Anda di halaman 1dari 6

PEMUDA DALAM JERAT INDUSTRI KAPITALISME

Kiblat pandangan generasi muslim hari ini telah dipengaruhi dan masuk kedalam arus
sekularisasi pendidikan kearah Peradaban Barat. Mereka menjadi pembebek dengan semua pemikiran,
standar dan arah peradaban Barat. Tak terkecuali dalam hal pembangunan negara. Teori pembangunan
kapitalisme yang mereka pelajari menjadi acuan dan standar keberhasilan yang harus diikuti, dengan
indikator keberhasilan pembangunannya dilihat dari semakin tingginya pertumbuhan ekonomi. Seluruh
teori pertumbuhan ekonomi Kapitalisme mengacu pada peningkatan kapital dan produksi. Di antaranya
pasar yang harus selalu diperluas (Adam Smith), modal investasi (Harrod-Domar), tahapan konsumsi
tinggi (Rostow), masa tukar-menukar dengan kredit (Bruno Hildebrand), hubungan produsen dan
konsumen dalam lingkup rumah tangga dunia (Karl Butcher), tahap industrialisasi (Frederich List) dan
zaman kapitalis adalah zaman yang paling tinggi (Werner Sombart). Sehingga teori-teori ini menjadikan
intelektual kaum muslimin tertipu dalam model pembangunan ala Kapitalisme. Oleh karena itu desain
Kapitalisme global untuk menjajah ekonomi dunia Islam tidak mereka sadari, bahkan dianggap sebagai
tahapan untuk menjadi negara maju.

Globalisasi Ekonomi, Penjajahan Gaya Baru

Pasca perang dunia kedua, kapitalisme mulai menjajah dunia Islam dengan metode yang disebut
Globalisasi Ekonomi. Tonggak sejarah globalisasi ditancapkan tahun 1944, saat negeri-negeri muslim
menjadi negara bekas jajahan Barat. Pada waktu itu dilaksanakan pertemuan di Bretton Woods, Amerika
Serikat. Pertemuan ini dihadiri oleh negara-negara sekutu pemenang Perang Dunia II, yaitu Amerika
Serikat, Inggris dan Prancis. Dalam pertemuan ini telah disepakati adanya keputusan-keputusan penting
yang menandai proses globalisasi dunia dengan cara baru.

Keputusan-keputusan penting yang telah dihasilkan dalam pertemuan di Bretton Woods antara lain:

1.Pemberlakuan mata uang Dollar AS sebagai mata uang internasional untuk menggantikan mata uang
emas dan perak (Dinar dan Dirham) yang dikeluarkan oleh Kekhilafahan Turki Utsmani.
2.Pembentukan IMF yang berfungsi sebagai lembaga penjaga stabilitas moneter internasional.
3.Pembentukan Bank Dunia (World Bank), yang berfungsi untuk memberi dana (hutang) guna
membiayai proyek-proyek pembangunan negara-negara bekas jajahannya
4. Pencanangan GATT (General Agreement on Tarrif and Trade), yang berfungsi untuk mengatur lalu-
lintas perdagangan internasional. (Tahun 1995 berubah menjadi WTO/Organisasi Perdagangan Dunia)

Dari awal bergulirnya globalisasi, kondisi dunia Islam memang sudah terpuruk akibat penjajahan
fisik. Dengan dalih pembangunan negara pasca kemerdekaan, dunia Islam terjebak dengan resep
ekonomi hasil kesepakatan Bretton Woods. Mulai dari pinjaman ribawi sampai harus menghadapi pasar
bebas/liberalisasi ekonomi. Hal ini karena IMF dan Bank Dunia memberikan syarat kepada setiap negara
peminjam (debitur) untuk membuka negaranya menjadi pasar bebas bagi perusahaan Multinasional
(MNC) dan Perusahaan Transnasional (TNC). Sebagaimana yang diungkap oleh Steger, bahwa
Perusahaan MNC dan TNC yang besar, lembaga pendanaan internasional dan sistem perdagangan
regional yang besar adalah pilar tatanan ekonomi global. Semakin jelas bahwa dunia Islam hanyalah
target pasar perusahaan MNC dan TNC negara maju. Hal ini dibuktikan pada tahun-tahun awal
bergulirnya program globalisasi, negara-negara industri (Barat) yang jumlah penduduknya hanya 26 %
dari penduduk dunia ternyata menguasai lebih dari 78 % produksi, menguasai 81 % perdagangan dunia,
70 % pupuk, dan 87 % persenjataan dunia. Sementara 74 % penduduk di Asia, Afrika, dan Amerika
Latin yang dimasukkan ke dalam Dunia Ketiga, hanya menikmati sisanya, yakni seperlima produksi dan
kekayaan dunia.

Ekonomi Kapitalisme yang bertarget meningkatkan pertumbuhan ekonomi telah menjadikan


produksi sebagai basisnya. Sehingga industrialisasi menjadi target pembangunan. Oleh karena itu
dibutuhkan pasar yang besar untuk menyerap produksi tersebut. Pembagian negara berdasarkan
pendekatan industri dengan sebutan maju, berkembang dan miskin adalah upaya untuk mengelabui
negara berkembang dan miskin. Jika ingin maju maka negara berkembang dan miskin harus menjalankan
tahapan pembangunan seperti negara maju. Dengan begitu negara berkembang akan mengikuti resep
ekonomi ala mereka yaitu pasar bebas.

Pasar bebas merupakan inti dari organ tubuh ekonomi kapitalisme yang mengedepankan
kebebasan individu dalam berkreasi dan berusaha untuk pemenuhan dan pencapaian kebutuhan individu.
Negara tidak boleh dan tidak perlu campur tangan, karena pasar akan menyesuaikan sendiri
keseimbangannya. Ekonomi pasar bebas antar negara dapat merupakan ancaman serius bagi negara
berkembang dan miskin. Pasar bebas sejatinya didominasi korporasi raksasa yang menentukan level
harga, sehingga dalam realitasnya dapat dikatakan bahwa equilibrium (harga keseimbangan) itu dapat
diciptakan oleh para pemilik kapital yang berkuasa di pasar. Seakan teori ekonomi hipotesis pasar bebas
dan persaingan sempurna, membuat manusia terus bermimpi tentang kehadiran pasar persaingan
sempurna.

Padahal sejatinya tidak lain agar para kapitalis meraup untung sebesar-besarnya karena pasar
produk mereka makin luas. Di sisi lain berbagai ekspor komoditas negara berkembang ke negara maju,
jika mengancam industri dalam negeri mereka, dihambat dengan berbagai regulasi. Tak ketinggalan atas
nama investasi di negara berkembang dan miskin, korporasi semakin menancapkan hegemoninya untuk
menguasai SDA dan SDM. Dengan demikian desain globalisasi menjadikan korporasi raksasa (MNC
dan TNC) menguasai rantai ekonomi suatu negara mulai dari hulu sampai hilir yaitu dari bahan baku
dan tenaga kerja, industri sekaligus pasar produksinya.

Pemuda dalam Jeratan Industrialisasi

Globalisasi menyebabkan masifnya serangan produk industri MNC dan TNC terhadap penduduk
negara berkembang termasuk para generasi muda. Mulai dari industri fashion, food, film, entertainment
dan digital. Itu semua sepaket dengan nilai-nilai Barat yang berbasis sekuler, kebebasan, konsumerisme
dan individualisme. Akibatnya pemuda Islam terbawa arus gaya hidup Barat.

Terdapat 3 jeratan kapitalisme dengan desain industrialisasi yang semakin menjauhkan pemuda
Islam dari identitasnya yaitu :

1. Serangan life style (gaya hidup) dan Eksploitasi Sumberdaya ekonomi

Kondisi yang diharapkan korporasi terhadap masyarakat suatu negara adalah memaksimalkan
penjualan dalam rangka memaksimalkan profit. Hukum Pasar Say, yang merupakan pemikiran Jean-
Baptiste Say mengatakan penawaran menciptakan permintaan. Karena itulah kenapa industri menjadi
serakah untuk selalu berproduksi baik siang ataupun malam. Agar produk tersebut laku maka dibuatlah
iklan yang masif dalam seluruh bentuk media untuk menarik minat konsumen. Dari sinilah bermula gaya
hidup konsumerisme. Parahnya konsumerisme telah menjadi indikator sukses generasi muda. Seperti
yang diungkap buku Posmodernisme dan Budaya Konsumen susunan Mike Featherstone, bahwa
manusia tidak sekadar hidup. Mereka memikirkan bagaimana konsumsi dapat mempengaruhi kehidupan
mereka. Dalam hal ini, tubuh, busana, bicara, hiburan saat waktu luang, pilihan makanan dan minuman,
rumah, kendaraan, dan pilihan hiburan, dan seterusnya dipandang sebagai indikator dari individualitas
selera serta gaya dari pemilik. Semakin tinggi selera, maka ia semakin bonafide dan keren. Segala citra
kelas atas yang menyertainya akan ikut menempel pada si konsumen.

Konsumerisme kerap kali menjadi tolak ukur kesuksesan seseorang. Mereka yang merasa
mampu, mapan, dan sukses akan membeli barang-barang bukan kebutuhan dasar yang dianggap
mengangkat citra sosial mereka. Sayangnya, beberapa kelas menengah menganggap gaya hidup ini
adalah sebuah kewajiban, untuk menunjukkan status sosial. Semakin parlente, semakin modis, semakin
kekinian, maka ia semakin sukses. Oleh karena itu, demi mengikuti gaya hidup, para pemuda kerap kali
tidak berfikir rasional atas sumber daya (pendapatan) yang mereka miliki. Maka tak heran hutang
menjadi andalan untuk memaksakan gaya hidup.

Riset Share of Wallet yang dilakukan Kadence International-Indonesia pada 2013 menunjukkan,
28 persen masyarakat kelas menengah di Indonesia mengalami defisit penghasilan karena hutang yang
digunakan untuk konsumerisme. Begitu juga survei Credit Karma menemukan hampir 40 persen
milenial menghabiskan uang yang tidak dimilikinya dan terlilit hutang demi gaya hidup dan hubungan
sosial. Rata-rata pengeluaran tersebut dihabiskan demi sebuah pengalaman seperti berlibur, pesta,
kehidupan malam, hingga pernikahan. Bahkan milenial rela berhutang demi makanan, pakaian, alat
elektronik, perhiasan dan mobil. Pada 2015, Middle Class Institute (MCI), SWA dan Inventure
menyelenggarakan Middle Class Consumer Survey. Dari survei tersebut diketahui bahwa sebanyak 77
persen peserta mengatakan pergi belanja ke mal adalah bentuk liburan dan belanja adalah salah satu
kegiatan bersenang-senang yang paling disukai. Apalagi sekarang di zaman digitalisasi, hobi belanja
semakin difasilitasi dengan belanja online dan e_commerce.

Tak pelak konsumerisme adalah kondisi yang ditargetkan dan disenangi korporasi karena gaya
hidup seperti itu akan semakin menambah kekayaan mereka. Contohnya saja Industri Fashion global
senilai US$2,5 triliun telah membuat para pemain utamanya, mulai dari desainer, CEO hingga pendiri
dan ahli waris menjadi sangat kaya. Berdasarkan peringkat Real Time Millionaires Forbes dan Indeks
Bloomberg Billionaires melaporkan kekayaan yang dimiliki Bernard Arnault (chairman dan CEO
LVMH perusahaan induk dari 75 brand terkenal, termasuk Louis Vuitton, Christian Dior, Sephora, dan
Bulgari) adalah US$ 88 Miliar (Rp. 1.320 T dengan kurs 1$ = Rp.15.000). Pendapatan APBN Indonesia
saja kalah dibanding kekayaannya. Seperti yang dilaporkan Sri Mulyani pendapatan negara per Mei
2022 adalah Rp1.070,4 T.

Begitu juga dalam industri kosmetik, Francoise Bettencourt Meyers (pemilik perusahaan L'Oreal)
dilaporkan oleh Forbes tahun 2022 sebagai wanita terkaya di dunia, memiliki kekayaan bersih USD74,8
Miliar (Rp.1.122 T). Selanjutnya dalam industri film, rumah produksi Film terbesar AS, The Walt
Disney Company tahun 2021 memiliki total aset US$ 203.609 Miliar (Rp. 3,05 Kuadriliun). Tak
ketinggalan kekayaan Mark Zuckerberg (pemilik Facebook, WhatsApp, Instagram) memiliki kekayaan
US$ 59,3 Miliar (Rp.889,5 Triliun), Zhang Yiming (pemilik perusahaan Tiktok) dengan kekayaan
US$ 59,4 miliar (Rp.891 Triliun) yang menjadikannya orang terkaya nomor dua di China versi Forbes
tahun 2021. Kekayaan Sergey Brin (Google dan Alphabet) mencapai US$ 101 miliar (Rp.1.515 Triliun)
menurut Bloomberg. Apple Incorporation merupakan perusahaan paling kaya kedua di dunia.
Perusahaan yang didirikan oleh Steve Jobs, Steve Wozniak, dan Ronald Wayne ini dilaporkan memiliki
kekayaan USD2,75 triliun (Rp.41,25 Kuadriliun). Di bidang e_commerce tercatat kekayaan Tencent
perusahaan yang memiliki saham Shopee adalah US$65,8 miliar (Rp.987 Triliun).

