Anda di halaman 1dari 15

Makalah Model Matematika SIR Untuk

Penyebaran Covid-19

Oleh :

Nama : Riska Ibrahim


Kelas : XI-2
Sekolah : SMA Negeri Siwalima Ambon
Kata pengantar
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kehadirat-Nya, karena atas
rahmat dan karunianya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang
Model Matematika SIR untuk Penyebaran Covid-19.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Model Matematika SIR untuk penyebaran
Covid-19 ini dapat memberikan manfaat maupun pengetahuan terhadap pembaca.
Daftar isi
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................

Bab I Pendahuluan..................................................................................................................
A. Latar belakang....................................................................................................................
B. Rumusan masalah..............................................................................................................
C. Tujuan................................................................................................................................
D. Manfaat..............................................................................................................................

Bab II Pembahasan.................................................................................................................
A. Penjelasan terkaid Virus secara umum..............................................................................
B. Penjelasan terkait Covid-19................................................................... ............................
C. Model Matematika SIR dalam penyebaran Covid-19........................................................
D. Pendapat anda terkait penanganan Covid-19 di Indonesia terkhususnya di Maluku.........

Bab III Penutup.......................................................................................................................


A. kesimpulan.........................................................................................................................
B. Saran ..................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
Bab I
Pendahuluan
A. Latar belakang
Model matematika merupakan salah satu alat yang dapat membantu
mempermudah penyelesaian masalah dalam kehidupan nyata. Masalah-masalah
tersebut dapat dinyatakan ke dalam model matematis dengan menggunakan asumsi-
asumsi tertentu. Selanjutnya, dari model tersebut dapat dicari solusinya, baik dengan
cara analitis maupun secara numerik.
Salah satu permasalahan di kehidupan nyata adalah mengenai epidemi dari
suatu penyakit yang tidak menimbulkan kematian (fatal) dan individu yang terinfeksi
akan mempunyai kekebalan dalam jangka waktu tertentu, selanjutnya masalah
epidemi dapat dimodelkan dalam bentuk matematis
Prosedur yang paling dasar dalam pemodelan penyakit adalah dengan
menggunakan model compartmental, dalam hal ini populasi dibagi ke dalam
kelompok yang berbeda yaitu Susceptible atau rentan, Infected atau yang terinfeksi,
dan Recovered atau sembuh yang kemudian disingkat menjadi SIR. Model SIR
dikembangkan oleh William Ogilvy Kermack dan Anderson Gray McKendrik.
Model SIR umumnya ditulis dalam bentuk persamaan diferensial biasa (PDB)
yang merupakan salah satu bagian deterministik dengan waktu kontinu. Penyelesaian
persamaan diferensial dalam model SIR dilakukan secara numerik. Model SIR
digunakan dalam epidemiologi yaitu ilmu yang mempelajari pola kesehatan dan
2 penyakit serta fakor yang terkait di tingkat populasi. Model SIR digunakanuntuk
menghitung jumlah orang yang rentan, jumlah orang yang terinfeksi, dan orang yang
sembuh dalam suatu populasi. Hal ini juga digunakan untuk menjelaskan perubahan
dalam jumlah orang yang membutuhkan perhatian medis selama epidemi. Penting
untuk dicatat bahwa model ini tidak bekerja dengan semua penyakit. Untuk model
SIR harus sesuai, sekali seseorang telah sembuh dari penyakit ini, mereka akan
menerima kekebalan seumur hidup. Model SIR juga tidak tepat jika seseorang telah
terinfeksi tetapi tidak menular.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui
penyebaran Covid-19 dengan menggunakan Model SIR. Oleh karena itu, penulis
mengambil judul ‘’Model matematika SIR untuk penyebaran Covid-19’’

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana membangun model SIRS untuk penyebaran Covid-19 ?


