Anda di halaman 1dari 18

FARDHU KIFAYAH

Kelompok 13:

1. Muhammad Agung 1907220122

2. Novriyan Ditya 1907220016

3. Dea Faradika Azri 1907220136p

4. M. Septo Pranoto 1907220040

5. Abdul karim Hsb 1907220060

6. Deri Arya prayogi 1907220055

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan Rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah yang membahas tentang “FARDHU KIFAYAH” dengan
lancar. Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Inggris Teknik.
Dalam pembuatan makalah ini, saya berterima kasih kepada
Seluruh pihak yang sudah memberikan bimbingannya untuk tugas
makalah ini sehingga dapat selesai dengan baik dan berjalan dengan
lancar. Adapun makalah ini saya buat berdasarkan informasi yang ada.
Saya juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu saya minta maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun kesempurnaan tugas makalah ini.Akhir kata saya ucapkan
terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan
bagi pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Medan, 18 april 2020

PENULIS
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Merawat dan menyelenggarakan pengurusan jenazah bagi umat Islam hukumnya fardhu
kifayah. Apa bila telah ada seseorang atau beberapa kelompok orang telah melaksanakan
kewajiban tersebut, maka gugurlah sudah kewajiban orang lain untuk melaksanakannya.

Ada empat kewajiban umat muslim setelah meninggalnya seseorang, yaitu memandikan,
mengkafani, menshalatkan serta menguburkan. Namun dibalik seluruh rangkaian prosesi
pengurusan jenazah terdapat suatu makna tersendiri terhadap kehidupan sosial masyarakat.
Banyak diantara kita yang belum memahami nilai dan makna yang terkandung dalam
mengurus jenazah dari sesaat setelah meninggalnya seseorang hingga menguburkannya.
Kebanyakan kita menganggap hal yang biasa, seakan tidak bermakna.

Untuk itulah pada makalah ini akan dijabarkan beberapa nilai-nilai sosial dalam
penyelenggaraan jenazah. Kewajiban mengurus jenazah bukan saja untuk urusan ibadah
antara amanusia dengan Tuhannya tetapi juga berkaitan dengan orang lain dan masyarakat.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara memandikan jenazah?


2. Bagaimana cara mengkafankan jenazah?
3. Bagaimana cara mensholatkan jenazah?
4. Bagaimana cara menguburkan jenazah?

Tujuan Masalah

1. Agar dapat mengetahui caranya memandikan jenazah!


2. Agar dapat mengetahui caranya mengkafani jenazah!
3. Agar dapat mengetahui caranya mensholatkan jenazah!
4. Agar dapat mengetahui caranya menguburkan jenazah!
BAB II

PEMBAHASAN

A.Memandikan Jenazah

Sebelum jenazah dikafankan, maka yang harus dilakukan adalah memandikannya.


Memandikan jenazah dimaksudkan agar segala bentuk hadast dan najis yang ada pada
jenazah tersebut hilang dan bersih, sehingga jenazah yang akan dikafani terus dishalatkan
telah suci dari hadas dan najis.

Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang hidup, namun
perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus dimandikan.
Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak saja meratakan
air ke seluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga harus dengan hati-hati dan lemah
lembut.

Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena ia
termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula mutlak, suci dan halalnya air. Menghilangkan
najis dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang dapat mencegah
sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan mayat.

>. Hal-hal yang Harus diperhatikan dalam Memandikan Jenazah

Syarat Memandikan Jenazah

a. Mayat itu islam

b. Lengkap tubuhnya atau ada bahagian tubuhnya walaupun sedikit

c. Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).
Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah

Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan jenazah. Hal ini
disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus dimandikan. Berikut 2 hal
yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah.

a. Jenazah yang boleh dimandikan

Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal bukan karena
mati syahid di Medan pertempuran.

b. Jenazah yang tidak perlu dimandikan

Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan pertempuran
karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari Kiamat.
Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakukan Nabi saw terhadap paman
beliau yang kafir. Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan
dishalatkan. Cukup digali lubang dan dikebumikan.

Tempat Memandikan

Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayit hendaknya tertutup atau amandari
pandangan mata. Bisa di dalam rumah, atau di halaman rumah namun dibatasi dengan tutup.
Usahakan mayit dimandikan di atas dipan, agar mayit tidak mudah terkena percikan air. Juga
dianjurkan membakar kemenyan di sekitar tempat memandikan untuk menolak bau yang
dimungkinkan keluar dari badan mayit.

Orang yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknya dilarang memasuki tempat
memandikan mayit. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan mayit.

Air untuk Memandikan

Air yang dipakai adalah air mutlak (suci menyucikan). Dianjurkan menggunakan air laut,
karena bisa memperlambat proses pembusukan. Namun, bila berada di daerah yang sangat
dingin, atau di tubuh mayit terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, maka lebih baik
menggunakan air hangat.

Persiapan Sebelum Memandikan Jenazah

Sebelum memandikan jenazah, maka harus dilakukan beberapa persiapan, adapun hal-hal
yang perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:

a. Sabun atau bahan lainnya untuk membersihkan tubuh si jenazah


b. Air bersih secukupnya untuk proses memandikan. Boleh memakai air yang dialiri oleh
selang, boleh juga menyiapkan air menggunakan ember besar asal cukup.

c. Tempat memandikan jenazah, jangan terbuka, agak tinggi, kuat serta tahan air.

d. Handuk untuk mengeringkan tubuh dan rambut si jenazah.

e. Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.

f. Kain kafan, dipersiapkan tergantung jenis kelamin.

