukan komunikasi dengan konsumen sehingga konsumen melakukan

transaksi pembelian. Menurut Kotler dan Amstrong (2014:151) iklan adalah semua

bentuk terbayar presentasi non pribadi dan promosi ide, barang, atau jasa, dengan

sponsor tertentu. Iklan dapat disimpulkan merupakan sebuah rangkaian pesan baik

dengan media apapun yang isinya secara khusus dibuat untuk tujuan periklanan

perusahaan. Daya tarik iklan atau power of impression dari suatu iklan adalah

seberapa besar iklan mampu memukau atau menarik perhatian pemirsanya atau calon

konsumen yang akan melakukan transaksi.

Daya tarik iklan (advertising appeal) mengacu pada pendekatan yang digunakan

untuk menarik perhatian konsumen dan mempengaruhi perasaan mereka terhadap

suatu produk (Ardiansyah dkk, 2015:77). Sedangkan menurut Morisan dalam Fajriani

dkk (2018:164) daya tarik iklan terdapat beberapa macam penggunaan daya tarik iklan

yaitu daya tarik iklan rasional, daya tarik iklan rasional dan daya tarik iklan campuran.

Periklanan rasional dalam iklan adalah daya tarik iklan yang memfokuskan pada

kebutuhan fungsional, kegunaan, atau manfaat suatu produk dan memfokuskan pada

produk dan manfaat yang diperoleh jika menggunakan produk tersebut sedangkan

daya tarik iklan emosional merupakan iklan yang berhubungnan dengan

mengedepankan kebutuhan sosial dan psikologis sehingga konsumen termotivasi

untuk membeli produk yang diiklankan, (Fajriani dkk, 2018:166). Lebih lanjut

Tjiptono (2012:78) mendefinisikan iklan sebagai suatu proses persuasi yang tidak

langsung, yang didasari pada informasi tentang kelebihan suatu produk yang disusun
18

sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan merubah

pikiran orang untuk melakukan tindakan atau pembelian. Daya tarik iklan yang dibuat

oleh seseorang ataupun sekelompok orang untuk mempengaruhi dan mengarahkan

pikiran orang lain, pada suatu tujuan tertentu seperti pesan pada iklan dengan

menggunakan media tertentu.

Menurut Setyowirasti dan Mudiantono (2016:4) daya tarik iklan merupakan

sumber utama informasi tentang merek berserta atribut produk lainnya. Maka

konsumen akan menilai sebuah merek melalui informasi-informasi yang didapatkan

dari iklan. Dalam hal ini sebuah iklan harus mampu memiliki daya tarik tersendiri

dalam menyampaikan sebuah pesan kepada konsumen, iklan yang menarik akan

mendapatkan perhatian lebih dari konsumen dan membuat iklan tersebut jadi efektif.

Lebih lanjut Menurut Kotler dan Amstrong (2014:151) tujuan periklanan adalah tugas

komunikasi tertentu yang dicapai dengan pemirsa sasaran tertentu selama periode

waktu tertentu. Tujuan periklanan bisa digolongkan berdasarkan tujuan utamanya

untuk menginformasikan, membujuk, atau mengingatkan. Iklan merupakan suatu

kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan barang atau jasa yang ditawarkan

kepada calon pelanggan atau konsumen sekaligus mengajak calon pembeli untuk

memiliki barang yang ditawarkan.

2.1.3.1 Indikator Daya Tarik Iklan

Menurut Setyowirasti dan Mudiantono (2016:5) indikator untuk mengukur

daya tarik iklan diantaranya :

1. Meaningful (memiliki makna)


2. Distinctive (berbeda dari pesaing)
3. Believable (dapat dipercaya)
19

Sedangkan menurut Fajriani dkk (2018:166) daya tarik iklan yang terdiri dari

periklanan rasional, periklanan emosioanal dan campuran. Dalam hal ini untuk

mengukur daya tarik iklan rasional dan daya tarik iklan emosional menggunakan

indikator sebagai berikut:

