Anda di halaman 1dari 34

167

Modul 6

Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)


Kata globalisasi atau kesejagatan dewasa ini menjadi kata sehari-hari yg diucapkan
di mana-mana. Kata globalisasi tersebut menunjukkan gejala menyatunya kehidupan manusia
di planet bumi ini tanpa mengenal batas-batas fisik-geografik & sosial yg kita kenal sekarang
ini.
Globalisasi berkembang melalui proses yg dipicu & dipacu oleh kemajuan pesat
"revolusi" di bidang teknologi komunikasi atau informasi, transportasi &
perdagangan yg dikenal dengan istilah Triple T.
Globalisasi ini membawa angin perubahan baru dalam kehidupan kita, baik sebagai
individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, & bernegara. Angin perubahan
sebagai dampak kesejagatan tersebut di satu sisi dapat membawa kemajuan, namun di sisi
lain dikhawatirkan akan menghancurkan atau sekurang-kurangnya mengikis negara bangsa
(nation state). Hal ini sejalan dengan pemikiran Naisbitt, bahwa menyatunya kehidupan di
dunia (globalisasi) disertai dengan munculnya berbagai paradoks.
Di satu pihak ekonomi global menuju ke satu kesatuan & di pihak lain terjadi
kecenderungan (trend) politik lahirnya ratusan negara baru. Sehubungan dengan itu,
pertanyaan yg menarik untuk dikaji ialah: Apakah "globalisasi" akan menghilangkan
negara bangsa (nation state)?
Agar negara bangsa Indonesia tdk tergilas dampak negatif globalisasi tersebut,
berbagai transformasi yg membawa perubahan tdk dipandang sebagai "ancaman" (threat)
tetapi haruslah dipandang sebagai suatu "peluang" (oportunity) untuk meningkatkan,
mengembangkan, & memperkokohkan diri kita sebagai bangsa, agar sejajar dengan bangsa-
bangsa lain yg telah maju. Untuk itulah diperlukan ketahanan nasional yg tangguh bagi
bangsa Indonesia di Era Globalisasi.
Modul ini mengajak Anda untuk mengkaji & melihat globalisasi itu sebagai suatu
tantangan, agar kita dapat memanfaatkan peluang yg ada di dalam arena. Globalisasi
tersebut untuk kemajuan dari kesejahteraan bangsa kita. Selain itu, modul ini mengajak
Anda untuk mengkaji pengaruh globalisasi & nasionalisme serta menganalisisnya
berdasarkan paradigma & metode berpikir Pancasila. Kemudian Anda juga akan mengkaji
bagaimana Ketahanan Nasional Indonesia dalam menghadapi globalisasi, agar tetap survive
sebagai bangsa & negara dalam tatanan masyarakat Pancasila yg berdasarkan UUD 1945
untuk mencapai tujuan & cita-cita Nasional.
Dengan mempelajari modul ini, Anda mampu memahami pengaruh globalisasi dalam
kerangka ketahanan nasional Indonesia & upaya untuk menghadapi, memanipulasi &
memanfaatkan pengaruh tersebut untuk meningkatkan ketahanan nasional Indonesia.
168

Setelah menyelesaikan modul ini, Anda diharapkan mampu:


a. mengidentifikasi pengaruh globalisasi terhadap ketahanan nasional Indonesia;
b. menganalisis perubahan yg diakibatkan oleh globalisasi tersebut berdasarkan
paradigma & metode berpikir Pancasila;
c. menganalisis kekuatan 'dan kelemahan bangsa Indonesia dalam menghadapi era
globalisasi;
d. memanipulasi kelemahan-kelemahan bangsa Indonesia untuk dijadikan kekuatan dalam
menghadapi globalisasi;
e. menganalisis faktor-faktor internal yg dapat mengganpgu ketahanan nasional Indonesia.
169

Kegiatan Belajar 1
Globalisasi sebagai Tantangan

Globalisasi merupakan suatu pengertian ekonomi. Konsep globalisasi baru masuk


kajian dalam universitas pada tahun 1980-an, pertama-tama merupakan pengertian sosiologi
yg dicetuskan oleh Roland Robertson dari University of Pittsburgh.
Pada prinsipnya, proses globalisasi ada yg bertujuan intensional & ada pula yg
impersonal. Proses globalisasi yg intensional dapat dilihat misalnya pada kegiatan
perdagangan & pemasaran, sedangkan proses globalisasi yg impersonal dapat kita lihat
misalnya dalam gerakan fundamentalis, agama & kecenderungan-kecenderungan pasar yg
agak sulit untuli dijelaskan sebab-musababnya, misalnya mundurnya mobil buatan Amerika di
pasaran dunia dewasa ini.
Globalisasi yg menyeruak dewasa ini dipicu & dipacu oleh kemajuan pesat dalam
bidang teknologi yg diistilahkan dengan Triple "T' Revolution yaitu perkembangan
kemajuan teknologi di sektor telekomunikasi informasi, transportasi & trade (liberalisasi
perdagangan). Ketiga hal tersebut menjadi kekuatan pemicu & pemacu globalisasi yg kita
hadapi sekarang ini.
Kekuatan teknologi tersebut telah mengubah masyarakat dunia termasuk masyarakat
Indonesia. Masyarakat semakin terbuka & kini dirasuki oleh nilai-nilai global yg menawarkan
berbagai citra ideal yg ditopang oleh komunikasi yg sangat cepat & kemajuan teknologi yg
telah menyatukan kehidupan umat manusia dewasa ini.
Dewasa ini kita mengenal "bazaar global", karena dunia sebenarnya telah merupakan
pasaran bersama dengan adanya alat-alat komunikasi serta entertainment global melalui
jaringan TV, internet, film, musik maupun majalah-majalah, maka dunia dewasa ini telah
merupakan suatu pasar yg besar (global cultural bazaar). Bahwa dunia telah menjadi satu
pasar, dapat kita lihat gejalanya di kota-kota besar di Indonesia, dengan menjamurnya mal-mal
yg di banjiri produk luar negeri. Apabila Anda datang ke mal-mal tersebut, maka dapat Anda
temukan, rumah-rumah mode yg berasal dari seluruh dunia, parfum, kosmetik & pakaian-pakaian
baik yg asli maupun palsu. Apabila Anda berkunjung ke kota Bandung di tempat penjualan
jeans & pakaian di jalan Cihampelas dapat ditemukan bukan hanya para pembeli domestik,
tetapi juga banyak turis mancanegara di pusat pertokoan jalan Cihampelas tersubut. Kita
juga dapat melihat apa yg terjadi dengan menjamurnya Mc. Donal franchise seperti, KFC,
CFC & outlet-outlet fasfood yg telah tersebar hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia.
Demikian pula Anda lihat citra minuman Coca Cola, Pepsi, Seven Up, serta industri
entertainment seperti Sony yg di pelopori oleh Akio Morita dari Jepang yg merupakan
teknologi pengisi waktu yg paling ulung di dunia. Anak-anak muda kita dewasa ini terutama
golongan menengah tdk asing lagi dengan Wendys, pizta, Levi Shop, & yg disebarkan melalui
Philip Moris dengan Malboro Country-nya.
Dengan mudahnya, transportasi dunia turisme tdk hanya menjadi monopoli negara-
negara industri maju. Dewasa ini tdk mengherankan apabila kita menemukan turis-turis
Indonesia berada di mancanegara. Kemajuan turisme bukan hanya menunjukkan
170

peningkatan taraf kehidupan manusia tetapi juga berbagai dampak negatif terhadap budaya
setempat. Sehubungan dengan meningkatnya turisme Internasional, muncul pula
pusat-pusat global seperti pusat rekreasi "Walt Disney" yg bukan hanya ada di negeri
Amerika tetapi juga telah berdiri di
asalnya Paris maupun di Tokyo. Pusat-pusat
penyebaran citra global ini terus-menerus bertambah & telah menjadi pengikat umat
manusia. Baruet & Cavanagh (1995) dalam bukunya yg sangat terkenal "Global
Dream's" menceritakan bahwa impian global (global dream's) secara berangsur-angsur
menjadi kenyataan. Kedua pakar di atas menunjukkan 4 jenis proses menyatukan umat
manusia, yaitu ;citra global, mal global, tempat kerja global, & keuangan global.
Pembentukan & penyebaran citra global dapat dilihat dengan nyata yaitu
munculnya berbagai pusat perbelanjaan yg mewakili kemajuan bisnis dunia yg merupakan
salah satu lokomotif dari bersatunya proses peraturan dunia. Di Jakarta & beberapa kota-
kota besar di Indonesia misalnya bermunculan pusat-pusat perbelanjaan yg tdk kalah besar &
isinya menyamai pusat-pusat perbelanjaan di kota-kota besar lainnya.seperti di New York,
London, Tokyo, Hongkong, Singapura, & Bangkok.
Bisnis produk pertanian juga meningkat melalui jaringan pusat-pusat perbelanjaan
tersebut. Lihat saja pasar buah-buahan di Indonesia yg dibanjiri oleh berbagai buah-
buahan impor. Perusahaan Nestle misalnya merupakan perusahaan makanan kedua
terbesar di dunia. Sara Lee bukan hanya menjual kue & kopi tetapi juga memiliki pabrik semir
sepatu "Kiwi""yang dapat dibeli di hampir seluruh toko-toko di dunia termasuk Indonesia.
H.J. Heinz seorang Irlandia yg mulai dengan menjual saos tomat di negerinya, sekarang
menjual hasil produksinya ke-130 negara termasuk Indonesia. Demikian pula halnya kita
melihat produk-produk dari berbagai negara terbesar di seluruh dunia termasuk produksi tekstil
Indonesia yg dapat dibeli di toko-toko besar baik di Eropa, Amerika, Australia, maupun di
New Zealand.
Dewasa ini kita juga melihat bahwa suatu produk tdk lagi dihasilkan di satu
negara, tetapi komponen-komponennya telah dibuat diberbagai negara karena pertimbangan-
pertimbangan bisnis yg lebih menguntungkan. Produk Boeing, Toyota, Mitsubisi, General
motor & lain-lain merupakan contoh desentralisasi dalam produksinya. Sementara itu
proses produksi juga berkembang menjadi produksi masal (mass production) yg
memungkinkan penekanan harga sehingga dapat dijual lebih murah.
Peranan produsen yg sangat dominan di masa lalu, kini juga sudah mengalir ke
konsumen sebagaimana diutarakan oleh James Champy penulis terkenal Reengineering
The Corporation, selera konsumen sangat menentukan dalam transformasi global. Menurut
Champy, lingkungan yg mampu menghadapi tantangan masa depan, adalah sbb ;
1. Pertama, lingkungan yg merangsang pemikiran majemuk. Lingkungan itu tdk mungkin lagi
ditentukan oleh produsen, tetapi oleh suatu tim yg sadar akan tujuan yg dicapai & peka
terhadap keinginan konsumen.
171

2. Kedua, untuk memenuhi selera pasar "konsumen", diperlukan manusia-manusia yg


menguasai ilmu & keterampilan tertentu serta menjalankan instruksi pimpinan dengan
penuh tanggung jawab.
3. Ketiga, masyarakat masa depan merupakan masyarakat "meritokrasi" yaitu
masyarakat yg menghormati prestasi daripada statusnya dalam organisasi.
4. Keempat, lingkungan yg menghormati seseorang yg dapat menuntaskan pekerjaannya
& bukan berdasarkan kedudukannya di dalam organisasi. Inilah transformasi
perusahaan yg menggambarkan pula transformasi kebudayaan manusia.
Menurut Kartasasmita (1996) transformasi global ditentukan oleh dua kekuatan
besar yg saling menunjang yaitu perdagangan & teknologi. Perdagangan akan
berkembang begitu cepat & mengubah pola-pola kehidupan manusia. Pola-pola
kehidupan, itu ditanggung oleh kemajuan teknologi yg telah mengubah bentuk-bentuk
hubungan antar-manusia dengan lebih cepat, lebih intensif & lebih beragam.
Akibat hubungan bisnis yg telah menyatukan umat manusia, maka mulai timbul
kesadaran yg lebih intens terhadap hak-hak & kewajiban asasi manusia. Sejalan dengan itu,
kehidupan demokrasi semakin marak & manusia ingin menjauhkan diri dari berbagai bentuk
penindasan & kesengsaraan, diktator & perang. Umat manusia dewasa ini mendambakan
perdamaian yg lestari agar mereka dapat mengadakan komuniksi & bebas dari ancaman &
paksaan yg memberikan perwujudan hah-hak asasi manusia termasuk hak-hak politiknya.
Emil Salim (1996) mengemukakan bahwa liberalisasi dalam bidang ekonomi &
perdagangan dewasa ini juga menuntut liberalisasi dalam bidang politik. Keduanya
harus berjalan karena saling menunjang. Liberalisasi ekonomi tdk mungkin terjadi tanpa
liberalisasi politik. Liberalisasi politik berarti keterbukaan masyarakat di mana setiap warga
negara menyadari akan hak-haknya sebagai warga negara & sebagai manusia yg satu di
dunia ini.
Perdagangan dunia yg semakin global telah melakukan kerja sama yg nasional,
regional & internasional. Manusia ingin saling bantu, saling menguntungkan & hidup
bersama di dunia. Mereka juga saling bersaing satu sama lain menghasilkan produk-produk
& jasa yg semakin baik bagi kehidupan. Sejalan dengan proses globalisasi perdagangan &
kemajuan teknologi semakin meningkatnya kesadaran manusia akan hak-haknya sebagai
bagian dari umat manusia yg perlu dihormati. Solidaritas umat manusia semakin kental &
semakin bersatu & karena itu menuntut pula pendidikan yg lebih baik, derajat kesehatan yg
semakin tinggi, penghapusan kemiskinan & hidup bersama dalam suasana damai.
Nilai-nilai positif dari globalisasi mempunyai dimensi-dimensi baru yg tdk kita kenal
sebelumnya seperti kriminalitas internasional, pembajakan & terorisme internasional
ataupun penyakit-penyakit baru yg dengan cepat menyebar ke seantero dunia.
172

Transformasi sebagaimana diutarakan di atas bukan berjalan tanpa tantangan. John


Naisbitt mengatakan globalisasi mengandung berbagai paradoks di antaranya:
1. Budaya global vs budaya lokal
2. Universal vs individual
3. Tradisional vs modern
4. Jangka panjang vs jangka pendek
5. Kompitisi vs kesamaan kesempatan
6. Keterbatasan akal manusia vs Ledakan IPTEK
7. Spritual vs Material
Di satu pihak ekonomi global menuju satu kesatuan, tetapi di pihak lain terjadi trend
politik seperti pengamatan Naisbit yg meramalkan lahirnya ratusan negara baru. Dalam kaitan
ini maka timbul paradoks mengenai perkembangan kebudayaan bangsa kita. Apakah di
dalam proses globalisasi di dalam munculnya citra global berarti hilangnya identitas suatu
bangsa? Memang merupakan suatu pertanyaan yg menarik untuk dikaji, yg berarti
hilangnya nation state & identitas bangsa. Buah pikiran Kenichi ohmae dalam "Dunia
tanpa batas" (Borderless world) bukan dimaksudkan demikian. Apa yg dikemukakannya
terutama dibidang bisnis sama memang akan menembus batas-batas nation, tetapi tdk dengan
sendirinya akan menghilangkan identitas suatu bangsa.
Globalisasi itu, sebagaimana diutarakan oleh presiden soeharto bahwa suka
atau tdk suka ia akan ada atau datang & tdk bisa kita hindarkan.
Globalisasi itu bergerak di tiga arena kehidupan manusia yaitu di arena
ekonomi, politik, & kebudayaan. Di dalam arena ekonomi proses globalisasi
tersebut mempengaruhi pengaturan-perigaturan sosial dalam produksi, pertukaran barang,
distribusi & konsumsi baik barang maupun pelayanan (service).
Sehubungan dengan hal tersebut kita melihat adanya standardisasi dalam produk-
produk, melalui berbagai konsep strategic managemet' Penerapan Total Quality Control,
Manalement (TQM) merupakan motor dari produk yung diunggulkan begitu juga Quality
Control Circle (QCC) Jepang yg merupakan salah satu kekuatan produk industri Jepang.
Selanjutnya dalam proses globalisasi ini memunculkan pentingnya kelompok kerja
desentratisasi Manajerial. Dalam ketenagakerjaan ada kecenderungan rekruitmen tenaga kerja
yg fleksibel (kontrak). Pemanfaatan sumber daya pekerja diadakan rotasi tanggung jawab di
mana semua potensi sumber daya manusia diberikan peluang untuk turut merumuskan
kebijaksanaan & melaksanakannya.
Dalam globalisasi politik tampak terlihat berkurangnya peranan Pemerintah &
membesarnya peran masyarakat (swasta). Kita lihat saja munculnya barisan SATPAM
sebagai penjaga keamanan di kantor-kantor atau di daerah pemukiman yg eksklusif. Dalam
bidang komunikasi mempergunakan ekonomi, peran swasta semakin besar menuju kegiatan
internasional atau kegiatan antar pemerintah.
Dalam hal kedaulatan negara ada tendensi atau kecenderungan diserahkan kepada
unit-unit politik yg lebih luas, seperti Uni Eropa, ASEAN' APEC' Organisasi-
Organisasi Internasional seperti UN (PBB), WTO, IMF, UNESCO merupakan contoh
munculnya unit-unit politik yg lebih luas (supra nasional). Dalam kaitannya dengan hal tersebut,
maka muncul konsep atau ide pemerintahan global (global governmen). Di sini kita melihat
173

terjadinya krisis kekuasaan negara mendorong terjadinya proses desentralisasi kekuasaan


negara.
Fokus pemecahan masalah cenderung mulai diletakkan pada jaringan lokal global yg
semakin berkembang. Dalam globalisasi politik ini, isu yg sering & santer dihembuskan adalah
demokrasi & hak asasi manusia menurut ukuran-ukuran barat. tdk jarang isu politik ini sebagai
alat untuk mendikte negara-negara berkembang agar mengikuti kehendak negara-negara maju
guna memperoleh keuntungan yg lebih besar.
Apabila sebelumnya kita mengenal bentuk-bentuk budaya yg terikat pada waktu &
tempat, yg beraneka ragam dengan nilai-nilainya yg spesifik, dengan adanya proses globalisasi
ini mengancam keberadaannya. Kontak dengan budaya lain sudah merupakan suatu keharusan
& tdk dapat dielakan karena hubungan komunikasi yg tdk mengenal batas-batas negara.
Terjadilah relativisasi nilai budaya & memungkinkan munculnya sinkritisme budaya yg sifatnya
transnasional.
Appadurai (1990) (Lihat uraian Malcolm Waters, Globalization, New York,
Rauntledge, 1996) dalam bukunya Global Culture, mengidentifikasi berbagai jenis lukisan
(panorama) global sebagai berikut;
1. Panorama etnik global (Etno Scape) yg diakibatkan oleh makin berkembangnya turisme,
migrasi & pengungsi yang disebabkan oleh berbagai faktor. Hal ini menimbulkan interaksi
berbagai etnik di berbagai belahan dunia.
2. Panorama teknologi global (Techno Scape) mengenai distribusi teknologi di seluruh
pelosok dunia karena kemampuan-kemampuan teknologi komunikasi serta produk-produk
teknologi lainnya.
3. Panorama Keuangan global (Finance Scape) mengenai distribusi kapital yg mengalir ke
berbagai anggaran dari negara maju ke negara berkembang atau antar-negara maju.
4. Panorama media global (Media Scape) mengenai distribusi informasi karena kemajuan &
kemampuan teknologi komunikasi.
5. Panorama sakral global (Sacred Scape) mengenai distribusi nilai-nilai keagamaan.
6. Panorama idea global (Idea Scape) mengenai distribusi ide politik, seperti demokrasi
kemerdekaan & hak asasi.
Globalisasi budaya menyangkut berbagai dimensi lukisan global di atas. Dalam, etno
scape terjadi deteritorialisasi & munculnya kosmopolitanisme serta keanekaragaman bangsa di
dalam suatu negara.
Dalam techno & finance scape terjadi distribusi teknologi & kapital yg cukup meluas di
dunia. Dalam media scape terlihat distribusi global dari informasi & citra yg ditanggungkan, yg
ditayangkan melalui berbagai media (cetak - elektronik). Dalam sacred scape tejadi proses
deteritorialisasi dari mozaik agama. Pusat agama atau kepercayaan tdk lagi dianggap milik suatu
negata tetapi milik umat manusia. Di dalam leisure scape terjadi turisme universal & mungkin
pula karena pengaruh media scape membuat turisme hilang, karena adanya kemungkinan
melaksanakan turisme melalui TV di rumah.
Melihat keterbatasan "daya dukung".dunia yg hanya satu ini karena keterbatasan
sumber daya alam & jumlah penduduk bumi yg terus bertambah secara eksponensial serta
perusakan bumi oleh manusia itu sendiri, kita bisa berpandangan pesimis, namun ada pula yg
berpandangan optimis, karena pada dasarnya manusia dapat memecahkan masalahnya sendiri
karena kemampuan teknologi yg diciptakannya.
Dalam kondisi ini muncul gagasan yg optimis yaitu hendaknya umat manusia membuat
suatu "Kampung Global" (global village) tempat manusia secara bersama-sama memecahkan
174

masalahnya mengenai dunia yg makmur damai sejahtera. Sejalan dengan itu di era kesejagatan
ini gagasan pemerintahan, global (global government) seperti telah diutarakan di atas sangat
beralasan karena kekhawatiran umat manusia atas bumi yg memerlukan pemeliharaan agar
pembangunan dapat berkesinambungan (sustainable development). Akibat eksploitasi sumber
daya' gaya hidup yg konsumerisme, urbanisasi & pembangunan dengan segala ekses-ekses
menjadi bencana bagi umat mairusia maupun makhluk hidup lainnya. Ada dua bahaya yg
mengancam punahnya biodiversity di dunia yaitu eksploitasi ekonomis & pengrusakan habitat.
Punahnya badak Afrika, badak Jawa, ikan paus, gajah Afrika & lain-lain karena exploitasi
ekonomi merupakan keprihatinan umat manusia.
Perusakan habitat terjadi juga sebagai akibat urbanisasi, alih fungsi lahan, maupun
kebakaran hutan yg mempengaruhi iklim dunia & mengakibatkan polusi udara negara tetangga.
Penggunaan chloro fluor carbon (CFC) yg banyak digunakan dalam kaleng aerosol untuk
spray & lemari pendingin membuat makin menenipisnya lapisan ozon. Emisi mobil-mobil,
pabrik/indusri yg menyebabkan polusi udara di kota-kota besar & juga mengakibatkan
rusaknya'hutan karena huian asam, juga dikenal green house effect (efek rumah kaca). Semua
polutan tersebut diperkirakan akan menyebabkan naiknya suhu di bumi, & pada abad XXI para
ahli memperkirakan 2 - 4,5" C. Akibat kenaikan temperatur bumi tersebut tentu saja es di kutub
utara, kutub selatan & puncak-puncak gunung salju akan mencair & menambah volume air laut
ratusan meter. Anda dapat bayangkan berapa kota di pinggir pantai & pulau yg akan
tenggelam di Indonesia.
Pemecahan masalah-masalah lokal tdk dapat lagi diselesaikan secara sendiri tetapi selalu
dalam konteks masyarakat global. Dalam hal ini peranan organisasi internasional semakin kuat
& dominan mengatasi organisasi nasional. Itulah gelombang kehidupan "globalisasi" dengan
segala eksesnya yg sedang merobek-robek kehidupan manusia. Memang globalisasi itu tdk bisa
kita hindarkan & oleh karena itu kita harus melihatnya sebagai suatu tantangan. Dengan
paradigma Pancasila kita menghadapinya & oleh karena itu kita harus mempersiapkan diri agar
tetap eksis sebagai suatu bangsa yg sejajar dengan bangsa-bangsa lain untuk "hidup bersama"
di dunia yg hanya satu ini.
Revolusi Triple "T" sebagaimana diutarakan di atas, bersinergi dengan perubahan
kondisi ideologi politik & social. Setelah runtuh komusnisme mendorong & berkembangnya issu
demokratisasi, hak asasi manusia & kelestarian lingkungan hidup mengarah kepada tatanan
dunia baru. Secara ringkas hal ini dapat Anda lihat dalam gambar sketsa berikut ;
175

Rangkuman ;
Globalisasi adalah gejala menyatunya kehidupan manusia di dunia tanpa, mengenal
batas-batas fisik-geografik & sosial. la dipicu & dipacu oleh kemajuan pesat dalam bidang
teknologi yg dikenal dengan istilah Triple "T' Revolution yaitu perkembangan kemajuan di
sektor teknologi komunikasi informasi, transportasi & trade (liberalisasi perdagangan).
Terdapat empat jenis proses yg menyatukan kehidupan manusia yaitu citra global, mal
global, tempat kerja global & keuangan global. Globalisasi merupakan tantangan, & menurut
Champy, lingkungan yg mampu menghadapi tantangaf,.masa depa4 itu yaitu lingkungan yg
merangsang pemikiran majemTk. Lingkungan itu tdk mungkin lagi ditentukan oleh produsen,
tetapi oleh suatu tim yg sadar akan tujuan yg dicapai & peka terhadap keinginan konsumen.
Untuk memenuhi selera pasar "konsumen" diperlukan manusia-manusia yg menguasai ilmu &
keterampilan tertentu serta menjalankan instruksi pimpinan dengan penuh tanggung jawab.
Masyarakat masa depan merupakan masyarakat "meritokasi" yaitu masyarakat yg menghormati
prestasi daripada statusnya dalam organisasi. Selain itu lingkungan yg menghormati seseorang
yg dapat menuntaskan pekerjaannya & bukan berdasarkan kedudukannya di dalam organisasi.
Akibat hubungan bisnis (perdagangan) yg telah menyatukan kehidupan mantrsia, maka timbul
kesadaran yg lebih intern terhadap hak-hak & kewajiban asasi manusia. Sejalan dengan itu
kehidupan demokrasi semakin marak & manusia ingin menjauhkan diri dari berbagai bentuk
penindasan, kesengsaraan, diktator & perang. Oleh karena itu, liberalisasi dalam bidang
ekonomi ini menuntut liberalisasi dalam bidang politik, di mana keduanya harus berjalan seiring &
saling menunjang.
Manusia ingin hidup bersama, saling bantu, saling menguntungkan di dunia. Solidaritas
umat manusia semakin kental & semakin bersatu & karena itu menuntut pula pendidikan yg lebih
baik, derajat kesehatan yg lebih tinggi (peningkatan kualitas sumber daya manusia),
penghapusan kemiskinan & hidup bersama dalam suasana damai. Nilai-nilai positif dari
globalisasi (kesejagaran) ini mempunyai dimensi-dimensi baru yg tdk dikenal sebelumnya seperti
kriminalitas internasional, pembajakan & terorisme internasional, penyakit baru yg dengan cepat
menyebar ke seantero dunia. Transformasi itu berjalan dengan menghadapi tantangan
sebagaimana dikatakan oleh John Naisbitt, globalisasi mengandung berbagai paradoks. Di
satu pihak, ekonomi global menuju satu kesatuan, tetapi di pihak lain terjadi trend politik
lahirnya ratusan negara baru. Dalam kaitan ini, apakah globalisasi itu akan menghilangkan
nation state (negara bangsa) & identitas bangsa. Buah pikiran Kenechi Ohmae dalam "Dunia
tanpa batas" bukan dimaksudkan demikian.. Apa yg dikemukakannya terutama dalam bidang
bisnis komunikasi & informasi memang akan menebus batas-batas nation, tetapi tdk dengan
sendirinya menghilangkan identitas suatu bangsa.
Apabila kita mengenal bentuk-bentuk budaya yg terikat pada waktu & pada tempat yg
beraneka ragam dengan kekhasannya, kini dengan proses globalisasi menjadi ancamannya.
Kontak budaya tdk terelakkan akibat komunikasi yg semakin lancar. Terjadilah relativisasi nilai
budaya & memungkinkan munculnya sinkritisme budaya yg sifatnya transnational. Di sisi lain
kita melihat akibat desploitasi sumber daya, gaya hidup yg konsumerisme, urbanisasi &
pembangunan yg ekstensif & intensif dengan segala eksesnya menjadi bencana bagi umat
manusia & makhluk hidup lainnya di planet bumi yg hanya satu ini.
Di sisi lain kita melihat keterbatasan daya dukung planet bumi karena terbatasnya
sumber daya alam & jumLh penduJuk yg terus bertambah secara eksponensial serta perusakan
bumi oleh manusia itu sendiri. Melihat hal ini kita bisa berpandangan pesimis, namun ada juga yg
176

berpandangan optimis, karena pada dasarnya manusia dapat memecahkan masalahnya sendiri
akibat dari kemampuan teknologi yg diciptakannya.
Dalam kondisi ini muncul gagasan yg optimis yaitu hendaknya umat manusia membuat
Suatu "Kampung Global" (global village) tempat hidup manusia bersama-sama memecahkan
masalahnyu mengenai dunia yg makmur, damai & sejahtera. Sejalan dengan itu gagasan
pemerintahan global (global gavernment) diutarakan, karena kekhawatiran umat manusia atas
bumi yg memerlukan pemeliharaan agar pembangunan dapat berkesinambungan (sustainable
derlelopment).
177

Kegiatan Belajar 2
Globalisasi & Nasionalisme
Globalisasi yg sedang merobek-robek kehidupan manusia berdampak luas terhadap
kehidupan berbangsa, bernegara & bermasyarakat. Karena kemajuan teknologi yg begitu pesat
menembus batas-batas tradisional (geografi) suatu negara. tdk ada suatu Negara pun yg dapat
membendungnya. Oleh karena itu sangat tepat dikatakan, suka atau tdk suka globalisasi itu
datang melanda kita.
Kedaulatan negara yg dahulu menjadi simbol kekuasaan yg dipegang teguh berangsur-
angsur menjadi berkurang. Amerika Serikat (USA) yg disebut-sebut sebagai negara adijaya,
kedaulatan negara atau pemerintahnya banyak dirongrong oleh MAFIA, gerakan Kluk-Kluk
Klan (3K) & gerakan-gerakan yg bersifat eksklusif lainnya. Jepang sebagai negara maju di
Asia juga diteror kedaulatannya oleh kelompok Yakuza, Brigade Tentara Merah & lain-lain.
Kelompok-kelompok eksklusif yg mengrongrong kedaulatan negara atau pemerintah ini juga
sudah bersifaf mengglobal dalam operasinya, seperti pembajakan, terorisme internasional,
karena ledakan teknologi dalam triple "T" tersebut.
Perusakan ekosistem bumi sebagai akibat eksploitasi yg berlebihan & kehidupan yg
konsumerisme mendorong penyelamatan bumi ini dari kepunahan biodiversity. tdk ada suatu
negara pun yg dapat menyelesaikan masalah lingkungan tersebut secara tersendiri, & tdk ada
jaminan negara lain untuk terhindar dari dampak perusakan lingkungan di suatu negara (lihat
kebakaran hutan, emisi transportasi, industrialisasi penggunaan CFC yg dapat meningkatkan
suhu bumi & berkurangnya lapisan ozon yg menyelimuti bumi. Dalam pada itu muncul ide
tentang pemerintahan global (global governntenl) untuk menyelesaikan masalah-masalah bumi.
Gejala yg menunjukkan munculnya suatu yg supranasionalistik pada saat ini memang
masih dipertanyakan. Namun dalam hal kedaulatan negara tampak adanya kecenderungan
untuk menyerahkannya atau untuk diambil kepada unit-unit politik yg lebih luas (pengaturan
bersama) seperti Uni Eropa, PBB, ASEAN, OPEC, & organisasi-organisasi
internasional lainnya.
Transformasi yg terjadi di era globalisasi ini sebagaimana dijelaskan oleh J. Naisbitt
mengandung berbagai pendapat sebagaimana yg diamati oleh Paul Kennedy bahwa proses
globalisasi membuat tabrakan antara trend politik & trend ekonomi.
Di satu pihak ekonomi global menuju ke satu kesatuan tetapi di pihak lain terjadi trend
politik seperti pengamatan J. Naisbitt yg meramalkan lahirnya ratusan negara baru. Dalam
kaitan ini timbul paradoks mengenai perkembangan kebudayaan bangsa kita. Apakah di dalam
proses globalisasi, di dalam munculnya citra global berarti hilangnya identitas suatu bangsa?
Apakah hal ini berarti hilangnya budaya suatu bangsa? Demikian pula di dalam berbagai
bentuk kerja sama regional & internasional akan muncul paradoks antara kepentingan global &
kepentingan nasional. Memang merupakan suatu pertanyaan yg menarik bahkan. menantang
apakah dalam proses globalisasi berairti hilangnya nation state (Negara Bangsa) & identitas
suatu bangsa?
A. GLOBALISASI & NASIONALISME
Globalisasi memang sering diyakini oleh sebagian pengamat sebagai ancaman
memudarnya nasionalisme. Buah pikiran Kenichi ohmae "Dunia Tanpa Batas" (the
borderless would) bukan dimaksudkan demikian. Apa yg dikemukakannya terutama dalam
bidang bisnis memang akan menembus batas-batas negara, tetapi apakah dengan demikian
akan menghilangkan negara bangsa & identitas suatu bangsa?
178

Globalisasi yg dipercepat dengan pertumbuhan luar biasa dari media massa melalui
media telekomunikasi dianggap akan menghilangkan batas geografi suatu negara.
Akibatnya nasionalisme akan kehilangkan wujud aslinya & berganti menjadi universalisme
atau globalisme di mana orang akan menjadi warga dunia, bukan warga suatu negara yg
batas-batasnya sudah jelas atau tertentu.
Tetapi ada yg berpendapat bahwa negara tdk akan terhapus oleh globalisasi
karena itu perbincangan mengenai nasionalisme tetap relevan. Perkembangan dunia hingga
saat ini tampaknya masih memperkuat pendapat terakhir. Hal ini mengingat bahwa:
1. manusia itu sendiri bukanlah semata-mata sekadar suatu mass produc tetapi sebagai
makhluk yg berakal, berperasaan & berbudaya orang Asia Selatan ini diduga karena
sulitnya kehidupan ekonomi di tanah air mereka. Dengan demikian faktor ekonomi
(kesulitan ekonomi) bisa menjadi pendorong migrasi. Faktor sulitnya ekonomi itu bisa
bersatu dengan ketidakpastian politik dalam memperkuat keputusan orang untuk
meninggalkan tanah air mereka. Kenyataan ini dapat Anda temukan contohnya seperti
gelombang manusia perahu (Eoatpeople) dari Vietnam, pengungsi lrak, konflik di
negara-negara Arab & lain-lain.
2. Proses globalisasi tdk akan berjalan secara mekanistik, pada akhirnya proses tersebut
diciptakan & dikendalikan oleh manusia. Oleh karena itu manusia harus dipersiapkan
untuk menghayati & menanggulangi serta melaksanakan proses tersebut agar
terkendali.

B. ANCAMAN BAGI NASIONALISME


Dengan demikian, bukanlah globalisasi yg merupakan ancaman eksternal
nasionalisme. Ancaman bagi nasionalisme di suatu negara melainkan dari situasi ekonomi,
sosial & politik dalam negeri. Dampak dari situasi ekonomi dalam negeri dapat dilihat
contohnya pada semakin banyaknya tenaga kerja kita yg mencari nafkah ke luar negeri
terutama di kawasan ASEAN. Untunglah bahwa membanjirnya TKI ke manca negara
lebih disebabkan oleh situasi ekonomi, bukan oleh situasi politik, sehingga kalaupun terjadi
pengalihan kewarganegaraan hal ini masih terjadi secara sangat terbatas. Karena itu, kita
harus terus berupaya agar perekonomian kita tetap berkembang dengan baik seraya harus
dijaga pula agar situasi politik kita tetap kondusif bagi stabilitas & keamanan dalam negeri.
Masih dari segi ekonomi, ancaman bagi nasionalisme dapat berasal dari adanya
kesenjangan ekonomi & sosial. Bagi kita, ancaman ini diperburuk oleh perbedaan asal
keturunan antara pribumi yg mayoritas miskin dengan keturunan Cina yg sebagian besar
relatif hidup berkecukupan. Karena itu, kebijakan pemerintah & himbauan Presiden untuk
segera mengurangi kesenjangan ini melalui antara lain kebijakan IDT & himbauan agar
pengusaha memberikan 2 % dari keuntungan bersihnya bagi upaya pengentasan kemiskin-
an, harus segera diterapkan. Sebab akibat dari keterlambatan untuk menyelesaikan
kesenjangan ekonomi ini akan sungguh mengerikan. Pejabat di pusat & daerah mestilah
memperhatikan masalah ini secara serius sebab kegagalan dalam program & himbauan ini
bisa memicu kerusuhan rasial yg berdarah.
Tidak perlu malu bagi kita untuk belajar bagaimana Malaysia berhasil mengurangi
konflik antarkaum melalui kebijakan ekonomi baru mereka. Dalam jangka 2 dasa warsa,
pemerintah Malaysia bertekad untuk menaikkan saham pribumi menjadi 30% dalam "kue"
ekonomi nasional. Semua upaya dikerahkan untuk mewujudkan kebijakan tersebut karena
mereka menyadari bahwa peristiwa rasial yg meletus pada 19 Mei 1969. Kebijakan ini
179

berhasil dengan baik & ternyata memang kerukunan antar kaum bisa dipelihara. Sudah
tentu hal itu tdk bisa didasarkan hanya kepada himbauan melainkan harus disertai tindakan
nyata dalam bidang perpajakan, kebijakan ekonomi yg mengutamakan pribumi, tindakan
hukum yg tegas bagi yg melakukan kolusi, korupsi & nepotisme. & tak kalah pentingnya
adalah kesadaran terus-menerus di kalangan pejabat pusat & daerah akan bahaya dari
keresahan sosial tersebut.
Dari segi sosial, ancaman bagi nasionalisme yg dapat terwujud dalam disintegrasi
nasional adalah SARA terutama konflik antaragama. Jika diamati di lapisan bawah &
menengah masyarakat sebenarnya kerukunan antar umat beragama di negeri kita cukup
menggembirakan yg menjadi masalah adalah adanya upaya dari individu & kelompok politik
tertentu untuk menggunakan agama sebagai kendaraan politik di dalam mewujudkan kepen-
tingan politik mereka. Upaya seperti ini bisa mempengaruhi lapisan menengah & bawah
untuk saling mencurigai. Karena itu, para pimpinan politik mestilah menyadari bahwa suatu
proporsi politik & ekonomi yg wajar & memenuhi rasa keadilan antargolongan agama
haruslah diciptakan. Artinya, golongan agama yang mayoritas jangan sampai merasa bahwa
mereka hanya memperoleh porsi yg sedikit. Sebaliknya, yg minoritas jangan sampai merasa
didiskriminasi. Jika keseimbangan yg proposional bisa dicapai dalam jabatan birokrasi,
politik & ekonomi, keseimbangan sosial akan terpelihara.
Perilaku birokrasi dapat pula menimbulkan keresahan sosial, yg disoroti terutama
adalah sikap kurang tanggap dari sebagian aparat birokrasi terhadap kepentingan rakyat
baik dalam bentuk tindakan yg bertentangan dengan kehendak rakyat maupun dalam
pelayanan birokrasi. Sikap kurang tanggap (unresponsiveness) ini apabila terjadi di daerah
yg rawan gejolak anti Indonesia (seperti Aceh & Irian Jaya), akan memicu perasaan anti
Indonesia yg semakin dalam salah satunya adalah Timor Timur yg telah lepas dari NKRI
akibat kekurangtanggapan sebagian birokat. Hal ini bisa diamati dalam berbagai tulisan di
media massa mengenai pelanggaran hak ulayat atas tanah, penggusuran rumah & tanah
penduduk dengan alasan kepentingan umum padahal kenyataannya adalah untuk
kepentingan swasta tertentu. Sikap oknum TNI/Kepolisian untuk selalu diprioritaskan
dalam segala hal, sikap pemuka peradilan yg kadang-kadang cenderung memenangkan
pihak yg lebih kuat dalam posisi maupun kekayaan, fasilitas publik (misalnya jalan
lingkungan, air PAM, listrik & sebagainya) yg tdk memadai & tdk dipelihara. Pelayanan
kantor pemerintah, sejak dari kelurahan hingga departemen tertentu memerlukan uang
pelicin sudah banyak diketahui masyarakat & berbagai contoh. Dalam jangka pendek,
frustasi penduduk memang tdk terasa tetapi lambat laun, arogansi birokrasi seperti itu akan
mengurangi wibawa bahkan mengurangi legitimasi pemerintah di mata masyarakat. Tanda-
tanda menurunnya wibawa aparat birokasi pemerintah ini sudah terasa sejak beberapa
waktu yg lalu. Misalnya, pengemudi mobil tdk takut lagi untuk melanggar larangan & jika
kendaraannya dihentikan, mereka dengan sinis melemparkan korek api atau sambil
tersenyum menyelipkan "sesuatu'. Semakin banyak pencari keadilan yang berani menyoraki
malahan melempar hakim atau jaksa, pelajar sekolah & mahasiswa di kota-kota besar
semakin mampu untuk menyalurkan hobi berkelahinya yg kadang-kadang disertai
pembunuhan. Semakin banyak instruksi pemerintah pusat yg tdk dipatuhi oleh pejabat
daerah, semakin besar jumlah mereka .yang tdk mematuhi disiplin baik disiplin kerja maupun
disiplin belajar.
Dari uraian di atas menjadi jelas bahwa dewasa ini nasionalisme kita, & umumnya di
kalangan negara-negara berkembang, memiliki objek yg lain jika dibandingkan dengan
180

nasionalisme semasa penjajahan. Di masa penjajahan, objek bagi nasionalisme adalah


penjajah yg ditampilkan dalam bentuk kesediaan berjuang melawan penjajah tanpa melihat
metode apa yg digunakan, apakah cara radikal & nonkooperatif terhadap penjajah ataukah
menggunakan cara kooperatif. yg penting, mereka anti penjajah, maka disebutlah mereka
sebagai golongan nasionalis.
Setelah merdeka, nasionalisme baru memiliki objek negara & bangsa sendiri sebagai
penentu kadar nasionalisme seseorang. Dengan demikian, nasionalisme baru dewasa ini
sesungguhnya berkembang dari persepsi individu warganegara terhadap negaranya. Jika
mereka tetap memperoleh persepsi yg baik, maka kecintaan terhadap bangsa & negaranya
akan tetap terjaga atau sebaliknya.
Kesalahan yg umum terjadi di dalam memahami kadar nasionalisme suatu bangsa
adalah upaya secara tdk sadar untuk mencampurkan persepsi pribadi terhadap orang lain
dengan persepsi individu terhadap bangsa & negaranya yg dimaksudkan dengan hal ini
adalah adanya anggapan bahkan tuduhan dari kalangan tua terhadap generasi muda
bahwa yg terakhir ini dinyatakan berkurang kadar nasionalismenya. Anggapan tersebut
tampaknya dibuat atas dasar pandangan pribadi terhadap sikap & tingkah laku generasi
muda dalam kehidupan mereka sehari-hari. Misalnya, bahwa sebagian generasi muda tdk
lagi santun dalam menghadapi orang tua, suka mengkeritik, suka kehidupan perkotaan yg
hingar bingar, & menyukai makanan serta musik asing. Semua itu adalah hal baru dalam
pengalaman hidup generasi tua, sehingga akibatnya timbul kekuatiran bahwa pengaruh
asing tersebut akan mencabut nilai-nilai tradisional bangsa "yang luhur". Kekuatiran ini
merupakan kekuatiran yg keliru, karena hal itu sama sekali tdk berkaitan dengan masalah
nasionalisme. Generasi muda yg menyukai makanan & musik asing serta suka meniru tingkah
laku kebarat-baratan tdk dapat seluruhnya dianggap tdk mencintai lagi bangsa & negara-
nya. Dalam pandangan ini, semua itu hanyalah kecenderungan atau mode sesaat yg akan
berubah apabila mereka semakin tua.
Dalam negara demokasi perbedaan pendapat adalah sesuatu yg wajar & merupakan
karakter dari demokrasi itu. Menghargai pendapat orang lain merupakan salah satu ciri dari
demokrasi tersebut. Karena itu orang yg mengkritik suatu keadaan atau suatu sistem,
belum tentu didorong oleh rasa bencinya terhadap bangsa & negara, bahkan mungkin kritik
tersebut disebabkan oleh rasa cintanya untuk meluruskan sesuatu yg dianggapnya bisa
merusak kehidupan bangsa & negaranya. Terkecuali apabila kritik tersebut hanya dibuat
atas dasar kepentingan dirinya atau kelompoknya tanpa kaitan sama sekali dengan kepen-
tingan seluruh bangsa, dilakukan dengan tdk mengindahkan sopan santun serta diupayakan
melalui gangguan terhadap keamanan & stabilitas. Jika hal ini dilakukan sudah sewajarnya
apabila dilakukan tindakan yg tegas terhadap mereka. Oleh karena nasionalisme berkaitan
dengan persepsi individu, maka dengan sendirinya perlu ada upaya terus-menerus untuk
mempertahankan agar persepsi individu terhadap bangsa & negaranya tetap positif.
Tantangan utama adalah mempertahankan nasionalisme, dengan demikian tdk lagi
ditentukan semata-mata oleh adanya tantangan dari luar melainkan tantangan dari dalam.
Secara lebih konkret tantangan tersebut berwujud pada upaya untuk menjaga citra
bangsa & negara agar selalu positif & dengan demikian menjadi kebanggaan bagi seluruh
warga negara yg bersangkutan.
Dari negara tetangga kita memperoleh pelajaran bagaimana Malaysia berhasil
meningkatkan nasionalisme bangsanya dari suatu bangsa yg ragu akan kemampuannya
menjadi bangsa yg bangga akan pencapaian ekonomi & politiknya. Dari suatu bangsa yg
181

rendah diri menjadi suatu bangsa yg mampu membusungkan dada & menyebut diri sebagai
bangsa Malaysia. Singapura juga memiliki kecenderungan yg sama yakni berhasil
menumbuhkan kebanggaan nasional sebagai bangsa Singapura yg walaupun kecil tetapi
secara ekonomi disegani. Yg dicapai oleh Malaysia & Singapura adalah taraf kesejah-
teraan yg tinggi bagi penduduknya sehingga dengan itu mereka merasa mampu untuk
berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain yg telah lebih dahulu maju. Malaysia,
mencapai kemajuan antara lain melalui upaya untuk mencerdaskan & memakmurkan pribumi
Melayu sehingga dengan demikian negara itu, seperti telah ditulis di atas, mampu
mengurangi secara drastis potensi konflik antarkaum yg bisa mengganggu stabilitas negeri
itu. Singapura menanamkan citra sebagai negara yg bersih (clean) & efisien dalam
manajemen negerinya.
Walaupun kita tahu bahwa demokrasi kurang berkembang di dua negara tetangga
tersebut, tetapi rata-rata warganya merasa bangga dengan sebutan negara berkembang
yg maju, bersih & efisien sehingga masuk dalam jajaran "Macan Asia".
Adanya pengakuan dari negara-negara lain, terutama dari negara maju terhadap
kemampuan SDM & kemajuan ekonomi Malaysia & Singapura, telah pula menambah
kebanggaan warga mereka. Proses ini tampaknya memiliki kemiripan dengan yg terjadi di
Jepang, Korea Selatan, & Thailand. Proses kerja keras & kejujuran yg menjadi salah satu
faktor kemajuan ekonomi & iptek mereka telah membangkitkan kebanggaan luar biasa bagi
warga tiga negara tersebut.
Tidak berarti bahwa di negara mereka tdk ada korupsi, suap & kriminalitas. Semua
aparat negara tampaknya bekerja secara profesional untuk menangani masalah- masalah
tersebut termasuk pola pertanggungjawaban individu yg mengesankan. Kita selalu
mendengar pertanggungjawaban dari pejabat mereka yg tidak jarang dilakukan dengan
jalan mengundurkan diri dari jabatan, bahkan ada yg bunuh diri sebagai pernyataan rasa
malu atas kegagalan dalam melaksanakan tugas. Etika kemimpinan telah berhasil mereka
timbulkan.
Mempelajari perkembangan nasionalisme baru di berbagai negara tadi, maka
pencanangan tersebut harus diartikan sebagai pengupayaan terwujudnya etika sosial yg
berlandaskan tiga hal : jujur, kerja keras, & hemat.
Tiga hal tersebut merupakan landasan bagi terwujudnya negara & masyarakat
Indonesia yg modern & yg mampu menumbuhkan kebanggaan bagi warga negaranya.
Semuanya sudah mengetahui & menyadari bahwa tdk akan terwujudnya upaya pembangun
an yg berhasil tanpa adanya kejujuran dari para pemikir & pelaksana pembangunan
tersebut. Terjadinya penyalahgunaan wewenang, kolusi, korupsi & nepotisme (ekonomi
biaya tinggi) merupakan tanda bagi adanya keharusan untuk menanamkan kejujuran
terhadap semua individu.
Ada baiknya Anda renungkan wasiat atau amanat dari pendiri Republik Indonesia
berikut ini.
182

Tidak ada pembangunan yg berakselerasi tinggi tanpa adanya sikap & kemauan
untuk bekerja keras. Sikap santai & suka menerabas adalah dua sikap negatif yg harus
dihindari. Bukanlah hal yg mudah untuk menanamkan sifat & kemauan bekerja keras di
tengah kebiasaan santai & suka menerabas. Sebab bangsa-bangsa yg maju dikenal
sebagai bangsa yg kerja keras, hemat, dalam hal membelanjakan uangnya hanya untuk hal
yg paling perlu. Sesungguhnya dari segi kecerdasan & kemauan untuk maju, bangsa kita
tdk kalah dari bangsa-bangsa yg lain. Di bidang iptek, dalam dua dasawarsa terakhir ini
kita telah mampu membanggakan pesawat terbang produk IPTN & kapal laut produk PT
PAL.
Kita juga telah melempar ke pasar internasional berbagai produk iptek, seperti
kamera Fuji & barang-barang nonmigas. Namun produk-produk tersebut masih perlu
ditambah & ditingkatkan kualitasnya sehingga suatu saat nanti akan mampu membawa nama
Indonesia di arena internasional. Prestasi olah raga, seperti catur, bridge & bulu tangkis
telah berhasil meningkatkan citra Indonesia di mata internasional. Demikian pula, prestasi
TNI/Kepolisian dalam membebaskan sandera adalah contoh lain dari suatu peristiwa yg
mampu menaikkan rasa kebanggaan sebagai bangsa apalagi ketika negara lain kemudian
menyatakan bahwaTNI/Kepolisian merupakan angkatan bersenjata ketiga terhebat di
dunia dalam hal penyelamatan sandera.
Pencapaian seperti itu pasti akan menumbuhkan rasa bangga sebagai warga negara
Indonesia sehingga tdk perlu lagi ada orang yg merasa rendah diri untuk mengakui dirinya
sebagai orang Indonesia.
Sudah tentu rasa bangga terhadap bangsa & negara tdk hanya ditimbulkan oleh
produk iptek tetapi juga dari faktor-faktor lain, seperti kondisi ekonorni & citra birokrasi
kita. Tingkat hidup rendah akan menyumbang bagi tumbuhnya rasa rendah diri. Birokasi
yg tdk efisien & korup juga menimbulkan rasa malu warga negara apabila bertemu dengan
warga negara lain. Bayangkan saja, kalau ada sementara orang mengatakan bahwa
pembangunan nasional ini seperti atau bagaikan kita membawa es batu dari Jakarta ke Irian
tanpa pendinginan (frezer).
Kualitas kurang baik SDM kita adalah faktor yg ikut menumbuhkan rasa rendah
diri bangsa. Karena itu menjadi tugas, utama kita walaupun berat agar semua pihak
bersedia untuk menangani & sekaligus mengurangi semua keadaan negatif tersebut. Saya
sendiri tetap optimis bahwa semakin lama, Indonesia akan semakin dapat diandalkan &
dibanggakan sehingga benih-benih disintegrasi bisa dihilangkan sama sekali.
183

C. PARADIGMA PANCASILA DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI


Di dalam menghadapi, era globalisasi sebagai suatu tantangan & sekaligus peluang
yg harus diraih berpijak pada budaya bangsa. Sebagai bangsa Indonesia kita tdk boleh
tercabut dari akar budaya bangsa yaitu Pancasila.
Budaya Pancasila itulah yg menjadi jati diri bangsa Indonesia yg menentukan cara
berpikir, cara bersikap & cara berbuat, kita di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
& bernegara dalam menghadapi tantangan tersebut (globalisasi). Isu globalisasi seperti
demokratisasi, hak asasi manusia & lingkungan hidup harus dilihat & dikaji bertitik tolak
pada paradigma (sudut pandang) Pancasila.
Kebudayaan Indonesia merupakan proses pemanusiaan diri dalam bentuk kesela-
rasan, keserasian & keseimbangan hidup. Oleh para pemikir bangsa dirumuskan secara
ringkas & padat dalam Pancasila (Ideologi pancasila). Para ahli falsafah telah menunjuk
bahwa sila pertama "Ketuhanan yg Maha Esa" adalah dasar dari segala sila (Notonegoro
1959, 106-107). Dengan mengacu pada pemikiran tersebut, manusia Indonesia dengan
kebudayaannya sebagai proses pemanusiaan dirinya dapat digambarkan menjadi sebuah
"segi tiga sama sisi" (gambar teoretis sekadar untuk menunjukkan perbedaan pandangan
sudut pandang) dengan puncaknya sebagai sila ke-l (Ketuhanan yg Maha Esa),
sedangkan kedua sudut dasarnya sila ke-2 (Kemanusiaan yg adil & beradab) di sisi kiri, sila
ke-3 (Persatuan Indonesia), sila ke-4 (Kerakyatan yg dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan
dalam permusya-waratan/perwakilan) & sila ke-5 (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia) di sisi kanan (lihat Gambar 4.1).
Dalam pengertian I adalah Engkau yg abadi, sila kedua dikenal sebagai "Aku"
manusia dalam konsep abstrak & sila 3, 4 & 5; dikenal sebagai sosialitas manusia.

Gambar 4.1
Paradigma Pancasila

Variasi gambaran menurut aliran liberalisme misalnya sangat mengutamakan "Aku"


dengan mengorbankan kepentingan sosialitas & kepentingan kerohanian keagamaan.
Dengan demikian wujud HAM akan mengutamakan "Aku" yg egois. Sistem sosial &
budaya dikembangkan justru untuk mendukung aku manusia yg "mandireng pribadi". Baik
unsur sosialitas & religiositas hanya diperhatikan sejauh dianggap mendukung
perkembangan kepentingan & keseimbangan harkat & martabat "Aku" manusia. (lihat
Gambar 4.2).
184

Gambar 4.2
Paradigma Liberalisasi
Variasi gambaran fundamentalisme agama sangat menonjolkan kepentingan agama
dengan mengabaikan manusia sebagai unsur "Aku" & sosialitas masyarakat. Kedua unsur
ini hanya diperhatikan sejauh mana dianggap membantu keluhuran & kemurnian hidup dalam
keagungan. Konsep HAM tentu juga akan menekankan sentralitils kemurnian hidup
keagamaan sehingga "Aku" manusia & sosialitas dianggap berfungsi apabila menghayati &
mencerminkan kemurnian hidup rohani keagamaan tersebut. (lihat Gambar 4.3).

Gambar 4.3
Paradigma Fundamentatis Agama
Gambaran manusia menurut aliran sosialis komunis titik sentralisasinya adalah
sosialitas manusia, segalanya adalah untuk rakyat.

Gambar 4.4
Paradigma Sosiatis Komunis
Istilah rakyat dalam sistem sosialis komunis adalah agregasi manusia paling sempurna
sehingga hanya sebagai rakyat itulah manusia menemukan nilainya, bukan keakuan,
kemanusiaan dengan harkat maupun martabatnya. Singkatnya manusia adalah untuk
rakyat. Kehidupan rohani dianggap sebagai dongengan yg merupakan racun bagi
kehidupan rakyat. Dalam sistem di mana rakyat adalah identik dengan kekuasaan & negara
berlakulah semboyan "manusia untuk rakyat berarti manusia untuk negara". & karena roda
mesin ideologi maka berlakulah manusia untuk ideologi. Keakuan & kerohanian diperangi &
dikikis habis, dianggap sebagai penyakit borjois & racun kehidupan rakyat. Konsep HAM
adalah konsep subversi borjuis kerdil kekanak-kanakan yg masih mementingkan karierisme &
penumpukan harta. Perjuangan HAM adalah tindakan pembangkangan & pengkhianatan.
Ideologi itulah yg membimbing cara berpikir kita (metode berpikir). Secara umum
pengertian metode berpikir ialah proses kejiwaan manusia dalam menanggapi objek-
Metode berpikir dari setiap ideologi selalu bereferensi pada pandangan ideologi yg
bersangkutan mengenai "Siapa itu manusia".
1. Individualisme
Manusia dilahirkan "bebas" & dibekali oleh penciptanya dengan sejumlah hak
asasi. Dalam hal ini .yang terpokok adalah "freedom" (kebebasan). Berdasarkan nilai
kebebasan ini maka metode berpikirnya berwatak individualistik & dinamai metode &
berpikir liberal.
185

2. Ideologi Komunis
Berdasarkan pada premis, bahwa semua materi berkembang mengetahui hukum,
kontradiksia) dengan menempuh proses "dialektik". Manusia itu mengembangkan diri
dengan bertindak keluar melalui kerja & kegiatan & dengan demikian saling berpengaruh
secara kontradiktif dengan lingkungannya dengan kemungkinan dikuasai oleh
lingkungannya. Ciri dari konsep dialektik tentang manusia ialah bahwa tdk terdapat
sifat permanen pada diri manusia. Namun demikian itu terdapat suatu keteraturan
tertentu yaitu: Kontradiksi terhadap lingkungan selalu menghasilkan perubahan yg
menentukan pada diri manusia. Berdasarkan pada perkembangan dialektik diri manusia,
maka masyarakat & sejarah berkembang secara dialektik pula & apabila diterapkan
pada sejarah kehidupan sosial disebut materialisme historik.
3. Pancasila
Konsep manusia menurut ideologi Pancasila ialah manusia itu makhluk individu
serentak makhluk sosial. Monodualisme ini adalah kodrati, tdk sekadar empiriks.
Secara kodrati manusia tdk mungkin dapat hidup sendiri, manusia yg satu memerlukan
manusia yg lain. Hakikat dari konsep manusia menurut Pancasila adalah "Saling
tergantung antarmanusia". Saling tergantung mempersyaratkan interaksi "saling
memberi" antara manusia dalam masyarakat & negara. Saling rnemberi inti isi dari nilai
"Kekeluargaan" Pasangan saling berhubungan, saling ketergantungan, saling memberi
adalah ciri pokok dari kondisi "Integrasi".
Tiap ideologi dengan sendirinya memiliki konsep dasar beserta sejumlah konsep
kunci yg taat asas & bertautan dengan konsep dasar dari ideologi. Individualisme ialah: hak
Asasi manusia yg melekat sejak manusia dilahirkan & tdk dapat diganggu gugat oleh siapa
pun, kecuali dengan persetujuannya. Konsep dasar ini terumus dalam dua buah nilai
interinsik yaitu "Kebebasan & kepentingan diri". (fredom and self interest). Konsep dasar
ini melahirkan sejumlah konsep kunci: Pertumbuhan ekonomi, yg pada gilirannya melahirkan
konsep kunci, development, market power, economic power, individualisme, self
achievement, competitif, conflict, the greates happiness for the greatest number, &
sebagainya.
Dalam Ideologi komunis manusia sebagai individu dipandang tdk memiliki arti, oleh
karena ideologi ini kontradiksi terhadap kapitalisme. Maka dengan sendirinya konsep
dasarnya ialah: memberantas nilai lebih yg dihisap oleh para kapitalisme melalui perjuangan.
Perjuangan ini dirangkai oleh konsep dasar. Pertentangan kelas, oleh karena itu konsep
kuncinya ialah: revolusi sebagai metode sekaligus arena untuk menyelesaikan pertentangan
kelas. Pertentangan kelas ini mengikuti hukum kontradiksi. Konsep kunci yg tdk kalah
penting adalah: keharusan sejarah, menangnya kaum proletar karena adanya keharusan
sejarah itu. Maka konsep kunci yg langsung mempercepat kemenangan proletar ialah
"tujuan menghalalkan cara".
Pandangan Pancasila serba integralistis. Segala sesuatu di alam semesta ini saling
berkaitan satu sama lain. Saling berkaitan itu berwujud saling memberi. Masyarakat
sebagai suatu keseluruhan tersusun oleh interaksi saling memberi antara individu &
warganya yg tetap memiliki kepribadian penuh. Demikiari pula dengan semua konsep selalu
dimulai dari keseluruhan & dengan tersusunnya suatu keseluruhan maka tiap bagian
(Individu Manusia) yg ada di dalamnya, bergerak & bekerja demi tercapainya tujuan untuk
keseluruhan. Konsep dasarnya adalah: Kemahaesaan Tuhan, manusia adalah makhluk
individu serentak sebagai makhluk sosial "Integralisme".
186

Beberapa konsep kuncinya adalah: keselarasan keserasian & keseimbangan, saling


memberi (kekeluargaan) dinamika alami. Dengan demikian jika kita berbicara pada tataran
implementasi (Das sein) tentang hak asasi maka karena perbedaan tersebut (katakanlah
perbedaan budaya) dengan sendirinya akan berbeda pemahaman kita dengan paham
komunisme & liberalisme.
Sebagai bangsa Indonesia Anda harus berpijak & berpegang pada paradigma &
metode berpikir Pancasila di atas dalam menghadapi tantangan, meraih peluang &
menghancurkan ancaman yg mungkin timbul di era kesejagatan ini (globalisasi).
Dengan paradigma & cara berpikir Pancasila itu kita memilih mana yg tepat untuk
bangsa Indonesia agar identitas & integritas tetap lestari. Dengan paradigma & cara
berpikir Pancasila itu kita mengarungi era kesejagatan itu, meraih segala peluang, untuk
membangun bangsa agar kelangsungan hidup bangsa ini tetap terpelihara dalam rangka
mencapai tujuan & cita-cita nasional. Dengan kata lainnya di era kesejagatan ini kita harus
siap menghadapinya dengan landasan & cara berpikir Pancasila untuk meningkatkan
ketahanan nasional Indonesia.

Rangkuman
Globalisasi yg dipercepat dengan pertumbuhan luar biasa dari media massa melalui
media telekomunikasi dianggap akan menghilangkan batas geografi suatu negara. Akibatnya
nasionalisme akan kehilangkan wujud aslinya & berganti menjadi universalisme atau globalisme,
di mana orang akan menjadi warga dunia, bukan warga suatu negara yg batas-batas
geografiknya sudah jelas.
Pemikiran ini berangkat dari buah pikiran Kenichi Ohmae yaitu,"Dunia Tanpa Batas".
Apa yg diutarakannya terutama dalam bidang-bidang bisnis, telekomunikasi atau informasi
maupun transportasi akan menembus batas-batas negara, tetapi tdk dengan sendirinya akan
menghilangkan negara, bangsa & identitas suatu bangsa. Nasionalisme tetap ada & relevan
dibicarakan mengingat:
1. manusia bukanlah sekadar mass product, tetapi makhluk yg berakal, berperasaan &
berbudaya.
2. fitrah manusia sebagai makhluk sosial yg bergolong-goldng (primordial). Primordialisme
akan meluas ke arah nasionalisme.
Oleh karena itu, nasionalisme tdk akan lenyap karena saat ini dengan mudah melakukan
komunikasi dengan manusia lain di belahan bumi lain dalam waktu yg relatif singkat.
3. proses globalisasi tdk akan berjalan secara mekanistik & pada akhirnya proses tersebut
diciptakan & dikendalikan oleh manusia.
Ancaman bagi nasionalisme bukanlah dari globalisasi (eksternal) melainkan banyak
ditentukan dari masalah-masalah internal yaitu dari situasi ekonomi, sosial, politik & keamanan di
dalam negeri.
Nasionalisme dewasa mempunyai objek yg berbeda jika dibandingkan dengan
nasionalisme di masa penjajahan. Di masa penjajahan, objek bagi nasionalisme adalah
"penjajah" yg ditampilkan dalam bentuk kesediaan untuk ikut berjuang melawan penjajah.
Setelah merdeka, nasionalisme mempunyai objek "negara & bangsa" sendiri sebagai penentu
kadar nasionalisme seseorang. Dengan demikian nasionalisme dewasa ini berkembang dari
persepsi individu warga negara terhadap negaranya karena penjajah sudah pergi. Jika mereka
tetap memperoleh persepsi yg baik terhadap "negara & bangsanya", maka kecintaan terhadap
bangsa & negaranya akan tetap terjaga & jika persepsinya jelek, maka kecintaan terhadap
187

bangsa & negara akan turun atau hilang sama sekali. Kesalahan umum yg sering terjadi di dalam
memahami kadar nasionalisme suatu bangsa, adalah upaya secara tdk sadar untuk
mencampuradukkan persepsi pribadi terhadap orang lain, dengan persepsi individu terhadap
bangsa & negaranya.
Dalam negara demokrasi, perbedaan pendapat adalah suatu yg wajar bahkan
merupakan karakter dari demokasi itu. Menghargai pendapat orang lain adalah salah satu ciri
dari demokrasi tersebut. Oleh karena itu, orang yg mengeritik suatu keadaan atau suatu sistem
belum tentu didorong oleh rasa bencinya terhadap bangsa & negaranya, tetapi mungkin karena
rasa cintanya terhadap bangsa & negara untuk meluruskan sesuatu yg dianggapnya bisa
merusak kehidupan berbangsa & bernegara.
Tantangan utama dalam mempertahankan nasionalisme tdk ditentukan semata-mata
oleh tantangan dari luar, melainkan tantangan tersebut dapat berwujud'upaya untuk menjaga
citra bangsa & negara agar selalu positif & dengan demikian menjadi kebanggaan bagi seluruh
warga negzra. Belajar dari pengalaman pembangunan di negara-negara tetangga yg dapat
menumbuhkan kebanggaan terhadap bangsa & negara, maka harus ditumbuhkan etika
kepemimpinan & etika sosial yg berlandaskan kejujuran, kerja keras & hemat dalam upaya
menuju masyarakat Indonesia yg modern. Sebagaimana yg diwasiatkan oleh pendiri Republik
ini. Soekarno, bahwa kebesaran bangsa & kemakmuran tdk pennh jatuh gratis dari langit, tetapi
selalu merupakan kristalisasi keringat (kerja keras).
Sementara itu dalam era globalisasi ini di mana derasnya isu demokratisasi, hak asasi
manusia & lingkungan hidup yg melanda dunia, sebagai bangsa Indonesia, kita dapat menerima
& mengkajinya dengan arif berdasarkan paradigma,(sudut pandang) & metode berpikir
Pancasila.
Mengkaji suatu permasalahan & perspektif liberal, sosialis komunis, maupun
fundamentalis agama pasti akan menghasilkan produk & manusia yg lain yg tdk seiring bahkan
bertentangan dengan akar budaya bangsa kita "Pancasila" yg menganut paham keseimbangan,
keselarasan & keserasian hubungan antara Engkau yg abadi (Tuhan yg Maha Esa, sila l), aku
(manusia dalam konsep abstrak, sila 2) & sosialitas manusia (sila 3, 4 & 5). Konsep dasarnya
ialah Kemahaesaan Tuhan, manusia adalah makhluk individu serentak sebagai makhluk sosial
"integralisme".
188

Kegiatan Belajar 3

A. KELEMAHAN & KEKUATAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI


ERA GLOBALISASI
Di dalam kegiatan belajar terdahulu Anda telah mempelajari bahwa globalisasi itu
tdk bisa dihindarkan. Globalisasi itu sudah melanda Indonesia & merobek-robek kehidupan
manusia. Ia datang membawa muatan-muatan positif & negatif, yg untuk sementara orang
mengkhawatirkannya akan menghilangkan nasionalisme atau negara bangsa (nation state).
Memang ada yg menarik untuk dikaji dalam proses globalisasi ini, seperti yg disebut oleh J.
Naisbitt sebagai Paradoks). John Naisbitt, Global Paradoks. Antara lain ia mengamati
"The more universal we become, the more tribal we act, which in the Global Paradoks also
means more and smaller parts" (hal. 50).
Selanjutnya, ia mengatakan "The development of power is shifting from state to
the individual. From vertical to the horizontal. From hierarchy to networking". Hal. 51.
Charles Handy dalam bukunyaEra Paradoks melihat kehidupan dunia modern dalam
serba paradokssal (hal. 12). Gejala-gejala paradoks itu misalnya dapat kita lihat dalam
proses globalisasi yg berefek pada diferensiasi pada satu pihak terdapat suatu budaya
munculnya subbudaya etnis, tetapi pada pihak lain atau bersamaan waktunya muncullah
gejala homogenisasi bentuk budaya terutama yg disebabkan oleh komunikasi antar-manusia
yg semakin intens.
Negara-negara yg terdiri atas berbagai jenis etnis yg dahulunya secara kuat diikat
oleh negara, kini seakan-akan ikatan itu mulai melemah dengan munculnya budaya etnis.
Masalah ini bagi bangsa Indonesia memang sudah disadari sejak semula oleh pendiri
republik ini (founding fathers). Semboyan Bhineka Tunggal Ika berarti pengakuan
terhadap nilai-nilai subbudaya etnis dari bangsa Indonesia yg bhineka, namun keseluruh-
annya diikat oleh suatu cita-cita yaitu bangsa Indonesia yg berupaya menciptakan budaya
nasional Indonesia sebagai puncak budaya etnis. Intensifnya media masa mempromosikan
daerah-daerah yg dahirlunya terpencil, tetapi sangat eksotis membuat daya tarik bagi
turisme internasional. Lihat saja CNN setiap malam menayangkan berbagai jenis atraksi
dari berbagai jenis budaya di seantero dunia. Proses ini telah menyebabkan perubahan dari
negara bangsa yg homogen ke arah suatu multikulturalisme.
Kemajuan pesat teknologi dilam wujud Triple "7" Revolution, telekomunikasi atau
informasi, transportasi & Trade (perdagangan bebas) membuat hubungan umat manusia
antarnegara menjadi sangat intens seakan-akan menggilas negara bangsa & membangun
citra global. Kemajuan pesat teknologi ini membawa muatan isu global seperti
demokratisasi, hak asasi manusia & kelestarian lingkungan hidup. Sebagai bangsa
Indonesia, dengan berpijak pada budaya Pancasila, kita harus siap menghadapi kekuatan
global tersebut, agar tetap eksis sebagai suatu bangsa dalam pergaulan dunia.
Untuk menghadapi globalisasi tersebut kita harus tahu kekuatan & kelemahan yg
kita miliki dalam segenap aspek kehidupan bangsa (astagatra) sebagai berikut,
189

1. Geografi
Potensi wilayah darat, laut, udara & iklim tropis sebagai ruang hidup sangat baik
& strategis, namun di sisi lain terdapat kelemahan dalam pendayagunaan wilayah darat,
laut, dirgantara & pengaturan tata ruangnya.
2. Sumber Kekayaan Alam
Potensi sumber kekayaan alam (SKA) di daratan, lautan & dirgantara, baik yg
bersifat hayati maupun nonhayati, serta yg dapat diperbarui maupun yg tdk dapat
diperbarui sangat besar. Hal ini merupakan modal & kekuatan dalam pembangunan.
Namun kelemahannya belum sepenuhnya potensi sumber kekayaan alam tersebut
dimanfaatkan secara optimal: Kalaupun ada yg telah dimanfaatkan masih ada di
antaranya dalam pemanfaatannya kurang memperhatikan kelestarian & distribusi
hasilnya.
Hal ini tdk sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan & keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Di sisi lain juga sumber kekayaan alam yg ada tdk
seluruhnya dapat dijaga keamanannya dengan baik atau dengan kata lain rawan
Pencurian.
3. Demografi
Jumlah penduduk Indonesia termasuk nomor 4 di dunia. Pertumbuhannya dapat
di- tekan akibat makin meningkatnya tingkat pengetahuan masyarakat melalui program
KB (Pertumbuhan 1,9%). Begitu juga tingkat kesehatan harapan hidup, & kualitas fisik
semakin meningkat. Kelemahannya, sebagian penduduk Indonesia antarwilayah atau
daerah atau antar pulau tdk proporsional, pertumbuhan belum mencapai zero growth &
kualitas nonfisik yg masih rendah.
4. Ideologi
Dalam kehidupan berbangsa, bernegara & bermasyarakat kita berpegang pada
ideologi Pancasila. Pancasila telah diterima sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan
berbangsa, bernegara & bermasyarakat. Pembudayaan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari (nilai praktis) telah dari sedang digalakkan. Kelemahannya, pengamalan atau
pembudayaan Pancasila tersebut belum sepenuhnya terwujud. Ini adalah tantangan
bagi seluruh bangsa Indonesia & jika ideologi Pancasila tersebut tdk dapat memberikan
harapan hidup lebih baik bukan tdk mungkin akan ditinggalkan oleh masyarakat.
5. Politik
Dalam pelaksanaan politik sudah diciptakan kerangka landasan sistem Politik
Demokrasi Pancasila & sudah tertata terutama struktur politik & mekanismenya.
Kendatipun demikian, hal ini perlu dikaji & disempurnakan sesuai dengan aspirasi &
perkembangan masyarakat demikian juga pelaksanaannya terus memerlukan
penyempurnaan sesuai dengan tuntutan kebutuhan & perkembangan masyarakat.
Kelernahannya, budaya politik masih perlu perbaikan & peningkatan. Suprastruktur
masih sangat dominan apabila dibandingkan dengan infrastruktur & substruktur. Begitu
juga komunikasi politik & partisipasi politik perlu mendapat perhatian untuk diperbaiki.
6. Ekonomi
Kekuatan perekonomian Indonesia terletak pada struktur perekonomian yg
makin seimbang antara sektor pertanian dengan sektor industri & jasa. Pertumbuhan
perekonomian cukup tinggi (rata-rata + 7%). Kelemahannya, peridustrian Indonesia
belum begitu kokoh karena masih tergantung pada impor bahan baku atau komponen.
Impor bahan baku atau komponen serta impor bahan-bahan lainnya sampai kepada
190

barang konsumsi membuat cadangan devisa yg semakin merosot. Belum lagi ditambah
utang luar negeri, untuk membiayai pembangunan, harus dicicil dengan devisa yg kita
miliki. Sementara itu dalam proses pembangunan, terjadi ekonomi biaya tinggi (high cost
economy) yg membuat inefisien biaya pembangunan.
Kesenjangan ekonomi juga cenderung semakin tinggi dapat memacu & memicu
destabilisasi ekonomi & politik yg berpengaruh terhadap kelangsungan pembangunan
tersebut. Perpajakan juga masih lemah & perlu? mendapat perhatian dalam upaya
meningkatkan biaya pembangunan yg sedang dijalankan saat ini.
7. Sosial Budaya
Kekuatan bangsa Indonesia terletak pada kebhinekaannya, bagaikan kumpulan
bunga berwarna-warni dalam sebuah taman. Tetapi apabila kebhinekaan atau
kemajemukan tersebut tdk dapat dibina dengan baik bukan tdk mungkin dapat menjadi
bibit perpecahan.
Dalam kegiatan belajar terdahulu kemajemukan Indonesia disebut juga rawan,
perpecahan. Sementara sebagai hasil pembangunan yg kita lakukan selama PJPT I di
era orde baru ini dapat meningkatkan kesejahteraan & kecerdasan rakyat serta
meningkatkan harkat martabat & jati diri sebagai bangsa Indonesia yg tdk lepas dari
akar kebudayaannya. Namun demikian, masih banyak kelemahan yg perlu diperbaiki di
antaranya, berkembangnya primordialisme, kolusi, korupsi, & nepotisme yg membudaya
& disiplin nasional yg semakin merosot. Kehidupan masyarakat agak cenderung ke arah
individualistis & materialistis & makin berkurangnya keteladanan para pemimpin"
8. Pertahanan & Keamanan
Dalam bidang pertahanan & keamanan sudah ditata sistem. Pertahanan &
keamanan rakyat semesta, doktrin Hankamrata serta diundangkannya UU No.
20/1982 tentang Pertahanan & Keamanan Negara. Di sisi lain bangsa Indonesia
mewarisi tradisi sebagai bangsa pejuang yg merebut kemerdekaannya dari penjajah
merupakan sumber kekuatan, Kelemahannya sistem pertahanan & keamanan rakyat
semesta tersebut belum sepenuhnya terwujud. Kesadaran bela negara belum
rnemasyarakat. Sementara itu tingkat keamanan masyarakat masih terganggu dengan
makin meningkatnya kriminalitas.
Berpijak pada kekuatan & kelemahan yg kita miliki sebagaimana diutarakan di atas,
kita menghadapi era globalisasi. Faktor yg berpengaruh sangat dominan adalah
perekonomian, khususnya perdagangan (trade) untuk memperoleh keuntungan bagi
kesejahteraan rakyat masing-masing negara. Semua kegiatan atau upaya selalu dikaitkan
dengan kepentingan ekonomi atau perdagangan. Kondisi sekarang negara-negara maju
menguasai sebagian besar modal, teknologi atau skill. Kondisi ini sangat menguntungkan
negara-negara maju dalam liberalisasi perdagangan dibandingkan dengan negara-negara
berkembang. Hal ini merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk mensejajarkan diri
dengan bangsa atau negara maju tersebut, melalui peningkatan ketahanan nasional
Indonesia. Kunci dalam peningkatan ketahanan nasional Indonesia itu adalah peningkatan
kualitas sumber daya manusia Indonesia menuju ke penguasaan ilmu pengetahuan &
teknologi yg dilandasi oleh iman & takwa.
191

B. KETAHANAN NASIONAL yg DI HARAPKAN DI ERA GLOBALISASI


Sebagaimana Anda telah pelajari pada bagian terdahulu, bahwa ketahanan
nasional Indonesia harus mampu memberikan jaminan, terhadap:
(1) identitas & integritas Nasional;
(2) eksistensi bangsa Indonesia & negara kesatuan Republik Indonesia;
(3) tercapainya tujuan & cita-cita Nasional.
Untuk semua itu, bangsa Indonesia melakukan pembangunan nasional (Bangnas).
Dalam pembangunan nasional tersebut diupayakan dengan pendekatan ketahanan
nasional yg dilandasi oleh wawasan nusantara. Oleh karena itu pula, wawasan nusantara
(Wasantara) sebagai wawasan dalam pembangunan nasional.
Penerapan pendekatan ketahanan nasional dalam pembangunan nasional sejalan
dengan kelemahan & kekuatan yg kita miliki seperti diutarakan di atas, maka diperlukan
pengaturan dalam segenap aspek kehidupan bangsa (astagrata).
Aspek Trigatra
Dalam pengaturan aspek trigatra yg perlu mendapat perhatian ialah sebagai
berikut ;
1. Pengaturan tata ruang wilayah nasional yg serasi antara kepentingan kesejahteraan &
kepentingan keamanan. Keserasian ini sangat penting karena kita tdk mau membayar
risiko yg sangat besar apabila terjadi keadaan darurat perang atau bencana. Sumber-
sumber perekonomian & permukiman harus dilindungi. Oleh karena itu, dalam
perencanaan pembangunan harus mempertimbangkan kepentingan keamanan tersebut
dalam arti luas" selain mempertimbangkan aspek kesejahteraan untuk masyarakat luas.
2. Pengelolaan sumber kekayaan alam dengan rnemperhatikan asas manfaat, daya saing
& lestari serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Asas manfaat berkaitan dengan upaya pengelolaan sumber kekayaan alam itu,
digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Mempunyai daya saing
berkaitan dengan "mutu" yg tinggi standar sesuai dengan kebutuhan pasar &
pelayanan yg menyenangkan. Tanpa mutu yg tinggi & pelayanan yg prima produk kita
tdk bisa bersaing di pasar internasional di era kesejagatan ini. Selain itu pengelolaan
sumber kekayaan alam kita hendaknya tdk melihat keuntungan sernu jangka pendek
tetapi juga melihat keuntungan jangka panjang dengan memperhatikan kelestarian
dalam pengelolaannya. Begitu pula hasil pembangunan hendaknya mencerminkan
pemerataan (keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia).

C. PEMBINAAN KEPENDUDUKAN
Penduduk Indonesia dewasa ini + 200 juta termasuk IV terbesar di dunia. Jumlah yg
terus berkembang ini karena pertumbuhan yg masih tinggi untuk itu perlu dikendalikan
pertumbuhannya melalui program KB (Keluarga Berencana). Program KB ini tdk hanya
ditujukan kepada pengendalian tersebut tetapi lebih luas dari itu yaitu peningkatan
kesejahteraan & mutu kehidupan. Berbarengan dengan itu, maka perlu diupayakan
peningkatan kualitasnya melalui program pendidikan & keterampilan dalam arti luas untuk
memulihkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yg menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi & dilandasi iman & takwa. Di sisi lain sebaran yg tdk proporsional di 17.508 buah
pulau perlu diupayakan agar rnenjadi sebaran yg proporsional, melalui program
pengembangan atau pembangunan wilayah luar Pulau Jawa.
192

Pada tahap awal transmigrasi boleh jadi menjadi alternatif, tetapi pada tahap
berikutnya perlu dipikirkan relokasi industri-industri di Pulau Jawa ke luar Pulau Jawa
serta pengembangan potensi-potensi perekonomian di wilayah luar Pulau Jawa tersebut.
Aspek Pancagatra
1. Pemahaman Penghayatan & Pengamalan Pancasila (ideologi).
Pancasila sebagai satu-satunya ideologi dalam kehidupan berbangsa, bernegara
& bermasyarakat harus dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari. Upaya ke arah itu
telah dilakukan melalui penataran P4, Pembentukan BP7 di tingkat Pusat & Daerah.
Penataran & pengajaran Pancasila di masyarakat & sekolah-sekolah masih
dianggap kurang efektif, karena cenderung berorientasi kepada keterampilan kognitif &
formalitas. Dalam pelaksanaan P4 ini keteladanan & panutan masih dibutuhkan bagi
masyarakat. Agaknya terlalu sulit mencari panutan dalam pelaksanaan P4. Ini sebuah
tantangan yg harus dihadapi & hambatan yg harus disingkirkan dalarn upaya
pelaksanaan P4 dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara & bermasyarakat.
Dalam konteks ini suatu hal yg perlu & harus Anda ingat bahwa P4 adalah
norma yg mengandung nilai-nilai hihur dalam kehidupan kita berbangsa, bernegara &
bermasyarakat, tanpa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari oleh para penganutnya
(warga negara Indonesia) dia akan kehilangan makna sebagai norma. & kalaupun ada
kelemahan, kekurangan dalam pengamalannya, itu adalah kesalahan oknum, bukan
kesalahan P4-nya.
Oleh karena itu kita harus bersikap rasional. Jangan sampai kita mau membunuh
seekor tikus di lumbung padi, lalu lumbung padinya dibakar atau dihancurkan.
2. Penghayatan Budaya Pancasila
Budaya politik (Political culture) merupakan landasan dilaksanakannya sistem
politik. Karena sistem pemerintahan Indonesia, strukturnya terdapat dalam UUD
1945 yg berlandaskan Pancasila, maka yg menjadi, political culture Indonesia adalah
Pancasila. Masalahnya, sejauh mana pemerintah & rakyat Indonesia, baik yg berada di
suprastruktur, infrastruktur maupun substruktur menghayati & mengamalkan budaya
politik Pancasila dalam praktik kehidupan politik sehari-hari. Peningkatan & pengamalan
budaya politik Pancasila ini sangat mutlak untuk memantapkan stabilitas politik di negeri
tercinta ini. Hubungan dua arah antarlembaga negara, antarpemerintah & rakyat perlu
ditingkatkan. Suasana harmonis, terpadu & bersinerji perlu diciptakan, sehingga setiap
keputusan politik yg diambil sesuai dengan aspirasi yg berkembang dalam masyarakat
berlandaskan hukum-hukum yg berlaku. Jika keputusan yg diambil sesuai dengan
aspirasi yg berkembang dalam masyarakat, maka itulah pencenminan dari demokrasi.
Salah satu karakter negara demokrasi adalah adanya UU atau hukum yg ditegakkan
(Rule of law) yg mengendalikan sistem politik, agar politik atau kekuasaan tdk
disalahgunakan (lihat penjelasan UIID 1945 Negara Indonesia berdasar atas hukum
(rechstaat) tdk berdasar kekuasaan belaka (machhstaat). Rule of law berasaskan
sapremacy of law, persamaan di muka hukum atau equality before the law (lihat Pasal 27
ayat I UUD 1945). Hak Asasi manusia (Human right) & social equality atau
kedudukan yg sama sebagai anggota masyarakat.
Dalam supermacy of law, hukum atau UU menjadi yg tertinggi, dengan demikian
kekuasaan tunduk pada hukum atau undang-undang. Apabila hukum tunduk kepadd
kekuasaan, maka kekuasaan dapat membatalkan hukum atau rnengubah hukum, &
hukum dijadikan alat untuk membenarkan kekuasaan. Dengan demikian segala tindakan
193

penguasa walaupun melanggar hak asasi manusia dapat dibenarkan oleh hukum atau
undang-undang.
Dalam negara hukum kedudukan warga negara adalah sama di muka hukum.
Apabila tdk ada persamaan di muka hukum, maka orang yg mempunyai kekuatan atau
kekuasaan akan mempunyai kekebalan hukum sehingga dapat merusak atau menindas
orang yg lemah.
Dalam hak asasi manusia (human right) mempunyai pokok yaitu hak
kemerdekaan pribadi, hak kemerdekaan berdiskusi & hak berapat. Hak kemerdekaan
pribadi adalah hak-hak untuk melakukan apa yg dianggap baik oleh dirinya tanpa
merugikan orang lain & menimbulkan gangguan terhadap masyarakat sekelilingnya. Hak
kemerdekaan berdiskusi adalah hak untuk melahirkan pendapat & mengkritik, tetapi
harus bersedia mendengar atau memperhatikan pendapat & kitik orang lain. Bagi
bangsa Indonesia penyampaian pendapat atau kritik tersebut harus sesuai dengan
aturan atau moral etika budaya politik pancasila.
Hak untuk berapat, hak ini ada yg membatasinya, yaitu apabila rapat itu
menyebab-kan kekacauan sehingga perdamaian menjadi rusak, maka rapat itu
merupakan tindakan melawan atau melanggar hukum (unlaw full). Iadi dalam human right
itu ada batasnya, yaitu hak-hak orang lain.
Pelanggaran terhadap hak-hak orang lain merupakan pelanggaran terhadap
hak-hak dirinya, karena hak kemerdekaan dirinya dengan hak kemerdekaan orang lain
adalah sama. Dalam asas social equality di mana kedudukan setiap anggota masyarakat
adalah sama. Apabila masih ada perbedaan kedudukan social, yg disebabkan oleh jenis
pekerjaan, jenis kelamin, warna kulit atau ras, maka, rule of law akan mengalami hambatan
karena yg membentuk masyarakat itu adalah orang-orang yg mempunyai asal yg sama
(warga negara) & wujud yg sama pula. Jika rule of law dengan asas-asasnya dapat kita
lakukan dengan baik diiringi dengan makin meningkatnya "kecerdasan" rakyat,
pemerintahan yg bersih & berwibawa maka "partisipasi" politik rakyat akan meningkat.
3. Mewujudkan Perekonomian yg Efisien, Pemerataan & Pertumbuhan yg Tinggi.
Pembangunan nasional yg sedang kita lakukan adalah perekonomiannya atau
beratnya pada bidang ekonomi, karena bidang ekonomi ini setragai pemicu & pemacu
kemajuan bidang-bidang lainnya. Kendatipun struktur perekonomian Indonesia makin
seimbang antara sektor pertanian dengan sektor industri & jasa, namun oleh sementara
pengamat melihatnya belum efisien. Adanya kebocoran, korupsi, kolusi, nepotisme,
pungutan liar & lain-lain yg sejenis dianggap menodai perekonomian Indonesia. Praktik
monopoli, oligopoli & sejenis lainnya, etatisme & persaingan bebas (free fith libralisme)
harus dihilangkan dalam sistem perekonomian Indonesia sesuai dengan apa yg
diamanatkan dalam UUD 1945.
Pada pelita-pelita yg lalu pertumbuh4n yg kita prioritaskan sementara
pemerataan di kebelakangkan. Saat ini sudah waktunya kita meletakkan pemerataan
menjadi prioritas, tanpa mengenyampingkan pertumbuhan. Dengan kata lain, dengan
pemerataan kita akan mencapai pertumbuhan. Konsep ini mengarah kepada
empowerment (pemberdayaan masyarakat), & bukan konglomerasi pada sekelompok
kecil anggota masyarakat. Selama ini paradigma yg dominan dalam pembangunan
adalah paradigma yg meletakkan peranan negara atau pemerintah pada posisi sentral
dalam merencanakan & melaksanakan pembangunan. Paradigma ini telah banyak
mendapat kecaman dari para ahli & pengamat pembangunan karena sangat tdk
194

mempercayai kemampuan rakyat dalam pembangunan diri & masyarakat mereka sendiri.
Selain itu, paradigma itu menghambat tumbuhnya kearifan lokal sebagai unsur sentral
dalam perencanaan pembangunan masyarakat yg berkesinambungan. Perlunya kearifan
lokal dalam perencanaan pembangunan mulai dirasakan ketika orang melihat semakin
banyaknya proyek & program pembangunan yg tdk dimanfaatkan oleh masyarakat
karena tdk sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat.
Negara & aparatnya dahulu dianggap dapat menjadi "pendorong"
pembangunan. Sebagai alternatifnya diajukan paradigma baru yg dikenal dengan
paradigma empowerment atau pemberdayaan masyarakat. Paradigma ini dilandasi oleh
pemikiran bahwa pembangunan akan berjalan dengan sendirinya apabila masyarakat
mengelola sumber daya alam yg mereka miliki & mengguriakannya untuk pembangunan
masyarakatnya. Hal ini dianggap lebih mampu mencapai tujuan pembangunan yaitu
menghilangkan kemiskinan.
Menurut para ahli, kegagalan pembangunan di negara-negara sedang
berkembang disebabkan oleh model pembanguhan yg diterapkan tdk memberikan
kesempatan kepada rakyai miskin untuk ikut dalam proses pengambilan keputusan yg
menyangkut pemilihan, perencanaan & pelaksanaan program pembangunan
Paradigma pemberdayaan ingin mengubah kondisi ini dengan cara memberi
kesempatan pada kelompok orang miskin untuk merencanakan & kemudian
melaksanakan program pembangunan yg juga mereka pilih sendiri, serta diberi
kesempatan untuk mengelola dana pembangunan baik yg berasal dari pemerintah
maupun dari pihak lain.
Pertanyaan yg muncul kemudian adalah apa perbedaan antara model
pembangunan yg "partisipatif dengan model pemberdayaan rakyat atau empowerment.
Perbedaannya terletak dalam hal model empowerment rakyat miskin, tdk hanya aktif
berpartisipasi dalam proses pemilihan program, perencanaan & pelaksanaannya tetapi
mereka juga menguasai dana pelaksanaan program itu' Sementara dalam model
partisipasi keterlibatan rakyat dalam proses pembangunan hanya sebatas pada
pemilihan, perencanaan & pelaksanaan, sedang pemerintah fetap menguasai dana guna
mendukung pelaksanaan program itu.
Model empowerment menciptakan pula suatu metodologi pengumpulan data yg
akan digunakan untuk merencanakan program pembangunan yaitu metodologi
Participation Actiort Research (PAR). Model ini sama dengan model community
nwnaged development maka PAR pun mengikutkan rakyat, khususnya rakyat rniskin
dalam mengumpulkan data, menjelaskan hal-hal yg mereka anggap menjadi penyebab
keterbelakangan masyarakat & bagaimana cara menyelesaikan masalah itu. Dengan
kata lain PAR masyarakat adalah rekanan dari peneliti bagian sebagai objek. Model
entpowerment dapat dijumpai dalam dua versi yg berbeda & perbedaan ini akan
mempengaruhi strategi yg akan dipakai dalam pelaksanaan pembangunan. Kedua versi
empowerment tersebut adalah versi dari Paulo Freire & versi yg berasal dari
Schumacher. Persamaan antara kedua versi itu terietak pada penekanan akan
pentingnya setiap agen pembangunan masyarakat mereka sendiri.
Adapun yg membedakan kedua versi tersebut terletak pada analisis &
metodologi yg digunakan oleh masing-masing versi. Versi Paul Freire berinti pada suatu
metodologi yg dia sebut sebagai metodologi conscientization yakni suatu proses belajar
untuk melihat kontradiksi sosial, ekonomi & politik yg ada dalam suatu masyarakat &
195

menyusun cara untuk menghilangkan kondisi opresif dalam masyarakat. Bagi Paul
Freire empovterment bukanlah sekadar hanya memberi kesempatan rakyat
menggunakan sumber daya alam & dana pembangunan saja tetapi lebih dari itu
empowerment merupakan upaya untuk mendorong masyarakat dalam mencari cara
menciptakan kebebasan dari struktur-struktur yg opresif. Dengan kata lain
empowerment berarti partisipasi masyarakat dalam politik. Sedang versi Schumacher
tentang empowermenr kurang berbau politik, beliau lebih menekankan pada hal-hal yg
dikatakan beliau sebagai berikut. “Pembangunan ekonomi akan berhasil jika
dilaksanakan secara meluas, gerakan pembangunan yg merakyat dengan
menitikberatkan kepada pengendalian, pemanfaatan secara optimal, terencana &
berserrangat, dengan menempatkan tenaga kerja yg berpotensi dengan tepat.
Pemerintah tdk pernah dididik jadi enterpreuner, inovator, tetapi jadi regulator.
Schumacher percaya bahwa manusia itu mampu untuk membangun diri mereka sendiri
tanpa mengharuskan terlebih dahulu menghilangkan ketimpangan struktural yg ada
dalam masyarakat. Schumacher menyatakan bahwa strategi yg paling tepat untuk
menolong si miskin adalah memberi kail pada ikan dengan demikian mereka mandiri.
Seperti sudah disebut di atas dua versi empoweftnent itu akan menentukan
pendekatan yg digunakan oleh masing-masing pendukung & tingkat keberhasilannya.
Empowerment versi paul Freire telah dapat diduga akan sulit berhasil apabila
empoweftnenr itu dihadapkan pada interest-interest yg kuat & dominan dalam suatu
masyarakat. Para elite lokal pasti akan menentang empowermenl versi Freire karena
keradikalannya. Namun entpowerment versi Schumacher yg memfokuskan pada
pembentukan kelompok mandiri juga tdk akan banyak mempunyai arti tanp-a ada
dukungan politik. Contohnya, dalam upaya membantu orang miskin dengan memberi
kail, namun apabila kaum miskin itu tdk diberi hak untuk mengail di sungai maka pastilah
mereka tdk akan dapat hidup dengan lebih baik. Andaikan juga diberikan hak untuk
mengail, tetapi ikan-ikan yg dikair sudah habis di jaring oleh nelayan besar, tentu tdk
ada artinya. Dengan kata lain versi empowermenl apa pun yg akan kita pilih dibutuhkan
"dosis,, politik untuk menjadi obat yg ampuh bagi penyakit kemiskinan. Empowermenl
sebagai suatu strategi pembangunan rnemrliki unsur transformatif. Apabila unsur ini
tdk dapat dikembangkan, maka empowerrnent tdk akan mampu menjadikan dirinya
sebagai strategi yg ampuh & hanya tinggal menjadi slogan dalam upaya memberantas
kemiskinan. Kita tdk akan mampu memberdayakan petani Indonesia apabila mereka tdk
diizinkan mendirikan suatu organisasi baru yg benar-benar dibentuk oleh petani & untuk
petani.
Dengan kata lain model empowerment itu sangat berkait dengan upaya kita
membentuk suatu civil society (masyarakat madani). Kendatipun kita harus berupaya
keras untuk memberdayakan rakyat dalam proses pembangunan, namun upaya tersebut
harus dilaksanakan secara rasional dalam artian kita perlu memahami kendala-kendala
yg ada dalam diri kelompok rakyat itu sendiri. Amatlah besar risiko kegagalannya
apabila kita demi memberdayakan rakyat menyerahkan sejumlah dana yg cukup besar
kepada kelompok masyarakat yg belum pernah memiliki pengalaman mengelola uang
sebesar itu ataupun pengalalnan lain yg akan dapat membantu memperkokoh
keberdayaan kelompok itu. Para pengamat pembangunan di Amerika Latin merasa
sangat khawatir atas keputusan organisasi bantuan pembangunan Amerika untuk
menyerahkan dana bantuannya langsung pada organisasi "akar rumput" yg kebanyakan
196

belum mempunyai pengalaman dalam pengelolaan dana. yg dikhawatirkan adalah


kegagalan organisasi-itu melaksanakan tugasnya akan menciptakan amunisi bagi
mereka-mereka yg propendekatan pembangunan yg topdown untuk menembak jatuh
model pemberdayaan itu (bottom up).
Satu masalah penting dalam proses pembangunan di negara yg sedang
berkembang adalah adanya asas "the government can do not vlrong”. Asas ini
menyebabkan sulitnya tumbuh sikap akomodatif & bertanggung jawab di kalangan
aparat negara. Karena pemerintah tdk dapat bersalah, aparatnya pun tdk dapat
disalahkan. Pemerintah Indonesia telah mendirikan Pengadilan Tata Usaha Negara
untuk menggantikan asas the government can do not wronS termasuk aparatnya
menyadi asas the government can do wronq.
Memberdayakan rakyat adalah suatu konsep politis yg berarti menata kembali
hubungan antara negara & rakyat & antara kaya & miskin, & bukan hanya sekadar
memberi kail pada rakyat. Meskipun diberi kail rakyat tdk akan dapat banyak berbuat
apabila ikan-ikan di sungai telah habis ditangkap nelayan besar. Dengan kata lain
pemberdayaan rakyat tdk akan berhasil apabila tdk didukung oleh adanya suatu sistem
politik & ekonomi yg demokastis. Empowerment tdk akan muncul kalau masih ada
floating nass, birokrasi yg suka material & lain sebagainya. Dengan kata lain reformasi
ekonomi dengan model $ pemberdayaan ini harus disertai dengan reformasi di bidang
politik.
Harus disadari bahwa empowerment ini mengarah pada transformasi hubungan
antara kekuatan-kekuatan sosial, ekonomi & politik dalam negara ini. Pemahaman
seperti ini merupakan syarat pertama untuk menjamin keberhasilan model itu. Ini berarti
kita harus berani meninjau kembali berbagai undang-undang, peraturan pemerintah &
lain-lainnya yg diperkirakan dapat menghambat pelaksanaan model ini. (baca paket 5
UU politik). Model empowerment tdk akan banyak membantu memperkuat posisi
kelompok orang miskin kalau kita tdk menghapus pendekatan "massa mengambang"
dalam membangun kehidupan berpolitik rakyat pedesaan. Demikian pula model
empowerment tdk akan berjalan apabila tdk didukung suatu sistem peradilan yg mandiri.
Model empowerment hanya dapat berjalan dengan baik apabila digerakkan oleh kelas
intelektual desa. Pemerintah telah memiliki kelas intelektual desa yaitu para Kader
Pembangunan Desa (KPD) meskipun jumlahnya masih kecil & kemampuan
perencanaan pembangunan mereka masih sangat minirn pula. Kita perlu meningkatkan
mutu & fungsi KPD di desa.
Salah satu masalah dalam pembangunan pedesaan di negara kita adalah
bagaimana desa mampu mengakumulasi modal yg dapat digunakan untuk membiayai
pembangunan desa secara mandiri. Sebaiknya LKMD diberikan status hukum
sehingga LKMD dapat menjadi penghasil dana bagi pembangunan desa. Lembaga
Ketahanan Masyarakaf Desa (LKMD) yg berbadan hukum dapat ikut mengerjakan
pekerjaan pembangunan di Jaerah pedesaan sebagai kontraktor. Dana Pembangunan
Pedesaan dengan demikian dapat terus terakumulasi di daerah pedesaan.
Terakumulasinya modal di pedesaan juga akan menunjang keberhasilan model
empowerment itu. Peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah, khususnya dalam
hal kemanrpuan mereka dalam mendengar aspirasi & melayani masyarakat. Birokrasi
negara harus memiliki sikap mental baru yakni sikap memfasilitasi masyarakat &
bertanggung jawab pada masyarakat terhadap segala kebijaksanaannya. Pemerintah
197

sebenarnya telah menyiapkan sebuah institusi yg dapat mengubah mentalitas aparat


negara yg menghambat. proses pemberdayaan masyarakat yakni lembaga PTUN
(Pengadilan Tinggi Usaha Negara).
Lembaga PTUN juga akan menghilangkan sikap atau mentalis government can
do not wrong yg selama ini menjadi daiar interaksi antara pemerintah & masyarakat.
Itulah salah satu pendekatan dalam mewujudkan perekonomian yg efisien, pemerataan,
& pertumbuhan yg tinggi. Untuk Anda ketahui pula bahwa di era kesejagatan ini tdk
ada suatu Negara pun yg tdk terkait perekonomiannya dengan negara lain. Karena
keterkaitan itu melalui perdagangan, maka gangguan Perekonomian di satu negara akan
berpengaruh terhadap negara mitranya dalam, perdagangan. OIeh karena itulah perlu
dilakukan kerja sama antara negara yg saling membantu & saling menguntungkan satu
sama lain. Jatuhnya nilai rupiah terhadap Dolar atau Yen akan mempengaruhi daya beli
kita terhadap produk-produk luar (import). Oleh karena itu, tdk usah heran negara-
negara yg mempunyai hubungan dagang dengan Indonesia (negara mitra) mengulurkan
tangannya untuk turut menstabilkan perekonomian Indonesia, agar terjadi
kesinambungan kerja sama yg saling menguntungkan tersebut.
4. Memantapkan ldentitas Nasional Bhineka Tunggal Ika
Identitas nasional bangsa Indonesia ialah Pancasila. Pancasila menjadi pedoman
hidup kita dalam praktik kehidupan berbangsa bernegara & bermasyarakat harus betul-
betul diterapkan. la tdk hanya sekadar dihapal atau menjadi keterampilan kognitif,
tetapi hendaknya menjadi perilaku (nilai praksis) setiap bangsa Indonesia, lembaga
pemerintah & lembaga negara. Inilah yg harus dimantapkan agar benar-benar menjadi
jati diri bangsa Indonesia.
Di sisi lain bangsa kita adalah bangsa yg majemuk. Perlu disadari dalam
kemajemukan itu terdapat kerawanan yaitu gampang dipecah belah. Sejarah
perpecahan bangsa Indonesia telah cukup menjadi pelajaran. Jangan sampai kita
kehilangan tongkat dua kali kata orang bijak. Oleh karena itu, perlu diciptakan iklim yg
kondusif untuk hidup bersama dalam suasana kebhinekaan tersebut. Hilangkan
premordialisme. Kondisi-kondisi yg mengarah kepada pertentangan SARA (Suku
Agama Ras & antara golongar/aliran) harus dihilangkan.
Selain itu, menegakkan hukum (rule of law) dengan asas-asasnya mutlak
diterapkan. Di eta kesejagatan ini pula, kita perlu memacu peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Dengan kondisi sekarang, kita sulit untuk hidup di dunia yg penuh
persaingan ini. Kita tdk bisa mengandalkan keunggulan komparatif yg kita miliki, tetapi
harus mengandalkan keunggulan kompetitif. Dengan kualitas sumber daya manusia yg
unggul tersebut dapat diciptakan berbagai lapangan kerja & tdk kalah bersaing dengan
bangsa lain, minimal di kandang sendiri. Untuk itu kita perlu investasi yg besar dalam
dunia pendidikan dalam arti yg luas.
Bangsa yg maju pada umumnya adalah bangsa yg kualitas sumber daya
manusianya tinggi yg menguasai iptek, disiplin & mempunyai etos kerja. Kita harus
mengarah ke situ jika mau menyejajarkan diri dengan bangsa-bangsa yg telah maju.
5. Memantapkan Kesadaran Bela Negara
Bela negara merupakan kewajiban hak & kehormatan bagi setiap warga negara.
Bela negara dalam pengertian yg luas tdk hanya menyangkut masalah kemiliteran atau
Hankam, tetapi pada seluruh aspek kehidupan bangsa & negara (ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya & Hankam). Dalam konteks Hankam telah diciptakan Sistem
198

Pertahanan Rakyat Semesta yg perlu terus diwujudkan. Kondisi negara saat ini &
lingkungan strategi tdk menekankan kepada pembangunan Hankam tetapi kepada
pembangunan bidang ekonomi. Peningkatan alokasi anggaran pada bidang
kesejahteraan akan mengurangi alokasi anggaran pada bidang keamanan. Anda dapat
melihatnya pada kurva Jahkam pada Modul 3. Namun yg sangat perlu Anda ingat di
sini adalah masalah keamanan tdk hanya datang dari luar (invasi negara lain) tetapi
dapat pula timbul dari dalam negeri, yg dipicu oleh masalah-masalah ideologi, politik,
ekcnomi & sosial budaya (SARA).
Untuk itu sangat penting dijaga & dimantapkan stabilitas keamanan & aspek
kehidupan lainnya. Stabilitas ini merupakan sarat mutlak dalam pembangunan. tdk ada
investor yg mau menanamkan modalnya jika stabilitas di negara ini tergoncang. Begitu
pula tdk ada ketenangan bagi rakyat untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan
nasional. Perut Anda boleh kenyang, tetapi tetap dihantui oleh ketakutan, tdk akan
membuat nyaman hidup Anda. Bukankah begitu? selain diperlukannya stabilitas
keamanan dalam pembangunan nasional, maka yg lebih esensial harus dipadukan atau
dimantapkan ialah kesamaan pola pikir, pola sikap & pola tindak kita untuk mencapai
karsa dalam cita-cita nasional, tujuan nasional, tujuan pembangunan Nasional, sasiuan
pembangunan nasional, & kepentingari Nasiona!.
Begitu pula di dalam gerak pembangunan nasional yg intensif kita lakukan
sekarang adalah masalah keterpaduan yg masih perlu mendapat perhatian, baik itu
antara pemerintah masyarakat, antar pusat daerah, antar sektor-sektor pembangunan
maupun di dalam sektor pembangunan. Hal ini harus diupayakan oleh para elit
kepemimpinan nasional pada suprastruktur & infrastruktur baik di tingkat pusat maupun
daerah.
Dengan konsep keterpaduan ini (Pendekatan Ketahanan Nasional), kita
praktikkan dalam sikap gerak pembangunan nasional, bukan hanya efisiensi yg dapat
kita peroleh, tetapi juga hasil pembangunan nasional tersebut akan lebih bermanfaat
atau lebih meningkatkan taraf kehidupan masyarakat (kesejahteraan & keamanan),
sehingga mempunyai dampak yg luas dalam meningkatkan ketahanan nasional dalam
segala aspek kehidupan bangsa Indonesia (ideologi politik, ekonomi sosial budaya &
hankam). Maka dengan memperhatikan konsepsi ketahanan nasional & hakikat nilai-nilai
pembangunan nasional yg dgabarkan dalam sasaran-sasaran pembangunan nasinnal yg
ingin kita capai, sangat mungkin kita melaksanakan pembangunan dengan pendekatan
ketahanan nasional. Ini berarti ketahanan nasional tdk hanya sebagai "kondisi", tetapi
juga sebagai "metode" untuk menjelaskan & meramalkan masalah-masalah
pembangunan. Setiap masalah yg ada dalam pembangunan nasional mengakibatkan
kondisi tertentu dalam ketahanan nasional. Dengan ketahanan nasional yg terus
meningkat di segala aspek kehidupan bangsa, bangsa Indonesia akan tetap "survive",
betapa pun'besarnya badai kehidupan yg datang menghantamnya di era kesejagatan
ini. Badai tersebut pasti akan dapat kita atasi & pasti berlalu. Untuk dapat
mengoperasionalkan pendekatan ketahanan nasional kita perlu mengetahui pendekatan
kesisteman, karena ketahanan nasional merupakan suatu sistem. Kriteria suatu sistem
dipenuhi oleh ketahanan nasional, yakni adanya komponen-komponen yg saling
berinteraksi satu sama lain (astagrata) untuk mencapai tujuan yg telah ditetapkan yakni
peningkatan kesejahteraan & keamanan.
199

Secara garis besar pendekatan ketahanan nasional dalam pembangunan


nasional dapat dimodelkan sebagai berikut.

Gambar 4.5
Model Pendekatan Ketahanan Nasionat datam Pembangunan Nasional

Dalam model tersebut kedelapan aspek kehidupan (astagrata) ditempatkan


atau dianggap sebagai komponen proses yg akan memproses baik langsung maupun tdk
langsung'ir,put mentah (masalah masyarakat) menjadi output berupa kondisi ketahanan
nasional sesaat itu kesejahteraan & keamanan. Selanjutnya dengan menggunakan
pendekatan multidisiplin & interdisiplin dari kedelapan gatralaspek tadi, kondisi
ketahanan nasional sesaat dapat diukur. Dengan mengetahui tingkat ketahanan
nasional sesaat, maka kita dapat memilih kebijaksanaan & strategi untuk mencapai
tujuan nasional yg diinginkan. Pembangunan menggunakan pendekatan ketahanan
nasional & keterpaduan dalam pola pikir, sikap & tindakan sesuai dengan konsepsi
ketahanan nasional tersebut, maka dengan sendirinya akan meningkatkan ketahanan
nasional bangsa Indonesia di era percaturan global dewasa ini.

Garnbar 4.6
Gambar Skematis Pembangunan dengan Pendekatan Tannas Menghadapi
Tantangan Gtobatisasi

Tingkat ketahanan nasional yg kita ciptakan tersebut melalui pembangunan


nasional dengan pendekatan tadi mengarah kepada kebangkitan bangsa Indonesia
untuk menyejajarkan dirinya dengan bangsa-bangsa yg telah maju (national rivival),
ketahanan nasional yg tangguh (national resiliencies) & kelangsungan hidup bangsa &
200

negara atau kejayaan bangsa & negara (national survival) yg bebas dari berbagai
bentuk penjajahan.
Rangkuman :
Globalisasi membawa angin perubahan terhadap kehidupan negara & bangsa.
Hubungan umat manusia antarnegara sangat intens seakanakan menggilas negara bangsa
(nation state) & membangun citra global. Sebagai bangsa Indonesia, dengan berpijak pada
budaya Pancasila, kita harus siap menghadapi kekuatan global tersebut, agar tetap eksis
sg6agai suatu bangsa dalam pergaulan dunia.
Untuk itu kita mengetahui kekuatan & kelemahan yg kita miliki dalam segenap aspek
kehidupan (astagatra). Kekuatan yg kita miliki dalam astagatra (geografi, sumber kekayaan
alam, demografi, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, & Hankam) hendaknya dapat
dipertahankan, ditingkatkan & dikembangkan, sedangkan kelemahan-kelemahan yg ada
hendaknya dapat diatasi & diubah menjadi kekuatan untuk meningkatkan ketahanan nasional di
dalam menghadapi era globalisasi. Kunci dalam meningkatkan ketahanan nasional Indonesia
adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia yg menuju kepenguasaan ilmu
pengetahuan & teknologi (IPTEK) yg dilandasi oleh iman & takwa (imtag). Hal ini sejalan
dengan hakikat pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia dari masyarakat Indonesia
seutuhnya. Dalam pembangunan nasional yg kita lakukan untuk meningkatkan ketahanan
nasional dilandasi oleh Wawasan Nusantara. Penerapan pendekatan ketahanan nasional
dalam pembangunan nasional, berarti kita melihat kekuatan & kelemahan bangsa Indonesia
dalam seluruh aspek kehidupan (astagatra) secara konprehensif integral, membangun secara
bersinerji aspek kehidupan bangsa tersebut. Wawasan Nusantara merupakan landasan atau
kerangka & visi yg mengikat bangsa Indonesia dalam pembangunan nasional, sehingga hasil
pembangunan yg kita capai atau tingkat ketahanan nasional yg dihasilkan tetap dalam kerangka
atau ikatan persatuan & kesatuan segenap aspek kehidupan bangsa Indonesia & dapat
memberikan jaminan terhadap identitas & integritas bangsa Indonesia & negara kesatuan
Republik Indonesia serta tercaPainya tujuan & cita-cita nasional.
Oleh karena itu, dalam pembangunan nasional untuk mencapai tingkat ketahanan
nasional yg kita harapkan di dalam mengarungi bahtera globalisasi ini diperlukan pengaturan-
pengaturan dalam aspek trigatra & pancagatra.
Dalam aspek Trigatra diperlukan pengaturan ruang wilayah nasional yg serasi antara
kepentingan kesejahteraan & kepentingan keamanan, pembinaan kependudukan, pengelolaan
sumber kekayaan alam dengan memperhatikan asas manfaat, daya saing & kelestarian. Dalam
aspek pancagatra diperlukan pemahaman penghayatan & pengamalan Pancasila di dalam
kehidupan kita berbangsa, bernegara & termasyarakat. Penghayatan budaya politik Pancasila,
mewujudkan perekonomian yg efisien, pemerataan & pertumbuhan yg tinggi untuk mencapai
kesejahteraan yg meningkat bagi seluruh rakyat memantapkan identitas nasional Bhineka
Tunggal Ika, & memantapkan kesadaran bela negara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selanjutnya di dalam gerak pembangunan yg kita lakukan perlu diperhatikan
keterpaduan yg sejalan dengan konsepsi ketahanan nasional, yaitu keterpaduan antara
Pemerintah dengan Daerah & keterpaduan antara sektor-sektor pembangunan & di dalam
sektor pembangunan. Dengan konsep keterpaduan ini (Pendekatan Ketahanan Nasional)
akan kita peroleh nilai tambah yg tinggi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan & keamanan
rakyat (Ketahanan Nasional yg simakin meningkat) sehingga kita tetap bertahan hidup, betapa
pun Besarnya badai kehidupan yg datang menghantam di era kesejagatan ini. Badai
kehidupan tersebut pasti dapat kita atasi & pasti berlalu.

Anda mungkin juga menyukai