0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
161 tayangan7 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang dampak ekspansi perusahaan multinasional khususnya jaringan restoran cepat saji seperti McDonald's dan KFC di Indonesia. Dampak tersebut meliputi perubahan gaya hidup masyarakat menjadi lebih individualistis, kemunduran bisnis kuliner lokal, serta pengaruh besar perusahaan-perusahaan tersebut terhadap ekonomi dan kebijakan negara.
Dokumen tersebut membahas tentang dampak ekspansi perusahaan multinasional khususnya jaringan restoran cepat saji seperti McDonald's dan KFC di Indonesia. Dampak tersebut meliputi perubahan gaya hidup masyarakat menjadi lebih individualistis, kemunduran bisnis kuliner lokal, serta pengaruh besar perusahaan-perusahaan tersebut terhadap ekonomi dan kebijakan negara.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Dokumen tersebut membahas tentang dampak ekspansi perusahaan multinasional khususnya jaringan restoran cepat saji seperti McDonald's dan KFC di Indonesia. Dampak tersebut meliputi perubahan gaya hidup masyarakat menjadi lebih individualistis, kemunduran bisnis kuliner lokal, serta pengaruh besar perusahaan-perusahaan tersebut terhadap ekonomi dan kebijakan negara.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Perkembangan perekonomian suatu negara, khususnya negara berkembang seperti Indonesia sangat ditentukan dari tingkat pertumbuhan penanaman modal asing. Penanaman modal asing atau foreign direct investment sangat diharapkan untuk menggerakkan dan meningkatkan perputaran roda perekonomian di Indonesia. Posisi Indonesia sebagai negara berkembang dituntut untuk mengejar ketinggalan di bidang teknologi, ilmu pengetahuan, pembangunan ekonomi, serta menciptakan masyarakat yang demokratis. Sebagai negara berkembang, Indonesia berada pada posisi yang sangat berkepentingan dalam mengundang investor asing untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, pelaksanaan penanaman modal asing di Indonesia juga mengharapkan manfaat lainnya, seperti alih teknologi (transfer of technology) dan penciptaan lapangan kerja. Kegiatan penanaman modal asing tersebut terjadi sebagai konsekuensi dari berkembangnya kegiatan di bidang ekonomi dan perdagangan. Oleh karena itu hadirlah Perusahaan multinasional ke dalam negara kita untuk masuk dalam perdagangan dan menjadi salah satu penggerak ekonomi dari modal-modal asing yang didirikan di negara kita. Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang berusaha di banyak negara; perusahaan ini biasanya sangat besar dan memiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana mereka mengkoordinasi manajemen global. Perusahaan multinasional pada umunya memiliki dana yang sangat besar melewati dana dari banyak negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam politik global disebabkan beberapa hal yang diantaranya adalah karena pengaruh ekonomi mereka yang sangat besar bagai para politisi, dan juga sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk relasi masyarakat dan malakukan lobi-lobi politik. Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah dalam negara, dan negara sendiri, harus berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka (dengan begitu juga pajak pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas eknomi lainnya) di wilayah tersebut. Untuk dapat berkompetisi, negara-negara seringkali menawarkan insentif kepada PMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik atau standar pekerja dan lingkungan yang memadai. Kehadiran PMN di Indonesia memberikan beberapa dampak, diantaranya dampak positif dan dampak negatif. Adapun dampak positifnya antara lain mempengaruhi alokasi investasi antarnegara, dapat menimbulkan alokasi efisiensi produksi antar negara, dapat menaikkan efisiensi. Dan dampak negatifnya antara lain; Adanya monopoli sehingga alokasi sumber daya tidak kurang optimal, Kekuatan pasar PMN mungkin merupakan alat untuk menghambat pesaingnya yang tidak memiliki keungulan dalam pasar input, produk ataupun keuangan, kadangkala dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah negara induknya ataupun negara tempat lokasi baru, selain itu ada juga dampak-dampak lain dari kehadiran PMN di Negara kita yang tidak berhubungan langsung dengan masalah ekonomi. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengangkat dampak negatif dari PMN apabila dilihat dari segi sosial budaya. Terutama dampak yang timbul dari beberapa PMN, seperti Mc Donald, KFC, dan restoran-restoran cepat saji lainnya. Perkembangan industri pangan (food industry) dewasa ini, ditandai dengan menjamurnya berbagai restoran siap saji diseluruh penjuru dunia. Saat ini hampir tidak ada kota yang tidak disinggahi oleh McDonald’s, Kentucky Fried Chicken, dan lain sebagainya . Hal ini merupakan bentuk dari hegemoni kapitalisme global mencengkram seluruh sendi- sendi kehidupan. Fenomena yang berkembang dalam masyarakat dunia ketiga termasuk Indonesia yaitu adanya kecenderungan terjadinya perubahan gaya hidup (life style), akibat dari ekspansi industri pangan yang dimanifestasikan kedalam bentuk restoran siap saji. Generasi muda lebih suka makan dan menghabiskan waktu ke mall, ke cafe dan tentunya dengan makanan- makanan ala barat atau restoran siap saji, McD, KFC dan lain sebagainya. Tidak hanya rasa tetapi mereka membeli pola dan gaya hidup, agar mereka menjadi orang modern inilah efek sampingan dari pencitraan media melalui iklan-iklan. Dengan anggapan apabila belum pernah menyantap pizza, hamburger, dan berbagai produk pangan lainnya menjadi ketinggalan zaman. Masuknya makanan siap saji memberikan dampak tidak hanya pada sektor ekonomi yang ditandai pada matinya dan terhimpitnya bisnis-bisnis makanan lokal. Tetapi lebih besar dari itu berimplikasi pada perubahan gaya hidup. Inilah bentuk dari hegemoni global dari perkembangan kapitalis modern, sehingga menarik untuk diangkat sebagai topik dalam paper ini. Perkembangan restoran waralaba fast-food, awalnya diilhami oleh Ray Kroc. McDonald menjadi sosok beride besar dan ambisi yang luar biasa. Bahkan pemilik idenyapun tidak mampu mengantisipasi dampak dahsyat dari kreasi itu. McDonal menjelma sebagai tengkorak perkembangan penting yang berpengaruh pada kehidupan Amerika di abad 20. Bisnis waralaba fast-food Kentucky Fried Chicken (KFC) memulai bisnis lebih dulu pada tahun 1954 . Sedangkan McDonald memulai bisnis waralaba pada 15 April 1954, membuka outlet ke 12.000 pada 22 Maret 1991 dan di akhir 1993,ia telah menjadi sekitar 14.000 restoran diseluruh dunia. Keuntungannya pada tahun 1993 sekitar USD 1,6 miliar pertahun, total aset jualnya mencapai USD 23,6 miliar . Pada tahun 2000 aset perjualan mencapai 40 miliar dolar Amerika Serikat (US) dari 29.000 outlet yang tersebar ‘Menurut George Ritzer ada empat dimensi yang membuat McDonald tidak bisa ditangkal perkembanganya, yaitu pertama McDonald menawarkan efesiensi atau sebuah metode optimal bagi perolehan dari satu kelain poin. Bagi konsumen berarti McDonald menawarkan pilihan terbaik atas pemenuhan rasa lapar; kedua McDonald menawarkan daya hitung, yaitu kuantitas akan serupa dengan kualitas serta layanan yang ditawarkan kesemuanya sangat baik; ketiga McDonald menawarkan daya prediksi, yaitu rasa yakin bahwa produk dan layanannya akan tetap sepanjang setiap waktu dan diseluruh lokasi; keempat adanya kontrol yaitu bagi konsumen dan juga para pekerja. Kontrol bagi konsumen yaitu konsistennya mutu, dan untuk pekerja yaitu efisiensi dan juga kualitas produk yang diutamakan.’ Ekspansi industri pangan dalam bentuk bisnis waralaba fast food (KFC, McDonalds, dan lain sebagainya), telah merambah di berbagai kota belahan dunia khususnya di negara berkembang. Negara berkembang sebagai ruang transisi antara masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, menjadi pasar yang cukup signifikan bagi penjualan produk- produk kapitalisme tersebut, untuk memperbesar akumulasi modal atau dengan kata lain sebagai bentuk eksploitasi. Kondisi tersebut sejalan dengan hukum dasar dari kapitalis menurut Marx dalam sirkulasi komoditas kapitalis yaitu MI-C-M2, bahwa kapital adalah uang yang menghasilkan lebih banyak lagi, selain itu menurut Marx bahwa kapital tidak hanya uang tetapi adanya relasi sosial tertentu. Masuknya bisnis waralaba (franchise) makanan siap saji khususnya di Indonesia muncul pada tahun 1970-an. Masuknya Shakey Pisa, KFC, Swesen dan Burger King merupakan generasi awal franchise di Indonesia. Adanya lisensi franchise plus yang tidak sekedar penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi manandakan perkembangan selanjutnya. Sejak tahun 1995 sistem franchise mulai berkembang pesat pada tanggal 18 Juni 1997 dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba . Peraturan pemerintah tersebut telah melegalkan dan memberikan kekuatan hukum bagi ekspansi dan eksploitasi para pemilik modal dalam hal ini perusahaan-perusahaan waralaba makanan siap saji (fast-food). Peraturan Pemerintah tersebut kemudian diganti dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Pasal 1. poin pertama bahwa waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas dalam rangka mamasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Poin kedua pemberi waralaba adalah orang perseorangan atau badan usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimilikinya kepada penerima waralaba. Poin ketiga penerima waralaba orang perseorangan atau badan usaha yang diberikan hak oleh Pemberi Waralaba untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang dimiliki Pemberi Waralaba. Akselerasi bisnis waralaba makanan siap saji (fast-food) semakin melebar seiring penerimaan oleh masyarakat di Indonesia. Perkembangan outlet-outlet restoran siap saji (McD, KFC dan lain sebaginya), semakin meningkat bahkan hampir disetiap kota sudah dimasuki oleh agen perusahaan transnasional tersebut. Sebuah realitas yang cukup mengerikan inilah gambaran kecil dari sebuah sketsa besar hegemoni kapitalis. Perdagangan bebas (free trade) dan adanya landasan hukum formal untuk berkembangnya sistem kapitalisme di negara berkembang, merupakan entri point bagai eksploitasi dan akumulasi modal yang besar bagi kapitalisme asing di negara berkembang. Sehingga cengkeraman tangan-tangan tak nampak dari kapitalisme merongrong sendi-sendi kehidupan. Ekspansi perusahaan multinasional (PMN), berupa pembukaan outlet-outlet restoran siap saji (fast-food) McDonald, Kentucky Fried Chicken dan lain sebagiannya. Tanpa disadari telah marasuki kesadaran masyarakat pada umumnya. Masyarakat yang menjadi objek dari pasar yang diciptakan kemerdekaan untuk memilih makananpun sudah terkikis oleh hegemoni fast-food. Sebuah budaya baru, lahir dalam komunitas masyarakat yang merangkak menuju modern, yaitu amerikanisasi, manusia modern dan lain sebagainya. Pusat kebudayaan dunia seperti berada di tangan negara-negara industrial yang memproduksi baik barang-barang, jasa-jasa dan simbol-simbol modernitas yang kemudian dikonsumsi secara global oleh seluruh penduduk dunia melalui komoditisasi dalam kemasan- kemasan budaya. Tentunya penyebaran produk-produk kapitalis, dalam hal ini outlet-outlet restoran siap saji (fast-food), misalnya McDonald, Kentucky Fried Chicken dan lain sebagiannya. Di ikuti oleh penyebaran atau penduniaan budaya konsumtif yang mengancam peradaban manusia. Budaya konsumtif dikemas dalam gaya hidup internasional dan merupakan simbol modernitas. Hegemoni fast food sangatlah dipengaruhi oleh banyak faktor yang mendukung, salah satunya adalah media. Sebagai agen dari kapitalis negara maju yang mengembangkan bisnis waralaba fast-food, khususnya Amerika merupakan salah satu negara yang memiliki berbagai macam kemajuan teknologi, baik dari segi informasi maupun ilmu pengetahuan. Melalui teknologinya, baik media cetak, elektronik, audio visual, visual dan sebagainya, menyebrakan berbagai perspektif atau ideologi yang diyakini oleh masyarakat benar adanya, dan berakibat dalam pola keseharian masyarakat dunia berkembang khususnya dalam hal ini Indonesia yang telah terjajah oleh kaum kapitalisme. Gaya memakan makanan fast-food seperti Hamburger McDonald, KFC, Texas, dan lain-lain merebak diseantero jagat termasuk di Indonesia. Perubahan gaya hidup yang menjadi serba instan telah merasuki relung-relung kehidupan terutama generasi muda dewasa ini. Hal ini senada dengan pendapat Martin Khor, bahwa PMN melalui iklan dan promosi produk, mereka juga mempromosikan budaya konsumtif sesaat dan tidak berkelanjutan. Perubahan gaya hidup merupakan salah satu akibat dari hegemoni bisnis fast-food terutama McDonald’s, Kentucky Fried Chicken, dan lain sebagainya. Kondisi ini bersentuhan langsung pada pola konsumsi masyarakat sebagai bagian dari gaya hidup, munculnya perilaku konsumtif dan konsumerisme adalah bagian yang tak terpisahkan dari efek ekspansi bisnis fast-food di negara berkembang termasuk Indonesia. Tentunya peran media sangat signifikan dalam pembentukan opini dan propaganda dengan simbol-simbol modern. Sehingga masyarakat terhipnotis dan merasa bahwa untuk menjadi modern harus mengikuti pola hidup atau gaya hidup seperti yang dipropagandakan oleh iklan-ikalan di media massa. Inilah wujud utuh dari hegemoni kapitalis dalam mencengkeramkan tanganya ke negara-nagara berkembang. Pergeseran dan perubahan gaya hidup (life style) berpengaruh cukup signifikan khususnya pada generasi muda. Dewasa ini pengaruh dan cengkeraman restoran fast-food McDonald, KFC, Pizza, Texas dan lain sebagainya, cukup besar bagi pembentukan statu pola gaya hidup tertentu. Gaya hidup yang instan, perilaku konsumtif dan juga konsumerisme. Awalnya konsumsi tidak lain adalah pemenuhan kebutuhan manusia. Namun demikian, konsumsi dan polanya sudah berkembang sedemikian rupa sehingga mencapai bentuk yang lebih jauh dari bentuk awal dan primitifnya. Ia bukan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan tetapi menjadi alat kapitalisme dalam melakukan ekspansinya. Kebanyakan masyarakat di negara berkembang terjangkit penyakit konsumerisme. Secara singkat bahwa konsumerisme merupakan suatu pola pikir dan tindakan di mana orang melakukan tindakan membeli barang bukan karena ia membutuhkan tetapi tindakan membeli itu memberikan statu kepuasan pada dirinya. Selain itu konsep kebutuhan didefinisikan ulang oleh iklan dan segenap bentuknya (mulai dari advertorial, iklan berbentuk berita dan laporan ilmiah, iklan bentuk hiburan dan lain sebagainya), inilah signifikansi dari media mempengaruhi perilaku masyrakat didunia berkembang sebagai pasarnya PMN. Berimbas pada pembentukan gaya hidup yang instan sesuai dengan pencitraan di iklan-iklan. Jadilah manusia sebagai robot yang dikendalikan oleh mesin kapitalisme. Inilah bagian dari banyak cerita tragis akibat arus globalisasi yang mengcekik kerongkongan masyarakat negara berkembang. Remaja diera dinegara berkembang telah masuk kedalam kubangan jerat kapitalisme melalui penanaman nilai dan pandangan hidup yang dikonstruksikan melalui media massa. Perilaku nongkrong di mall, café, dan memakan makan siap saji (fast-food) KFC, McD, Pizza, Texas dan lain sebagainya adalah bagian dari keseharian mereka. Sebuah penukaran identitas lokal dengan identitas instan modern. Semua orang sudah begitu dalam masuk kedalam perangkap kapitalisme dan tidak menyadari akan perangkap itu. Arus kapitalis mendera cukup deras keseluruh bagian negara-negara di dunia. Ada banyak persoalan yang dihadapi oleh negara berkembang dengan masuknya berbagai regulasi agen-agen kapitalis yang melakukan ekspansi besar-besaran perusahaan multinasional mereka. Penyebaran perusahaan waralaba berupa restoran-restoran siap saji KFC, McD, Pizza, Texas dan lain sebagainya, telah berdampak pada perubahan dan penciptaan gaya hidup baru terutama dikalangan generasi muda. Mereka disuguhkan tayangan media masa berupa iklan-iklan produk tersebut, berimbas pada penghambaan terhadap produk-produk tersebut. Sebuah gambaran pencarian identitas tetapi terjadinya kehilangan identitas. Seharusnya masyarakat dinegara berkembang berusaha mengevaluasi dan memberikan kritikan terhadap masuknya perusahaan-perusahaan multinasional tersebut. Agar efek sampingan yang negatif dapat diminimalisir dan bisa dijadikan input bagi regulasi- regulasi kebijakan dalam negeri. Mungkin kita semua memang harus sama-sama berbenah agar tidak semakin terjerambab ke dalam kubangan kapitalis. Dengan menyadari dan mencintai produk dalam negeri yang disertai dengan peningkatan menu ataupun kualitas dari yang dikelola didalam negeri. Ataupun kita dapat mengambil sisi perdagangan yang dimiliki kapitalis ini dengan menjadikannya berselera nusantara dan tetap menjaga tatanan kehidupan yang sesuai dengan budaya ketimuran. Disinilah kemampuan untuk memilah apa yang masuk kedalam tatanan kehidupan kita diperlihatkan dan menjadi sebuah pilihan untuk kita semua, apakah akan maju dan bersaing dengan kapitalis ini, mempertahankan kebudayaan kita, mempertahankan selera yang sesuai dengan negara dengan budaya ketimuran yang kaya dan syarat akan makna keindahan perilaku yang tidak kalah dengan selera amerikanis. Serta megubah pola pikir kita tentang gaya hidup konsumtif.