Anda di halaman 1dari 11

KONSUMERISME DAN MATERIALISME TERHADAP

LINGKUNGAN HIDUP

Robert Fernando

(130801338)

Ryan Febri Sutandio

(130801340)

Grace Nathania

(130801341)

Yani Evami Dewi Liantho

(130801342)

Bernadus Andy

(130801344)

Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta


Yogyakarta

1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Dewasa ini, semua orang -baik yang berpenghasilan tinggi
ataupun sedang- pasti ingin memiliki properti yang berharga. Contoh
dalam kehidupan nyatanya dapat dilihat melalui gaya berpacaran
beberapa anak muda sekarang yang lebih mementingkan materi yang
dimiliki oleh pasangannya daripada cintanya. Hal seperti inilah yang
dapat dikatakan materialisme, dari sikap materialisme ini memicu
konsumerisme terhadap hal-hal lain seperti barang maupun properti.
Tidak sedikit masyarakat berperilaku konsumtif terhadap beberapa
barang yang sebenarnya kurang diperlukan.
Pengaruh perkembangan zaman turut mendukung meningkatnya
perilaku konsumtif yang semakin merajalela terutama di kalangan anak
muda. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
kaum remaja yang bergonta-ganti telepon genggam (HP) bahkan
memiliki ponsel lebih dari satu. Padahal jika dilihat dari kebutuhannya,
anak remaja khususnya pelajar lebih membutuhkan barang-barang
yang menunjang kegiatan pembelajarannya, tidak seperti orang dewasa
usia produktif terutama pekerja yang memiliki banyak relasi dan
membutuhkan komunikasi secara cepat serta mudah seperti melalui
email, facebook, twitter, dan sosial media lainnya. Oleh sebab itu,
mereka memerlukan alat komunikasi lebih dari satu sehingga mau
tidak mau beberapa orang dewasa mengikuti perkembangan zaman
karena tuntutan pekerjaan, sedangkan para non-bussinessman kurang
mengoptimalkan penggunaan alat-alat elektronik karena mereka
kurang memerlukan dan sudah disesuaikan dengan kebutuhannya.
Faktor-faktor tersebut menyebabkan munculnya sikap konsumerisme.
Konsumerisme dan materialisme memiliki keterkaitan satu dengan
yang lain.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud Materialisme dan Konsumerisme?
2. Apa yang menyebabkan meterialisme dalam masyarakat?
3. Apa yang menyebabkan konsumerisme dalam masyarakat?
4. Apakah pengaruh Materialisme terhadap keadaan lingkungan
hidup?
5. Apakah pengaruh Konsumerisme terhadap keadaan lingkungan
hidup?
6. Bagaimana mengatasi sikap materialisme dan konsumerisme dalam
masyarakat?
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Dapat mengetahui pengertian dari materialisme dan konsumerisme
2. Dapat mengetahui penyebab dari materialisme dalam masyarakat
3. Dapat mengetahui penyebab dari konsumerisme dalam masyarakat
4. Dapat mengetahui pengaruh dari materialism terhadap keadaan
lingkungan hidup
5. Dapat mengetahui pengaruh dari konsumerisme keadaan terhadap
lingkungan hidup
6. Dapat mengetahui

cara

mengatasi

sikap materialism dan

konsumerisme dalam masyarakat.

2. PEMBAHASAN
2.1 KONSUMERISME
Pada zaman modern sekarang ini, sudah banyak berkembang
perilaku yang seharusnya dianggap kurang begitu bermanfaat di
masyarakat, salah satu contohnya adalah perilaku konsumerisme. Perlu
diketahui bahwa perilaku konsumerisme ini sesungguhnya sudah
muncul pada masa awal peradaban manusia. Konsumerisme sebagai
suatu paham yang ditujukan bagi seseorang yang berprilaku

konsumtif. Perilaku konsumtif di sini maksudnya adalah perilaku yang


menggunakan barang-barang produksi secara berlebihan dan bahkan
sampai menjadi kebiasaan atau gaya hidup. Seseorang yang memiliki
perilaku konsumerisme akan menggunakan barang atau jasa tersebut
tidak sesuai dengan kebutuhan mereka tetapi semata-mata hanya untuk
memenuhi kepuasan dalam dirinya.
Bagi orang yang berperilaku konsumtif, hidup di dunia hanya
untuk membeli dan memiliki beraneka barang, meski produk itu belum
tentu dibutuhkan. Artinya, keberadaan seseorang ditentukan dari apa
yang dimilikinya, dan dari apa yang dipakainya. Barang dinilai bukan
dari fungsi dan kemanfaatannya, melainkan dari bagaimana harta itu
memberi citra, status serta gengsi bagi pemiliknya.
Konsumerisme adalah pemuasan kebahagiaan personal dengan
mengonsumsi dan membali kepemilikan material. Para konsumen
menyatukan keinginan untuk mencapai kebudayaan yang merupakan
hasil dari membeli dan memiliki komoditas. Dalam konsumerisme,
tidak ada sesuatu yang terlahir kembali atau pembaharuan kembali.
Konsumerisme menawarkan tujuan yang jelas, yaitu memiliki suatu
produk (Cronk, 2008).
Semakin lama, khususnya kaum muda lebih cenderung
dipengaruhi apa yang dipamerkan di sekitar mereka, sebagaimana
ditunjukkan pada mereka. Misalnya,

melalui iklan-iklan yang

menggambarkan pesona yang luar biasa mengenai alat-alat yang


seharusnya mereka miliki supaya terlihat trendi dan modern sehingga
menyebabkan munculnya tekanan-tekanan yang digerakkan pengaruhpengaruh penguasa seperti media massa dan pesona kebudayaan Barat,
khususnya.yang.asli dari negara-negara modern.
Dari penjelasan ringkas ini telah dipahami bagaimana beberapa
pengaruh dapat bekerja bersama

sehingga berpengaruh pada

kebudayaan melalui masyarakat, biasanya kaum muda (sebab mereka


adalah motor penggerak masa depan.masyarakat). Hal tersebut

menyebabkan keresahan yang dikarenakan kenaikan jumlah mall dan


pusat perbelanjaan besar yang baru-baru ini banyak dibangun.
Pertama, mall-mall baru secara nyata akan mengancam sampai tingkat
tertentu pemilik toko tradisional yang berjualan di daerah sekitar mall
tersebut. Walaupun pengaruh ini sendiri tidak akan merusak
kebudayaan

tetapi

secara

pasti

akan

mengontribusikan

pada

kekurangan pengetahuan dan cara menurunkan satu cara hidup pada


generasi berikutnya, sehingga lama kelamaan orang-orang akan
melupakan cara hidup mereka yang dahulu. Kedua, mall-mall dan
pusat perbelanjaan besar cenderung hanya melayani orang-orang yang
lebih mampu akan hal-hal keuangan dan mode.
Bagi kebanyakan orang awam yang hanya tertarik pada isi
jumlah pusat perbelanjaan besar, berbelanja di tempat seperti ini
sungguh pengalaman yang menyenangkan. Akan tetapi biasanya ada
sisi negatif, sebab banyak orang menjadi budak untuk memenuhi
kebutuhan memiliki barang-barang baru yang ditunjukkan di jendela
semua toko-toko ini. Sikap ini muncul akibat antar individu saling
mengunggulkan dirinya dengan barang-barang yang dimiliki. Sikap
konsumerisme muncul dikarenakan setiap individu merasa ingin
menjadi yang terbaik sehingga cara mewujudkannya dengan memiliki
barang-barang yang orang lain belum tentu memilikinya. Sikap ini
memunculkan gagasan baru bahwa materi yang dimiliki menjadi
segalanya atau yang biasa disebut sikap materialism.
2.2 MATERIALISME
Materialisme merupakan suatu paham yang menyatakan
bahwa hal terpenting dan utama dalam kehidupan adalah materi.
Dalam artian lain materi merupakan hal yang lebih penting diatas hal
yang lain (Huijbers, 2007). Kata materialisme terdiri dari kata materi
dan isme. Materi dapat dipahami sebagai bahan, benda atau segala
sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang

mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di


dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala
sesuatu yang mengatasi alam indra. Sementara itu, orang-orang yang
hidupnya

berorientasi

kepada

materi

disebut

sebagai

"materialis" Orang tersebut adalah para pengusung paham (ajaran)


materialisme atau juga orang yang mementingkan kebendaan semata
(harta, uang, dsb). Menurut Soetoprawiro (2003), ada 5 ideologi yang
1.
2.
3.
4.

mendasari atau menjadi ciri-ciri keyakinan paham ini yaitu:


Segala yang ada berasal dari satu sumber yaitu materi
Tidak meyakini adanya alam gaib
Menjadikan pancaindra sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu
Menjadikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan

hokum
5.
Menjadikan kecondongan atau tabiat manusia sebagai akhlak.
Karakteristik dari orang materialisme tersebut adalah adanya
keserakahan akan harta dan materi dan adanya kecenderungan untuk
menjadi kaya dengan cepat meski hal yang dilakukan mengandung
banyak resiko. Hal ini dapat dilihat dari keinginan untuk tinggal di
rumah-rumah mewah,mengenakan pakaian yang sangat mahal,
perhisan

yang

mencolok,dan

juga

keinginan

untuk

memiliki

kendaraan-kendaraan yang mewah intinya adalah hasrat akan barangbarang yang memiliki nilai tinggi secara materi (benda-benda mewah).
Paham materialisme ini memiliki beberapa dasar pemikiran anatara
lain
1. Bersifat
2.
3.
4.
5.

empirisme

yaitu

memahami

segala

sesuatu

berdasarkan akal dan indera saja


Bersifat naturalism yakni semua terjadi secara alamiah
Alam merupakan semesta yang bersifat abadi
Jiwa merupakan gejala dari materi
Semua perubahan yang terjadi berupa kepastian semata
Banyak orang mengatakan bahwa penyebab dari munculnya

sikap materialism adalah adanya perkembangan ekonomi dan


globalisasi di dunia dimana semakin berkembangnya teknologi dapat

memicu seseorang berkeinginan memiliki materi berupa uang maupun


benda lainnya yang dirasa dapat meningkatkan derajat hidupnya.
Dapat dihubungkan bahwa semakin menguatnya sikap materialisme
dalam diri manusia akan semakin menimbulkan banyak permasalahan
diantaranya adalah sikap korupsi yang menyalahgunakan wewenang
akan semakin marak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai
contoh seseorang yang memiliki kekuasaan dalam hal-hal strategis
bila memiliki sikap materialisme sudah pasti akan menggunakan
wewenangnya untuk mengeruk kekayaan sebanyak-banyaknya tanpa
mempedulikan lagi dari dan untuk siapa kekayaan yang diambilnya
tersebut. Seperti pada pembahasan sebelumnya bahwa semua itu
sangat dipengaruhi oleh rasa serakah akan materi yang terdapat dalam
diri manusia.
Sikap

materialism

juga

dapat

memromosikan

atau

menimbulkan hal lainnya seperti sikap nafsu, kecemburuan, dan juga


keegoisan. Sikap nafsu muncul untuk memiliki segala materi yang
dianggap berharga atau bernilai, sikap kecemburuan dapat muncul
dalam kehidupan social dilandasi rasa iri terhadap materi yang
dimiliki orang lain, sikap egois juga dapat muncul disebabkan
seseorang hanya akan mementingkan kebutuhan pribadinya dan tidak
melihat pada orang lain.