1. Atribut
2. Berita
3. Keunggulan kompetitif
4. Popularitas
5. Kebanggaan
6. Keamanan
7. Pengakuan
8. Status sosial

2.1.3.2 Tujuan Periklanan

Tujuan pemasangan iklan dapat dikelompokkan bedasarkan tujuan utamanya,

menurut Ardiansyah dkk (2015:76), tujuan periklanan yaitu :

1. Menginformasikan; pemasangan iklan informatif digunakan khusunya ketika


pemperkenalkan kategori produk baru.
2. Membujuk; pemasangan iklan persuasif menjadi lebih penting ketika persaingan
meningkat. Disini tujuan perusahaan adalah menciptakan permintaan selektif.
3. Meningkatkan; pemasangan iklan yang meningkatkan penting bagi produk yang
sudah dewasa, iklan tersebut akan membuat konsumen terus-menerus
memikirkan produk tersebut.

Fungsi iklan dalam pemasaran adalah memperkuat dorongan kebutuhan dan

keinginan konsumen terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu

produk untuk mencapai pemenuhan kepuasanya. Agar iklan berhasil merangsang

tindakan pemebeli, menurut Djayakusumah dalam Ardiansyah dkk (2015:77)

setidaknya harus memenuhi kriteria AIDCDA yaitu Attention (mengandung daya

tarik), Interest (mengandung perhatian dan minat), Desire (memunculkan keinginan

untuk mencoba atau memiliki), Conviction (menimbulkan keyakinan terhadap

produk), Decision (menghasilkan kepuasan terhadap produk), Action (mengarah

tindakan untuk membeli).


20

Berdasarkan konsep AIDCDA, promosi periklanan harus diperlukan

pengetahuan yang cukup tentang pola perilaku, kebutuhan, dan segmen pasar. Konsep

tersebut diharapkan konsumen dapat melakukan pembelian berkesinambungan. Segala

daya upaya iklan dengan gaya bahasa persuasinya berusaha membuat konsumen untuk

mengkonsumsi, yang tidak memperdulikan status sosialnya.

2.1.4 Persepsi Harga

Harga adalah jumlah rupiah yang bisa dibayarkan oleh pasar terhadap

perusahaan dari sudut pandang pemasaran yang merupakan moneter atau sebagai alat

ukur suatu produk yang akan ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan dari suatu

produk. Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atau dikenakan atas sebuah

produk, dengan kata laian harga merupakan sebuah nilai yang harus ditukarkan denga

produk yang dikehendaki oleh konsumen (Swasta dan Handoko, 2011:86).

Menurut Kotler dan Keller (2014:340) mendefinisikan harga sebagai jumlah

uang yang ditagihkan untuk suatu produk produk atau jasa, lebih luas lagi harga

adalah jumlah dari nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau

menggunakan produk atau jasa. Menurut definisi tersebut harga yang dibayar oleh

pembeli sudah termasuk pelayanan yang diberikan oleh penjual dan tidak dapat

dipungkiri penjual juga menginginkan sejumlah keuntungan dari harga tersebut. lebih

lanjut menurut Schiffman & Kanuk dalam Septanto dkk (2018:6) persepsi adalah

suatu proses seorang atau individu dalam menyeleksi, mengorganisasikan, dan

menterjemahkan stimulus-stimulus informasi yang datang menjadi suatu gambaran

yang menyeluruh. Persepsi mempunyai pengaruh yang kuat bagi konsumen. Salah

satu faktor yang berpengaruh terhadap konsumen yaitu persepsi akan harga.
21

Menurut Septanto dkk (2018:6) persepsi harga merupakan kecenderungan

konsumen untuk menggunakan harga dalam memberi penilaian tentang kesesuaian

manfaat produk. Penilaian terhadap harga pada suatu manfaat produk dikatakan

mahal, murah atau sedang dari masing-masing individu tidaklah sama, karena

tergantung dari persepsi individu yang dilatar belakangi oleh lingkungan dan kondisi

individu itu sendiri. Pada dasarnya konsumen dalam menilai harga suatu produk tidak

tergantung hanya dari nilai nominal harga saja namun dari persepsi mereka pada

harga. Perusahaan harus menetapkan harga secara tepat agar dapat sukses dalam

memasarkan barang atau jasa. Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran

yang memberikan pendapatan bagi perusahaan.

Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu produk ataupun jasa, setiap

perusahaan harus mampu menetapkan harga dengan tepat. Harga merupakan salah

satu elemen yang paling fleksibel karena dapat diubah dengan cepat dan dapat

memberikan pemasukan bagi perusahaan. Harga merupakan satu-satunya elemen yang

menghasilkan pendapatan sedangkan elemen lain menimbulkan biaya (Kotler,

2014:345).

Menentukan harga bukanlah hal yang mudah, terdapat beberapa proses yang

harus dilakukan agar mendapat keuntungan bagi perusahaan. Beberapa proses yang

harus dilakukan oleh suatu perusahaan dalam menetapkan harga suatu produk.

Adapun setiap perusahaan memiliki kebijakan berbeda dalam menetapkan harga yang

disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai oleh suatu perusahaan. Hal tersebut

tidak lepas dari keputusan yang dibuat sebelumnya oleh perusahaan mengenai

penempatan pasar. Pertama kali perusahaan harus menentukan terlebih dahulu apa

yang ingin dicapai dari suatu produk tertentu. Bila perusahaan telah menjatuhkan
22

pilihannya pada suatu pasar sasaran dengan penempatan pasar tertentu, maka strategi

penempatan pasar tertentu, strategi bauran pemasarannya, termasuk harga, akan lebih

cepat ditentukan (Kotler, 2014:346).

2.1.4.1 Indikator Harga

Menurut Stanton dalam Yusup (2012:27) untuk mengukur variabel harga

menggunakan indikator sebagai berikut:

1. Keterjangkauan harga
2. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
3. Daya saing harga
4. Kesesuaian harga dengan manfaat.

Harga akan menjadi pertimbangan yang cukup penting bagi konsumen dalam

memutuskan pembelian. Konsumen akan membandingkan harga dari produk pilihan

mereka dan kemudian mengevaluasi kesesuaian harga tersebut dengan nilai produk

atau jasa serta jumlah uang yang haurs dikeluarkan.

Lebih lanjut Kotler dan Amstrong, (2014:452) berpendapat bahwa indikator

yang digunakan dalam penetapan harga antara lain :

1. Keterjangkau harga.
Konsumen bisa menjangkau harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Produk biasanya ada beberapa jenis dalam satu merek dan harganya juga
berbeda dari termurah dampai termahal. Dengan harga yang ditetapkan para
konsumen benyak yang membeli produk.
2. Harga sesuai kemampuan atau daya saing harga
Konsumen sering membandingkan harga suatu produk dengan produk lainnya.
Dalam hal ini mahal murahnya harga suatu produk sangat dipertimbangkan oleh
konsumen pada saat akan membeli produk tersebut.
3. Kesesuaian harga dengan kualitas produk.
Harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas bagi konsumen orang sering
memilih harga yang lebih tinggi diantara dua barang karena mereka melihat
adanya perbedaan kualitas. Apabila harga lebih tinggi orang cenderung
beranggapan bahwa kualitasnya juga lebih baik.
4. Kesesuaian harga dengan manfaat.
Konsumen memutuskan membeli suatu produk jika manfaat yang dirasakan
lebih besar atau sama dengan yang telah dikeluarkan untuk mendapatkannya.
Jika konsumen merasakan manfaat produk lebih kecil dari uang yang
dikeluarkan maka konsumen akan beranggapan bahwa produk tersebut mahal.
23

2.1.4.2 Tujuan Penetapan Harga

Tujuan penetapan harga yang realistis memerlukan pengawasan secara

periodik untuk menentukan efektivitas dari strategi perusahaan yang

bersangkutan. Tjiptono (2012:152) menjelaskan tujuan penetapan harga pada

dasaranya terdapat empat jenis penetapan harga yaitu :