2. Bagaimana menganalisis model SIRS untuk penyebaran Covid-19 ?
3. Bagaimana implementasi dan hasil simulasi model SIRS untuk penyebaran Covid-
19 ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara membangun model SIRS untuk penyebaran Covid-19


2. Untuk mengetahui bagaimana analisis model SIRS untuk penyebaran Covid-19.
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi dan hasil simulasi model SIRS untuk.
penyebaran Covid-19

D. Manfaat

1.Memberikan memberikan informasi tentang pola penyebaran wabah sehingga dapat


dilakukan langkah pencegahan wabah yang lebih meluas.
2.Wahana dalam menambah khazanah keilmuan matematika, khususnya tentang
aplikasi matematika dalam dunia nyata.
Bab II
Pembahasan

A. Virus
Virus adalah mikroorganisme patogen yang menginfeksi sel makhluk hidup.
Virus hanya dapat bereplikasi di dalam sel makhluk hidup karena virus tidak memiliki
perlengkapan seluler untuk bereproduksi sendiri. Semua bentuk kehidupan dapat
diinfeksi oleh virus, mulai dari hewan, tumbuhan, hingga bakteri dan arkea.[1] Istilah
virus biasanya digunakan pada jenis virus yang menginfeksi sel-sel eukariota,
sementara virus yang menginfeksi sel prokariota—seperti bakteri dan arkea—dikenal
sebagai bakteriofag.
Ketika tidak berada di dalam sel atau tidak dalam proses menginfeksi sel,
virus berada dalam bentuk partikel independen yang disebut virion. Virion terdiri atas
materi genetik berupa asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi
keduanya) yang diselubungi lapisan protein yang disebut kapsid. Pada beberapa virus
terdapat amplop eksternal yang terbuat dari lipid.
Terdapat perbedaan pendapat mengenai status virus sebagai makhluk hidup
atau sebagai struktur organik yang berinteraksi dengan makhluk hidup. [2] Karena
karakteristik khasnya ini, virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada
manusia (misalnya virus influenza dan HIV), hewan (misalnya virus flu burung), atau
tumbuhan (misalnya virus mosaik tembakau). Ilmu yang mempelajari virus disebut
virologi.

B. Covid-19

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-


CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi
virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada
sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang lebih


dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang menular
ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak, orang dewasa,
lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui.

Infeksi virus Corona disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota


Wuhan, Cina, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat dan
telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu
beberapa bulan.

Hal tersebut membuat beberapa negara menerapkan kebijakan untuk


memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran virus Corona. Di
Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)
untuk menekan penyebaran virus ini.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan.
Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti
flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi
paru-paru (pneumonia).

Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk dalam
kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan
virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh
virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki
beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal kecepatan
penyebaran dan keparahan gejala.

Gejala Virus Corona (COVID-19)

Gejala awal infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyerupai gejala


flu, yaitu demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala. Setelah itu,
gejala dapat hilang dan sembuh atau malah memberat. Penderita dengan gejala yang
berat bisa mengalami demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas,
dan nyeri dada. Gejala-gejala tersebut muncul ketika tubuh bereaksi melawan virus
Corona.

Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi
virus Corona, yaitu:

- Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)

- Batuk

- Sesak napas

Gejala-gejala COVID-19 ini umumnya muncul dalam waktu 2 hari sampai 2


minggu setelah penderita terpapar virus Corona.

C. Model matematika SIR

Dalam beberapa dekade terakhir, model matematika berperan sangat penting


dalam berbagai bidang kehidupan termasuk dalam kajian penyebaran penyakit infeksi.

Disini, penulis mencoba memperkenalkan model matematika sederhana yang


dinamakan model SIR deterministik untuk mengkaji dinamika wabah covid-19.
Kajian dinamika ini dapat memberikan estimasi kapan puncak dan kapan berakhir
wabah Covid-19.

Model ini banyak digunakan karena relatif sederhana tetapi dapat menjelaskan
fenomena penyebaran wabah penyakit dengan baik.

Berdasarkan status kesehatannya, populasi manusia dibagi menjadi tiga


kelompok yaitu rentan (S), infeksi (I) dan sembuh (R). Model ini dinyatakan dalam
bentuk persamaan differensial biasa berikut
Untuk menyederhanakan kompleksitas matematika, diasumsikan bahwa
jumlah penduduk total (N) adalah konstan sehingga  N=S+I+R. Parameter β
merupakan peluang sukses penyebaran penyakit karena kontak antara individu rentan
dengan individu terinfeksi. 

Parameter ini merupakan non-observable artinya tidak dapat diperoleh secara


langsung, sedangkan parameter α merupakan kebalikan dari periode infeksi covid-19
dan merupakan parameter observable sehingga nilainya dapat diperoleh secara
langsung dari data pasien.

Mengestimasi Puncak Wabah Covid-19 di DKI dengan model SIR


deterministik

Model SIR diatas akan digunakan untuk mengkaji dinamika wabah covid-19
yang terjadi di DKI Jakarta. 

Dinamika covid-19 diperoleh dari solusi persamaan differensial SIR diatas.


Persamaan diatas dapat diselesaikan secara numerik dengan menggunakan metode
Runge Kutta 4 atau lebih praktis menggunakan bantuan perangkat lunak misalnya
Matlab.

Perangkat lunak ini memiliki fungsi ode45 yang dapat dipakai dengan mudah
untuk menyelesaikan persamaan diatas. Parameter model (beta) yang digunakan
disesuaikan dengan data kasus Covid-19 di DKI Jakarta.
Dengan menggunakan metode Non linear Least Square diperoleh nilai
parameter beta sebesar 0.3822. Nilai ini masih jauh dari parameter beta yang terjadi di
Wuhan Hubei China yang bernilai 1.07 (Read et. al. 2020). Hasil fiting data dengan
model SIR ditunjukkan pada Gambar 2 berikut

Selanjutnya simulasi model SIR dijalankan untuk 4 intervensi dengan kondisi


awal jumlah individu rentan sebanyak 10.000.000, jumlah individu sakit 3 dan jumlah
sembuh 0. Parameter β=0.3822 (diperoleh dari perhitungan diatas) dan α=〖3.6〗^(-
1) diambil dari Read et. Al. (2020). Intervensi 1 adalah intervensi yang sedang
berjalan di DKI Jakarta sampai tanggal 9 April 2020. Intervensi ini berupa imbauan
social distance.

Intervensi kedua sama dengan social distance tetapi pelaksanaannya dilakukan


dengan lebih disiplin dibandingkan dengan intervensi 1. 

Disini, diasumsikan peluang kontak berkurang sebanyak 10 % dari


sebelumnya. Intervensi 3 merepresentasikan pembatasan social distance yang lebih
ketat dibandingkan dengan intervensi 2.

Intervensi 4 lebih ketat dari intervesi 3 dan diasumsikan merupakan


representasi Pembatasan Sosial Tingkat Tinggi (PSBBB).

Selanjutnya intervensi 4 akan disebut sebagai PSBB. Disini, PSBB


diasumsikan menurunkan peluang kontak sebesar 50%.

Dalam realita, intervensi-intervensi ini direpresentasikan oleh penurunan


aktivitas manusia di DKI Jakarta. Penurunan aktivitas ini berimplikasi pada
penurunan kontak antar manusia.

Sebagai contoh sederhana katakanlah pada intervensi 1, kita punya 10 kantor


tetap buka, dengan memilih intervensi 2, berarti  ditutup 1 kantor, dengan memilih
intervensi 3, berarti ditutup 2 kantor dan untuk intervensi 4 ditutup 5 kantor.
Dengan bantuan perangkat lunak Matlab ode45, Hasil simulasi untuk beberapa
intervensi-intervesi

Gambar 3. Simulasi ini menunjukkan pada intervensi 1, puncak wabah terjadi


pada tanggal 9 Juli 2020 dengan jumlah orang yang terinfeksi mencapai 412.717
orang.

