Kelompok 13:
FAKULTAS TEKNIK
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan Rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas makalah yang membahas tentang “FARDHU KIFAYAH” dengan
lancar. Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Inggris Teknik.
Dalam pembuatan makalah ini, saya berterima kasih kepada
Seluruh pihak yang sudah memberikan bimbingannya untuk tugas
makalah ini sehingga dapat selesai dengan baik dan berjalan dengan
lancar. Adapun makalah ini saya buat berdasarkan informasi yang ada.
Saya juga menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu saya minta maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan dan saya juga mengharapkan kritik dan saran yang
membangun kesempurnaan tugas makalah ini.Akhir kata saya ucapkan
terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan
bagi pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
Merawat dan menyelenggarakan pengurusan jenazah bagi umat Islam hukumnya fardhu
kifayah. Apa bila telah ada seseorang atau beberapa kelompok orang telah melaksanakan
kewajiban tersebut, maka gugurlah sudah kewajiban orang lain untuk melaksanakannya.
Ada empat kewajiban umat muslim setelah meninggalnya seseorang, yaitu memandikan,
mengkafani, menshalatkan serta menguburkan. Namun dibalik seluruh rangkaian prosesi
pengurusan jenazah terdapat suatu makna tersendiri terhadap kehidupan sosial masyarakat.
Banyak diantara kita yang belum memahami nilai dan makna yang terkandung dalam
mengurus jenazah dari sesaat setelah meninggalnya seseorang hingga menguburkannya.
Kebanyakan kita menganggap hal yang biasa, seakan tidak bermakna.
Untuk itulah pada makalah ini akan dijabarkan beberapa nilai-nilai sosial dalam
penyelenggaraan jenazah. Kewajiban mengurus jenazah bukan saja untuk urusan ibadah
antara amanusia dengan Tuhannya tetapi juga berkaitan dengan orang lain dan masyarakat.
Rumusan Masalah
Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
A.Memandikan Jenazah
Pada dasarnya memandikan jenazah sama saja dengan mandinya orang yang hidup, namun
perbedaannya adalah orang yang hidup mandi sendiri sedangkan jenazah harus dimandikan.
Walaupun demikian ada sedikit perbedaan dalam memandikan jenazah, tidak saja meratakan
air ke seluruh tubuh, namun dalam memandikannya juga harus dengan hati-hati dan lemah
lembut.
Dalam memandikan mayat wajib adanya niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, karena ia
termasuk bagian dari ibadah. Demikian pula mutlak, suci dan halalnya air. Menghilangkan
najis dari badan mayat terlebih dahulu, dan tidak adanya penghalang yang dapat mencegah
sampainya air ke kulit mayat, semua itu harus dipenuhi dalam memandikan mayat.
c. Jenazah tersebut bukan mati syahid (mati dalam peperangan membela agama Allah).
Klasifikasi dalam Memandikan Jenazah
Klasifikasi ini bertujuan untuk memberikan perbedaan dalam memandikan jenazah. Hal ini
disebabkan bahwa tidak semua jenazah yang ada dapat atau harus dimandikan. Berikut 2 hal
yang perlu untuk diperhatikan dalam memandikan jenazah.
Jenazah yang wajib dimandikan adalah orang Islam dan orang yang meninggal bukan karena
mati syahid di Medan pertempuran.
Jenazah yang tidak boleh dimandikan adalah jenazah yang mati syahid di medan pertempuran
karena setiap luka atau setetes darah akan semerbak dengan bau wangi pada hari Kiamat.
Jenazah orang kafir tidak wajib dimandikan. Ini pernah dilakukan Nabi saw terhadap paman
beliau yang kafir. Janin yang dibawah usia empat bulan tidak perlu dimandikan, dikafani, dan
dishalatkan. Cukup digali lubang dan dikebumikan.
Tempat Memandikan
Tempat yang akan dipergunakan untuk memandikan mayit hendaknya tertutup atau amandari
pandangan mata. Bisa di dalam rumah, atau di halaman rumah namun dibatasi dengan tutup.
Usahakan mayit dimandikan di atas dipan, agar mayit tidak mudah terkena percikan air. Juga
dianjurkan membakar kemenyan di sekitar tempat memandikan untuk menolak bau yang
dimungkinkan keluar dari badan mayit.
