Anda di halaman 1dari 10

Budaya Konsumsi, Gaya Hidup dan

Identitas
Mata Kuliah : ISBD
Dosen Pengampu : Ridwan M.Si

Wulan Pramudita Kurnia (NIM 5220001)


Putri Alya Marshanda (NIM 5220003)
Perkembangan
Makna Konsumsi Konsumsi

Nilai-Nilai
Kebudayaan yang
Akar Ontologis dan Terpresentasikan
Metafisik Budaya dari perkembangan
Konsumsi konsumsi mie
instan
Makna Budaya Konsumsi

Konsumsi adalah kegiatan mengurangi atau


menghabiskan nilai guna suatu barang atau
jasa,baik secara sekaligus maupun berangsur-
angsur untuk memenuhi kebutuhan.

Budaya konsumsi adalah perilaku membeli dan


menggunakan barang yang tidak dipertimbangkan secara
rasional dan memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi
sesuatu tanpa batas dimana individu lebih mementingkan
keinginan daripada kebutuhan yang disertai hidup mewah
dan berlebihan.
MEDIA

PEMASANGAN IKLAN

TIMBUL BUDAYA HEDONISME

MUNCUL MASYARAKAT KONSUMTIF

GAYA HIDUP
PERKEMBANGAN KONSUMSI

Dilatarbelakangi oleh munculnya masa Kapitalisme yang dinyatakan Budaya Konsumen


kapitalisme yang dinyatakan oleh Karl Karl Marx bertujuan untuk merupakan hasil
Marx yang kemudian disusul dengan mencapai keuntungan sebesar- konstruksi dan kapitalis,
liberalism. Budaya konsumen yang besarnya,terutama dengan sehingga saat ini
merupakan jantung dari kapitalisme mengeskploitasi pekerja. berbelanja telah
adalah sebuah budaya yang di Realisasi nilainya bisa terlihat menjadi kegiatan
dalamnya terdapat bentuk dalam bentuk uang yang rekreasi untuk pengisi
halusinasi,mimpi,kemasan, wujud diperoleh dengan menjual waktu luang ataupun
komoditi, yang kemudian dikonstruksi produk sebagai komoditas. hanya sekedar shopping.
sosial melalui komunikasi
ekonomi(iklan,show,media sosial)
sebagai kekuatan tanda kapitalisme.
Penyebab perkembangan budaya konsumsi dapat dilihat dari:

 Berbagai jenis barang (komoditas) tersedia di pasar

 Pasar menempati posisi penting untuk mendapatkan komoditas

 Kegiatan berbelanja berubah menjadi kegiatan untuk mengisi waktu luang

 Terciptanya beberapa inovasi dalam kegiatan berbelanja terutama pada era digital
sekarang ini

 Berkembangnya model pembelian secara kredit

 Terjadinya manipulasi ruang dan waktu melalui media periklanan


DAMPAK BUDAYA KONSUMEN

DAMPAK POSITIF: DAMPAK NEGATIF :

 Membuka dan menambah lapangan Timbul pola hidup masyarakat


pekerjaan, karena akan membutuhkan yang hedonism,konsumerisme,
tenaga kerja yang lebih banyak untuk dan kapilatisme
memproduksi barang dalam jumlah
besar

 Meningkatkan motivasi konsumen


untuk menambah jumlah penghasilan
agar bisa membeli barang atau jasa
yang diinginkan dalam jumlah dan
jenis yang beraneka ragam
AKAR ONTOLOGIS DAN METAFISIK BUDAYA KONSUMSI

Gambaran masyarakat konsumerisme mengalami budaya konsumsi yang tidak bisa


mereka tinggalkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti; mall,hypemarket, dan
supermarket.

1. Perilaku konsumen membutuhkan rasa nyaman,aman dan bebas dalam


berbelanja, serta kepuasan dalam pelayanan berbelanja, antara lain: ruangan ber-
AC dan mekanisme berbelanja dengan system self service

2. Prinsip efisiensi dan fleksibilitas dalam pelayanan berbelanja di mall


dengan fasilitas dan system pembayaran melalui ATM dan kartu kredit
memberi kemudahan konsumen dalam mengatur keuangan rumah
tangga yang merupakan gaya hidup masyarakat konsumsi

3. Keberadaaan mall,hypemarket dan supermarket menjadi sarana


konsumsi sebagai bentuk distinction antara kelas dominan dengan
kelas lainnya
NILAI-NILAI KEBUDAYAAN YANG TERPRETASI DARI
PERKEMBANGAN KONSUMSI MIE INSTAN

Tahun 1971, merupakan awal dari kebudayaan makanan yang diproduksi dari bahan gandum (biscuit,mie instan dll)
membuka perkenalan terhadap lidah dan perut sebagai cita rasa dunia pertama bagi bangsa Indonesia.

Pada tahun 1970-an Indonesia telah mengimpor biji gandum dari Amerika. Sejak saat itu konsumsi gandum atau terigu
di Indonesia setiap tahun selalu meningkat. Konsumsi terigu di Indonesia dipakai untuk industri mie instan,roti,mie telor
dan sisanya dikonsumsi langsung oleh masyarakat

Menurut catatan jumlah konsumsi mie instan di Indonesia terus mengalami peningkatan. Angka konsumsi mie instan
pada tahun 1993 adalah 2,2 miliar bungkus, 1996 lebih dari 4,3 miliar bungkus dan tahun 2000 menjadi 8,2 miliar
bungkus mie instan (Soviandaru, 2001)

Sejarah membuktikan bahwa mie instan dapat segera tampl di tempat-tempat yang sedang ditimpa bencana alam atau
kekurangan makanan.

Penampilan yang elegan dan mengikuti perkembangan zaman dapat menjadi kunci penerimaan makanan secara global.
Dengan mengonsumsi makanan instan seperti mie instan mereka merasa bisa mengikuti dan berada pada symbol-symbol
untuk gaya hidup masyarakat modern.
KESIMPULA
N

Anda mungkin juga menyukai