Anda di halaman 1dari 7

EKONOMI INTERNASIONAL

Ade Giri Kumara (08360014735)


Perkembangan perekonomian suatu negara, khususnya negara berkembang seperti
Indonesia sangat ditentukan dari tingkat pertumbuhan penanaman modal asing. Penanaman
modal asing atau foreign direct investment sangat diharapkan untuk menggerakkan dan
meningkatkan perputaran roda perekonomian di Indonesia.
Posisi Indonesia sebagai negara berkembang dituntut untuk mengejar ketinggalan di
bidang teknologi, ilmu pengetahuan, pembangunan ekonomi, serta menciptakan masyarakat
yang demokratis. Sebagai negara berkembang, Indonesia berada pada posisi yang sangat
berkepentingan dalam mengundang investor asing untuk memacu pertumbuhan ekonomi
nasional. Selain itu, pelaksanaan penanaman modal asing di Indonesia juga mengharapkan
manfaat lainnya, seperti alih teknologi (transfer of technology) dan penciptaan lapangan
kerja. Kegiatan penanaman modal asing tersebut terjadi sebagai konsekuensi dari
berkembangnya kegiatan di bidang ekonomi dan perdagangan. Oleh karena itu hadirlah
Perusahaan multinasional ke dalam negara kita untuk masuk dalam perdagangan dan menjadi
salah satu penggerak ekonomi dari modal-modal asing yang didirikan di negara kita.
Perusahaan multinasional atau PMN adalah perusahaan yang berusaha di banyak
negara; perusahaan ini biasanya sangat besar dan memiliki kantor-kantor, pabrik atau kantor
cabang di banyak negara. Mereka biasanya memiliki sebuah kantor pusat di mana mereka
mengkoordinasi manajemen global.
Perusahaan multinasional pada umunya memiliki dana yang sangat besar melewati
dana dari banyak negara. Mereka dapat memiliki pengaruh kuat dalam politik global
disebabkan beberapa hal yang diantaranya adalah karena pengaruh ekonomi mereka yang
sangat besar bagai para politisi, dan juga sumber finansial yang sangat berkecukupan untuk
relasi masyarakat dan malakukan lobi-lobi politik.
Karena jangkauan internasional dan mobilitas PMN, wilayah dalam negara, dan
negara sendiri, harus berkompetisi agar perusahaan ini dapat menempatkan fasilitas mereka
(dengan begitu juga pajak pendapatan, lapangan kerja, dan aktivitas eknomi lainnya) di
wilayah tersebut. Untuk dapat berkompetisi, negara-negara seringkali menawarkan insentif
kepada PMN, seperti potongan pajak, bantuan pemerintah atau infrastruktur yang lebih baik
atau standar pekerja dan lingkungan yang memadai.
Kehadiran PMN di Indonesia memberikan beberapa dampak, diantaranya dampak
positif dan dampak negatif. Adapun dampak positifnya antara lain mempengaruhi alokasi
investasi antarnegara, dapat menimbulkan alokasi efisiensi produksi antar negara, dapat
menaikkan efisiensi. Dan dampak negatifnya antara lain; Adanya monopoli sehingga alokasi
sumber daya tidak kurang optimal, Kekuatan pasar PMN mungkin merupakan alat untuk
menghambat pesaingnya yang tidak memiliki keungulan dalam pasar input, produk ataupun
keuangan, kadangkala dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah negara induknya ataupun
negara tempat lokasi baru, selain itu ada juga dampak-dampak lain dari kehadiran PMN di
Negara kita yang tidak berhubungan langsung dengan masalah ekonomi.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengangkat dampak negatif dari PMN apabila
dilihat dari segi sosial budaya. Terutama dampak yang timbul dari beberapa PMN, seperti Mc
Donald, KFC, dan restoran-restoran cepat saji lainnya.
Perkembangan industri pangan (food industry) dewasa ini, ditandai dengan
menjamurnya berbagai restoran siap saji diseluruh penjuru dunia. Saat ini hampir tidak ada
kota yang tidak disinggahi oleh McDonald’s, Kentucky Fried Chicken, dan lain sebagainya .
Hal ini merupakan bentuk dari hegemoni kapitalisme global mencengkram seluruh sendi-
sendi kehidupan.
Fenomena yang berkembang dalam masyarakat dunia ketiga termasuk Indonesia yaitu
adanya kecenderungan terjadinya perubahan gaya hidup (life style), akibat dari ekspansi
industri pangan yang dimanifestasikan kedalam bentuk restoran siap saji. Generasi muda
lebih suka makan dan menghabiskan waktu ke mall, ke cafe dan tentunya dengan makanan-
makanan ala barat atau restoran siap saji, McD, KFC dan lain sebagainya.