Pada intervensi 2, puncak wabah terjadi para tanggal 18 Agustus 2020 dengan
jumlah orang yang terinfeksi mencapai 198.270 orang. Pada intervensi 3, puncak
wabah terjadi pada tanggal 19 Desember 2020 dengan jumlah orang yang terinfeksi
mencaai 43.425 orang.

Jika kita mengambil nilai persentasi kematian mencapai 9% (akumulasi dari


total kasus infeksi) di DKI Jakarta, maka hasil simulasi diatas memprediksi jumlah
kematian saat puncak wabah paling tidak mencapai 37.144 orang, 17.844 orang dan
1.302 orang untuk masing-masing intervensi 1, 2, dan 3.

Hasil simulasi PSBB lebih detail ditunjukkan pada Gambar 4. Hasil ini
memperlihatkan bahwa sejak PSBB diberlakukan, jumlah orang yang terinfeksi
mengalami penurunan signifikan sampai kasus Covid-19 hilang di DKI Jakarta pada
tanggal 8 Juni 2020.
Perlu ditekankan disini bahwa model ini tidak mempertimbangkan individu
yang terinfeksi Covid-19 namun secara fisik tetap sehat atau yang dikenal carrier dan
juga tidak mempertimbangkan masa inkubasi penyakit didalam tubuh manusia.

Hal ini berimplikasi pada dugaan bahwa jumlah kasus Covid-19 sebenarnya
bisa jadi lebih besar dari hasil perhitungan ini, saya meyakini realitas ini terkait
dengan banyaknya PDP yang mencapai 1072 (data terkahir tanggal 10 April 2020).

Catatan lain, model ini memiliki kelemahan karena diasumsikan jumlah


populasi konstan padahal dalam realitanya jumlah penduduk Jakarta tidak konstan
karena ada mobilitas penduduk ke dan dari Jakarta dari daerah sekitarnya seperti
Bekasi, Bogor, Tangerang dan daerah lainnya.

D. Pendapat tentang penanganan Covid-19 di Maluku

ini tidak bermaksud menambah kekisruan ditengah masyarakat soal pro kontra
lockdown atau sekiranya mengusik rasa dan ketidakamanan kita semua akibat
pandemi virus corona yang membuat kita pada akhirnya banyak berdiam diri dirumah
seperti yang kita rasakan saat ini. Tentu kita terus berusaha dan berdoa agar wabah ini
bisa secepatnya berakhir.

Namun dari sisi kebijakan administrasi pemerintahan mungkin mendapat


perhatian dari kita semua khususnya pengambil kebijakan karena bagaimanapun itu,
suatu kebijakan yang diambil hendaknya diputuskan secara cermat, hati-hati, secara
matang, penuh pertimbangan dari banyak aspek kesehatan, agama, hukum, sosial,
ekonomi dan sebagainya. Sebab bagaimanapun juga dampak dari suatu kebijakan atau
tindakan pemerintah, ujung-ujungnya masyaraktlah yang akan menjadi obyek
kebijakan itu.

Wacana tentang perlu tidaknya lockdown atau karntina wilayah semakin deras
berhembus di tengah masyarakat Maluku, banyak yang pro namun tidak sedikit juga
yang kontra. Berbagai alasan baik dari sisi kesehatan, ekonomi, hukum, hingga
kesiapan dan kemampuan pemerintah untuk menjalankan berbagai konsekuensi dari
kebijakan ini.

Sebetulnya sebelum ini menjadi pro-kontra, Gubernur Maluku Murad Ismail


telah mengeluarkan 2 (dua) kebijakan dalam 2 minggu terakhir untuk merespon
penyebaran dan penanggulangan penyebaran virus corona atau covid-19 akan
berdampak luas bagi kehidupan masyarakat Maluku.

Kedua kebijakan itu adalah Pertama Keputusan Gubernur No. 148 Tahun 2020
tentang Penetapan Status Darurat Bencana Non Alam CORONA VIRUS DISEASE
(COVID-19) di Wilayah Maluku dan kedua MAKLUMAT Gubernur Maluku No.
443.1-18 Tahun 2020 tentang Pencegahan Penanggulangan dan Pengendalian
Penyebaran Corona Virus Disease di Pintu Keluar dan Masuk Wilayah Maluku.

Kebijakan pertama berisi bersifat penetapan status darurat Maluku dari


pandemi covid 19 yang ditindak lanjuti dengan Maklumat yang pada intinya berisi
tentang penundaan dan/atau pembatasan kedatangan dan keberangkatan keluar dari
wilayah provinsi Maluku kecuali umtuk hal-hal yang urgen dan pendataan serta
kewajiban karantina 14 bagi setiap orang baik pendatang maupun penduduk asli yang
memasuki wilayah Maluku.

Sejak keputusan ini diambil sekilas terlihat narangkali memang ada sisi
positifnya sebab ada hubungannya atau tidak, angka positif corona di Maluku tidak
bertambah tetap 1 orang artinya kebijakan sang Gubernur sedikit banyak memiliki
pengaruh positif, meskipun perlu ada data ada tidaknya pendatang yang dikarantina
dari dampak kebijakan ini positif covid 19. Termasuk soal himbauan MUI yang
menghimbau untuk tidak shalat jumat dan shalat berjamaah di Masjid. adalah dampak
dari kebijakan ini. Jika karantina wilayah atau rumah diberlakukan maka warga akan
dilarang lagi beraktivitas diluar rumah.

Tentu tidaklah fair mengambil kesimpulan secara dini untuk menilai lebih
dalam kebijakan ini karena baru diberlakukan beberapa minggu yang lalu, namun
perlu tidaknya kebijakan karantina wilayah, sebelum diputuskan sebaiknya berbasis
data resiko baik secara medis, ekonomi dan dampak sosial lainnya

Secara sekilas tindakan Gubernur adalah tepat untuk memberikan proteksi


secara dini untuk melindungi warga maluku dari penularan virus corona agar tidak
bertambah dan jika ditemukan pendatang yang terinpeksi maka bisa dicegah
penularannya ke masyarakat, ini adalah upaya mitigasi bencana untuk mengurangi
resiko bencana sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat 6 PP No. 21 Tahun 2018
tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.

Karena itu tanpa ada perintah lockdown atau dalam istilah UU kita adalah
karantina wilayah, dari Presiden atau dari tim gugus bentukan presiden, pemerintah
daerah sudah tepat mengambil langkah-langkah cepat dalam upaya mitigasi bencana.
Seperti yang dilakukan berbagai kab/kota di jawa yang juga melakukan
penutupan/pembatasan jalan protokol yang menjadi pintu masuk ke wilayahnya. Hal
ini sejalan dengan ketentuan Pasal 8 UU 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Kebencanaan bahwa Tanggung jawab pemerintah daerah dalam penanggulangan
kebencanaan diantaranya perlindungan masyarakat dari dampak bencana dan
pengurangan resiko bencana.

Tentu publik harus melihat hal ini secara jernih bahwa ada etika baik atau
kehendak Gubernur untuk melindungi warganya dari resiko dampak bencana sesuai
dengan kehendak hukum UU kebencanaan, namun demikian kehendak Gubernur
belum tentu sejalan dengan masyarakat Maluku secara keseluruhan yang bisa saja
berdampak negatif atas pembatasan itu karena ada kewajiban karantina selama 14
hari, kita tentu berharap Gubernur Murad Ismail juga mau memperhatikan dari sisi
ekonomi dan kepastian kesejahteraan bagi setiap pendatang yang dikarantina seperti
yang dilakukan di kota Garut memberikan biaya pengganti selama proses karantina.
Demikian pula kepada tenaga medis perlu diperhatikan keselamatan dan
kesejahteraannya dari pemerintah daerah