Tambahan (jika diperlukan) :

• Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman jika si
jenazah memiliki penyakit.

Orang yang Berhak Memandikan Jenazah

Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan untuk menjaga
kerahasiaan aib atau cacat penyakit yang masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut. Tujuan
menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah adalah agar tidak terjadi
fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun Orang yang berhak
memandikan Jenazah adalah:

Secara umum, bila mayit laki-laki, maka yang memandikan laki-laki. Bila perempuan, maka
yang memandikan juga perempuan. Boleh bagi pasangan suami-istri, suami memandikan istri
yang meninggal, begitu pula sebaliknya.

Adapun yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah orang yang paling mengerti
masalah agama dan yang paling punya rasa belas kasih (syafaqah). Sedangkan yang paling
utama memandikan jenazah perempuan, adalah orang perempuan yang semahram dengan
jenazah.

Sebaiknya, yang bertugas memandikan tidak lebih dari 7 orang. 3 orang memangku di atas
bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain, ada yang menyiramkan air, ada yang menggosok
tubuh jenazah dan ada pula yang membantu menyediakan hal-hal yang diperlukan.

>Posisi Jenazah

Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang paling memudahkan untuk dimandikan.
Namun yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang. Posisi ini
memudahkan orang yang memandikan untuk membersihkan kotoran yang ada pada jenazah.

>Tata Cara Memandikan Jenazah


1. Cara Dalam Memandikan Jenazah

2. Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.

3.Yang memandikan jenazah hendaklah memakai sarung tangan.

4. Dipakaikan kain basahan seperti sarung agar auratnya tidak terlihat

5. Istinjakkan mayat terlebih dahulu.

6. Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari
tangan dan kaki dan rambutnya, sebaiknya memakai sarung tangan.

7. Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lalu mengeluarkan kotoran dalam
perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-lahan agar semua kotorannya keluar,
lantas dibersihkan dengan tangan kirinya, dianjurkan memakai sarung tangan yang sudah
diganti. Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran
jenazah.

8. Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.

9. Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat Lafaz niat
memandikan jenazah lelaki :

ِ ِّ‫س َل لِ َه َذاا ْل َمي‬


‫ت هللِ تَ َعالَى‬ ْ ‫نَ َويْتُ ا ْل ُغ‬

“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala .

Lafaz niat memandikan jenazah perempuan :

‫س َل لِ َه ِذ ِه ا ْل َميِّتَ ِة هللِ تَ َعالَى‬


ْ ‫نَ َويْتُ ا ْل ُغ‬

“Aku sengaja (niat) memandikan mayit ini karena Alloh Ta’ala “

10. Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.

11. Siram sebelah kanan 3 kali.

12. Siram sebelah kiri 3 kali.

13. Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah belakang.

14. Memiringkan mayat ke kanan basuh bahagian lambung sebelah kirinya.

15. Siram kembali dari kepala hingga ujung kaki.

16. Setelah itu siram dengan air kapur barus.

17. Setelah itu jenazahnya diwudukkan .


Lafaz niat mewudukkan jenazah lelaki :

ِ ِّ‫ض ْو َء لِ َه َذاا ْل َمي‬


‫ت هللِ تَ َعالَى‬ ُ ‫نَ َو ْيتُ ا ْل ُو‬
"aku berniat mewudukkan jenazah (lelaki) ini kerana Allah s.w.t"

Lafaz niat mewudukkan jenazah perempuan :

‫ة هللِ تَ َعالَى‬Cِ َ‫ض ْو َء لِ َه ِذ ِه ا ْل َميِّت‬


ُ ‫نَ َو ْيتُ ا ْل ُو‬
"aku berniat mewudukkan jenazah (perempuan) ini kerana Allah s.w.t"

Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu mulai dari
muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya.

18. Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap pada
seluruh badan mayat.

> Hal-hal Penting

Hal-hal penting yang berkaitan dengan mayit antara lain :

a. Selama memandikan, diharamkan melihat aurat mayit.

b. Hukum memandikan mayit adalah wajib, sedangkan niatnya adalah sunnah. Sebaliknya
mewudhu'i mayit hukumnya adalah sunnah sedangkan niatnya wajib.

c. Bila melihat kelainan-kelainan pada mayit, seperti, wajahnya berseri-seri atau


mengeluarkan bau harum, maka sunnah diceritakan. Bila sebaliknya, maka harus disimpan
tidak boleh diceritakan.

B. Mengkafani Jenazah
1. Jenis Kain Kafan

1. Kain Diambil dari Harta Jenazah

Menurut jumhur ulama, lebih mengutamakan harta dari sang jenazah digunakan untuk
membeli kain dan biaya total mengurus jenazah. Setelah itu baru digunakan untuk membayar
hutang dari jenazah semasa hidupnya.

2. Kain Kafan Putih Polos yang Bagus

Kemudian jenis kain yang dianjurkan menggunakan kain kafan putih, karena hukumnya
sunnah. Sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis, beliau bersabda :
Pakailah pakaian yang berwarna putih dan kafanilah mayit dengan kain warna putih. Karena
itu adalah sebaik-baik pakaian kalian (HR. Abu Daud no. 3878, Tirmidzi no. 994,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.1236).