1. Tujuan Berorientasi pada Laba Tujuan ini dikenal dengan istilah maksimisasi
laba. Dalam era persaingan global yang kondisinya sangat kompleks dan
banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap perusahaan,
maksimisasi laba sangat sulit untuk dicapai, karena sukar sekali untuk dapat
memperkirakan secara akurat jumlah penjualan yang dapat dicapai pada tingkat
harga tertentu.
2. Tujuan Berorientasi pada Volume Selain tujuan berorientasi pada laba, adapula
perusahaan yang menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi
pada volume tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing
objectives. Harga ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target
volume penjualan, nilai penjualan atau pangsa pasar.
3. Tujuan Berorientasi pada Citra Citra suatu perusahaan dapat dibentuk melalui
strategi penetapan harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk
membentuk atau mempertahankan citra prestisius.
4. Tujuan Stabilisasi Harga Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif
terhadap harga. Bila suatu perusahaan menurunkan harganya, maka para
pesaingan harus menurunkan pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang
mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi harga dalam industrsi-industri
tertentu yang produkny sangat terstandarisasi (contohnya minyak bumi)

2.1.4.3 Faktor Pertimbangan Dalam Penetapan Harga

Motode penetapan harga menurut Tjiptono (2012:154) secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi empat kategori utama, yaitu motode penetapan harga berbasis

permintaan, berbasis biaya, berbasis lama, dan berbasis persaingan.

1. Metode penetapan harga berbasis permintaan adalah suatu metode yang


menekankan pada faktor-faktor yang mempengaruhi selera dan referensi
pelanggan daripada faktor-faktor seperti biaya, laba, dan persaingan.
Permintaan pelanggan sendiri didasarkan pada berbagai pertimbangan,
diantaranya yaitu:
a. Kemampuan para pelanggan untuk membeli (daya beli)
b. Kemampuan pelanggan untuk membeli
c. Suatu produk gaya hidup dalam pelanggan, yakni menyangkut apakah
produk tersebut merupakan simbol status atau hanya produk yang
digunakan sehari-hari
24

d. Manfaat yang diberikan produk tersebut kepada pelanggan


e. Harga produk-produk substitusi
f. Pasar potensial bagi produk tersebut
g. Sifat persaingan non harga
h. Prilaku konsumen secara umum
i. Segmen-segmen dalam pasar.
2. Motode penetapan harga berbasis biaya dalam motode ini faktor penentu harga
yang utama adalah aspek penawaran atau biaya bukan aspek permintaan.
Harga ditentukan berdasarkan biaya produksi dan pemasaran yang ditambah
dengan jumlah tertentu sehingga dapat menutupi biaya-biaya langsung, biaya
overhead dan laba.
3. Motode penetapan harga berbasis laba, motode ini berusaha menyeimbangkan
pendapatan dan biaya dalam penetapan harganya. Upaya ini dapat dilakukkan
atas dasar terget volume laba spesifik atau nyatakan ini dapat dilakukkan atas
dasar target volume laba spesifik atau dinyatakan dalam bentuk presentase
terhadap penjualan atau investasi. Motode penetapan harga berbasis laba ini
terdiri dari target profit, pricing, target return on sales pricing, dan target
return on investment pricing.
4. Motode penetapan harga berbasis persaingan, selain bedasarkan pada
pertimbangan biaya, permintaan atau laba, harga juga dapat ditetapkan atas
dasar persaingan, yaitu apa yang dilakukkan pesaing. Metode penerapan harga
berbasis persaingan terdiri dari customary pricing ; above at or below market
pricing ; loss leader pricing; dan scaled bid pricing.

2.2.Penelitian Sebelumnya

Pada studi leteratur dalam penelitian ini merunjuk pada penelitian yang

dilakukan oleh Sari dkk (2014) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Store

Atmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Pizza Hut Semarang dan hasil

penelitian menyatakan variabel Store Atmosphere mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap minat beli konsumen.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2016) dengan judul Pengaruh

Kemasan Terhadap Minat Beli Konsumen (Studi pada produk sabun cair LUX di

Purworejo dan Hasil penelitian menunjukkan kualitas produk dan daya tarik

konsumen secara parsial bepengaruh terhadap keputusan minat beli konsumen.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2016) dengan judul Pengaruh

Kemasan Terhadap Minat Beli Konsumen (Studi pada produk sabun cair LUX di
25

Purworejo), dan hasil penelitian menunjukkan bahwa warna, bentuk, logo, ukuran,

bahan dan label secara parsial dan simultan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap minat beli konsumen.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Salim dan Widanigsih (2017) dengan judul

penelitian Analisis Minat Beli Konsumen Terhadap Program Kursus Bahasa Inggris

Di Lembaga Kursus Bahasa Nortern Lights Education Center (NLEC) Bandung) dan

hasil penelitian menyatakan total rata-rata persentase dari seluruh sub-variabel minat

beli memiliki skor sebesar 69,91% yang masuk dalam kategori tinggi. Hal itu

menandakan bahwa minat mahasiswa tinggi dalam hal eksploratif dan referensial.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Septanto dkk (2018) dengan judul

penelitian Pengaruh Kualitas Produk, Citra Merek, Persepsi Harga Terhadap

Emotional Response Dengan Minat Beli Sebagai Variabel Intervening (Studi

komparatif terhadap produk Adidas dan Nike), dan hasil penelitian menyatakan

kualitas produk berpengaruh terhadap minat beli, citra merek dan persepsi harga tidak

berpengaruh terhadap minat beli. Secara simultan kualitas produk, citra merek dan

persepsi harga berpengaruh pada minat beli. Analisisi minat beli terhadap emotional

response membuktikan minat beli berpengaruh secara signifikan terhadap emotional

response.

Untuk lebih jelas berikut ini dideskripsikan dalam tabel 2.1 tentang beberapa

penelitian terdahulu yang dirujuk dalam penelitian ini, sebagai berikut :


26

Tabel 2.2
Penelitian Sebelumnya

Judul, Nama Metode


No Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian
Peneliti, Tahun Penelitian
1 Analisis Pengaruh Metode Variabel Variabel Hasil penelitian
Store Atmosphere analisis Minat beli Store menyatakan variabel
Terhadap Minat Beli kuanlitatif konsumen Atmosphere Store Atmosphere
Konsumen Pada Pizza dan mempunyai pengaruh
Hut Semarang. Sari, kuantitatif yang signifikan
Minarsih dan Fathoni terhadap minat beli
(2014) konsumen.
2 Pengaruh Kualitas Metode Variabel Variabel Hasil penelitian
Produk, Daya Tarik penelitian minat beli harga menunjukkan kualitas
Iklan Terhadap Minat kuantitatif konsumen, produk dan daya tarik
Beli Produk Indomi konsumen secara
kualitas
(Studi kasus pada parsial bepengaruh
masyarakat di Bekasi), produk, daya terhadap keputusan
Aisyah (2015). tarik iklan. minat beli konsumen.
3 Pengaruh Kemasan Metode Variabel Variabel Hasil penelitian
Terhadap Minat Beli penelitian Minat beli kemasan menunjukkan bahwa
Konsumen (Studi pada kuantitatif produk warna, bentuk, logo,
produk sabun cair ukuran, bahan dan label
LUX di Purworejo, secara parsial dan
Hidayat (2016) simultan berpengaruh
terhadap minat beli
konsumen.
4 Analisis Minat Beli Metode Variabel Terdapat sub Hasil penelitiannya
Konsumen Terhadap penelitian Minat beli variabel dari adalah total rata-rata
Program Kursus kuantitatif minat beli persentase dari seluruh
Bahasa Inggris Di diantaranya sub-variabel minat beli
Lembaga Kursus minat memiliki skor sebesar
Bahasa Nortern Lights transaksional, 69,91% yang masuk
Education Center minat dalam kategori tinggi.
(NLEC) Bandung) refensial, dan Hal itu menandakan
Salim dan Widanigsih. minat bahwa minat
(2017) prefesial dan mahasiswa tinggi
minat dalam hal eksploratif
eksporatuf. dan referensial.
5 Pengaruh Kualitas Metode Variabel Variabel citra Hasil penelitian
Produk, Citra Merek, penelitain kualitas merek dan menyatakan kualitas
Persepsi Harga kuantitatif produk, variabel produk berpengaruh
Terhadap Emotional persepsi Emotional terhadap minat beli, citra
Response Dengan harga, minat Response merek dan persepsi
Minat Beli Sebagai beli harga tidak berpengaruh
Variabel Intervening kunsumen terhadap minat beli.
(Studi komparatif Secara simultan kualitas
terhadap produk produk, citra merek dan
Adidas Dan Nike). persepsi harga
Septanto, Haryono berpengaruh pada minat
dan Harini (2018). beli.
27