Selain itu fenomena yang menonjol dari pemuda saat ini adalah kecanduan Korean Wave. Hal
ini menjadikan pemuda Islam mengikuti gaya hidup artis Korea. Mulai dari musik, film/drama serta
fashion dan kosmetik. Contohnya saja Fenomena penjualan McD BTS yang diserbu oleh para Fans
mampu melejitkan Penjualan McD sampai Rp 85 Triliun pada kuartal II-2021. Hal yang tidak rasional
pun dilakukan oleh fans fanatik BTS yaitu rebutan membeli bungkus bekas McD BTS tersebut dengan
harga 350 ribu padahal harga di gerai hanya Rp. 50 ribu. Karena fanatisme fans, Bos Big Hit (perusahaan
agency BTS) masuk dalam daftar Orang Terkaya Baru Korsel dengan harta Rp 47 Triliun.

2. Pemuda Aset Industri (Tenaga Kerja)

Pemuda butuh pekerjaan untuk memenuhi gaya hidup ala kapitalisme. Ditambah lagi saat ini
jenis profesi juga menunjukkan indikator keberhasilan seorang pemuda. Oleh karena itu, bekerja di
perusahaan bonafide seperti di perusahaan MNC dan TNC adalah kebanggaan yang ingin diraih oleh
generasi muda saat ini. Ditambah lagi biaya pendidikan yang mahal karena komersialisasi pendidikan,
membuat para pemuda berorientasi meraih gaji yang tinggi sebagai pengganti biaya pendidikan. Namun
konsep gaji kapitalisme luput dari perhatian para pemuda. Kapitalisme memandang tenaga kerja adalah
input produksi, maka berlaku hukum biaya sekecil mungkin. Sehingga gaji yang diterima pekerja pun
hanya standar UMR. Kalaupun menurut mereka besar, maka itu hanya sekedar mencukupi nafsu
konsumerisme. Artinya gaji yang mereka dapatkan dari jerih payah selama ini akan kembali ke korporasi.
Tak dipungkiri agar produk industri laku maka butuh daya beli masyarakat. Jika kita bandingkan, maka
gaji karyawan biasa itu sangat kecil dibanding gaji CEO nya.

Contoh kasus di Indonesia terlihat dari perbandingan gaji di PT Freeport Indonesia. Gaji direksi
Rp.5,6 Miliar per bulan. Sedangkan gaji engineer hanya kisaran 14-15 juta per bulan. Rasio
perbandingan direksi-pekerja 373 banding 1. Padahal pendapatan Freeport Indonesia tahun 2021 adalah
US$ 7,5 Miliar (Rp. 112,5 Triliun). Dengan demikian para pemuda adalah aset untuk meningkatkan
kekayaan korporasi.

3. Pemuda Menjadi Conveyor Belt (Sabuk Penguat) Industrialisasi

Agar barang-barang yang sudah diproduksi bisa laku terjual, maka korporasi mendesain
pemasaran yang mampu "menyihir" masyarakat untuk membeli. Bahkan korporasi telah menggandeng
intelektual melahirkan terobosan baru agar pemasaran dan iklan bisa efektif. Neuromarketing adalah
sebuah ide revolusioner dalam ilmu ekonomi yang menggabungkan beberapa disiplin ilmu seperti ilmu
saraf, psikologi dan ekonomi (khususnya pemasaran). Konsep dasar neuromarketing adalah
mengandalkan rangsangan sensorik yang muncul ketika seseorang melihat rangsangan visual tertentu.

Ide merangsang indera seseorang melalui pendekatan visual kini mulai menjadi andalan oleh
berbagai merek di seluruh dunia, dan diharapkan dapat meningkatkan kuantitas penjualan produknya
secara lebih efektif. Bahkan, kini penggunaan suara, warna, suasana, sentuhan, bau, musik, dan arsitektur
tertentu dari sebuah toko yang menjual suatu produk, dianggap memiliki pengaruh yang tak kalah
menyenangkan bagi konsumen, dan dengan sengaja membangun kesan positif tersebut. konsumen tidak
hanya menjadi terkait dengan merek atau produk yang dijual, tetapi juga secara tidak sadar dipaksa untuk
membeli dari toko tersebut dan kemudian merekomendasikannya kepada teman dan keluarga mereka
juga. Apalagi di era digitalisasi ekonomi, mayoritas orang menggunakan smartphone, sudah pasti
menjadi media strategis untuk mewujudkan target neuromarketing. Sehingga tingkat konsumerisme
terus semakin tinggi. Pada kondisi ini ilmu yang dimiliki para pemuda khususnya pemuda Islam malah
menjadi pembawa bencana bagi kehidupan manusia.