Pastikan pula tidak menggunakan kain yang menerawang dan tipis hingga menampakkan
kulit jenazah. Terjamin bisa menutupi seluruh tubuh dengan baik.

Nabi Muhammad SAW bersabda : Apabila salah seorang di antara kalian mengkafani
saudaranya, maka hendaklah memperbagus kafannya." (HR. Muslim no. 943)

3. Gunakan Dua atau Tiga Helai

Mengkafani jenazah menggunakan tiga helai kain juga termasuk disunnahkan, seperti yang
tertuang dalam hadis dari Aisyah radhiallahuanha ia berkata:

Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam dikafankan dengan 3 helai kain putih sahuliyah dari
Kursuf, tanpa gamis dan tanpa imamah (HR. Muslim no. 941).

Menggunakan dua helai kain seperti hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas
radhiallahuanhu tentang orang yang meninggal karena jatuh dari unta :

Nabi Muhammad Shallallahualaihi wasallam bersabda, "Mandikanlah ia dengan air dan daun
bidara. Dan kafanilah dia dengan dua lapis kain." (HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206)
Dibolehkan mengkafani mayit dengan dua helai kain meski tiga lebih baik.

4. Kain Perempuan Lebih Lebar

Pendapat dari jumhur ulama disunnahkan wanita menggunakan 5 helai kain kafan. Namun ini
termasuk hadis yang lemah. Oleh sebab itu, boleh menggunakan 3 helai namun lebih lebar,
juga boleh menggunakan 5 helai kain. Selanjutnya disunnahkan menambahkan sarung, jilbab,
dan gamis bagi jenazah wanita.
5.Jenis Wewangian
Wewangian yang dianjurkan juga pastinya yang tidak mengandung alkohol. Sesuai dengan sebuah
hadis, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila kalian memberi wewangian kepada mayit, maka berikanlah tiga kali” (HR Ahmad no.
14580, dishahihkan Al Albani dalam Ahkamul Janaiz no. 84).

Cara Membuat Kain Kafan


berikut beberapa langkah mempersiapkan kain kafan,
1. Guntinglah kain kafan menjadi beberapa bagian. Kain kafan sebanyak 3 helai
sepanjang badan mayit yang ditambah 50 cm.
2. Tali untuk mengikat mayit sebanyak 7 helai untuk tali kain kafan dengan lebar tali 5 -
7 cm.
3. Kain untuk cawat 1 helai. Gunting kain sepanjang 50 cm lalu dilipat menjadi tiga
bagian yang sama (menyerupai tali), lebar 5 7 cm. Salah satu ujungnya dilipat kira-kira
10 cm lalu digunting ujung kanan dan kirinya untuk lubang tali cawat.
4. Lalu masukkanlah tali cawat pada lubang-lubang itu. Dalam cawat ini berilah kapas
yang sudah ditaburi kapur barus atau cendana sepanjang cawat.
5. Buat kain sorban atau kerudung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 90 atau
115 cm lalu melipatnya antara sudut yang satu dengan yang lain sehingga menjadi
segitiga.
6. Membuat sarung. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 125 cm atau lebih
sesuai dengan ukuran mayit.
7. Baju. Gunting kain sepanjang 150 cm atau lebih sesuai dengan ukuran mayit. Kain itu
dilipat menjadi dua bagian yang sama. Lebar kain itu juga dilipat menjadi dua bagian
sehingga membentuk empat persegi panjang.
8. Kemudian gunting sudut bagian tengah menjadi segitiga. Bukalah kain itu sehingga
bagian tengah kain akan kelihatan lubang berbentuk belah ketupat. Salah satu sisi dari
lubang itu digunting lurus sampai pada bagian tepi, sehingga membentuk sehelai baju.

Tata Cara Mengkafani Jenazah Laki-Laki


1. Pertama, siapkan tali pengikat kafan sebanyak 3 hingga 5 utas tali. Letakkan secara
vertikal tepat di bawah kain kafan yang akan menjadi lapis pertama.
2. Bentangkan kain kafan lapis pertama yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
3. Beri wewangian (non alcohol) pada kain kafan lapis pertama.
4. Bentangkan kain kafan lapis kedua yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
5. Beri wewangian lagi pada kafan lapis kedua.
6. Bentangkan kain kafan lapis ketiga yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
7. Beri wewangian pada kain kafan lapis ketiga.
8. Letakkan jenazah di tengah-tengah kain kafan lapis ketiga.
9. Letakkan kapas pada anggota tubuh tertentu, berupa manfad atau lubang.
10. Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan
ke kiri.
11. Tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan
ke kiri.
12. Tutup dengan kain lapis pertama dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain dari sisi kanan
ke kiri.
13. Ikat dengan tali pengikat yang sudah disediakan, di bawah kain lapisan

