Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

MASALAH SOSIAL
ANAK JALANAN DI KOTA BANJARMASIN
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Sosiologi
Dosen : Prof. Dr. H. Wahyu, M.S. dan Mariatul Kiftiah, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
ARIANI
A1A213071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2013

ABSTRAK

Ariani, 2013. Anak Jalanan Di Kota Banjarmasin. Tugas Mata Kuliah Pengantar
Sosiologi. Dosen mata kuliah Prof. Dr. H. Wahyu, M.S. dan Mariatul Kiftiah,
S.Pd., M.Pd.
Kata Kunci : anak jalanan, masalah sosial, perlindungan anak.
Masalah sosial mengenai anak jalanan di perkotaan tidak kunjung selesai.
Anak jalanan adalah contoh dari anak-anak yang terlantar, baik dari pengasuhan
maupun pendidikannya. Keberadaan dan berkembangnya anak jalanan merupakan
persoalan yang perlu mendapat perhatian dari semua lapisan masyarakat. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui kehidupan anak jalanan di perkotaan, terutama di
Kota Banjarmasin.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi yaitu
pengambilan data-data dari pengamatan objek penelitian (anak jalanan), wawancara
langsung dengan beberapa anak jalanan di lokasi mereka beroperasi dan dokumentasi
yaitu mengambil gambar atau foto-foto tentang kegiatan anak jalanan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa banyak terdapat faktor-faktor yang
membuat anak-anak menjadi anak jalanan. Dalam hal ini terdapat faktor ekonomi
(kemiskinan), keluarga (perceraian, kurang perhatian orang tua, yatim piatu,), putus
sekolah, lingkungan (salah pergaulan) dan faktor lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian ini, faktor utama munculnya anak jalanan adalah
karena kemiskinan. Oleh sebab itu, semua instansi yang terkait terutama pemerintah
melalui dinas sosial dapat membuat suatu program yang memberdayakan keluarga
dari anak jalanan tersebut sehingga dengan diangkatnya ekonomi keluarga maka
anak-anak tidak diperlukan lagi berada dijalanan untuk bekerja.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
Pengantar Sosiologi yang berjudul Anak Jalanan di Kota Banjarmasin.

Penyusunan makalah ini di buat dalam rangka memenuhi salah satu tugas
dalam mempelajari mata kuliah Pengantar Sosiologi. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Wahyu, M.S. dan Ibu Mariatul Kiftiah, S.Pd., M.Pd.
yang telah membimbing penulis pada mata kuliah Pengantar Sosiologi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Mungkin
hal ini karena terbatasnya pengetahuan maupun pengalaman penulis. Oleh karena itu,
penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan dengan terbuka menerima saran
dan kritik yang sifatnya membangun. Semoga hasil penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan di masa mendatang.

Banjarmasin, 12 November 2013

Penulis

ii

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................

iii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

iv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ..............................................................................

A. Latar Belakang ..................................................................................

B. Rumusan Masalah ..............................................................................

C. Tujuan Penulisan ................................................................................

D. Manfaat Penulisan ..............................................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................

A. Definisi Anak ..................................................................................

B. Pengertian dan Klasifikasi Anak Jalanan ..........................................

C. Perlindungan Anak Jalanan ...............................................................

BAB III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...............................

10

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................

10

B. Hasil Penelitian .................................................................................

10

C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................

12

1. Kehidupan anak jalanan ...............................................................

12

2. Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan .................................

13

3. Dampak Keberadaan Anak Jalanan ..............................................

14

4. Solusi Mengurangi Keberadaan Anak Jalanan .............................

16

BAB IV. PENUTUP ......................................................................................

18

A. Kesimpulan .........................................................................................

18

B. Saran ..................................................................................................

18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

20

LAMPIRAN ..................................................................................................

21

iii

DAFTAR GAMBAR

Gmb 1. Anak jalanan (Hasan) di trotoar Jl. Pangeran Antasari, Banjarmasin ....

22

Gmb 2. Anak jalanan (Tuti) mengemis ke penumpang angkot .........................

22

Gmb 3. Anak jalanan berada di dekat lampu lalu lintas .....................................

23

Gmb 4. Anak jalanan membawa kemoceng menuju mobil di jalan raya ..........

23

Gmb 5. Kumpulan anak jalanan .........................................................................

24

Gmb 6. Peneliti dan anak jalanan saat observasi di Jl. Pangeran Antasari .........

24

Gmb 7. Amat (depan) dan Madi (belakang) anak jalanan di UNLAM ..............

25

Gmb 8. Anak Jalanan sedang merapikan susunan sepatu ..................................

25

Gmb 9. Anak Jalanan meminta-minta uang kepada pengunjung Masjid ...........

26

Gmb 10. Peneliti mewawancarai anak jalanan ..................................................

26

iv

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. Pertanyaan Peneliti Kepada Responden (Anak Jalanan) ......

21

LAMPIRAN B. Foto Dokumentasi Penelitian ...............................................

22

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki beragam masalah yang terlihat dengan jelas dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat. Masalah tersebut di antaranya adalah masalah
sosial, budaya, politik, dan beragam masalah lainnya yang tak kunjung menemukan
penyelesaian.
Masalah yang cukup mencolok dalam kehidupan sehari-hari adalah masalah
sosial terutama di daerah perkotaan yang kehidupannya dapat dikatakan keras. Salah
satu fenomena sosial di perkotaan yang belakangan ini semakin nyata adalah masalah
anak jalanan. Anak jalanan belakangan ini menjadi suatu masalah sosial yang sangat
penting dalam kehidupan perkotaan. Kehadiran mereka seringkali dianggap sebagai
cermin kemiskinan suatu kota atau kegagalan adaptasi kelompok orang tersebut
terhadap kehidupan dinamis perkotaan.
Anak-anak yang menjadi anak jalanan memiliki berbagai sebab. Bukan hanya
faktor kemiskinan sebagai penyebab utamanya, melainkan juga eksploitasi,
manipulasi, dan pengaruh lingkungan pergaulan anak tersebut. Anak jalanan tumbuh
dengan berbagai latar belakang sosial, seperti anak broken home, anak yatim yang
terbuang, anak-anak yang kelahirannya tidak dikehendaki, atau anak-anak yang harus
membantu ekonomi orang tuanya maupun anak-anak yang lari dari berbagai problem
keluarga maupun di lingkungan sekitarnya.
Anak jalanan atau biasa disingkat anjal adalah potret kehidupan anak-anak yang
kesehariannya berada di jalan dan dapat dengan mudah kita jumpai keberadaannya di
setiap penjuru kota, seperti di Kota Banjarmasin. Dampak dari kemiskinan yang
mereka alami salah satunya adalah kurangnya pendidikan. Usia mereka yang relatif
masih muda dan seharusnya masih dalam tahap belajar serta merasakan sebuah
pendidikan selayaknya tidak hidup sebagai anak jalanan.
Beberapa anak jalanan di sekitar Kota Banjarmasin menggantungkan
hidupnya dengan membersihkan kaca mobil menggunakan kemoceng saat lampu lalu
lintas berwarna merah. Ada juga yang berprofesi sebagai penjual kue keliling,
merapikan letak sepatu di mesjid, maupun pengemis yang selalu mengharapkan belas

kasihanan dari setiap orang yang ia temui baik di jalan raya, mesjid-mesjid, pasar,
tempat hiburan, restoran dan tempat-tempat keramaian lainnya.
Berdasarkan masalah tersebut, penulis akan mengemas makalah penelitian ini
dengan judul Anak Jalanan Di Kota Banjarmasin.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana kehidupan anak jalanan di Kota Banjarmasin ?
2. Apakah ada perlindungan terhadap anak jalanan ?
3. Apa faktor penyebab anak-anak menjadi anak jalanan ?
4. Dampak apa sajakah yang muncul akibat keberadaan anak jalanan ?
5. Bagaimana solusi untuk mengurangi anak jalanan ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Kehidupan anak jalanan di Kota Banjarmasin.
2. Perlindungan terhadap anak jalanan.
3. Faktor penyebab anak-anak menjadi anak jalanan.
4. Dampak keberadaan anak jalanan.
5. Solusi untuk mengurangi anak jalanan.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis, untuk membuka wawasan baru tentang kehidupan anak jalanan.
2. Bagi Pembaca, memberikan wawasan tentang keberadaan anak jalanan di
Kota Banjarmasin, sehingga dapat lebih memperhatikan anak jalanan
tersebut.
3. Bagi Khalayak Umum, memberikan wawasan dan pemahaman tentang anak
jalanan.
4. Bagi akademisi selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan masukan dan
acuan serta menjadi rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
remaja (11-18 tahun). Rentang ini berada antara anak satu dengan yang lain mengingat
latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan
perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Anak adalah individu yang rentan
karena perkembangan kompleks yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan
masa remaja. Lebih jauh, anak juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang
dewasa, dan memiliki pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman dan
persepsi mereka mengenai dunia.
Anak adalah karunia yang terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus cita-cita bagi
kemajuan suatu bangsa. Hak asasi anak dilindungi di dalam Pasal 28 (B) (2) UUD
1945 yang berbunyi setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi anak :
a. Menurut Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002, Anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.
b. UndangUndang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1
butir 2, menerangkan bahwa anak adalah seorang yang belum mencapai umur
21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.
c. UndangUndang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, Pasal 1 butir
2 merumuskan, bahwa anak adalah orang dalam perkara anak nakal yang telah
mencapai umur 8 (delapan) tahun, tetapi belum mencapai umur 18 (delapan
belas) tahun dan belum pernah menikah. Jadi syarat anak dibatasi dengan umur
antara 8 (delapan) tahun sampai 18 (delapan belas) tahun dan syarat kedua, si
anak belum pernah menikah. Maksud dari syarat yang kedua ini adalah tidak
3

sedang terikat dalam perkawinan ataupun pernah kawin dan kemudian cerai.
Apabila si anak sedang terikat dalam perkawinan atau perkawinannya putus
karena perceraian, maka si anak dianggap sudah dewasa walapun umurnya
belum genap 18 (delapan belas) tahun.
d. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 330 mengatakan, orang belum
dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu)
tahun dan tidak lebih dulu telah kawin.
e. UndangUndang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Keternagakerjaan sebagaimana
diketahui bahwa Pasal 1 butir 26 menyebutkan anak adalah setiap orang yang
berumur dibawah 18 (delapan belas) tahun.
f. Konvensi Hak Anak (Convention on The Right of The child)
Dalam konvensi ini anak secara umum sebagai manusia yang umurnya belum
mencapai 18 (delapan belas) tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap
batasan umur yang berbeda yang mungkin diterapkan dalam perundangan
nasional.
g.

Menurut UU RI No. 4 tahun 1979, Anak adalah seseorang yang belum


mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21 tahun ditentukan
karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan
pribadi, dan kematangan mental seorang anak dicapai pada usia tersebut.

h.

Departemen Sosial memberikan batasan seseorang dikatakan sebagai anak


antara dalam rentang usia 6 15 tahun.

i.

UNICEF (salah satu organisasi PBB untuk permasalahan anak) memberikan


rentang waktu di bawah 16 tahun bagi seseorang yang masuk dalam kategori
anak.

B. Pengertian dan Klasifikasi Anak Jalanan


Anak jalanan dalam pengertian sosiologi tidak harus merupakan produk dari
kondisi kemiskinan tetapi merupakan akibat dari kondisi keluarga yang tidak cocok
bagi perkembangan si anak, misalnya produk keluarga broken home, orang tua yang
terlalu sibuk sehingga kurang memerhatikan kebutuhan si anak, tidak ada kasih
sayang yang dirasakan anak. Ketidakkondusifan tersebut memicu anak untuk
mencari kehidupan di luar rumah, apa yang tidak ia temukan dalam lingkungan

keluarga. Mereka hidup di jalan-jalan dengan melakukan aktivitas yang dipandang


negatif oleh norma masyarakat.
Menurut pengertian ekonomi anak jalanan adalah anak-anak yang terpaksa
mencari nafkah dengan cara mengasong di jalan-jalan karena kebutuhan ekonomi.
Mereka di tempat-tempat strategis seperti di persimpangan jalan yang menggunakan
lampu lalu lintas. Fenomena tersebut dianggap sebagai gangguan terhadap keindahan
kota, ketertiban dana kebersihan.
Menurut Departemen Sosial RI (2005: 5), Anak jalanan adalah anak yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari
di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalan dan tempat-tempat
umum lainnya. Anak jalanan mempunyai ciri-ciri, berusia antara 5 sampai dengan 18
tahun, melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan
kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi. Selain itu, Direktorat
Kesejahteran Anak, Keluarga dan Lanjut Usia, Departemen Sosial (2001: 30)
memaparkan bahwa anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya
dihabiskan untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat
umum lainnya, usia mereka berkisar dari 6 tahun sampai 18 tahun. Adapun waktu
yang dihabiskan di jalan lebih dari 4 jam dalam satu hari. Pada dasarnya anak jalanan
menghabiskan waktunya di jalan demi mencari nafkah, baik dengan kerelaan hati
maupun dengan paksaan orang tuanya.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak jalanan adalah
anak-anak yang sebagian waktunya mereka gunakan dijalan atau tempat-tempat
umum lainnya baik untuk mencari nafkah maupun berkeliaran. Dalam mencari
nafkah, ada beberapa anak yang rela melakukan kegiatan mencari nafkah di jalanan
dengan kesadaran sendiri, namun banyak pula anak-anak yang dipaksa untuk bekerja
di jalan (mengemis, mengamen, menjadi penyemir sepatu, dan lain-lain) oleh orangorang di sekitar mereka, entah itu orang tua atau pihak keluarga lain, dengan alasan
ekonomi keluarga yang rendah. Ciri-ciri anak jalanan adalah anak yang berusia 6
18 tahun, berada di jalanan lebih dari 4 jam dalam satu hari, melakukan kegiatan atau
berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus,
dan mobilitasnya tinggi.

Konsorsium Anak Jalanan Indonesia sebagaimana dikutip oleh Supartono


mengelompokkan anak jalanan ke dalam tiga kelompok yakni :
a. Anak perantauan (mandiri). Anak jalanan pada kategori ini bukan merupakan
penduduk asli daerah dan biasanya suka berpindah dari satu tempat ke tempat
lainnya. Anak perantauan menjadikan jalanan sebagai tempat hidup dan bekerja.
b. Anak bekerja di jalanan. Kategori ini meliputi anak yang masih memiliki
hubungan dengan orang tuanya dan hanya menjadikan jalanan sebagai lahan
bekerja. Terkadang anak jalanan yang bertipe ini masih duduk di bangku sekolah.
c. Anak jalanan asli. Kualifikasi anak jalanan asli antara lain adalah berasal dari
keluarga gelandangan (yang hidup di jalanan dan terkadang tidak menetap) serta
anak yang sengaja lepas dari ikatan orang tua dan bekerja apa saja di jalanan
untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidup.

Menurut Surbakti dkk. (1997: 59), berdasarkan hasil kajian di lapangan, secara
garis besar anak jalanan dibedakan dalam 3 kelompok yaitu:
1. Children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi
sebagai pekerja anak- di jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat
dengan orang tua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalankan pada
kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi
keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak
dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.
2. Children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan,
baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih
mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuan mereka
tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu
sebab lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anakanak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara sosial,
emosional, fisik maupun seksual.
3. Children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga
yang hidup di jalanan. Meskipun anak-anak ini mempunyai hubungan
kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu
tempat ke tempat lain dengan segala risikonya. Salah satu ciri penting dari
kategori ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi,
6

bahkan sejak anak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan
mudah dapat ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar sepanjang
rel kereta api dan pinggiran sungai, walau secara kuantitatif jumlahnya belum
diketahui secara pasti.

Klasifikasi yang hampir sama dengan di atas juga diberikan oleh Odi
Solahuddin, salah seorang aktifis sosial anak dan penulis buku tentang kehidupan
anak jalanan, yang membedakan anak jalanan ke dalam tiga kelompok yakni :
a. Anak jalanan yang memiliki kegiatan ekonomi di jalanan dan masih memiliki
hubungan dengan keluarga yang juga disebut dengan istilah Children on The
Street.
b. Children of the Street yaitu anak jalanan yang memutuskan hubungan dengan
orang tua dan menghabiskan seluruh waktunya di jalanan.
c. Anak jalanan yang berasal dari keluarga jalanan asli (gelandangan) atau disebut
juga Children in The Street.
Sedangkan Departemen Sosial RI hanya menetapkan dua kelompok anak
jalanan yakni :
a. Anak jalanan yang hidup di jalanan yang menghabiskan seluruh waktunya di
jalanan dan menjadikan jalanan sebagai tempat tinggalnya. Kelompok ini identik
dengan hidup mandiri yang memutuskan dan atau lama tidak bertemu dengan
orang tua serta tidak mengenyam pendidikan formal (sekolah).
b. Anak jalanan yang bekerja di jalanan. Anak jalanan tipe ini hanya menghabiskan
sebagian waktunya di jalanan untuk bekerja dan setelah selesai mereka akan
pulang kembali ke rumah masing-masing dan tidak memiliki hubungan yang
teratur dengan orang tuanya.

C. Perlindungan Anak Jalanan


Anak-anak dilindungi oleh Konvensi Hak Anak (KHA), dimana KHA
merupakan yang mengikat secara yuridis dan politis diantara berbagai negara yang
mengatur hak-hak yang berhubungan dengan anak. Indonesia adalah negara yang
meratifikasi KHA yang dinyatakan dalam Keppres No.36/ 1990 tertanggal 25
Agustus 1990. Terdapat empat prinsip yang terkandung dalam KHA, yaitu : Non
diskriminasi, yang terbaik bagi anak, kelangsungan hidup dan perkembangan anak,
7

dan penghargaan terhadap pendapatan anak. Pemerintah Indonesia ikut serta dalam
mengesahkan Konvensi Hak Anak Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dengan
konsekuensi harus melaksanakannya. Pada Konvensi Hak Anak PBB terdapat hak
anak untuk memperoleh perlindungan dan perawatan, seperti : kesejahteraan,
keselamatan dan kesehatan, memperoleh informasi, perlindungan akibat kekerasan
fisik, mental, penelantaran, kejahatan seksual (Rikawarastuti, 2003).

Kehidupan anak jalanan yang keras, tidak kondusif bagi perkembangan anak.
Kondisi anak jalanan berada diambang kerawanan sosial, kesehatan, dan tindakan
kriminal. Oleh karena itu untuk mengembalikan harga diri dan percaya diri anak
jalanan perlu perlindungan (Sakidjo, 2003). Perlindungan anak jalanan mengacu
pada UUD 1945 pasal 34 yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anak terlantar
dipelihara oleh Negara. Landasan ini ditindaklanjuti dengan UU Nomor 4 tahun
1974 tentang kesejahteraan anak, disebutkan bahwa kesejahteraan anak yang dapat
menjamin kehidupan dan penghidupan, yang dapat menjamin pertumbuhan dan
perkembangannya dengan wajar, baik secara jasmani, rohani maupun sosial adalah
tanggung jawab orang tua.
Perlindungan terhadap anak dan kesejahteraan anak di Indonesia telah
tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
Anak, Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, dan
Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Dalam
Undang-Undang RI No. 23 tahun 2002 pasal 4 menyebutkan bahwa setiap anak
berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar
sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi. Pada pasal 11 dijelaskan pula bahwa setiap anak berhak
untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya,
bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat
kecerdasannya demi perkembangan diri (Redaksi Sinar Grafika, 2003: 6-7). Hal ini
pula yang seharusnya didapatkan juga oleh anak jalanan. Mereka memiliki hak yang
sama dalam hal perlindungan anak.
Perlindungan anak juga tercantum pada Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 1990 Tentang Pengesahan Convention On The Rights Of
The Child (Konvensi Tentang Hak-Hak Anak), Keputusan Presiden Republik
8

Indonesia Nomor 87 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan


Eksploitasi Seksual Komersial Anak, dan keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 88 Tahun 2002 Tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Perdagangan
(Trafiking) Perempuan Dan Anak.

Dalam Undang-Undang RI No. 23 tahun 2002 dijelaskan pula pada pasal 21


bahwa negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab menghormati
dan menjamin hak asasi anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis
kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan
kondisi fisik dan/atau mental. Undang-Undang inilah yang menjadi dasar pemerintah
untuk melindungi dan memberdayakan anak-anak bangsa, tidak terkecuali anak
jalanan yang notabene kurang memperoleh hak mereka sebagai seorang anak.
Menurut informasi yang dilansir dari website Kementerian Sosial RI (2010),
menyikapi fenomena anak jalanan di Indonesia, Menteri Sosial, Salim Segaff Al
Jufrie, mengungkapkan bahwa perlindungan anak jalanan menjadi kewajiban
mendesak. Hal ini dikarenakan, anak jalanan merupakan korban penelantaran,
eksploitasi dan diskriminasi. Anak jalanan mengalami pelanggaran hak asasi
manusia. Upaya penyelamatan tersebut dilakukan melalui Program Kesejahteraan
Sosial Anak (PKSA). Sementara itu, dirjen Yanrehsos, Makmur Sunusi, Ph.D
mengatakan, program PKSA terus disosialisasikan sebagai upaya pemerintah
menyelamatkan anak bangsa. Anak harus terhindar dari situasi buruk di jalanan,
eksploitasi ekonomi, kekerasan, penelantaran dan perlakuan diskriminatif. Hak anak
untuk tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan partisipasi, sudah selayaknya
dipenuhi. Sasaran program tersebut, anak-anak yang memiliki kehidupan tidak layak
dan mengalami masalah sosial. Yang dimaksud masalah sosial, seperti kemiskinan,
ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial, penyimpangan perilaku,
korban bencana, serta korban tindak kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Lokasi penelitian yang penulis kunjungi dan observasi adalah :
1. Lingkungan Pasar Hanyar yang berada di Jl. Pangeran Antasari,
Kecamatan Banjarmasin Tengah, Banjarmasin. Pasar Hanyar berada di
sebelah Ramayana di dekat perempatan lampu lalu lintas. Berdekatan juga
dengan Masjid Agung. Lokasi ini adalah salah satu pusat keramaian di
Kota Banjarmasin, sehingga banyak sekali ditemui anak jalanan, apalagi
saat hari-hari libur. Misalnya anak jalanan yang mengelap atau
membersihkan kaca mobil menggunakan kemoceng saat lampu lalu lintas
berwarna merah, anak yang mengemis di depan Masjid Agung, ada yang
hanya duduk di trotoar sambil memegang wadah sejenis kaleng
mengharapkan orang dermawan mengisi kaleng tersebut dan sebagainya.
2. Universitas

Lambung

Mangkurat

di

Jl.

Brigjen

Hasan

Basry,

Banjarmasin. Penulis juga menemukan beberapa anak jalanan yang


berkeliaran di tempat-tempat tertentu di lingkungan UNLAM, misalnya di
Masjid Baitul Hikmah dan kantin SBC. Biasanya anak jalanan tersebut
datang berkelompok, terutama menjelang sholat dzuhur dan makan siang.

B. Hasil Penelitian
Hasil wawancara penulis dengan anak jalanan pada hari Minggu 03 Nopember
2013 di lingkungan Pasar Hanyar depan Masjid Agung, Jl. Pangeran Antasari
Banjarmasin, sebagai berikut :
Responden : Tuti
Tuti mengatakan bahwa dia mengemis di jalanan karena disuruh oleh
ibunya. Dia adalah anak yatim, ayahnya sudah meninggal dunia. Umurnya 7
tahun dan belum bersekolah. Ia bekerja di jalanan dari pagi sampai sore
dengan membersihkan kaca mobil lalu meminta uang ke pengendara mobil
itu. Uang yang diberi biasanya berjumlah Rp. 1000,- dan ia sangat senang
menerimanya. Ia memiliki tas kecil tempat mengumpulkan uang dan jika
sudah banyak akan diserahkan kepada ibunya. Ia sudah biasa berada di jalan
10

raya, sehingga tidak ada rasa takut untuk mondar-mandir di pinggiran jalan,
sebelah mobil dan kendaraan bermotor. Cita-citanya ingin menjadi orang
kaya dan membantu orang tua.
Responden

: Hasan

Hasan setiap harinya berada di jalan. Ia juga bersama ibu dan adik-adiknya.
Ia bekerja sebagai pengemis. Mereka bukan asli orang Banjarmasin, asal
mereka dari daerah Jawa. Hasan berumur 8 tahun dan tidak sekolah tapi ia
bercita-cita ingin menjadi seorang pilot. Uang hasil mengemis ia berikan
kepada ibunya untuk membeli beras dan ikan. Ia juga tidak punya ayah
kandung, jadi jalanan adalah tempat mereka mencari nafkah. Pada hari
minggu dan hari libur, ia mendapatkan uang lebih dari hari-hari biasa,
kadang-kadang sampai Rp. 30.000,-/hari.

Hasil wawancara penulis dengan beberapa anak jalanan pada hari Rabu 06
Nopember 2013 di lingkungan Masjid Baitul Hikmah UNLAM , sebagai berikut:
Responden

: Madi

Madi berusia 8 tahun, dan duduk di kelas 2 SD. Ia mengemis untuk


mendapatkan uang saku tambahan, karena orang tuanya jarang memberi
uang. Ibunya seorang ibu rumah tangga saja. Madi memang asli penduduk
Banjarmasin dan biasanya datang ke UNLAM sesudah pulang sekolah dari
jam 12.00-16.00 WITA. Ia mengemis di sekitar tempat parkir kendaraan
bermotor mahasiswa dan paling sering di lingkungan Masjid Baitul Hikmah
UNLAM. Sebelum mengemis ia merapikan susunan sepatu para pengunjung
Masjid. Cita-citanya ingin menjadi polisi.
Responden

: Amat

Amat mengemis di sekitar Masjid Baitul Hikmah UNLAM dan juga kantin
SBC UNLAM. Ia mengemis untuk menambah uang jajan. Ibu dan ayahnya
tidak melarang ia mengemis. Amat berumur 7 tahun dan sudah kelas 1 SD.
Ia sudah sering mengemis di daerah UNLAM dan tidak pernah dimarahi oleh
petugas keamanan kampus. Ia mendapatkan uang hasil mengemis sekitar Rp.
10.000,-/hari. Teman-temannya juga banyak yang mengemis di lingkungan
kampus UNLAM, sehingga ia merasa mempunyai teman bermain sesama

11

anak jalanan. Amat mengemis dari siang menjelang sholat dzuhur sampai
sore hari.

C. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Kehidupan anak jalanan
Kehidupan masyarakat Kota Banjarmasin dewasa ini agaknya tidak dapat
dilepaskan dengan pola kehidupan anak jalanan. Artinya kehidupan anak jalanan
sudah menjadi bagian dari keseluruhan kehidupan masyarakat Kota Banjarmasin.
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang
menyenangkan, melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya
sebab tertentu. Hidup menjadi anak jalanan bukan pula merupakan harapan dan citacita seorang anak. Tidak ada seorang anakpun yang dilahirkan bercita-cita menjadi
anak jalanan. Anak merupakan bagian dari komunitas seluruh manusia di muka
bumi. Tanpa terkecuali anak jalanan. Mereka bukan binatang, sampah, atau kotoran
yang menjijikkan. Anak jalanan juga manusia yang mempunyai rasa dan hati.
Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut
perhatian kita semua. Secara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf
tertentu belum mempunyai bentukan mental emosional yang kokoh, sementara pada
saat yang sama mereka harus bergelut dengan dunia jalanan yang keras dan
cenderung

berpengaruh

negatif

bagi

perkembangan

dan

pembentukan

kepribadiannya. Anak jalanan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di


jalanan. Berbagai macam aktivitas banyak dilakukan di jalanan. Aktivitas utama
anak jalanan adalah berada di jalanan baik untuk mencari nafkah maupun melakukan
aktivitas lain. Hal ini membuat intensitas hubungan anak jalanan dengan keluarga
mereka kurang intensif. Menurut Departemen Sosial RI (2001: 24), indikator anak
jalanan menurut aktivitas yang dilakukan oleh anak jalanan adalah antara lain
memiliki aktivitas: menyemir sepatu, mengasong, menjadi calo, menjajakan koran
atau majalah, mengelap mobil, mencuci kendaraan, menjadi pemulung, pengamen,
menjadi kuli angkut, menyewakan payung, menjadi penghubung atau penjual jasa,
lain sebagainya. Kehidupan jalanan menjanjikan banyak uang, dimana anak mudah
mendapatkan uang, anak bisa bermain dan bergaul dengan bebas.
Kehidupan anak jalanan tidak kondusif untuk perkembangan anak tersebut,
karena seharusnya anak seumur mereka tidak berkeliaran di jalanan yang sarat akan
12

tindakan kriminalitas. Selain itu juga sebagian besar dari mereka tidak bersekolah
atau sudah putus sekolah, contohnya anak jalanan bernama Tuti dan Hasan yang
penulis wawancarai. Walaupun, ada juga yang menjadi anak jalanan supaya
mendapatkan uang saku tambahan untuk jajan di sekolah sebagaimana Madi dan
Amat.
Pembangunan telah mengorbankan ruang bermain bagi anak (lapangan,
taman, dan lahan-lahan kosong). Dampaknya sangat terasa pada daerah-daerah
kumuh perkotaan, dimana anak-anak menjadikan jalanan sebagai ajang bermain dan
bekerja. Anak jalanan memiliki ciri-ciri khusus baik secara fisik dan psikis. Menurut
Departemen Sosial RI (2001: 2324), karakteristik anak jalanan pada ciri-ciri fisik
dan psikis, yakni 1) Ciri Fisik: warna kulit kusam, rambut kemerah-merahan,
kebanyakan berbadan kurus, pakaian tidak terururs, dan 2) Ciri Psikis meliputi
mobilitas tinggi, acuh tak acuh, penuh curiga, sangat sensitif, berwatak keras, serta
kreatif. Sedang menurut Departemen Sosial RI (2005: 5), anak jalanan mempunyai
ciri-ciri, berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun, melakukan kegiatan atau
berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus.
Beberapa macam tempat tinggal anak jalanan adalah menggelandang atau
tidur di jalanan, mengontrak kamar sendiri atau bersama teman, maupun ikut
bersama orang tua atau keluarga yang biasanya tinggal di daerah kumuh.

2. Faktor Penyebab Munculnya Anak Jalanan


Berdasarkan wawancara dan penelitian penulis ke tempat anak jalanan
beroperasi yang berada di kota Banjarmasin yang meliputi Pasar Hanyar dan
Ramayana

(Masjid Agung), dan Kampus UNLAM. Berdasarkan hasil

wawancara tersebut, peneliti menemukan beberapa penyebab seorang anak turun


ke jalanan, diantaranya yaitu :
a. Pengaruh dari teman.
Faktor ini sangat berpengaruh bagi seorang anak karena, teman sebayanya
telah mempengaruhi seorang anak untuk ikut turun ke jalanan.
b. Ingin mencari uang saku tambahan.
Karena ketidakmampuan orang tua untuk memberi uang saku kepada
anaknya, maka anak tersebut berusaha mencari uang saku sendiri dengan
mencari uang di jalan.
13

c. Ketidak mampuan orang tua untuk menyekolahkan anak.


Karena faktor ketidak mampuan orang tua untuk menyekolahkan anaknya,
oleh sebab itu anak tersebut lebih baik mencari uang di jalan daripada
menjadi pengangguran.
d. Disuruh orang tua.
Karena kemiskinan dari keluarga, oleh sebab itu orang tua menyuruh anaknya
untuk mencari uang dengan turun ke jalan, agar bisa membantu keuangan
keluarga.
Secara garis besar kemunculan anak jalanan disebabkan oleh dua faktor,
mikro dan makro. Faktor yang bersifat mikro timbulnya anak jalanan yaitu
bersumber dari lingkungan sosial anak, terutama pengaruh problem keluarga (konflik
dengan anggota keluarga), lingkungan dan pengaruh teman sebaya. Sedangkan faktor
yang bersifat makro terkait erat dengan kondisi sosio-ekonomi secara struktural yang
berhubungan erat dengan pemenuhan dan pola bertahan hidup.
Dapat pula penulis simpulkan bahwa munculnya fenomena anak jalanan
tersebut disebabkan oleh tiga hal, sebagai berikut :
1) Problema sosiologis: karena faktor keluarga yang tidak kondusif bagi
perkembangan si anak, misalnya orang tua yang kurang perhatian kepada
anak-anaknya, tidak ada kasih sayang dalam keluarga, diabaikan dan banyak
tekanan dalam keluarga serta pengaruh teman.
2) Problema ekonomi, karena faktor kemiskinan anak terpaksa memikul beban
ekonomi keluarga yang seharusnya menjadi tanggung jawab orang tua.
3) Faktor keluarga dan faktor pergaulan. Faktor keluarga antara lain tidak ada
perhatian orang tua, tidak ada kasih sayang, anak merasa diacuhkan, serta
banyak aturan dan tekanan. Faktor pergaulan antara lain pengaruh teman
yang sudah lebih dahulu mengenal dunia jalanan.

3. Dampak Keberadaan Anak Jalanan


Keberadaan anak jalanan sebagai salah satu masalah sosial yang ada
menimbulkan berbagai macam masalah. Dampak negatif yang ditimbulkan dari
keberadaan anak jalanan, antara lain:

14

1) Menjamurnya benih-benih premanisme


Anak jalanan yang ada di kota-kota besar menimbulkan dampak negatif di
lingkungan sekitarnya, misalnya saja menjamurnya benih-benih premanisme.
Hal ini bisa terjadi karena mereka mencukupi kebutuhannya dengan cara
menganacam, menakut-menakuti orang yang lewat dan meminta uang secara
paksa.
2) Terganggunya kenyaman pemakai jalan raya
Jika kita berada di kota-kota besar, kita sering melihat banyak anak jalanan di
pinggir jalan. Misalnya saja pada saaat lampu merah, banyak anak jalanan yang
mendatangi pemakai jalan raya untuk menawarkan barang dagangannya, ada
yang mengamen, dan mengemis. Hal ini tentu saja mengganggu kenyamanan
pemakai jalan raya.
3) Mengganggu keindahan dan ketertiban kota
Keindahan dan ketertiban kota tentu saja didukung oleh banyak hal. Jika banyak
anak jalanan yang tinggal di kota menyebabkan keindahan dan ketertiban di kota
berkurang. Hal ini bisa terjadi, karena banyak anak jalanan yang hidup di kolong
jembatan, pinggiran rel kereta api, atau lingkungan yang kumuh untuk
berlindung dari panas dan hujan.
4) Terbengkalainya pendidikan anak-anak tersebut
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita. Tanpa adanya
ilmu, tentu kita tidak akan bisa menjalani kerasnya hidup ini. Bagi anak yang
berusia 6-15 tahun, sebenarnya berhak untuk mengenyam pendidikan. Namun
tidak bagi anak jalanan, karena faktor ekonomi keluarga, mereka putus sekolah
dan turun ke jalanan untuk bekerja agar bisa bertahan hidup.
5) Mengundang pola urbanisasi yang tinggi, serta mendorong tindakan- tindakan
kriminal di jalan raya.
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota. Banyak
penduduk desa yang berbondong-bondong ke kota untuk mencari pekerjaan.
Mereka berpikir mencari pekerjaaan di kota itu mudah. Namun pada
kenyatannya, tanpa dibekali keterampilan dan keahlian khusus, mereka akan
sulit untuk mendapatkan pekerjaan. Dampak dari adanya anak jalanan yaitu pola
urbanisasi yang tinggi Hal ini bisa terjadi karena anak jalanan yang pulang ke
kampung asli mengiming-imingi penduduk desa kalau hidup di kota itu enak.
15

6) Masa depan bangsa dipertanyakan


Anak bangsa merupakan generasi muda penerus bangsa untuk menjadikan
bangsa ke arah yang lebih baik. Untuk bisa menjadikan bangsa yang berkualitas,
damai, makmur, sejahtera diperlukan penduduk yang berkualitas juga. Namun
ironisnya, banyak anak bangsa yang seharusnya mengenyam pendidikan malah
berprofesi menjadi anak jalanan. Jika jumlah anak jalanan terus bertambah,
maka masa depan bangsa ini perlu dipertanyakan.

Keberadaan anak jalanan bukan merupakan keinginan dari anak tersebut,


melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima. Sehingga, terdapat dampak
positif yang dirasakan anak jalanan tersebut, yaitu :
1) Merasa Bebas;
2) Mendapat sedikit penghasilan;
3) Dapat menyambung umur/terus hidup.

4. Solusi Mengurangi Keberadaan Anak Jalanan


Dalam usaha untuk mengurangi keberadaan anak jalanan, peran serta semua
pihak sangat dibutuhkan. Meskipun peran pemerintah sangat berpengaruh, peran
masyarakat, terutama orang tua, juga berperan penting.
a. Peran Orang tua
Dilihat dari faktor-faktor yang menyebabkan seorang anak menjadi anak jalanan,
faktor ekonomi keluarga dan kurangnya kasih sayang yang diberikan oleh orang
tua yang meyebabkan anak tersebut menjadi anak jalanan sehingga peran orang
tua dalam masalah ini perlu dilibatkan. Orang tua perlu memberikan pemahaman
lebih berupa pendidikan moral kepada sang anak agar mereka tidak mengikuti
orang tua mereka untuk mencari nafkah, karena sejatinya tugas mencari nafkah
adalah tugas orang tua bukan tugas seorang anak. Orang tua juga perlu lebih
memerhatikan anak mereka, agar sang anak tidak merasa kekurangan kasih
sayang dan perhatian.
b.

Peran Masyarakat
Masyarakat sebagai salah satu aspek utama dalam kehidupan bermasyarakat,
seharusnya tidak menganggap remeh keberadaan anak jalananan yang berada di
sekitar mereka. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk
16

membantu mengurangi keberadaan anak jalanan, dengan menampung anak-anak


jalanan tersebut dalam sebuah lembaga atau tempat yang dapat memberikan
mereka pendidikan.
c. Peran Pemerintah
Pemerintah harus memikirkan tempat tinggal yang layak bagi anak jalanan.
Rumah singgah misalnya, di mana mereka merasa aman dan mendapat
perlindungan. Merealisasikan Program orang tua asuh dengan baik, sehingga
anak dapat merasakan bagaimana kasih sayang orang tua asuh yang mungkin
tidak pernah dirasakan dikeluarganya sendiri. Mendapatkan penghidupan yang
layak dan perlindungan yang tidak mereka dapatkan dijalanan. Hal ini penting,
karena berbicara anak jalanan berarti berbicara di mana mereka tinggal untuk
mendapatkan perlindungan, baik dari faktor alam (panas dan hujan) maupun
faktor manusia sendiri (orang dewasa yang melakukan tindak kekerasan).
Membuat kegiatan-kegiatan yang mengikutsertakan partisipasi anak secara rutin.
Hal ini dimaksudkan untuk mengisi waktu luang anak sehingga tidak mudah
terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan, seperti beraktivitas di jalanan
untuk mencari uang. Tentunya kegiatan tersebut diarahkan pada perkembangan
mental anak yang cenderung untuk belajar dan bermain di usianya.

17

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan terhadap
anak jalanan di Kota Banjarmasin, khususnya di kawasan Pasar Hanyar dan
Universitas Lambung Mangkurat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Penyebab meningkatnya jumlah anak jalanan di perkotaan, seperti Kota
Banjarmasin adalah kemiskinan, keluarga yang tidak harmonis, pengaruh teman,
keinginan untuk memiliki uang sendiri, modernisasi, migrasi, dan urbanisasi,
dan keinginan untuk hidup secara bebas.
2. Dampak meningkatnya jumlah anak jalanan di perkotaan adalah Menjamurnya
benih-benih premanisme, terganggunya kenyamanan pemakai jalan raya,
mengganggu keindahan dan ketertiban kota, terbengkalainya pendidikan anakanak tersebut, mengundang pola urbanisasi yang tinggi serta mendorong
tindakan-tindakan kriminal di jalan raya.
3. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi meningkatnya jumlah anak jalanan
adalah orang tua harus berupaya meningkatkan perhatian kepada anaknya
dengan memberi pelajaran moral, kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan hidup
yang selayaknya, masyarakat harus peduli akan keberadaan anak jalanan, dan
peran utama pemerintah sangat diperlukan supaya ada tindakan nyata dan
perbaikan taraf hidup, teutama perbaikkan dari segi ekonomi keluarga anak
jalanan.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas maka saran dari penulis diharapkan
dapat memberi manfaat adalah :
1) Masyarakat luas, khususnya para orang tua anak jalanan agar memberikan kasih
sayang, ketentraman, penerimaan diri bahwa anak jalanan tidak hanya sebagai
tulang punggung keluarga atau pencari nafkah utama sehingga orang tua dapat
memberikan hak yang sama seperti anak-anak lainnya.

18

2) Hendaknya Dinas Sosial di Kota Banjarmasin lebih memperhatikan


kehidupan anak jalanan dengan cara mendirikan panti-panti untuk
menampung anak jalanan.
3) Hendaknya LSM memberikan sebuah keterampilan atau keahlian kepada
anak jalanan.
4) Diharapkan pemerintah Kota Banjarmasin memberikan pendidikan gratis
bagi anak jalanan atau anak-anak yang tidak mampu.
5) Bagi para Peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat digunakan
sebagai masukan dan acuan untuk mengungkap keragaman permasalahan dan
pengalaman tentang keberadaan anak jalanan yang belum tergali sehingga
dapat menjadi rujukan dalam melakukan penelitian selanjutnya.

19

DAFTAR PUSTAKA

Suyanto, Bagong, dkk. 2002. Krisis dan Child. Surabaya: Airlangga University.
http://repository.stisitelkom.ac.id/62/2/PENGARUH_KEBERADAAN_ANAK_JAL
ANAN_DALAM_LINGKUNGAN_BERMASYARAKAT.pdf diakses pada
01 Nopember 2013 jam 13:38
Ertanto, 2009. Anak Jalanan dan Subkultur: Sebuah Pemikiran Awal. Diperoleh pada
04 Nopember 2013 jam 14:07 dari http://www.kunci.or.id
http://eprints.uny.ac.id/9865/1/BAB%201%20-%2008104241012.pdf diakses pada
06 Nopember 2013 jam 10:14

20

LAMPIRAN

A. Pertanyaan Peneliti Kepada Responden (Anak Jalanan)


1. Nama adik siapa ?
2. Umurnya berapa?
3. Tinggalnya di mana ?
4. Di jalanan ini, kamu dengan siapa ?
5. Jam berapa kamu datang ke jalanan (tempat mengemis) ini ?
6. Jam berapa pulang ke rumah ?
7. Orang tua mu sekarang lagi di mana ?
8. Orang tua mu kerja apa ?
9. Apakah orang tua mu tidak melarang kamu berkeliaran di lingkungan ini ?
10. Apakah kamu sekolah ?
11. Berapa jumlah uang hasil mengemis, meminta-minta atau mengelap kaca
mobil ?
12. Uang hasil itu, kamu gunakan untuk apa ?
13. Pernahkah kamu dimarahi orang (satpam, petugas keamanan) saat mengemis?
14. Apakah kamu tidak takut berada di jalanan, apalagi banyak kendaraan
bermotor ?
15. Cita-cita kamu ingin jadi apa ?

21

B. Foto Dokumentasi Penelitian

Gmb 1. Anak jalanan (Hasan) di trotoar Jl. Pangeran Antasari, Banjarmasin

Gmb 2. Anak jalanan (Tuti) mengemis ke penumpang angkot

22

Gmb 3. Anak jalanan berada di dekat lampu lalu lintas

Gmb 4. Anak jalanan membawa kemoceng menuju mobil di jalan raya

23

Gmb 5. Kumpulan anak jalanan

Gmb 6. Peneliti dan anak jalanan saat observasi di Jl. Pangeran Antasari

24

Gmb 7. Amat (depan) dan Madi (belakang) anak jalanan di UNLAM

Gmb 8. Anak Jalanan sedang merapikan susunan sepatu

25

Gmb 9. Anak jalanan meminta-minta uang kepada pengunjung Masjid

Gmb 10. Peneliti mewawancarai anak jalanan

26

Anda mungkin juga menyukai