Selain itu, masifnya obsesi pemuda untuk menjadi selebgram, youtuber, tiktoker dimanfaatkan
oleh korporasi untuk endorsement produk mereka. Industri memanfaatkan popularitas dan fanatisme
untuk menciptakan kesadaran semu bahwa kebahagiaan dan kenyamanan mampu didapatkan dari
produk-produk yang mereka iklankan. Masyarakat dibujuk untuk membeli barang yang sesungguhnya
tidak mereka butuhkan hanya demi kepuasan batin. Fanatisme penggemar merespon pancingan tersebut
dengan baik sehingga sistem endorsement terus langgeng. Gaya hidup selebgram, youtuber, tiktoker
menjadi standar hidup yang diidamkan para netizen pemuda.

Bencana Pembangunan ala Kapitalisme

Pembangunan yang lahir dari kerakusan industri korporasi telah memunculkan banyak bencana.
Mulai dari bencana kemanusiaan dan bencana alam. Bencana kemanusiaan diantaranya dapat kita lihat
dari ketimpangan hidup masyarakat yang semakin lebar. Kekayaan orang-orang terkaya dunia telah
mengalahkan pendapatan APBN negara berkembang dan miskin. Begitu juga ketimpangan dalam akses
makanan. Sepertiga dari makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia di dunia dibuang sebagai
sampah. Jumlahnya sekitar 1,3 milyar ton per tahun. Nilai dari sampah makanan (food losses) yang
terbuang diperkiran USD 680 milyar untuk negara maju dan USD 310 milyar untuk negara berkembang
(Amrita Energy, 2020). Hasil riset di atas sungguh sangat ironis. Di satu sisi, banyak produk makanan
yang terbuang percuma. Di sisi lain, banyak warga dunia yang menjerit kelaparan. Total sampah
makanan sebanyak 1,3 milyar per tahun, sebenarnya bisa menghidupi sekitar 800 juta masyarakat dunia
yang kelaparan.

Kesehatan mental juga terkena bencana kemanusiaan yang mengerikan. Mei 2022, seorang ibu
di Semarang tega membunuh anak kandungnya (4 th), karena terlilit gaya hidup mewah dan terjerart
pinjol hingga menghabiskan deposito Rp.1,2 miliar. Tahun 2020 gadis usia 15 tahun mengaku merasa
puas setelah membunuh bocah tetangganya yang berusia 6 tahun. Bahkan aksi ini sudah direncanakan.
Belakangan diketahui, remaja ini kerap menonton film bergenre horor dan sadis seperti film Chuky.
Banyaknya kasus bunuh diri di kalangan anak muda dengan berbagai sebab, mulai dari depresi karena
banyaknya tugas sekolah, gagal masuk PTN hingga putus cinta, mencerminkan lemahnya kesehatan
mental pemuda kita di tengah gersangnya kehidupan dalam naungan kapitalisme.

Belum lagi kita bicara kualitas SDM untuk membangun peradaban Islam. Kekuatan ilmu dan
tsaqofah yang seharusnya menjadi modal bagi pemuda harus menghadapi tantangan yang luar biasa.
Survei BPS tahun 2012 mengenai minat membaca dan menonton anak-anak Indonesia. Dilaporkan,
hanya 17,66 persen anak-anak Indonesia yang memiliki minat baca. Inipun membaca dalam rangka tugas
sekolah/kampus. Namun, yang memiliki minat menonton jauh lebih besar hingga mencapai 91,67 persen.
Ketimbang membaca buku, mereka lebih tertarik menonton. Berjam-jam dihabiskan untuk menatap
layar smartphone. Pemuda saat ini lebih menggandrungi "ngonten" dibanding melanjutkan pendidikan
sebagaimana ditolaknya beasiswa Sandiaga Uno oleh Bonge Citayam Fashion Week. Selain itu
kecanduan game juga membuat pemuda jauh dari sumber ilmu. Delapan puluh satu persen Gen Z adalah
gamers. Gamers Generasi Z memberikan kontribusi US$ 222 miliar (Rp.3.330 Triliun) terhadap industri
game dunia. Sungguh jumlah yang sangat fantastik!