Tidak hanya rasa tetapi mereka membeli pola dan gaya hidup, agar mereka menjadi
orang modern inilah efek sampingan dari pencitraan media melalui iklan-iklan. Dengan
anggapan apabila belum pernah menyantap pizza, hamburger, dan berbagai produk pangan
lainnya menjadi ketinggalan zaman.
Masuknya makanan siap saji memberikan dampak tidak hanya pada sektor ekonomi
yang ditandai pada matinya dan terhimpitnya bisnis-bisnis makanan lokal. Tetapi lebih besar
dari itu berimplikasi pada perubahan gaya hidup. Inilah bentuk dari hegemoni global dari
perkembangan kapitalis modern, sehingga menarik untuk diangkat sebagai topik dalam paper
ini.
Perkembangan restoran waralaba fast-food, awalnya diilhami oleh Ray Kroc.
McDonald menjadi sosok beride besar dan ambisi yang luar biasa. Bahkan pemilik idenyapun
tidak mampu mengantisipasi dampak dahsyat dari kreasi itu. McDonal menjelma sebagai
tengkorak perkembangan penting yang berpengaruh pada kehidupan Amerika di abad 20.
Bisnis waralaba fast-food Kentucky Fried Chicken (KFC) memulai bisnis lebih dulu pada
tahun 1954 . Sedangkan McDonald memulai bisnis waralaba pada 15 April 1954, membuka
outlet ke 12.000 pada 22 Maret 1991 dan di akhir 1993,ia telah menjadi sekitar 14.000
restoran diseluruh dunia. Keuntungannya pada tahun 1993 sekitar USD 1,6 miliar pertahun,
total aset jualnya mencapai USD 23,6 miliar . Pada tahun 2000 aset perjualan mencapai 40
miliar dolar Amerika Serikat (US) dari 29.000 outlet yang tersebar
‘Menurut George Ritzer ada empat dimensi yang membuat McDonald tidak bisa
ditangkal perkembanganya, yaitu pertama McDonald menawarkan efesiensi atau sebuah
metode optimal bagi perolehan dari satu kelain poin. Bagi konsumen berarti McDonald
menawarkan pilihan terbaik atas pemenuhan rasa lapar; kedua McDonald menawarkan daya
hitung, yaitu kuantitas akan serupa dengan kualitas serta layanan yang ditawarkan
kesemuanya sangat baik; ketiga McDonald menawarkan daya prediksi, yaitu rasa yakin
bahwa produk dan layanannya akan tetap sepanjang setiap waktu dan diseluruh lokasi;
keempat adanya kontrol yaitu bagi konsumen dan juga para pekerja. Kontrol bagi konsumen
yaitu konsistennya mutu, dan untuk pekerja yaitu efisiensi dan juga kualitas produk yang
diutamakan.’
Ekspansi industri pangan dalam bentuk bisnis waralaba fast food (KFC, McDonalds,
dan lain sebagainya), telah merambah di berbagai kota belahan dunia khususnya di negara
berkembang. Negara berkembang sebagai ruang transisi antara masyarakat tradisional
menuju masyarakat modern, menjadi pasar yang cukup signifikan bagi penjualan produk-
produk kapitalisme tersebut, untuk memperbesar akumulasi modal atau dengan kata lain
sebagai bentuk eksploitasi. Kondisi tersebut sejalan dengan hukum dasar dari kapitalis
menurut Marx dalam sirkulasi komoditas kapitalis yaitu MI-C-M2, bahwa kapital adalah
uang yang menghasilkan lebih banyak lagi, selain itu menurut Marx bahwa kapital tidak
hanya uang tetapi adanya relasi sosial tertentu.
Masuknya bisnis waralaba (franchise) makanan siap saji khususnya di Indonesia
muncul pada tahun 1970-an. Masuknya Shakey Pisa, KFC, Swesen dan Burger King
merupakan generasi awal franchise di Indonesia. Adanya lisensi franchise plus yang tidak
sekedar penyalur, namun juga memiliki hak untuk memproduksi manandakan perkembangan
selanjutnya. Sejak tahun 1995 sistem franchise mulai berkembang pesat pada tanggal 18 Juni
1997 dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba .
Peraturan pemerintah tersebut telah melegalkan dan memberikan kekuatan hukum bagi
ekspansi dan eksploitasi para pemilik modal dalam hal ini perusahaan-perusahaan waralaba
makanan siap saji (fast-food).
Peraturan Pemerintah tersebut kemudian diganti dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Pasal 1. poin pertama bahwa
waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha
terhadap sistem bisnis dengan ciri khas dalam rangka mamasarkan barang dan/atau jasa yang
telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan pihak lain berdasarkan
perjanjian waralaba. Poin kedua pemberi waralaba adalah orang perseorangan atau badan
usaha yang memberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan Waralaba yang
dimilikinya kepada penerima waralaba. Poin ketiga penerima waralaba orang perseorangan
atau badan usaha yang diberikan hak oleh Pemberi Waralaba untuk memanfaatkan dan/atau
menggunakan Waralaba yang dimiliki Pemberi Waralaba.
Akselerasi bisnis waralaba makanan siap saji (fast-food) semakin melebar seiring
penerimaan oleh masyarakat di Indonesia. Perkembangan outlet-outlet restoran siap saji
(McD, KFC dan lain sebaginya), semakin meningkat bahkan hampir disetiap kota sudah
dimasuki oleh agen perusahaan transnasional tersebut. Sebuah realitas yang cukup
mengerikan inilah gambaran kecil dari sebuah sketsa besar hegemoni kapitalis.
Perdagangan bebas (free trade) dan adanya landasan hukum formal untuk berkembangnya
sistem kapitalisme di negara berkembang, merupakan entri point bagai eksploitasi dan
akumulasi modal yang besar bagi kapitalisme asing di negara berkembang. Sehingga
cengkeraman tangan-tangan tak nampak dari kapitalisme merongrong sendi-sendi kehidupan.
Ekspansi perusahaan multinasional (PMN), berupa pembukaan outlet-outlet restoran
siap saji (fast-food) McDonald, Kentucky Fried Chicken dan lain sebagiannya. Tanpa
disadari telah marasuki kesadaran masyarakat pada umumnya. Masyarakat yang menjadi
objek dari pasar yang diciptakan kemerdekaan untuk memilih makananpun sudah terkikis
oleh hegemoni fast-food. Sebuah budaya baru, lahir dalam komunitas masyarakat yang
merangkak menuju modern, yaitu amerikanisasi, manusia modern dan lain sebagainya.
Pusat kebudayaan dunia seperti berada di tangan negara-negara industrial yang
memproduksi baik barang-barang, jasa-jasa dan simbol-simbol modernitas yang kemudian
dikonsumsi secara global oleh seluruh penduduk dunia melalui komoditisasi dalam kemasan-
kemasan budaya.
Tentunya penyebaran produk-produk kapitalis, dalam hal ini outlet-outlet restoran
siap saji (fast-food), misalnya McDonald, Kentucky Fried Chicken dan lain sebagiannya. Di
ikuti oleh penyebaran atau penduniaan budaya konsumtif yang mengancam peradaban
manusia. Budaya konsumtif dikemas dalam gaya hidup internasional dan merupakan simbol
modernitas.
Hegemoni fast food sangatlah dipengaruhi oleh banyak faktor yang mendukung, salah
satunya adalah media. Sebagai agen dari kapitalis negara maju yang mengembangkan bisnis
waralaba fast-food, khususnya Amerika merupakan salah satu negara yang memiliki berbagai
macam kemajuan teknologi, baik dari segi informasi maupun ilmu pengetahuan.
Melalui teknologinya, baik media cetak, elektronik, audio visual, visual dan
sebagainya, menyebrakan berbagai perspektif atau ideologi yang diyakini oleh masyarakat
benar adanya, dan berakibat dalam pola keseharian masyarakat dunia berkembang khususnya
dalam hal ini Indonesia yang telah terjajah oleh kaum kapitalisme.
Gaya memakan makanan fast-food seperti Hamburger McDonald, KFC, Texas, dan
lain-lain merebak diseantero jagat termasuk di Indonesia. Perubahan gaya hidup yang
menjadi serba instan telah merasuki relung-relung kehidupan terutama generasi muda dewasa
ini. Hal ini senada dengan pendapat Martin Khor, bahwa PMN melalui iklan dan promosi
produk, mereka juga mempromosikan budaya konsumtif sesaat dan tidak berkelanjutan.
Perubahan gaya hidup merupakan salah satu akibat dari hegemoni bisnis fast-food
terutama McDonald’s, Kentucky Fried Chicken, dan lain sebagainya. Kondisi ini bersentuhan
langsung pada pola konsumsi masyarakat sebagai bagian dari gaya hidup, munculnya
perilaku konsumtif dan konsumerisme adalah bagian yang tak terpisahkan dari efek ekspansi
bisnis fast-food di negara berkembang termasuk Indonesia.
Tentunya peran media sangat signifikan dalam pembentukan opini dan propaganda
dengan simbol-simbol modern. Sehingga masyarakat terhipnotis dan merasa bahwa untuk
menjadi modern harus mengikuti pola hidup atau gaya hidup seperti yang dipropagandakan
oleh iklan-ikalan di media massa. Inilah wujud utuh dari hegemoni kapitalis dalam
mencengkeramkan tanganya ke negara-nagara berkembang.
Pergeseran dan perubahan gaya hidup (life style) berpengaruh cukup signifikan
khususnya pada generasi muda. Dewasa ini pengaruh dan cengkeraman restoran fast-food
McDonald, KFC, Pizza, Texas dan lain sebagainya, cukup besar bagi pembentukan statu pola
gaya hidup tertentu. Gaya hidup yang instan, perilaku konsumtif dan juga konsumerisme.
Awalnya konsumsi tidak lain adalah pemenuhan kebutuhan manusia. Namun demikian,
konsumsi dan polanya sudah berkembang sedemikian rupa sehingga mencapai bentuk yang
lebih jauh dari bentuk awal dan primitifnya. Ia bukan hanya sebagai pemenuhan kebutuhan
tetapi menjadi alat kapitalisme dalam melakukan ekspansinya.
Kebanyakan masyarakat di negara berkembang terjangkit penyakit konsumerisme.
Secara singkat bahwa konsumerisme merupakan suatu pola pikir dan tindakan di mana orang
melakukan tindakan membeli barang bukan karena ia membutuhkan tetapi tindakan membeli
itu memberikan statu kepuasan pada dirinya. Selain itu konsep kebutuhan didefinisikan ulang
oleh iklan dan segenap bentuknya (mulai dari advertorial, iklan berbentuk berita dan laporan
ilmiah, iklan bentuk hiburan dan lain sebagainya), inilah signifikansi dari media
mempengaruhi perilaku masyrakat didunia berkembang sebagai pasarnya PMN. Berimbas
pada pembentukan gaya hidup yang instan sesuai dengan pencitraan di iklan-iklan. Jadilah
manusia sebagai robot yang dikendalikan oleh mesin kapitalisme. Inilah bagian dari banyak
cerita tragis akibat arus globalisasi yang mengcekik kerongkongan masyarakat negara
berkembang.
Remaja diera dinegara berkembang telah masuk kedalam kubangan jerat kapitalisme
melalui penanaman nilai dan pandangan hidup yang dikonstruksikan melalui media massa.
Perilaku nongkrong di mall, café, dan memakan makan siap saji (fast-food) KFC, McD,
Pizza, Texas dan lain sebagainya adalah bagian dari keseharian mereka. Sebuah penukaran
identitas lokal dengan identitas instan modern. Semua orang sudah begitu dalam masuk
kedalam perangkap kapitalisme dan tidak menyadari akan perangkap itu.
Arus kapitalis mendera cukup deras keseluruh bagian negara-negara di dunia. Ada
banyak persoalan yang dihadapi oleh negara berkembang dengan masuknya berbagai regulasi
agen-agen kapitalis yang melakukan ekspansi besar-besaran perusahaan multinasional
mereka. Penyebaran perusahaan waralaba berupa restoran-restoran siap saji KFC, McD,
Pizza, Texas dan lain sebagainya, telah berdampak pada perubahan dan penciptaan gaya
hidup baru terutama dikalangan generasi muda. Mereka disuguhkan tayangan media masa
berupa iklan-iklan produk tersebut, berimbas pada penghambaan terhadap produk-produk
tersebut. Sebuah gambaran pencarian identitas tetapi terjadinya kehilangan identitas.
Seharusnya masyarakat dinegara berkembang berusaha mengevaluasi dan
memberikan kritikan terhadap masuknya perusahaan-perusahaan multinasional tersebut. Agar
efek sampingan yang negatif dapat diminimalisir dan bisa dijadikan input bagi regulasi-
regulasi kebijakan dalam negeri.
Mungkin kita semua memang harus sama-sama berbenah agar tidak semakin
terjerambab ke dalam kubangan kapitalis. Dengan menyadari dan mencintai produk dalam
negeri yang disertai dengan peningkatan menu ataupun kualitas dari yang dikelola didalam
negeri. Ataupun kita dapat mengambil sisi perdagangan yang dimiliki kapitalis ini dengan
menjadikannya berselera nusantara dan tetap menjaga tatanan kehidupan yang sesuai dengan
budaya ketimuran. Disinilah kemampuan untuk memilah apa yang masuk kedalam tatanan
kehidupan kita diperlihatkan dan menjadi sebuah pilihan untuk kita semua, apakah akan maju
dan bersaing dengan kapitalis ini, mempertahankan kebudayaan kita, mempertahankan selera
yang sesuai dengan negara dengan budaya ketimuran yang kaya dan syarat akan makna
keindahan perilaku yang tidak kalah dengan selera amerikanis. Serta megubah pola pikir kita
tentang gaya hidup konsumtif.

Anda mungkin juga menyukai