Tata Cara Mengkafani Jenazah Perempuan


1. Bentangkan 2 lembar kain kafan yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah.
Kemudian letakkan kain sarung tepat pada badan antara pusar dan kedua lututnya.
2. Persiapkan baju gamis dan kerudung di tempatnya.
3. Sediakan 3 hingga 5 utas tali dan letakkan di paling bawah kain kafan.
4. Sediakan kapas yang sudah diberikan wangi-wangian, yang nantinya diletakkan pada
anggota badan tertentu.
5. Setelah kain kafan siap, lalu angkat dan baringkan jenazah di atas kain kafan.
6. Letakkan kapas yang sudah diberi wangi-wangian tadi ke tempat anggota tubuh
seperti halnya pada jenazah laki-laki.
7. Selimutkan kain sarung pada badan jenazah, antara pusar dan kedua lutut. Pasangkan
baju gamis berikut kain kerudung. Untuk yang rambutnya panjang bisa dikepang
menjadi 2/3, dan diletakkan di atas baju gamis di bagian dada.
8. Selimutkan kedua kain kafan selembar demi selembar mulai dari yang lapisan atas
sampai paling bawah. Setelah itu ikat dengan beberapa utas tali yang tadi telah
disediakan.

C. Mensholatkan Jenazah

Keutamaan shalat jenazah.


Berikut beberapa keutamaan sholat jenazah:.
1. Pahalanya sebesar dua gunung bagi yang mengerjakannya.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya satu
qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua
qiroth. "Ada yang bertanya, "Apa yang dimaksud dua qiroth?" Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam lantas menjawab, "Dua qiroth itu semisal dua gunung yang besar." (HR. Bukhari
no. 1325 dan Muslim no. 945).
2. Allah perkenankan syafa'at bagi jenazah dari doa orang-orang yang menyolatinya.
Dari Kuraib, ia berkata,
"Anak 'Abdullah bin 'Abbas di Qudaid atau di 'Usfan meninggal dunia. Ibnu 'Abbas lantas
berkata, "Wahai Kuraib (bekas budak Ibnu 'Abbas), lihat berapa banyak manusia yang
menyolati jenazahnya. "Kuraib berkata, "Aku keluar, ternyata orang-orang sudah berkumpul
dan aku mengabarkan pada mereka pertanyaan Ibnu 'Abbas tadi. Lantas mereka menjawab,
"Ada 40 orang". Kuraib berkata, "Baik kalau begitu. "Ibnu ‘Abbas lantas berkata, "Keluarkan
mayit tersebut. Karena aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lantas dishalatkan (shalat jenazah) oleh 40 orang
yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun melainkan Allah akan memperkenankan
syafa’at (do'a) mereka untuknya." (HR. Muslim no. 948)
Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa
beliau bersabda,
"Tidaklah seorang mayit dishalatkan (dengan shalat jenazah) oleh sekelompok kaum
muslimin yang mencapai 100 orang, lalu semuanya memberi syafa’at (mendoakan kebaikan
untuknya), maka syafa’at (do’a mereka) akan diperkenankan." (HR. Muslim no. 947)
Syarat sah shalat jenazah.
1. Seorang Muslim
2. Dalam keadaan suci dari hadats besar maupun kecil
3. Menutup aurat seperti melakukan shalat lainnya
4. Menghadap kiblat
5. Jenazah yang disholati beragama Islam
6. Jenazah yang akan disholati telah dalam keadaan bersih dan suci atau sudah dimandikan

*DOA-DOA DALAM SHALAT JENAZAH dan TATA CARA MENSHOLATKAN


JENAZAH _(Sesuai Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah)_
Membaca niat sholat jenazah.
- Untuk jenazah laki- laki
Usholli 'alaa haadzal mayyiti arba'a takbirootin fardhol kifaayati makmuuman lillahi
ta'aalaa.
Artinya: Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai makmum
karena Allah Ta’ala.
- Untuk jenazah perempuan
Usholli 'alaa haadzihil mayyitati arba'a takbiratatin fardhol kifayaatai ma'muuman lillahi
ta'aala.
Yang artinya: Saya niat sholat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah, sebagai
makmum karena Allah Ta’ala.
*Takbir Pertama*
_(Membaca surah “Al-Fatihah” dan “Salawat atas Nabi saw”)_

‫ِّين‬
ِ ‫د‬i‫وْ ِم ال‬iiَ‫ك ي‬ ِ ِ‫) َمال‬3( ‫) الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬2( َ‫) ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين‬1( ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم‬
‫ط الَّ ِذينَ أَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم‬ ِ )6( ‫تَقِي َم‬i‫ َراطَ ْال ُم ْس‬i‫الص‬
َ ‫ َرا‬i‫ص‬ ِّ ‫ ِدنَا‬i‫) ا ْه‬5( ‫ين‬ ُ ‫تَ ِع‬i‫ ُد َوإِيَّاكَ ن َْس‬iُ‫ك نَ ْعب‬
َ ‫) إِيَّا‬4(
َ‫لَّيْت‬i‫ص‬
َ ‫ا‬i‫ َك َم‬,‫ ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ِل ُم َح َّم ٍد‬i‫ص‬ َ ‫)اللَّهُ َّم‬7( َ‫الِّين‬i‫الض‬
َّ ِ ‫َغي ِْر ْال َم ْغضُو‬
‫ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل‬
َ i‫ا َر ْكتَ َعلَى اِ ْب‬iiَ‫ا ب‬ii‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو اَ ِل ُم َح َّم ٍد َك َم‬i
‫را ِهي َم َو اَ ِل‬i ِ iَ‫ َوب‬.‫را ِهي َم‬i َ i‫را ِهي َم َو اَ ِل اِ ْب‬i
َ i‫َعلَى اِ ْب‬
َ َّ‫ اِن‬.‫اِ ْب َرا ِهي َم‬.
‫ك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬
*Takbir Kedua*