Orang-orang ini sudah melupakan nilai

moral mereka dan sering gagal untuk memahami perbedan mengenai


hal yang benar maupun hal yang salah.
Mereka berpikir bahwa segala sesuatu di sekitar mereka
ditentukan oleh kebutuhan manusia yang disediakan oleh lingkungan.
Sikap terburuk dari semua itu adalah kemungkinan hilangnya
kepercayaan akan Tuhan karena mereka akan menolak untuk percaya
pada hal yang sulit untuk dilihat, didengar, maupun disentuh.
Akibatnya adalah sikap manusia menjadi tidak terkendali karena rasa
takut akan Tuhan sudah tidak ada lagi.

2.3 PENGARUH

KONSUMERISME

DAN

MATERIALISME

TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP


.Sikap konsumerisme yang berlebihan dapat menjadi pemicu
rusaknya lingkungan, hal ini dikarenakan untuk memenuhi permintaan
konsumen yang terlampau besar, menyebabkan para produsen semakin
berpikir kreatif dan inovatif dalam membuat atau menjadikan suatu
barang.

Barang-barang

yang

dibuat

cenderung

banyak

yang

memanfaatkan kekayaan dari alam sekitar. Pemanfaatan ini menjadi


hal dasar terciptanya hubungan manusia dengan alam. Pada awalnya
manusia memanfaatkan alam hanya sekedar untuk memenuhi
kebutuhan mereka sendiri yang sangat mereka perlukan, namun saat
ini hubungan manusia dengan alam menjadi seperti tuan dan
majikannya. Alam harus memenuhi segala keinginan dari manusia,
terutama para produsen yang menginginkan barangnya terus
diproduksi untuk mencukupi keinginan orang-orang dan untuk
memperkaya dirinya sendiri. Sikap eksplorasi yang berlebihan inilah
yang membuat alam tidak dapat meregenerasi dirinya sendiri sehingga
hal ini menyebabkan rusaknya alam akibat tangan-tangan tidak
bertanggung jawab yang hanya memikirkan keegoisan mereka sendiri.
Namun, akhir-akhir ini mulai digerakan gerakan perlindungan
bagi alam agar tidak dieksplorasi berlebihan dan untuk menciptakan
keseimbangan di alam. Perusakan alam oleh eksplorasi berlebihan
manusia,

berdampak

pula

bagi

kehidupan

satwa-satwa

yang

keberadaannya semakin menurun dan kadang ada yang nyaris punah


akibat diburu manusia untuk dimanfaatkan. Hal ini menjadi
keprihatinan tersendiri karena kita manusia yang seharusnya menjaga
dan

melindung

segala

ciptaan

malah

kita

sendirilah

yang

menghamcurkan ciptaan tersebut hanya karena keegoisan kita


menginginkan barang-barang yang hanya untuk dipamerkan saja.

Gerakangerakan yang dimunculkan oleh manusia yang mulai


menyadari pentingnya keseimbangan di alam. Gerakan tersebut
misalnya gerakan penghijauan hutan yang gundul (reboisasi), gerakan
perlindungan satwa-satwa liar yang terancam punah, gerakan
meminimalisir penggunaan bahan baku alam yang sulit ditemukan dan
gerakan-gerakan lainnya.
Materialisme juga memiliki pengaruh terhadap lingkungan
hidup yakni sikap materialism yang berlebihan akan menghalalkan
segala cara untuk memperoleh materi bernilai tinggi termasuk juga bila
diperlukan untuk merusak kondisi alam lingkungannya. Sebagai
contoh adalah seseorang yang menganut paham materialisme tidak
akan segan untuk merusak hutan dan juga mengambil satwa yang
langka kemudian dijual dengan harga yang mahal. Contoh lain adalah
seseorang akan melakukan penggundulan hutan dan kemudian
menjadikannya perkebunan kelapa sawit atau juga menjadikannya
kompleks perumahan yang memiliki harga jual tinggi. Terjadi
kekurangan air sumber air pada masyarakat.Seluma, Tais Bengkulu
yang diakibatkan terus dibukanya hutan untuk perkebunan kelapa
sawit oleh investor-investor. Diketahui bahwa per batang sawit dapat
menyerapa air sebanya 8 liter sampai 10 liter. Semakin banyaknya
dibukanya lahan akan berdampak semakin krisis air. Bengkulu
Ekspress Dapat ditarik kesimpulan jika kondisi alam akan terdampak
secara langsung dari adanya sikap materialism yang terus bermunculan
dan berkembang luas dalam masyarakat.
2.4 SOLUSI