Orang yang tidak punya tugas atau kepentingan, sebaiknya dilarang memasuki tempat
memandikan mayit. Hal ini untuk menjaga kerahasiaan mayit.
Air yang dipakai adalah air mutlak (suci menyucikan). Dianjurkan menggunakan air laut,
karena bisa memperlambat proses pembusukan. Namun, bila berada di daerah yang sangat
dingin, atau di tubuh mayit terdapat kotoran yang sulit dihilangkan, maka lebih baik
menggunakan air hangat.
Sebelum memandikan jenazah, maka harus dilakukan beberapa persiapan, adapun hal-hal
yang perlu dipersiapkan sebelum proses pemandian adalah:
c. Tempat memandikan jenazah, jangan terbuka, agak tinggi, kuat serta tahan air.
e. Kapas, kapur barus, daun bidara, atau wewangian yang lain serta bedak.
• Masker dan kaos tangan untuk memandikan jenazah agar terhindar dari kuman jika si
jenazah memiliki penyakit.
Tidak semua orang berhak dalam memandikan jenazah, hal ini dimaksudkan untuk menjaga
kerahasiaan aib atau cacat penyakit yang masih ada di dalam tubuh jenazah tersebut. Tujuan
menjaga dan membatasi bagi orang yang ingin memandikan jenazah adalah agar tidak terjadi
fitnah yang dapat memalukan keluarga jenazah tersebut. Adapun Orang yang berhak
memandikan Jenazah adalah:
Secara umum, bila mayit laki-laki, maka yang memandikan laki-laki. Bila perempuan, maka
yang memandikan juga perempuan. Boleh bagi pasangan suami-istri, suami memandikan istri
yang meninggal, begitu pula sebaliknya.
Adapun yang lebih utama memandikan mayit laki-laki adalah orang yang paling mengerti
masalah agama dan yang paling punya rasa belas kasih (syafaqah). Sedangkan yang paling
utama memandikan jenazah perempuan, adalah orang perempuan yang semahram dengan
jenazah.
Sebaiknya, yang bertugas memandikan tidak lebih dari 7 orang. 3 orang memangku di atas
bagian depan, sedangkan 4 orang yang lain, ada yang menyiramkan air, ada yang menggosok
tubuh jenazah dan ada pula yang membantu menyediakan hal-hal yang diperlukan.
>Posisi Jenazah
Jenazah hendaknya diletakkan pada posisi yang paling memudahkan untuk dimandikan.
Namun yang sunnah adalah, jenazah didudukkan agak miring ke belakang. Posisi ini
memudahkan orang yang memandikan untuk membersihkan kotoran yang ada pada jenazah.
6. Kemudian bersihkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari
tangan dan kaki dan rambutnya, sebaiknya memakai sarung tangan.
7. Mayat didudukkan atau disandarkan pada sesuatu, lalu mengeluarkan kotoran dalam
perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-lahan agar semua kotorannya keluar,
lantas dibersihkan dengan tangan kirinya, dianjurkan memakai sarung tangan yang sudah
diganti. Dalam hal ini boleh memakai wangi-wangian agar tidak terganggu bau kotoran
jenazah.
8. Siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
9. Kemudian siram dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat Lafaz niat
memandikan jenazah lelaki :
10. Siram atau basuh dari kepala hingga ujung kaki 3 kali dengan air bersih.
13. Kemudian memiringkan mayat ke kiri basuh bahagian lambung kanan sebelah belakang.
Cara mewudukkan jenazah ini yaitu dengan mencucurkan air ke atas jenazah itu mulai dari
muka dan terakhir pada kakinya, sebagaimana melaksanakan wuduk biasanya.
18. Setelah selesai dimandikan dan diwudukkan dengan baik, dilap menggunakan lap pada
seluruh badan mayat.
b. Hukum memandikan mayit adalah wajib, sedangkan niatnya adalah sunnah. Sebaliknya
mewudhu'i mayit hukumnya adalah sunnah sedangkan niatnya wajib.
B. Mengkafani Jenazah
1. Jenis Kain Kafan
Menurut jumhur ulama, lebih mengutamakan harta dari sang jenazah digunakan untuk
membeli kain dan biaya total mengurus jenazah. Setelah itu baru digunakan untuk membayar
hutang dari jenazah semasa hidupnya.