2.3.Kerangka Pemikiran

2.3.1 Hubungan Kualitas Produk Dengan Minat Beli

Kualitas produk sangat berhubungan dengan minat beli. Sebelum melakukan

pembelian, konsumen akan memperhatikan terlebih dahulu kualitas produk yang akan

dibeli. Setelah mengetahui kualitas dari produk tersebut, maka akan muncul minat beli

dari konsumen tersebut. Selain itu, produk dipandang penting oleh konsumen dan

dijadikan dasar penting dalam pengambilan keputusan.

2.3.2 Hubungan Daya Tarik Iklan Dengan Minat Beli

Daya tarik iklan merupaka suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap minat

beli konsumen. Karena, iklan merupakan daya tarik yang paling kuat dan bisa menarik

konsumen untuk membeli suatu produk yang diinginkan. dan tidak lepas dari kualitas

dari produk tersebut.

2.3.3 Hubungan Persepsi Harga Dengan Minat Beli

Harga merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap minat beli konsumen.

Selain melihat kualitas dari suatu produk, harga juga sangat berpengaruh terhadap

minat beli konsumen. Minat beli konsumen merupakan perilaku konsumen yang

menunjukkan sejauh mana komitmennya untuk melakukan pembelian. Kebutuhan dan

keinginan konsumen akan suatu produk mempengaruhi perilaku mereka dalam

pembelian suatu produk.

2.3.4 Hubungan Kualitas Produk, Daya Tarik Iklan dan Persepsi Harga
Terhadap Minat Beli

Hubungan kualitas produk, daya tarik iklan dan persepsi harga sangat

berpengaruh terhadap minat beli konsumen. Setiap konsumen berhak untuk memilih

barang apa yang akan dibelinya, akan tetapi minat beli atau keputusan pembelian

tersebut dapat dipengaruhi oleh kualitas produk, iklan serta harga. Sehingga, setiap
28

variabel X memiliki hubungan yang sangat erat dengan varaibel Y. Berdasarkan

paparan hubungan antara kualitas produk, daya tarik iklan, persepsi harga terhadap

minat beli. Maks secara ringkas hubungan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran

Kualitas Produk
(X1)
H1

Daya Tarik Iklan H2 Minat Beli (Y)


(X2)

H3
Persepsi Harga
(X3)
H4

Sumber : Berdasarkan Penelitian Sebelumnya dan Dikembangkan Oleh Peneliti

2.4.Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1: Kualitas produk secara parsial berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada

produk Erto’s di Kota Banda Aceh

H2: Daya tarik iklan secara parsial berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada

produk Erto’s di Kota Banda Aceh.

H3: Persepsi harga secara parsial berpengaruh terhadap minat beli konsumen pada

produk Erto’s di Kota Banda Aceh.

H4: Kualitas produk, daya tarik iklan dan persepsi harga berpengaruh secara simultan

terhadap minat beli konsumen pada produk Erto’s di Kota Banda Aceh.

Anda mungkin juga menyukai