Penyebaran Covid-19
Oleh :
Bab I Pendahuluan..................................................................................................................
A. Latar belakang....................................................................................................................
B. Rumusan masalah..............................................................................................................
C. Tujuan................................................................................................................................
D. Manfaat..............................................................................................................................
Bab II Pembahasan.................................................................................................................
A. Penjelasan terkaid Virus secara umum..............................................................................
B. Penjelasan terkait Covid-19................................................................... ............................
C. Model Matematika SIR dalam penyebaran Covid-19........................................................
D. Pendapat anda terkait penanganan Covid-19 di Indonesia terkhususnya di Maluku.........
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
Bab I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Model matematika merupakan salah satu alat yang dapat membantu
mempermudah penyelesaian masalah dalam kehidupan nyata. Masalah-masalah
tersebut dapat dinyatakan ke dalam model matematis dengan menggunakan asumsi-
asumsi tertentu. Selanjutnya, dari model tersebut dapat dicari solusinya, baik dengan
cara analitis maupun secara numerik.
Salah satu permasalahan di kehidupan nyata adalah mengenai epidemi dari
suatu penyakit yang tidak menimbulkan kematian (fatal) dan individu yang terinfeksi
akan mempunyai kekebalan dalam jangka waktu tertentu, selanjutnya masalah
epidemi dapat dimodelkan dalam bentuk matematis
Prosedur yang paling dasar dalam pemodelan penyakit adalah dengan
menggunakan model compartmental, dalam hal ini populasi dibagi ke dalam
kelompok yang berbeda yaitu Susceptible atau rentan, Infected atau yang terinfeksi,
dan Recovered atau sembuh yang kemudian disingkat menjadi SIR. Model SIR
dikembangkan oleh William Ogilvy Kermack dan Anderson Gray McKendrik.
Model SIR umumnya ditulis dalam bentuk persamaan diferensial biasa (PDB)
yang merupakan salah satu bagian deterministik dengan waktu kontinu. Penyelesaian
persamaan diferensial dalam model SIR dilakukan secara numerik. Model SIR
digunakan dalam epidemiologi yaitu ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan
2 penyakit serta fakor yang terkait di tingkat populasi. Model SIR digunakanuntuk
menghitung jumlah orang yang rentan, jumlah orang yang terinfeksi, dan orang yang
sembuh dalam suatu populasi. Hal ini juga digunakan untuk menjelaskan perubahan
dalam jumlah orang yang membutuhkan perhatian medis selama epidemi. Penting
untuk dicatat bahwa model ini tidak bekerja dengan semua penyakit. Untuk model
SIR harus sesuai, sekali seseorang telah sembuh dari penyakit ini, mereka akan
menerima kekebalan seumur hidup. Model SIR juga tidak tepat jika seseorang telah
terinfeksi tetapi tidak menular.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui
penyebaran Covid-19 dengan menggunakan Model SIR. Oleh karena itu, penulis
mengambil judul ‘’Model matematika SIR untuk penyebaran Covid-19’’
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
A. Virus
Virus adalah mikroorganisme patogen yang menginfeksi sel makhluk hidup.
Virus hanya dapat bereplikasi di dalam sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri. Semua bentuk kehidupan dapat
diinfeksi oleh virus, mulai dari hewan, tumbuhan, hingga bakteri dan arkea.[1] Istilah
virus biasanya digunakan pada jenis virus yang menginfeksi sel-sel eukariota,
sementara virus yang menginfeksi sel prokariota—seperti bakteri dan arkea—dikenal
sebagai bakteriofag.
Ketika tidak berada di dalam sel atau tidak dalam proses menginfeksi sel,
virus berada dalam bentuk partikel independen yang disebut virion. Virion terdiri atas
materi genetik berupa asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi
keduanya) yang diselubungi lapisan protein yang disebut kapsid. Pada beberapa virus
terdapat amplop eksternal yang terbuat dari lipid.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai status virus sebagai makhluk hidup
atau sebagai struktur organik yang berinteraksi dengan makhluk hidup. [2] Karena
karakteristik khasnya ini, virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada
manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau
tumbuhan (misalnya virus mosaik tembakau). Ilmu yang mempelajari virus disebut
virologi.