UNTUK

KONSUMERISME

MENGATASI
DAN

PENGARUH

MATERIALISME

BURUK

TERHADAP

LINGKUNGAN HIDUP
Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi konsumerisme
dan materialisme adalah prinsip kesederhanaan dari dalam diri sendiri

yang mana manusia harus sadar akan kebutuhan utama yang harus
dipenuhi, kesadaran akan ketergantungan terhadap lingkungan
sebagai sumber pemenuh kebutuhan. Solusi berikutnya, yaitu melalui
gerakan-gerakan perlindungan terhadap alam untuk mengembalikan
lagi fungsi alam pada asalnya. Dalam hal ini peran pemerintah
dibutuhkan untuk mewadahi setiap upaya yang digalakkan untuk
melindungi alam. Upaya perlindungan alam ini tidak akan pernah
berhasil jika masih banyak orang bersikap konsumerisme dan
materialism, sehingga perlu ditumbuhkan kesadaran bagi setiap
individu tentang pentingnya menjaga alam dan buruknya sikap
konsumerisme dan materialism bagi kita.
Solusi ketiga dating dari produsen dalam mengatasi masalah
konsumerisme dan materialisme dicetuskan dari menciptakan suatu
gagasan yang disebut dengan Green Marketing. Green Marketing
bertujuan menciptakan produk yang dapat didaur ulang sehingga
produk yang diciptakan lebih ramah lingkungan. Adapun ISO
(International

Organization

for

Standardization)

yang

mengembangkan seri standar internasional berupa label yang


diberikan pada produk-produk / jasa yang sudah melalui kaidahkaidah

pengelolaan

lingkungan.

Hal

ini

tidak

sepenuhnya

menghilangkan sifat materialism dari masyarakat tetapi dapat


digunakan untuk mengurangi dampak kerusakan

lingkungan

(Haryadi, 2009).

3. PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan
bahwa konsumerisme adalah sikap orang yang terdorong untuk terusmenerus mengonsumsi suatu barang, bukan karena hal itu dibutuhkan,
melainkan mereka lebih mengejar status yang akan diperoleh dengan
memiliki barang yang dimaksud. Jika semakin banyak masyarakat

yang terjerumus ke dalam lingkaran dunia konsumtif, maka ukuran


kesenangan, kepuasan dan kebahagiaan hidup ditentukan oleh
banyaknya harta yang dimiliki dan yang dikonsumsi.
3.2 SARAN
Kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang sederhana sehingga
dapat menghindarkan diri dari konsumerisme dan materialism, hal
tersebut dapat ditumbuhkan dengan lebih memahami tentang keadaan
lingkungan. Pemahaman tersebut dapat diperoleh dengan mengikuti
seminar mengenai lingkungan hidup, sosialisasi, reboisasi, dan
berbagai macam kegiatan sosial yang dutujukan untuk menjaga dan
melestarikan alam. Semakin mengetahui keadaan lingkungan, bahkan
ikut merasakan sendiri perubahannya (seperti : global warming).
DAFTAR PUSTAKA
Cronk, R. 2008. Consumerism and the New Capitalism. Universitas Indonesia,
Jakarta.
Huijbers,T. 2007. Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah. Kanisius, Jogjakarta.
Soetoprawiro,K. 2003. Bukan Kapitalisme Bukan Sosialisme. Kanisius,
Jogjakarta.
Rudi Haryadi. 2009. Pengaruh Strategi Green Marketing terhadapa Pilihan
Konsumen Melalui Pendekatan Marketing Mix (Studi Khasus pada The
Body Soap Jakarta). Naskah Tesis S-2. Fakultas Managemen Universitas
Diponegoro Semarang, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai