Anda di halaman 1dari 47

POKOK BAHASAN 6

ANALISIS KORELASI
STMIK BANJARBARU
2018

DOC. SYAHIB N 1
Tujuan Pembelajaran
a. Menjelaskan Pengertian Korelasi
b. Menjelaskan korelasi product Moment &
cara pengujian signifikansinya
c. Menjelaskan korelasi rank spearman & cara
pengujian signifikansinya
d. Menjelaskan korelasi phi dan chi-square &
cara pengujian signifikansinya
e. Menjelaskan cara menghitung berbagai
bentuk korelasi dengan memanfaatkan
aplikasi SPSS

DOC. SYAHIB N 2
1.Definisi
Korelasi adalah Teknik Statistik yang digunakan
untuk mencari hubungan antara 2 variabel.
Dua variabel dimaksud disebutkan dengan
istilah variabel X dan variabel Y

Bila variabel X dan variabel Y sudah dihitung


taraf korelasinya, maka akan dapat ditentukan
arah korelasinya.

Arah korelasi dalam statistik ada 3 macam :


(1) arah positif, (2) arah negatif atau (3) nihil

DOC. SYAHIB N 3
1. Arah korelasi positif terjadi bila kenaikan atau
penurunan nilai pada variabel X diikuti oleh
kenaikan atau penurunan nilai variabel Y
( perubahan nilai variabel searah)
2. Arah korelasi negatif terjadi bila kenaikan nilai
variabel X diikuti oleh penurunan nilai variabel
Y , atau penurunan nilai variabel X diikuti dengan
kenaikan nilai variabel Y (perubahan nilai
variabel berlawanan arah)

3. Apabila variabel X dan variabel Y tidak memiliki


hubungan yang sistematis maka karelasinya
disebut nihil ( atau 0 )

DOC. SYAHIB N 4
Pola hubungan pada diagram scatter
1 2 3
y y y

x x x

Hubungan Positif Hubungan Negatif Tidak ada hubungan


Jika X naik, maka Jika X naik, maka antara X dan Y
Y juga naik dan Y akan turun dan
jika X turun, maka jika X turun, maka
Y juga turun Y akan naik

DOC. SYAHIB N 5
Arah korelasi itu ditunjukkan oleh suatu
nilai yang disebut dengan koefisien
korelasi. Koefisien korelasi bergerak dari –
1 sampai dengan + 1.

Jika korelasi memiliki koefisien -1 maka


disebut korelasi negatif sempurna, dan
sebaliknya jika +1 disebut positif
sempurna.
Secara empiris, hampir tidak pernah dijumpai
koefisien korelasi yang sempurna baik negatif
maupun positif.

DOC. SYAHIB N 6
2. Jenis-jenis Korelasi
Pada pokok bahasan ini akan dibahas 3 macam
uji korelasi yaitu :
1. Korelasi Product Moment ( r-xy)
2. Korelasi Tata Jenjang ( Rank Order = rho)
3. Korelasi Phi (Ø)

1. Korelasi Product Moment ( r xy )


Korelasi Product Moment (ditemukan oleh Karl
Pearson) digunakan untuk menjelaskan hubungan
(korelasi) antara dua buah variabel yang sama-sama
datanya berjenis interval atau rasio.
Untuk menghitung nilai koefisien korelasi product
moment digunakan rumus sebagai berikut :
DOC. SYAHIB N 7
N. ∑ XY - ∑ X. ∑ Y
r xy = -------------------------------------------------------
√ [ (N. ∑ X2 )- (∑ X ) 2 ][ (N. ∑ Y2 )- (∑ Y ) 2 ]

Bagaimana menerapkan model ini ?


Sebagai contoh : Misalkan kita ingin menguji apakah ada
korelasi antara Intelegensi dengan prestasi belajar siswa.

Karena kita punya anggapan bahwa intelegensi dan prestasi


belajar siswa itu diduga ada hubungan yang signifikan ?

DOC. SYAHIB N 8
Untuk itu kita harus mendapatkan data tentang intelegensi
dan data tentang prestasi belajar siswa.

Misalkan diperoleh data sbb :

X 2 4 2 3 5 2 4 3 3 2
Y 2 5 2 4 3 5 8 6 3 2

variabel X adalah Skor intelegensi dan variabel Y.


prestasi belajar siswa

Untuk mendapat koefisien korelasi, maka data tersebut


harus diolah dengan membuat tabel bantu untuk
perhitungan sbb
DOC. SYAHIB N 9
Tabel 5. 1
Tabel untuk menghitung Korelasi
Product Moment
N X Y X2 Y2 XY
(1) (2) (3) (4 = 22 ) (5=32 ) (6 = 2x3)
1 2 2 4 4 4
2 4 5 16 25 20
3 2 2 4 4 4
4 3 4 9 16 12
5 5 3 25 9 15
6 2 5 4 25 10
7 4 8 16 64 32
8 3 6 9 36 18
9 3 3 9 9 9
10 2 2 4 4 4
∑ 30 40 100 196 128

DOC. SYAHIB N 10
N. ∑ XY - ∑ X. ∑ Y
r xy = -------------------------------------------------------
√ [ (N. ∑ X2 )- (∑ X ) 2 ][ (N. ∑ Y2 )- (∑ Y ) 2 ]

[(10)(128)] - [ (30) (40) ]


r xy = -------------------------------------------------------
√ [ (10. 100 )- (30 ) 2 ][ (10. 196 ) - (40 ) 2 ]

DOC. SYAHIB N 11
[1.280] - [1.200 ]
r xy = -------------------------------------------------------
√ [ (1.000 ) - (900 ) ][ (1.960 ) - (1.600 ) ]

80 80
r xy = ----------------------- = --------- = 0,42 ( arah positif )
√ [100 ][ 360] 189,7

Dengan menggunakan rumus ini kita dapat memperoleh


bahwa koefisien korelasi sebesar 0,42.

DOC. SYAHIB N 12
Jika dikerjakan dengan menggunakan Aolikasi
SPSS maka hasilnya dapat dilihat dari Print
Outnya sbb : ( Nilainya sama )

Print Out SPSS

DOC. SYAHIB N 13
Interpretasi nilai r
Tabel 5.2 Interpretasi Nilai r

Interval nilai r Tingkat hubungan


0 ≤ r < 0,2 Sangat rendah
0,2 ≤ r < 0,4 Rendah
0,4 ≤ r < 0,6 Sedang
0,6 ≤ r < 0,8 Kuat
0,8 ≤ r ≤1 Sangat kuat

DOC. SYAHIB N 14
Apakah koefisien korelasi sebesar 0,42 ini merupakan
kofisien korelasi yang signifikan (bermakna), sehingga
nantinya kita dapat menarik kesimpulan (generalisasi)
terhadap populasinya. ?

Untuk membuktikannya maka Perlu dilakukan pengujian


statistik ?

Bagaimana cara melakukan pengujian Statistik ?

Pengujian yang dilakukan dengan cara membandingkan


antara koefisein korelasi yang dihitung (r empiris,
disingkat rh) dengan koefisien korelasi teoritisnya (r
teori disingkat rt )

DOC. SYAHIB N 15
Langkah-langkah melakukan pengujian :
1. Tetapkan kriteria Uji dengan tingkat signifikansi tertentu
( untuk ilmu sosial bisanya 5 %)
Kriteria ujinya adalah :
Jika rhit > rtr maka korelasi signifikan atau sebaliknya
Jika rhit < rtr maka korelasi tidak signifikan
2. Hitunglah r empirisnya.
3. Carilah dalam tabel statistik r teori dengan tingkat
signifikansi yang dikehendaki.
4. Bandingkan nilai r hit dengan r tr
5. Interpretasikan Hasil pengujian tersebut.

DOC. SYAHIB N 16
Pengujian Statistik ( untuk contoh diatas )

1. Kriteria ujinya adalah :


Jika rhit > rtr maka korelasi signifikan atau sebaliknya
Jika rhit < rtr maka korelasi tidak signifikan

2. Dengan menggunakan rumus diatas kita dapat


memperoleh bahwa koefisien korelasi sebesar 0,42.

3. Mencari nilai r teori sebagai alat pembanding


(lihat tabel statistik )

DOC. SYAHIB N 17
Tabel 5. 3
Nilai-nilai r (Product Moment)

N Tingkat Signif N Tingkat Sinif


1% 5% 1% 5%
3 0,999 0,997 12 0,708 0,576
4 0,990 0,950 13 0,684 0,553
5 0,959 0,878 14 0,661 0,532
6 0,917 0,811 15 0,641 0,514
7 0,874 0,754 16 0,623 0,497
8 0,834 0,707 17 0,606 0,482
9 0,798 0,666 18 0,590 0,468
10 0,765 0,632 19 0,575 0,456
11 0,735 0,602 20 0,561 0,444
Sumber : Tulus Winarsunu ( Statisti Dalam Penelitian Psikologi & Pendidikan

DOC. SYAHIB N 18
Koefisien korelasi teoritisnya (r teori disingkat rtr) ditemukan pada
tabel r product moment dalam lampiran buku-buku statistik
Berdasarkan pada tabel r product moment diketahui
bahwa r teori = 0,632 (tingkat signifikansi 5 %) dan pada tingkat
signifikansi 1 % r teori = 0, 765
Masukan pada Kriteria uji yang sudah kita tetapkan : :

Jika rh > rt maka korelasi signifikan


Jika rh < rt maka korelasi tidak signifikan

r hitung = 0,42
r teori = 0,632

Hasil perbandingan kedua r tersebut menunjukkan bahwa


r hitungnya lebih kecil dari r teori ( 0,42 ≤ 0,632 ) pada tingkat
signifikansi 1 % maupun 5 %

DOC. SYAHIB N 19
Berdasarkan kenyataan ini, maka kita dapat membuat
interpretasinya bahwa tidak ada hubungan (korelasi)
yang signifikan antara variabel intelegensia (X) dengan
variabel prestasi belajar siswa (Y) baik pada tingkat
signifikansi 5 % maupun 1 %

Selain koefisien korelasi juga dapat ditentukan koefisien


determinasi yaitu suatu angka yang menunjukkan
besarnya sumbangan (kontribusi) variabael X terdahap
variabel Y yaitu dengan rumus :

Koefisien Determinasi ( r 2 ) = ( rhit ) 2 x 100 %

DOC. SYAHIB N 20
Pada contoh diatas jika dihituntung koefisien
determinasinya

( r 2 ) = ( 0,42 ) 2 x 100 %
= 17,64 %

Dari perhitungan koefisein determinasi tersebut


dapat di-interpretasikan bawah variabel X
(intelegensia) hanya mampu menjelaskan
perubahan variabel Y (prestasi belajar siswa )
hanya sebesar 17,64 % sedangkan 82,36 % nya
dijelaskan oleh variabel lain ( selain variabel X )

DOC. SYAHIB N 21
2. Korelasi Tata Jenjang ( rho )
Korelasi Tata Jenjang disebut juga rank order
correlation atau rank diffrence correlation adalah
tehnik korelasi yang dikembangkan oleh Charles
Spearman, yang digunakan untuk menjelaskan
hubungan (korelasi) antara dua buah variabel
yang keduanya merupakan data ordinal atau
tata jenjang.
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab
sebelumnya, bahwa data ordinal selalu
menunjukkan adanya urutan, tingkatan, ranking,
atau gradasi yang menunjukkan perbedaan
besaran antara nilai variabel yang satu dengan
yang lainnya.
DOC. SYAHIB N 22
Apabila peneliti memiliki data yang berjenis
interval atau rasio, maka harus dirubah dulu
kedalam urutan ranking - ranking yang merupakan
ciri dari data ordinal. Membuat ranking adalah
dengan mengurutkan skor dari nilai yang tertinggi
sampai yang terendah, dimana secara berurutan,
mulai dari skor tertinggi itu diberi ranking 1, 2, 3,
4, 5 dst sampai skor yang terendah.

Untuk menghitung nilai koefisien korelasi tata


jenjang digunakan rumus sebagai berikut :

DOC. SYAHIB N 23
6. ∑ D 2
r ho = 1 - ---------------------
N ( N2 – 1 )

Dimana : rho = koefisien korelasi tata janjang


D = Difference atau beda antar ranking atau ordinal
N = Number atau jumlah individu
1 & 6 = bilangan konstan

Contoh misalkan kita meneliti apakah ada korelasi


antara nilai hasil ujian tengah semester (variabel
X) dengan nilai hasil ujian akhir semester
(variabel Y) pada mahasiswa prodi Teknik
Informatika STMIK Banjarbaru

DOC. SYAHIB N 24
Misalkan diperoleh data sbb :

No 1 2 3 4 5 6 7 8
X 90 55 80 85 65 75 60 84
Y 85 60 75 70 55 65 50 80

Dari data diatas kita harus membuat


tabel bantu untuk menghitung koefisien
korelasi tata janjang ini sebagai berikut :

DOC. SYAHIB N 25
Tabel 5. 4
Tabel untuk menghitung Korelasi
Tata Jenjang

No X Y Ordinal Ordinal D ∑D2


X Y
1 90 85 1 1 0 0
2 55 60 8 6 2 4
3 80 75 4 3 1 1
4 85 70 2 4 -2 4
5 65 55 6 7 -1 1
6 75 65 5 5 0 0
7 60 50 7 8 -1 1
8 84 80 3 2 1 1
∑ - - - - 0 12

DOC. SYAHIB N 26
6. 12 72
r ho = 1 - ------------------ = 1 - ----------- = 1 - 0,143
8 ( 8 2– 1 ) 504

= 0,857

Untuk membuktikan apakah koefisien korelasi sebesar


0,857 ini merupakan kofisien korelasi yang signifikan
(bermakna), maka prosedur pengujiannya sama seperti
halnya dengan korelasi product moment, yaitu
membandingkan antara r ho empiris dengan r ho teori
Kriteria ujinya adalah :
Jika rho empiris > rho teori maka korelasi signifikan
atau sebaliknya
Jika rho empiris < rho teori maka korelasi tidak
signifikan
DOC. SYAHIB N 27
Jika dikerjakan dengan menggunakan Aplikasi
SPSS maka hasilnya dapat dilihat dari Print
Outnya sbb : ( Nilainya sama )

Print Out SPSS


Nonparametric Correlations

DOC. SYAHIB N 28
Berdasarkan tabel korelasi tata jenjang untuk
N = 8
Rho teori pada signifikansi 1 % = 0,881
sedangkan pada tingkat signifikansi 5 % =
0,738

Hasil perbandingan kedua r tersebut menunjukkan


bahwa
Rho empiris hitungnya lebih kecil dari r teori
pada tingkat signifikansi 1 % ( 0,857 ≤ 0,881 )

Pada tingkat signifikansi 5 % Rho empirisnya


lebih besar dibanding Rho teori ( 0,857 > 0,738

DOC. SYAHIB N 29
Berdasarkan kenyataan ini, maka kita dapat membuat
interpretasinya bahwa ada hubungan (korelasi) yang
signifikan antara skor UTS (Variabael X) dengan skor UAS (
variabel Y) pada tingkat signifikansi 5 %

Koefisien Determinasi ( r 2 ) = ( rh ) 2 x 100 %

Rho 2 = ( 0,857 ) 2 x 100 %


= 73,44 %

Dari perhitungan koefisein determinasi tersebut dapat


diinterpretasikan bawah variabel X (skor UTS ) mampu
menjelaskan variabel Y (skor UAS) sebesar 73,44 %
sedangkan 26,64 % nya dijelaskan oleh variabel lain (
selain variabel X )

DOC. SYAHIB N 30
Tabel 5. 5
Nilai-nilai Rho
Tata Jenjang
N Tingkat Signif N Tingkat Sinif
1% 5% 1% 5%
5 - 1,000 16 0,665 0,506
6 1,000 0,886 18 0,625 0,475
7 0,929 0,786 20 0,591 0,450
8 0,881 0,738 22 0,562 0,428
9 0,833 0,683 24 0,537 0,409
10 0,794 0,648 26 0,515 0,392
12 0,777 0,591 28 0,496 0,377
14 0,715 0,544 30 0,475 0,715

Sumber : Tulus Winarsunu ( Statisti Dalam Penelitian Psikologi & Pendidikan

DOC. SYAHIB N 31
3. Korelasi Phi (Ø)
Teknik Korelasi Phi (Ø) digunakan untuk mencari
hubungan atau korelasi antara 2 variabel yang
datanya berjenis nominal.
Untuk menghitung nilai koefisien korelasi Phi
(Ø) digunakan rumus sebagai berikut :

ad - bc
rØ = -------------------------------------------------------
√ [ (a +b )(c+d ) (a +c )( b +d ) ]

Untuk menyelesaikan perhitungan menggunakan


rumus korelasi Phi diatas diperlukan tabel kontigensi
( tabel 2 x 2 ) sebagai berikut :
DOC. SYAHIB N 32
Tabel
Contoh Tabel Contigensi ( 2 x 2 )

Y
X Total
1 2
1 a b (a+b)
2 c d (c+d)
Total (a + c ) (b+d) N

Contoh penggunaan rumus korelasi Phi, misalkan kita


ingin meneliti hubungan antara jenis kelamin siswa
dengan pilihan masuk ke Perguruan Tinggi (PPS).

DOC. SYAHIB N 33
Jenis kelamin dapat dibedakan secara terpisah ;
laki-laki (L) dengan Perempuan (P) dan ini
termasuk data nominal.
Kemudian pilihan masuk ke Perguruan Tinggi
(PPS). Juga dapat dibedakan secara terpisah;
misalnya program eksakta (E) dan program
sosial (S) dan ini juga termasuk data nominal.
Misalkan kita mengambil sampel sebanyak 200
orang siswa lulusan SMU yang akan
melanjutkan ke Perguruan Tinggi.
Hasil pengumpulan data ditabulasi pada tabel
3.6 sbb :
DOC. SYAHIB N 34
Tabel 3. 6
Tabel Contigensi Korelasi Phi

PPS PT
Gender Total
Eksakta Sosial
L 70 (a) 30 (b) 100 (a+b)
P 40 (c) 60 (d) 100 (c+d)
Total (a + c ) (b+d) 200

Dengan data diatas maka dapat dihitung korelasi Phi


sebagai berikut :

ad - bc
rØ = -------------------------------------------------------
√ [ (a +b )(c+d ) (a +c )( b +d ) ]
DOC. SYAHIB N 35
(70).(60) - (30)( 40)
rØ = -------------------------------------------------------
√ [ (100 )(100) (110)( 90) ]

3000
rØ = ------------------- = 0,30
9950

Untuk mengetahui taraf signifikansi hasil analisis korelasi


Phi sebesar 0,30 tersebut, kita harus melakukan konversi
kenilai chi-square ( x 2) = (Ø)2 x N , sehingga nilai Chi-
square = (0,30) 2 x 200 = 18

DOC. SYAHIB N 36
Jika dikerjakan dengan menggunakan Aplikasi SPSS maka
hasilnya dapat dilihat dari Print Outnya sbb : ( Nilainya
sama )
Print Out SPSS

DOC. SYAHIB N 37
Untuk mengetahui taraf signifikansi nilai chi-
square empirik diperlukan nilai chi-square
teoritik yang sudah tersedia pada tabel nilai chi-
square.
Sebelumnya perlu diketahui ditemukan terlebih
dahulu derajat kebebasan (Degree of Fredom =
df ) dari distribusi yang diteliti, yaitu dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
df = (K-1) ( B – 1 ) ; K = jumlah kolom
B = jumlah baris

DOC. SYAHIB N 38
Kriteria Pengujian :
Bila chi-square empiris > dari chi-square teoritik , maka
korelasi signifikan atau sebaliknya :
Bila chi-square < dari chi-square teoritiknya, maka korelasi
tidak signifikan. Untuk menemukan chi-square teoritik
kita harus menghitung terlebih dahulu dfnya yaitu
df = (2-1) ( 2 – 1 ) = 1

Pada tabel 5.6 di atas ada 2 kolom ( kolom E dan kolom S)


dan ada 2 baris (baris L dan baris P), maka df dapat dicari
sebagai berikut :
df = (2-1) ( 2 – 1 ) = 1

Pada tabel Chi-square dengan df 1 pada taraf signifikansi


5 % diperoleh angka Chi-square teoritiknya sebesar 3,841
sedangkan pada taraf signifikansi 1 % diperoleh chi-
square teoritisnya adalah sebesar 6,635
DOC. SYAHIB N 39
Tabel 5.7.
Nilai Chi-Square
df Taraf Signifkansi
1 % 5%
1 6,635 3,841
2 9,210 5,992
3 11,341 7,815
4 13,277 9,488
5 15,086 11,071
6 16.812 12.592
7 18.475 14.067
8 20.090 15.507
9 21.666 13.919
10 23.209 18.307
Sumber : Tulus Winarsunu ( Statisti Dalam Penelitian Psikologi & Pendidikan

DOC. SYAHIB N 40
Berdasarkan hasil ini maka dapat dinyatakan bahwa nilai
chi-square empirik 18 jauh berada diatas nilai chi-square
teoritiknya yaitu 3,841 ( taraf sig. 5%) dan 6,635 (taraf sig.
1%)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan


(korelasi) yang signifikan antara variabel jenis kelamin
siswa (X) dengan variabel pemeilihan program studi di PT
(Y), dimana siswa laki-laki cenderung memilik prodi
eksakta, sedangkan siswa perempuan cenderung memilih
prodi sosial.

Jadi berdasarkan hasil pengujian ini ada perbedaan yang


nyata kecenderungan pemilihan program studi pada
Perguruan Tinggi

DOC. SYAHIB N 41
LATIHAN MANDIRI MATERI POKOK KORELASI

1. Berikut diketahui data pada tabel sebagai


berikut ; Jika X adalah persentase kenaikan
biaya iklan dan Y adalah persentase kenaikan
hasil penjualan sebuah perusahaan.

X 1 2 4 5 7 9 10 12
Y 2 4 5 7 8 10 12 14
Pertanyaan
1. Hitungkah Korelasi r-xy
2. Hitungkah Koefisien Determinasi ( R²)
3. Ujilah apakah terdapat korelasi yang signifikan
pada tingkat signifikansi 5 %
DOC. SYAHIB N 42
2.Misalnya ada dua orang, katakanlah Joni dan Tono sama-
sama penggemar rokok. Kedua orang tersebut diminta untuk
memberikan penilaian terhadap 10 merk rokok. Rokok yyang
paling disukai diberi nilai 1 dan seterusnya yang paling tidak
disukai diberi nilai 10. Dengan perkataan lain Joni dan Tono
diminta untuk memberikan rank (pemeringkatan). Data
pemeringkatan 10 macam merk rokok sbb :
No.Urut Merk Rokok Rank Joni Rank Tono
1 Kansas 9 8
2 Jarum 5 3
3 555 10 9
4 Bentoel 1 2
5 Mascot 8 7
6 Marlboro 7 10
7 Ji Sam Su 3 4
8 Kent 4 6
9 Gudang Garan 2 1
10 Dunhill 6 5
DOC. SYAHIB N 43
Pertanyaan
1. Hitungkah Korelasi Rho
2. Hitungkah Koefisien Determinasi ( R²)
3. Ujilah apakah terdapat korelasi yang signifikan
dengan tingkat signifikansi 5 %

3.Sebuah eksperimen yang dimaksudkan untuk


menginvestigasi pengaruh vaksinasi hewan dalam
melawan suatu jenis penyakit tertentu. Data hasil
disajikan pad tabel sbb :
VARIABEL TERSERANG TIDAK TERSERANG
PENYAKIT PENYAKIT
DIVAKSIN 9 42

TIDAK 17 28
DIVAKSIN
DOC. SYAHIB N 44
Pertanyaan :
Dengan menggunakan tingkat signifikansi 1 % dan 5 %
ujilah korelasi Phi (Ø) dari data tersebut apakah
terdapat korelasi yang signifikan atau tidak

4.Berikut adalah data tentang profesi Guru dan


Pengawas Sekolah dan jenis olah raga yang
dilakukan oleh mereka.
Hasil survey ditunjukkan pada tabel dibawah
ini :
Pertanyaan :
Uji data tersebut apakah terdapat korelasi yang
signifikan atau tidak ?

DOC. SYAHIB N 45
Tabel Hasil Survey terhadap 40 Orang Guru dan
65 orang Pengawas Sekolah dengan Jenis Olah Raga
Yang mereka lakukan

Jenis Profesi

Jenis
Olah raga Guru Pengawas Jumlah

Tenis 10 15 25

Sepak Bola 25 20 45

Catur 5 30 35

Jumlah 40 65 105

DOC. SYAHIB N 46
DOC. SYAHIB N 47

Anda mungkin juga menyukai