Sebagai bagian dari warga masyarakat Maluku dan masyarakat akademik


keputusan Gubernur Murad Ismail tentu memiliki resiko naik secara sosial, ekonomi
maupun hukum apakah telah melalui kajian yang mendalam sehingga tidak terkesan
reaktif, karena satu sisi harus kita apresiasi sebagai keputusan hukum progresif dan
responsif dalam merespon perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat terkait
pencegahan dan penyebaran virus corona di Maluku dan pada sisi lain jika ditelaah
lebih jauh maka Keputusan dan Maklumat Gubernur Murad Ismail memiliki
konsekuensi akibat dari keputusan sang gubernur yang bisa berdampak positif
maupun negatif baik secara yuridis, ekonomi, kesehatan maupun pada hubungan
dalam berbagai keperluan antar daerah. Paling tidak efek sosial, ekonomi, kesehatan
akan dilihat dalam satu minggu hingga beberap minggu kedepan apakah keputusan ini
menguntungkan pada sisi kesehatan atau akan merugikan dari sisi ekonomi. Hal ini
yang perlu diantisipasi Pemerintah Provinsi Maluku atas dampak yang nantinya
timbul dari kebijakan ini.

Namun tidak ada salahnya mengkalkulasi dulu secara cermat kebijakan ini
sebelum memutuskan lockdowm sambil meningkatkan upaya lain seperti ketersediaan
anggaran, kebutuhan peralatan medis masker, hand sanitizer, alat pelindung diri
(APD) dll., menjaga kesehatan paramedis, ketersediaan multivitamin, ketersediaan
bahan-bahan pokok yang aman, berkualitas dan terjangkau untuk menghambat laju
penyebaran virus. Disinilah peran-peran pemerintah dan instansi terkait agar dapat
tampil “pasang badan” untuk menciptakan rasa aman, nyaman, tenang bagi warganya.

Kita tetap mengapresiasi secara positif dan secara terhormat kepada pihak
pemerintah daerah Kota Ambon dan Pemerintah Provinsi Maluku dan masyarakat
yang telah bersama-sama berjuang berupaya sedemikian rupa untuk melawan
penyebaran virus corona di Maluku. Terkhusus kepada pejuang kesehatan para dokter,
perawat, bidan, pegawai kesehatan dan petugas lainnya yang menjadi garda terdepan
tetap semangat. Teriring doa, Semoga ini menjadi amal ibadah Allah swt membalas
dengan kebaikan yang berlipat ganda. dan kita semua dapat mengambil hikmah yang
mendalam dari peristiwa ini. Amin, ya Rabbal Alamin.
Bab III
Penutup
A. Kesimpulan

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau COVID-
19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-
faktor yang bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini yaitu, Terapkan
physical  distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari orang lain, dan jangan
dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan mendesak, Tingkatkan daya tahan tubuh
dengan pola hidup sehat dan rajin berolahraga agar terhindar dari infeksi covid-19.

B. Saran

Demikian makalah model matematika SIR untuk penyebaran Covid-19, semoga


makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, mohon maaf bila ada kesalahan dalam
penulisan. Penulis menginginkan kita semua untuk menjaga kesehatan agar terhindar
dari penyebaran Covid-19 dengan rajin mencuci tangan dan menggunakan masker
bila ingin keluar rumah.
Daftar pustaka

https://www.alodokter.com/virus-corona

http://rakyatmaluku.com/2020/04/perlukah-kebijakan-karantina-wilayah-di-maluku-
akibat-pandemi-covid-19/

https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51958299

https://www.halodoc.com/kesehatan/coronavirus

Anda mungkin juga menyukai