Kemudian jenis kain yang dianjurkan menggunakan kain kafan putih, karena hukumnya
sunnah. Sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadis, beliau bersabda :
Pakailah pakaian yang berwarna putih dan kafanilah mayit dengan kain warna putih. Karena
itu adalah sebaik-baik pakaian kalian (HR. Abu Daud no. 3878, Tirmidzi no. 994,
dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami no.1236).
Pastikan pula tidak menggunakan kain yang menerawang dan tipis hingga menampakkan
kulit jenazah. Terjamin bisa menutupi seluruh tubuh dengan baik.
Nabi Muhammad SAW bersabda : Apabila salah seorang di antara kalian mengkafani
saudaranya, maka hendaklah memperbagus kafannya." (HR. Muslim no. 943)
Mengkafani jenazah menggunakan tiga helai kain juga termasuk disunnahkan, seperti yang
tertuang dalam hadis dari Aisyah radhiallahuanha ia berkata:
Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam dikafankan dengan 3 helai kain putih sahuliyah dari
Kursuf, tanpa gamis dan tanpa imamah (HR. Muslim no. 941).
Menggunakan dua helai kain seperti hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas
radhiallahuanhu tentang orang yang meninggal karena jatuh dari unta :
Nabi Muhammad Shallallahualaihi wasallam bersabda, "Mandikanlah ia dengan air dan daun
bidara. Dan kafanilah dia dengan dua lapis kain." (HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206)
Dibolehkan mengkafani mayit dengan dua helai kain meski tiga lebih baik.
Pendapat dari jumhur ulama disunnahkan wanita menggunakan 5 helai kain kafan. Namun ini
termasuk hadis yang lemah. Oleh sebab itu, boleh menggunakan 3 helai namun lebih lebar,
juga boleh menggunakan 5 helai kain. Selanjutnya disunnahkan menambahkan sarung, jilbab,
dan gamis bagi jenazah wanita.
5.Jenis Wewangian
Wewangian yang dianjurkan juga pastinya yang tidak mengandung alkohol. Sesuai dengan sebuah
hadis, bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila kalian memberi wewangian kepada mayit, maka berikanlah tiga kali” (HR Ahmad no.
14580, dishahihkan Al Albani dalam Ahkamul Janaiz no. 84).
C. Mensholatkan Jenazah
ِّين
ِ دiوْ ِم الiiَك ي ِ ِ) َمال3( ) الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم2( َ) ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمين1( بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم
ط الَّ ِذينَ أَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم ِ )6( تَقِي َمi َراطَ ْال ُم ْسiالص
َ َراiص ِّ ِدنَاi) ا ْه5( ين ُ تَ ِعi ُد َوإِيَّاكَ ن َْسiُك نَ ْعب
َ ) إِيَّا4(
َلَّيْتiص
َ اi َك َم, ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ِل ُم َح َّم ٍدiص َ )اللَّهُ َّم7( َالِّينiالض
َّ ِ َغي ِْر ْال َم ْغضُو
ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل
َ iا َر ْكتَ َعلَى اِ ْبiiَا بiiار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو اَ ِل ُم َح َّم ٍد َك َمi
را ِهي َم َو اَ ِلi ِ iَ َوب.را ِهي َمi َ iرا ِهي َم َو اَ ِل اِ ْبi
َ iَعلَى اِ ْب
َ َّ اِن.اِ ْب َرا ِهي َم.
ك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد
*Takbir Kedua*
ٍ ا ٍء َوثَ ْلii ْلهُ بِ َمi هُ َوا ْغ ِسi َف َع ْنهُ َوأَ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِّس ْع َم ْد َخل
ج َونَقِّ ِه ُ اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَهُ َوارْ َح ْمهُ َوعَافِ ِه َوا ْع
رًا ِم ْنiَْار ِه َوأَ ْهالً َخي ِ رًا ِم ْن دiْهُ دَارًا َخيiَس َوأَ ْب ِد ْل ِ َّدنiا يُنَقَّى الثَّوْ بُ اأْل َ ْبيَضُ ِم ْن الiا َك َمiَِمن ْال َخطَاي
ُأَ ْهلِ ِه َو َزوْ جًا خَ ْيرًا ِم ْن زَ وْ ِج ِه َوقِ ِه فِ ْتنَةَ ْالقَب ِْر َو َع َذابَه.
*Takbir Ketiga*
يرنَiiا َو َذ َك ِرنَiiا َوأُ ْنثَانَiiا ،اللَّهُ َّم َم ْن أَحْ يَ ْيتَiهُ
يرنَا َو َكبِ ِ اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ َحيِّنَا َو َميِّتِنَا َو َشا ِه ِدنَا َوغَائِبِنَا َو َ
ص ِغ ِ
ْالم َو َم ْن ت ََوفَّ ْيتَهُ ِمنَّا فَتَ َوفَّهُ َعلَى ْا ِإلي َم ِ
ان ِ .منَّا فَأَحْ يِ ِه َعلَى اإْل ِ س ِ
**Takbir Keempat
ب اللَّهُ َّم نَقِّنِي ِم ْن ْالخَ طَايَiiا َك َمiiا ق َو ْال َم ْغ ِر ِاي َك َما بَا َعدْتَ بَ ْينَ ْال َم ْش ِر ِ
اع ْد بَ ْينِي َوبَ ْينَ َخطَايَ َ اللَّهُ َّم بَ ِ
ج َو ْالبَ َر ِد
ي بِ ْال َما ِء َوالثَّ ْل ِ .يُنَقَّى الثَّوْ بُ اأْل َ ْبيَضُ ِم ْن ال َّدن ِ
َس اللَّهُ َّم ا ْغ ِسلْ َخطَايَا َ
ص iالَتِى ض َحنِيفًا ُم ْسلِ ًما َو َما اَنَا ِمنَ ال ُم ْش iر ِكيْن ,اِ َّن َ ت َواالَرْ َ ْت َوجْ ِه َى لِلَّ ِذى فَطَ َر ال َّس َم َوا ِ
َو َّجه ُ
ك اُ ِمرْ ُ
ت َواَنَا ِمنَ ال ُم ْسلِ ِم ْينَ اللَهُ َّم اى َو َم َماتِى هللاِ َربِّ ال َعالَ ِم ْينَ ,الَ َش ِر ْيكَ لَهُ َوبِ َذالِ َ
َونُ ُس ِكى َو َمحْ يَ َ
ت بََ iذ ْنبِى فَiiا ْغفِرْ لِى ُذنُiiوبِى iر ْف ُ
ت نَ ْف ِسiى َوا ْعتََ i ك اِلَهَ اِالَّ اَ ْنتَ ,اَ ْنتَ َربِّى َواَنَا َع ْب ُدكَ ظَلَ ْم ُ
اَ ْنتَ ال َملِ ُ
فق الَيَ ْه ِدى اِل َحْ َسنِهَا اِالَّ اَ ْنتَ َواصْ ِر ْ
وب اِالَّ اَ ْنتَ َوا ْه ِدنِى اِل َحْ َس ِن االَ ْخالَ ِ َج ِم ْيعًا اِنَّهُ الَيَ ْغفِ ُر ال َذنُ َ
ْس ك َو َّ
الشiرُّ لَي َ ك َوال َخ ْيُ iر ُكلُّهُ فِى يَiدَي َ ف َعنِّى َسiيِّئَهَا اِالَّ اَ ْنتَ لَبَّ ْيَ i
ك َو َسْ iعدَي َ صِ iر ُ َعنِّى َسيِّئَهَا الَيَ ْ
ك ,اَنَا بِكَ َواِلَيكَ ,تَبَا َر ْكتَ َوتَ َعالَيْتَ اَ ْستَ ْغفِ ُر َ
ك َواَتَوبُ اِلَيكَ .اِلَ ْي َ
**Isti’adzah
ِّين
ك يَiiوْ ِم الiد ِ بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم (ْ )1ال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ْال َعالَ ِمينَ ( )2الرَّحْ َم ِن ال َّر ِح ِيم (َ )3مالِ ِ
صَ iراطَ الَّ ِذينَ أَ ْن َع ْمتَ َعلَ ْي ِه ْم
الصَ iراطَ ْال ُم ْسiتَقِي َم (ِ )6
ين ( )5ا ْهِ iدنَا ِّ ك نَ ْعبُُ iد َوإِيَّاكَ ن َْسiتَ ِع ُ
( )4إِيَّا َ
َغي ِْر ْال َم ْغضُو ِ
ب َعلَ ْي ِه ْم َواَل الضَّالِّينَ ()7
**Ruku’ dan Sujud
.اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِى َوارْ َح ْمنِى َواجْ بُرْ نِى َوا ْه ِدنِى َوارْ ُز ْقنِى
**Doa Tasyahud
ك اَيُّهَiiا النَّبِ ُّى َو َرحْ َم iةُ هللا َوبَ َر َكاتُiهَُّ .
السiالَ ُم َعلَ ْينَiiا ات َوالطَّيِّبَ ُ
ات ال َّسالَ ُم َعلَ ْي َ صلَ َو ُ التَّ ِحي ُ
َّات هللِ َوال َّ
.و َعلَى ِعبَا ِدهللا الصَّالِ ِحينَ .اَ ْشهَ ُد اَ ْن الَ اِلَهَ اِالَّ هللا َواَ ْشهَ ُد اَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر َسولَهُ
َ
**Salawat
صلَّيْتَ َعلَى اِ ْبَ iرا ِهي َم َو اَ ِل اِ ْبَ iرا ِهي َمَ .وبَِ i
iار ْك َعلَى اللَّهُ َّم َ
صلِّ َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ِل ُم َح َّم ٍدَ ,ك َما َ
ار ْكتَ َعلَى اِ ْب َرا ِهي َم َو اَ ِل اِ ْب َرا ِهي َم .اِنَّ َ
ك َح ِمي ٌد َم ِجي ٌد ُ .م َح َّم ٍد َو اَ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ
**Doa Setelah Tasyahud Awal
ت َو ِم ْن َش ِّر فِ ْتنَ ِة ب ْالقَب ِْر َو ِم ْن فِ ْتنَ ِة ْالمحْ يَا َو ْالم َما ِ
ب َجهَنَّ َم َو ِم ْن َع َذا ِ اللهُ َّم اِنِّى اَ ُعوْ ُذ بِ َ
ك ِم ْن َع َذا ِ
ْح ال َّدج ِ
َّال ْ.ال َم ِسي ِ
**Salam
a. Keranda diletakkan diarah kaki lubang kubur (nisbat negara Indonesia : Selatan).
Artinya : “Dengan menyebut nama Allah dan atas nama agama Rasulullah”.
d. Mayit diletakkan pada tempat yang telah dipersiapkan dan wajib dihadapkan ke arah
kiblat.
e. Ikatan kain kafan bagian kepala dibuka, lalu wajah dan pipi mayit ditempelkan ke tanah.
f. Tubuh mayit sunnah diberi penupang (Madura : lubelu) (bisa dengan batu atau kayu),
untuk menjaga agar mayit tidak berubah terlentang atau telungkup.
g. Sebelum ditimbuni tanah, tubuh mayit wajib ditutupi dengan papan kayu atau lainnya,
agar tanah timbunan tidak langsung mengena mayit.
i. Lalu lubang kubur ditimbun, dan tanah timbunan ditinggikan satu jengkal atau ± 25 cm.
j. Kuburan disiram dengan air dingin, sekalipun tanah telah basah oleh air hujan
m. Setelah proses penguburan selesai, sunnah dibacakan talqin dengan bahasa Arab, dan
sunnah diterjemah dengan bahasa yang dimengerti oleh para pengantar jenazah
n. Setelah proses pemakaman selesai, para pengantar jenazah sunnah tidak langsung pulang,
tetapi diam dulu dan berdzikir atau membaca al-Qur’an mendoakan mayit.
1. KESIMPULAN
Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi
makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya itu perlu
mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan
jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini
dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian
orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalatkan
d. Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame muslim.
c. Membantu meringankan beban kelurga jenazah dan sebagai ungkapan
belasungkawa atas musibah yang dideritanya.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan
masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
e. Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya
menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.
2. SARAN
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk
menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik
ketika telah menjadi seorang guru di masa yang akan datang.Sepanjang uraian diatas dapat
diambil kesimpulan bahwasanya manusia sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan
untuk menghormati kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal
penyelenggaraan jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu
hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada sel
Daftar Pustaka
https://www.merdeka.com/trending/tata-cara-mengkafani-jenazah-dengan-tepat-sesuai-sunnah-
kln.html
https://www.suaramuhammadiyah.id/2019/11/22/kewajiban-terhadap-jenazah/
http://esanoerfadhila.blogspot.com/2016/10/cara-pengurusan-jenazah.html
https://www.merdeka.com/trending/tata-cara-menguburkan-jenazah-sesuai-syariat-islam-kln.html