Bencana alam berupa kerusakan lingkungan juga terjadi akibat kerakusan industri. Changing
Markets Foundation yang dirilis pada Juni 2021 lalu menemukan bahwa industri pakaian bertanggung
jawab atas lebih dari 20 persen polusi air di dunia. Pada November 2020. Iindustri kecantikan
menghasilkan 120 miliar kemasan setiap tahunnya dan kebanyakan kemasan tersebut tidak dapat didaur
ulang. Indonesia dapat menghasilkan sekitar 2 juta ton limbah elektronik pada 2021, yang merupakan
yang terbanyak di Asia Tenggara. Produksi limbah elektronik tahunan di Indonesia diproyeksikan
meningkat menjadi 3,2 juta ton dalam 20 tahun. Itu berarti sekitar 10 kg sampah elektronik per orang
pada 2040, meningkat dari 7,3 kg per orang saat ini. (theconversation.com).

Menyiapkan Pemuda untuk Membangun Peradaban Islam

Sejarah telah membuktikan Peradaban Islam diusung oleh para pemuda. Sirah Rasulullah ‫ﷺ‬
menggambarkan kelompok dakwah Rasul diisi para pemuda. Bahkan keberhasilan Thalabun nushrah
juga di tangan pemuda yaitu Mush'ab bin Umair dan Sa'ad Bin Muadz. Desain pembangunan kapitalisme
telah membuat pemuda muslim jauh dari potensi itu. Ditambah lagi arus moderasi semakin menambah
tantangan. Oleh karena itu dibutuhkan inkubator pemuda Islam yang kuat agar tidak terjebak dan tertipu
dengan arus liberalisasi yang diusung atas nama globalisasi.

Pandangan pemuda saat ini yang bangga dengan sesuatu yang mendunia (global) seharusnya bisa
menjadi peluang untuk mendekatkan gambaran Khilafah. Hal ini karena Khilafah adalah institusi global
yang mempersatukan dunia Islam. Ditambah lagi kerusakan dan bencana yang ditimbulkan peradaban
Barat adalah realita yang seharusnya bisa membuka kesadaran pemuda. Apalagi saat ini krisis ekonomi
global tidak habis-habisnya mulai dari pandemi, krisis pangan, energi dan resesi global. Situasi ini adalah
momentum penyadaran bagi pemuda Islam untuk meninggalkan peradaban Kapitalisme. Tidak ada
harapan kebaikan yang bisa diraih darinya. Ditambah agenda globalisasi sedang ketar-ketir tentang
nasibnya, bahkan mulai muncul gerakan anti globalisasi. Sehingga sudah saatnya pemuda merubah visi
masa depannya ke arah Islam.
Untuk itu dibutuhkan idealisme yang kokoh dari aktivis partai pengusung peradaban Islam untuk
menyiapkan pejuang islam. Sebagaimana hadis Bisyarah Rasulullah ‫ ﷺ‬memberikan gambaran bahwa
khilafah 'ala minhaj nubuwwah yang sedang kita songsong memiliki kualitas yang sama dengan yang
diusung Rasulullah ‫ ﷺ‬dan para sahabat. Maka dibutuhkan kualitas aktivis dakwah sebagaimana kualitas
para sahabat. Selain itu juga dibutuhkan terobosan strategi yang mumpuni untuk menghadapi tantangan
yang semakin berat sebagaimana strategi Muhammad Al-Fatih menaklukan tebalnya benteng
Konstantinopel. Dunia Islam membutuhkan kader dakwah yang kuat dan tangguh, serta ikhlas dalam
menapaki jalan perjuangan untuk mengembalikan kejayaan dan kemuliaan Islam. Dengan upaya yang
sungguh-sungguh dalam penyadaran potensi pemuda muslim dan menghentikan pembajakan potensi
pemuda muslim untuk mewujudkan profil pemuda muslim tangguh. Insyaa Allah peradaban Islam dalam
naungan Khilafah Islamiyyah akan segera terwujud. Hasbunnallah wa ni'mal wakil ni'mal Maula wa
ni'mannashiir.

‫وﷲ أﻋﻠُﻢ ﺑﺎ ﻟﺼﻮاب‬

Anda mungkin juga menyukai