ٍ ‫ا ٍء َوثَ ْل‬ii‫ ْلهُ بِ َم‬i ‫هُ َوا ْغ ِس‬i َ‫ف َع ْنهُ َوأَ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِّس ْع َم ْد َخل‬
‫ج َونَقِّ ِه‬ ُ ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ َوارْ َح ْمهُ َوعَافِ ِه َوا ْع‬
‫رًا ِم ْن‬iْ‫َار ِه َوأَ ْهالً َخي‬ ِ ‫رًا ِم ْن د‬iْ‫هُ دَارًا َخي‬i‫َس َوأَ ْب ِد ْل‬ ِ ‫ َّدن‬i‫ا يُنَقَّى الثَّوْ بُ اأْل َ ْبيَضُ ِم ْن ال‬i‫ا َك َم‬iَ‫ِمن ْال َخطَاي‬
ُ‫أَ ْهلِ ِه َو َزوْ جًا خَ ْيرًا ِم ْن زَ وْ ِج ِه َوقِ ِه فِ ْتنَةَ ْالقَب ِْر َو َع َذابَه‬.
*Takbir Ketiga*
‫يرنَ‪ii‬ا َو َذ َك ِرنَ‪ii‬ا َوأُ ْنثَانَ‪ii‬ا‪ ،‬اللَّهُ َّم َم ْن أَحْ يَ ْيتَ‪i‬هُ‬
‫يرنَا َو َكبِ ِ‬ ‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ َحيِّنَا َو َميِّتِنَا َو َشا ِه ِدنَا َوغَائِبِنَا َو َ‬
‫ص ِغ ِ‬
‫ْالم َو َم ْن ت ََوفَّ ْيتَهُ ِمنَّا فَتَ َوفَّهُ َعلَى ْا ِإلي َم ِ‬
‫ان‬ ‫‪ِ .‬منَّا فَأَحْ يِ ِه َعلَى اإْل ِ س ِ‬
‫*‪*Takbir Keempat‬‬

‫‪.‬اللَّهُ َّم الَ تَحْ ِر ْمنَا أَجْ َرهُ َوالَ تُ ِ‬


‫ضلَّـنَا بَ ْع َدهُ‬
‫*‪*Takbirtul Ihram‬‬

‫هللاُ اَكبَ ُر‬


‫*‪*Doa Istiftah‬‬

‫ب اللَّهُ َّم نَقِّنِي ِم ْن ْالخَ طَايَ‪ii‬ا َك َم‪ii‬ا‬ ‫ق َو ْال َم ْغ ِر ِ‬‫اي َك َما بَا َعدْتَ بَ ْينَ ْال َم ْش ِر ِ‬
‫اع ْد بَ ْينِي َوبَ ْينَ َخطَايَ َ‬ ‫اللَّهُ َّم بَ ِ‬
‫ج َو ْالبَ َر ِد‬
‫ي بِ ْال َما ِء َوالثَّ ْل ِ‬ ‫‪.‬يُنَقَّى الثَّوْ بُ اأْل َ ْبيَضُ ِم ْن ال َّدن ِ‬
‫َس اللَّهُ َّم ا ْغ ِسلْ َخطَايَا َ‬
‫ص ‪i‬الَتِى‬ ‫ض َحنِيفًا ُم ْسلِ ًما َو َما اَنَا ِمنَ ال ُم ْش ‪i‬ر ِكيْن‪ ,‬اِ َّن َ‬ ‫ت َواالَرْ َ‬ ‫ْت َوجْ ِه َى لِلَّ ِذى فَطَ َر ال َّس َم َوا ِ‬
‫َو َّجه ُ‬
‫ك اُ ِمرْ ُ‬
‫ت َواَنَا ِمنَ ال ُم ْسلِ ِم ْينَ اللَهُ َّم‬ ‫اى َو َم َماتِى هللاِ َربِّ ال َعالَ ِم ْينَ ‪ ,‬الَ َش ِر ْيكَ لَهُ َوبِ َذالِ َ‬
‫َونُ ُس ِكى َو َمحْ يَ َ‬
‫ت بَ‪َ i‬ذ ْنبِى فَ‪ii‬ا ْغفِرْ لِى ُذنُ‪ii‬وبِى‬ ‫‪i‬ر ْف ُ‬
‫ت نَ ْف ِس‪i‬ى َوا ْعتَ‪َ i‬‬ ‫ك اِلَهَ اِالَّ اَ ْنتَ ‪ ,‬اَ ْنتَ َربِّى َواَنَا َع ْب ُدكَ ظَلَ ْم ُ‬
‫اَ ْنتَ ال َملِ ُ‬
‫ف‬‫ق الَيَ ْه ِدى اِل َحْ َسنِهَا اِالَّ اَ ْنتَ َواصْ ِر ْ‬
‫وب اِالَّ اَ ْنتَ َوا ْه ِدنِى اِل َحْ َس ِن االَ ْخالَ ِ‬ ‫َج ِم ْيعًا اِنَّهُ الَيَ ْغفِ ُر ال َذنُ َ‬
‫ْس‬ ‫ك َو َّ‬
‫الش‪i‬رُّ لَي َ‬ ‫ك َوال َخ ْي‪ُ i‬ر ُكلُّهُ فِى يَ‪i‬دَي َ‬ ‫ف َعنِّى َس‪i‬يِّئَهَا اِالَّ اَ ْنتَ لَبَّ ْي‪َ i‬‬
‫ك َو َس‪ْ i‬عدَي َ‬ ‫ص‪ِ i‬ر ُ‬ ‫َعنِّى َسيِّئَهَا الَيَ ْ‬
‫ك‪ ,‬اَنَا بِكَ َواِلَيكَ‪ ,‬تَبَا َر ْكتَ َوتَ َعالَيْتَ اَ ْستَ ْغفِ ُر َ‬
‫ك َواَتَوبُ اِلَيكَ‬ ‫‪.‬اِلَ ْي َ‬
‫*‪*Isti’adzah‬‬

‫َّجي ِْم‬ ‫اَ ُعو ُذ بِاهللاِ ِمنَ ال َّش ْيطَ ِ‬


‫ان الر ِ‬
‫*‪*Surah Al-Fatihah‬‬

‫ِّين‬
‫ك يَ‪ii‬وْ ِم ال‪i‬د ِ‬ ‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم (‪ْ )1‬ال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمينَ (‪ )2‬الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم (‪َ )3‬مالِ ِ‬
‫ص‪َ i‬راطَ الَّ ِذينَ أَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم‬
‫الص‪َ i‬راطَ ْال ُم ْس‪i‬تَقِي َم (‪ِ )6‬‬
‫ين (‪ )5‬ا ْه‪ِ i‬دنَا ِّ‬ ‫ك نَ ْعبُ‪ُ i‬د َوإِيَّاكَ ن َْس‪i‬تَ ِع ُ‬
‫(‪ )4‬إِيَّا َ‬
‫َغي ِْر ْال َم ْغضُو ِ‬
‫ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّينَ (‪)7‬‬
‫*‪*Ruku’ dan Sujud‬‬

‫ك اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِى‬


‫ك اللَّهُ َّم َربَّنَا َوبِ َح ْم ِد َ‬
‫ُسب َْحانَ َ‬
‫ك َرب َِّى االَ ْعلَى )'‪ُ ('ukuR‬س ْب َحانَ َ‬
‫ك َرب َِّى ال َع ِظ ِيم‬ ‫)‪ُ (dujuS‬س ْب َحانَ َ‬
‫ُسبُّو ٌح قُ ُّدوسٌ َربُّ المالَئِ َك ِة َوالرُّ ِ‬
‫وح‬
‫*‪*Doa I’tidal‬‬

‫ك ال َح ْم ُد َح ْمدًا َكثِيرًا طَيِّبًا ُمبَا َر ًكا فِي ِه‬


‫‪َ .‬س ِم َع هللاُ لِ َم ْن َح ِم َدهُ َربَّنَا َولَ َ‬
‫*‪*Doa Iftirasy‬‬

‫‪.‬اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِى َوارْ َح ْمنِى َواجْ بُرْ نِى َوا ْه ِدنِى َوارْ ُز ْقنِى‬
‫*‪*Doa Tasyahud‬‬
‫ك اَيُّهَ‪ii‬ا النَّبِ ُّى َو َرحْ َم‪ i‬ةُ هللا َوبَ َر َكاتُ‪i‬هُ‪َّ .‬‬
‫الس‪i‬الَ ُم َعلَ ْينَ‪ii‬ا‬ ‫ات َوالطَّيِّبَ ُ‬
‫ات ال َّسالَ ُم َعلَ ْي َ‬ ‫صلَ َو ُ‬ ‫التَّ ِحي ُ‬
‫َّات هللِ َوال َّ‬
‫‪.‬و َعلَى ِعبَا ِدهللا الصَّالِ ِحينَ ‪ .‬اَ ْشهَ ُد اَ ْن الَ اِلَهَ اِالَّ هللا َواَ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر َسولَهُ‬
‫َ‬
‫*‪*Salawat‬‬

‫صلَّيْتَ َعلَى اِ ْب‪َ i‬را ِهي َم َو اَ ِل اِ ْب‪َ i‬را ِهي َم‪َ .‬وبَ‪ِ i‬‬
‫‪i‬ار ْك َعلَى‬ ‫اللَّهُ َّم َ‬
‫صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ِل ُم َح َّم ٍد‪َ ,‬ك َما َ‬
‫ار ْكتَ َعلَى اِ ْب َرا ِهي َم َو اَ ِل اِ ْب َرا ِهي َم‪ .‬اِنَّ َ‬
‫ك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد‬ ‫‪ُ .‬م َح َّم ٍد َو اَ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬
‫*‪*Doa Setelah Tasyahud Awal‬‬

‫ك‬ ‫وب إِاَّل أَ ْنتَ فَ‪ii‬ا ْغفِرْ لِي َم ْغفِ‪َ i‬‬


‫‪i‬رةً ِم ْن ِع ْن ‪ِ i‬د َ‬ ‫ت نَ ْف ِس ‪i‬ي ظُ ْل ًم‪ii‬ا َكثِ‪ii‬يرًا َواَل يَ ْغفِ ‪ُ i‬ر ال ‪ُّ i‬ذنُ َ‬
‫اللَّهُ َّم إِنِّي ظَلَ ْم ُ‬
‫ك أَ ْنتَ ْال َغفُو ُر الر ِ‬
‫َّحي ُم‬ ‫‪َ .‬وارْ َح ْمنِي إِنَّ َ‬
‫*‪*Doa Sebelum Salam‬‬

‫ت َو ِم ْن َش ِّر فِ ْتنَ ِة‬ ‫ب ْالقَب ِْر َو ِم ْن فِ ْتنَ ِة ْالمحْ يَا َو ْالم َما ِ‬
‫ب َجهَنَّ َم َو ِم ْن َع َذا ِ‬ ‫اللهُ َّم اِنِّى اَ ُعوْ ُذ بِ َ‬
‫ك ِم ْن َع َذا ِ‬
‫ْح ال َّدج ِ‬
‫َّال‬ ‫ْ‪.‬ال َم ِسي ِ‬
‫*‪*Salam‬‬

‫‪.‬ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َو بَ َر َكاتُهُ‬


‫‪Doa setelah Shalat jenazah‬‬

‫ص ‪i‬حْ بِ ِه أَجْ َم ِع ْينَ ‪ 0‬اَلّلهُ َّم‬


‫َلى آلِ ‪ِ i‬ه َو َ‬ ‫صلَّى هللا َُو َسلَّ َم ع ٰ‬
‫َلى َس ‪i‬يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َوع ٰ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِهللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْينَ َو َ‬
‫ح ال‪ُّ ii‬د ْنيَا‬
‫ك خَ‪َ ii‬ر َج ِم ْن َروْ ِ‬ ‫الس‪ِ ii‬م ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم اَلّلهُ َّم ٰه‪َ ii‬ذا َعبْ‪ُ ii‬دكَ َواب ُْن َعبْ‪ِ ii‬د َ‬
‫َربَّنَ‪ii‬ا تَقَبَّلْ ِمنَّا إِنَّكَ أَ ْنتَ َّ‬
‫‪i‬و الَقِـ ْي ِه َك‪ii‬انَ يَ ْش‪i‬هَ ُد أَ ْن آل إِ ٰل‪ i‬هَ إِالَّ أَ ْنتَ‬ ‫لى ظُ ْل َم‪ِ i‬ة ْالقَ ْب‪ِ i‬‬
‫‪i‬ر َو َم‪ii‬ا هُ‪َ i‬‬ ‫او َمحْ بُوْ بِهَا َوأَ ِحبَّآئِ ِه فِ ْيهَا إِ ٰ‬
‫َو َس َعتِهَ َ‬
‫ك َوأَ َّن ُم َح َّمدًا‬ ‫ك َوأَ ْنتَ أَ ْعلَ ُم بِ‪ِ i‬ه‪ 0‬اَللّهُ َّم إِنَّهُ نَ‪َ i‬ز َل بِ‪i‬كَ َوأَ ْنتَ ‪َ ‬وحْ دَكَ الَ َش ِر ْيكَ لَ َ‬ ‫َعبْ‪ُ i‬دكَ َو َر ُس‪i‬وْ لُ َ‬
‫ك َوأَ ْنتَ َغنِ ٌّي ع َْن َع َذابِ‪ِ i‬ه َوقَ‪ْ i‬د ِج ْئنَ‪i‬ا َ‬
‫ك َرا ِغبِ ْينَ إِلَ ْي‪ii‬كَ‬ ‫خَ ْي ُر َم ْن ُزوْ ٍل بِ‪ِ i‬ه َوأَ ْ‬
‫ص‪i‬بَ َح فَقِ ْي‪i‬رًا إِ ٰ‬
‫لى َرحْ َمتِ‪َ i‬‬
‫ُشفَ َعآ َء لَهُ اَللّهُ َّم إِ ْن َكانَ ُمحْ ِسنًا فَ ِز ْد فِى إِحْ َسانِ ِه َوإِ ْن َكانَ ُم ِسيْئا ً فَتَ َجا َو ْز َع ْنهُ أَ ْلقِ ِه بِ َرحْ َمتِكَ ْاألَ ْمنَ‬
‫َلى آلِ‪ِ i‬ه‬
‫َلى َس‪i‬يِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َوع ٰ‬ ‫لى َجنَّتِ‪ii‬كَ يَ‪ii‬آأَرْ َح َم ال‪i‬رَّا ِح ِم ْينَ َو َ‬
‫ص‪i‬لَّى هللا ُع ٰ‬ ‫ك َحتَّى تَ ْب َعثَ‪i‬هُ إِ ٰ‬
‫ِم ْن َع َذابِ َ‬
‫صحْ بِ ِه َو َسلَّ َم (دعاء اينى اونتؤ ميت الكى‪ ،2‬اونتؤ فرمف‪ii‬وان لف‪ii‬ظ م‪ii‬ذكر دان ض‪ii‬مير م‪ii‬ذكر‬ ‫َو َ‬
‫دى كنتى مؤنث)‬

‫‪D. Menguburkan Jenazah‬‬


‫‪1. Pemberangkatan Jenazah‬‬
‫‪Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti penghinaan pada mayit.‬‬
‫‪Adapun cara membawa yang sempurna adalah :‬‬
a. Ketika mayit siap diberangkatkan, memberi kesaksian bahwa mayit adalah orang baik.
Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik. Untuk mayit yang jelas fasiq, maka tidak
boleh disaksikan baik.
b. Mayit dibawa dengan memakai keranda (Madura : kathél), dan dibawa oleh beberapa
orang sesuai dengan kebutuhan, minimal dua orang. Diutamakan yang membawanya
berjumlah ganjil.
c. Seperti halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala di depan
(menghadap ke arah tujuan).
d. Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa. Namun tidak
dengan berlari.
e. Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan.
f. Hukum mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh bagi perempuan.
2. Bentuk lubang kubur
Bentuk lubang kubur ada 2 macam :
a. Apabila tanahnya keras, maka lebih baik berbentuk liang lahad. Yaitu, menggali bagian
sisi barat dari lubang kubur, sekitar cukup untuk tempat membaringkan mayit.
b. Apabila tanahnya lunak (mudah longsor) atau berpasir, maka berbentuk liang cempuri.
Yaitu, menggali sisi tengah dari lubang kubur, dengan ukuran bisa membaringkan mayit, dan
di sisi kanan kirinya diberi batu bata.

Tata Cara Menguburkan Jenazah Ringkas Sesuai Syariat

a. Keranda diletakkan diarah kaki lubang kubur (nisbat negara Indonesia : Selatan).

b. Mayit dimasukan kedalam lubang kubur dengan perlahan-lahan. Sedangkan yang


menerima, bila mayit perempuan, maka mahram si mayit. Bila laki-laki, maka yang paling
dekat hubungannya dengan si mayit.

c. Ketika memasukkan mayit, sunnah membaca do’a:

ِ ‫َلى ِملَّ ِة َرسُوْ ِل‬


‫هللا‬ ٰ ‫هللا َوع‬
ِ ‫ِبس ِْم‬

Artinya : “Dengan menyebut nama Allah dan atas nama agama Rasulullah”.

d. Mayit diletakkan pada tempat yang telah dipersiapkan dan wajib dihadapkan ke arah
kiblat.

e. Ikatan kain kafan bagian kepala dibuka, lalu wajah dan pipi mayit ditempelkan ke tanah.

f. Tubuh mayit sunnah diberi penupang (Madura : lubelu) (bisa dengan batu atau kayu),
untuk menjaga agar mayit tidak berubah terlentang atau telungkup.
g. Sebelum ditimbuni tanah, tubuh mayit wajib ditutupi dengan papan kayu atau lainnya,
agar tanah timbunan tidak langsung mengena mayit.

h. Mayit dibacakan adzan dan iqamah.

i. Lalu lubang kubur ditimbun, dan tanah timbunan ditinggikan satu jengkal atau ± 25 cm.

j. Kuburan disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah oleh air hujan

k. Juga sunnah ditanami atau diberi bunga.

l. Kuburan diberi batu nisan

m. Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan talqin dengan bahasa Arab, dan
sunnah diterjemah dengan bahasa yang dimengerti oleh para pengantar jenazah

n. Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar jenazah sunnah tidak langsung pulang,
tetapi diam dulu dan berdzikir atau membaca al-Qur’an mendoakan mayit.

Doa setelah menguburkan jenazah


"ALLAHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU, WA'AAFIHI WA'FU 'ANHU, WA AKRIM
NUZULAHU, WA WASSI'MADKHALAHU, WAGHSILHU BIL-MA'I WATSTSALJI WAL-
BARADI, WANAQQOHI MINAL KHOTOYA KAMAAYUNAQQOTTSAUBU ABYADHU
MINADANASI, WAABDILHU DAARON KHOIRON IN DAARIHI, WAAHLANKHOIRON
MIN AHLIHI, WAZAUJAN KHOIRON MINZAUJIHI, WAQIHI FITNATAL QOBRI
WA'ADAABINNAR
Artinya: "Ya Allah, ampunilah dia, belas kasihanilah dia, hapuskanlah dan ampunilah dosa-
dosanya, muliakan tempatnya (ialah surga) dan luaskanlah kuburannya. Basuhkanlah
kesalahan-kesalahannya sampai bersih sebagaimana bersihnya kain putih dari kotoran.
Gantikanlah rumah lebih baik daripada rumahnya yang dulu, keluarganya lebih baik daripada
keluarganya yang sulit; dan masukkanlah ia ke dalam surga dan jauhkanlah ia dari siksa
kubur dan siksa api neraka."
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan
jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini
dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian
orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya
menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

2. SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk
menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik
ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.Sepanjang uraian diatas dapat
diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan
untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal
penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu
hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada sel
Daftar Pustaka

https://www.merdeka.com/trending/tata-cara-mengkafani-jenazah-dengan-tepat-sesuai-sunnah-
kln.html

https://www.suaramuhammadiyah.id/2019/11/22/kewajiban-terhadap-jenazah/

http://esanoerfadhila.blogspot.com/2016/10/cara-pengurusan-jenazah.html

https://www.merdeka.com/trending/tata-cara-menguburkan-jenazah-sesuai-syariat-islam-kln.html

Anda mungkin juga menyukai