A. Pendahuluan
Globalisasi bukanlah suatu fenomena yang terjadi begitu saja, namun merupakan
suatu proses yang panjang. Ekonomi dunia berkembang mulai dari ekonomi subsistem di
mana
masyarakat
memproduksi
barang
untuk
kebutuhannya
sendiri,
kemudian
perekonomian tumbuh semakin terbuka menjadi ekonomi kota, negara, bahkan menjadi
ekonomi global.
Globalisasi ekonomi membuat proses produksi dan konsumsi barang dan jasa
menjadi suatu kerja internasional yang melibatkan banyak negara. dalam memproduksi suatu
barang, suatu negara memerlukan banyak sumber daya yang diperoleh dari berbagai negara.
Pertimbangan dalam mencari berbagai sumber daya adalah pertimbangan ekonomis.
Perusahaan akan mencari sumber daya yang paling murah, sehingga wajar mereka mencari
ongkos produksi yang murah di seluruh dunia.
Salah satu bentuk globalisasi ekonomi adalah tumbuhnya bisnis dalam skala global.
Dewasa ini, perusahaan-perusahaan berskala multinasional yang memiliki jaringan bisnis
global berkembang semakin banyak. Perusahaan multinasional tersebut melihat bahwa
bisnis skala global memberikan kesempatan besar untuk berkembang dan juga memperoleh
keuntungan yang lebih besar daripada perusahaan yang hanya beroperasi pada skala
domestik.
Pada sisi lain, globalisasi dapat dipandang sebagai ancaman bagi perekonomian suatu
negara. Perusahaan-perusahaan multinasional tersebut dipandang memiliki daya saing yang
lebih kuat dibandingkan perusahaan nasional. Perusahaan multinasional pada umumnya
memiliki keunggulan sumber daya manusia, teknologi, dan modal yang sulit ditandingi oleh
perusahaan lokal. Keadaan seperti ini dikhawatirkan dapat mematikan industri dalam negeri.
Hal ini menimbulkan pra-kontra di antara para pelaku ekonomi.
Para pendukung globalisasi berpendapat bahwa dengan tidak adannya hambatan
perdagangan internasional, akan memberikan kemakmuran bagi perekonomian dunia.
Negara yang secara ekonomis tidak bisa memproduksi suatu barang dengan murah, tidak
perlu memproduksi barang tersebut. Pada akhirnya konsumen dunia akan diuntungkan
dengan adanya produk yang murah. Di sisi lain para penentang globalisasi beranggapan
bahwa dengan adanya perdagangan bebas, dipandang akan mematikan perusahaan domestik.
Banyaknya perusahaan lokal yang bangkrut akan menyebabkan jumlah pengangguran
bertambah dan menurunya daya beli konsumen.. Pada titik ini globalisasi dipandang
berdampak negatif.
Pada akhirnya, sudah tidak ada lagi negara yang dapat memenuhi kebutuhannya
sendiri jika mengabaikan sektor luar negeri. Globalisasi dipandang suatu fakta yang tidak
bisa dihindari oleh semua negara di dunia.
Persaingan bisnis global dari tahun ke tahun semakin ketat. Untuk memenangkan
persaingan beberapa perusahaan mencoba membentuk kerja sama demi mengalahkan
pesaingnya, strategi tersebut dikenal dengan aliansi strategi. Misalnya, IBM dan Apple
Computer bekerja sma untuk membuat komputer yang bisa menjalankan progam
Macintosh. Dengan kombinasi antara teknologi dan ongkos produksi yang murah dapat
menghasilkan produk yang kompetitif.
5. Dorongan Lain
Teknologi informasi yang canggih sangat potensial dimanfaatkan oleh
perusahaan global dalam mengelola bisnisnya dangan lebih efektif dan efisien.
Kemajuan teknologi sekarang ini membuat komunikasi antarwilayah menjadi lebih
cepat, andal, mudah dan luas. Perangkat- perangkat komunikasi seperti PC, internet,
fleksimile, hand-phone, satelit dan jaringan serat optik, memungkinkan kemudahan arus
informasi antarbelahan bumi.
D. Faktor-faktor Globalisasi
1. Kedekatan (proximity)
Informasi dapat dikumpulkan dengan cepat dan real time dari penjuru dunia, dari
pusat bisnis seperti Jakarta, Singapura, Hongkong, dan New York. para pelaku bisnis
dapat bertemu mitra bisnisnya dibelahan bumi lain melalui teknologi internet.
2. Lokasi (location)
Para organisasi memilih tempat usaha di berbagai tempat di dunia, ini
memungkinkan dengan adanya unit-unit yang terpisah dapat menciptakaan sinergi di
antara unit-unit yang ada.
3. Sikap (attitude)
Globalisasi juga menyangkut sikap yang terbuka terhadap praktek manajemen
secara internasional. Sikap ini mengkombinasikan kehati-hatian tentang dunia di luar
negeri (asal) yang memiliki perbedaan dan kemauan untuk mengembangkan kemampuan
untuk memasuki ekonomi gobal.
E. Sikap Manajer Internasional
1. Manajer Etnosentris (Etnocentric Manager)
Manajer tipe ini beranggapan bahwa, budaya dan perilaku pekerja yang
dimiliki oleh negara asalnya selalu lebih baik dibandingkan dengan negara mitra.
Perlakuan tersebut akan merugikan tenaga kerja mitra yang berakibat pada
ketidakpuasan kerja.
2. Manajer Polycentris (Polycentric Manager)
Manajer ini beranggapan bahwa antara negara mitra dan negara asal memiliki
budaya dan perilaku yang berbeda. Mereka beranggapan bahwa bisnis yang
dijalankan di negara mitra lebih efektif dijalankan oleh manajer lokal yang lebih
mengetahui kondisi lapangan.
3. Manajer Geosentris (Geocentric Manager)
Manajer tipe ini mempunyai anggapan jika budaya negara asal dan mitra
berbeda, namun terdapat pula persamaan budaya dalam beberapa aspek. Teknik
manajer yang diterapkan di negara mitra lebih efektif menggunakan teknik gabungan
antara negara asal dan mitra.
Sumber : http://susantohendri.blogspot.com/2014/03/globalisasi-ekonomi-dan-bisnis.html
(diakses 14 April 2015)