B. Covid-19
Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam
kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan
virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh
virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki
beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan
penyebaran dan keparahan gejala.
Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi
virus Corona, yaitu:
- Batuk
- Sesak napas
Model ini banyak digunakan karena relatif sederhana tetapi dapat menjelaskan
fenomena penyebaran wabah penyakit dengan baik.
Model SIR diatas akan digunakan untuk mengkaji dinamika wabah covid-19
yang terjadi di DKI Jakarta.
Perangkat lunak ini memiliki fungsi ode45 yang dapat dipakai dengan mudah
untuk menyelesaikan persamaan diatas. Parameter model (beta) yang digunakan
disesuaikan dengan data kasus Covid-19 di DKI Jakarta.
Dengan menggunakan metode Non linear Least Square diperoleh nilai
parameter beta sebesar 0.3822. Nilai ini masih jauh dari parameter beta yang terjadi di
Wuhan Hubei China yang bernilai 1.07 (Read et. al. 2020). Hasil fiting data dengan
model SIR ditunjukkan pada Gambar 2 berikut
Pada intervensi 2, puncak wabah terjadi para tanggal 18 Agustus 2020 dengan
jumlah orang yang terinfeksi mencapai 198.270 orang. Pada intervensi 3, puncak
wabah terjadi pada tanggal 19 Desember 2020 dengan jumlah orang yang terinfeksi
mencaai 43.425 orang.
Hasil simulasi PSBB lebih detail ditunjukkan pada Gambar 4. Hasil ini
memperlihatkan bahwa sejak PSBB diberlakukan, jumlah orang yang terinfeksi
mengalami penurunan signifikan sampai kasus Covid-19 hilang di DKI Jakarta pada
tanggal 8 Juni 2020.
Perlu ditekankan disini bahwa model ini tidak mempertimbangkan individu
yang terinfeksi Covid-19 namun secara fisik tetap sehat atau yang dikenal carrier dan
juga tidak mempertimbangkan masa inkubasi penyakit didalam tubuh manusia.
Hal ini berimplikasi pada dugaan bahwa jumlah kasus Covid-19 sebenarnya
bisa jadi lebih besar dari hasil perhitungan ini, saya meyakini realitas ini terkait
dengan banyaknya PDP yang mencapai 1072 (data terkahir tanggal 10 April 2020).
ini tidak bermaksud menambah kekisruan ditengah masyarakat soal pro kontra
lockdown atau sekiranya mengusik rasa dan ketidakamanan kita semua akibat
pandemi virus corona yang membuat kita pada akhirnya banyak berdiam diri dirumah
seperti yang kita rasakan saat ini. Tentu kita terus berusaha dan berdoa agar wabah ini
bisa secepatnya berakhir.
Wacana tentang perlu tidaknya lockdown atau karntina wilayah semakin deras
berhembus di tengah masyarakat Maluku, banyak yang pro namun tidak sedikit juga
yang kontra. Berbagai alasan baik dari sisi kesehatan, ekonomi, hukum, hingga
kesiapan dan kemampuan pemerintah untuk menjalankan berbagai konsekuensi dari
kebijakan ini.
Kedua kebijakan itu adalah Pertama Keputusan Gubernur No. 148 Tahun 2020
tentang Penetapan Status Darurat Bencana Non Alam CORONA VIRUS DISEASE
(COVID-19) di Wilayah Maluku dan kedua MAKLUMAT Gubernur Maluku No.
443.1-18 Tahun 2020 tentang Pencegahan Penanggulangan dan Pengendalian
Penyebaran Corona Virus Disease di Pintu Keluar dan Masuk Wilayah Maluku.
Sejak keputusan ini diambil sekilas terlihat narangkali memang ada sisi
positifnya sebab ada hubungannya atau tidak, angka positif corona di Maluku tidak
bertambah tetap 1 orang artinya kebijakan sang Gubernur sedikit banyak memiliki
pengaruh positif, meskipun perlu ada data ada tidaknya pendatang yang dikarantina
dari dampak kebijakan ini positif covid 19. Termasuk soal himbauan MUI yang
menghimbau untuk tidak shalat jumat dan shalat berjamaah di Masjid. adalah dampak
dari kebijakan ini. Jika karantina wilayah atau rumah diberlakukan maka warga akan
dilarang lagi beraktivitas diluar rumah.
Tentu tidaklah fair mengambil kesimpulan secara dini untuk menilai lebih
dalam kebijakan ini karena baru diberlakukan beberapa minggu yang lalu, namun
perlu tidaknya kebijakan karantina wilayah, sebelum diputuskan sebaiknya berbasis
data resiko baik secara medis, ekonomi dan dampak sosial lainnya
Karena itu tanpa ada perintah lockdown atau dalam istilah UU kita adalah
karantina wilayah, dari Presiden atau dari tim gugus bentukan presiden, pemerintah
daerah sudah tepat mengambil langkah-langkah cepat dalam upaya mitigasi bencana.
Seperti yang dilakukan berbagai kab/kota di jawa yang juga melakukan
penutupan/pembatasan jalan protokol yang menjadi pintu masuk ke wilayahnya. Hal
ini sejalan dengan ketentuan Pasal 8 UU 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Kebencanaan bahwa Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penanggulangan
kebencanaan diantaranya perlindungan masyarakat dari dampak bencana dan
pengurangan resiko bencana.
Tentu publik harus melihat hal ini secara jernih bahwa ada etika baik atau
kehendak Gubernur untuk melindungi warganya dari resiko dampak bencana sesuai
dengan kehendak hukum UU kebencanaan, namun demikian kehendak Gubernur
belum tentu sejalan dengan masyarakat Maluku secara keseluruhan yang bisa saja
berdampak negatif atas pembatasan itu karena ada kewajiban karantina selama 14
hari, kita tentu berharap Gubernur Murad Ismail juga mau memperhatikan dari sisi
ekonomi dan kepastian kesejahteraan bagi setiap pendatang yang dikarantina seperti
yang dilakukan di kota Garut memberikan biaya pengganti selama proses karantina.
Demikian pula kepada tenaga medis perlu diperhatikan keselamatan dan
kesejahteraannya dari pemerintah daerah
Namun tidak ada salahnya mengkalkulasi dulu secara cermat kebijakan ini
sebelum memutuskan lockdowm sambil meningkatkan upaya lain seperti ketersediaan
anggaran, kebutuhan peralatan medis masker, hand sanitizer, alat pelindung diri
(APD) dll., menjaga kesehatan paramedis, ketersediaan multivitamin, ketersediaan
bahan-bahan pokok yang aman, berkualitas dan terjangkau untuk menghambat laju
penyebaran virus. Disinilah peran-peran pemerintah dan instansi terkait agar dapat
tampil “pasang badan” untuk menciptakan rasa aman, nyaman, tenang bagi warganya.
Kita tetap mengapresiasi secara positif dan secara terhormat kepada pihak
pemerintah daerah Kota Ambon dan Pemerintah Provinsi Maluku dan masyarakat
yang telah bersama-sama berjuang berupaya sedemikian rupa untuk melawan
penyebaran virus corona di Maluku. Terkhusus kepada pejuang kesehatan para dokter,
perawat, bidan, pegawai kesehatan dan petugas lainnya yang menjadi garda terdepan
tetap semangat. Teriring doa, Semoga ini menjadi amal ibadah Allah swt membalas
dengan kebaikan yang berlipat ganda. dan kita semua dapat mengambil hikmah yang
mendalam dari peristiwa ini. Amin, ya Rabbal Alamin.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau COVID-
19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-
faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini yaitu, Terapkan
physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan jangan
dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak, Tingkatkan daya tahan tubuh
dengan pola hidup sehat dan rajin berolahraga agar terhindar dari infeksi covid-19.
B. Saran
https://www.alodokter.com/virus-corona
http://rakyatmaluku.com/2020/04/perlukah-kebijakan-karantina-wilayah-di-maluku-
akibat-pandemi-covid-19/
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51958299
https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus