Anda di halaman 1dari 6

Sistem Bretton Woods

Sistem Bretton Woods (1944-1976) (bahasa Inggris: Bretton Woods System) adalah sebuah
sistem perekonomian dunia yang dihasilkan dari konferensi yang diselenggarakan di Bretton
Woods, New Hampshire pada tahun 1944. Konferensi ini merupakan produk kerjasama antara
Amerika Serikat dan Inggris yang memiliki beberapa fitur kunci yang melahirkan tiga institusi
keuangan dunia yaitu Dana Moneter Internasional, Bank Dunia, dan Organisasi Perdagangan
Dunia. Sistem Bretton Woods dibentuk dalam rangka menyelesaikan pertarungan yang terjadi
antara otonomi yang dimiliki oleh domestik dan stabilitas internasional, namun dasar yang
terdapat dalam sistem-otonomi kebijakan nasional, nilai tukar tetap, dan kemampuan untuk
mengubah mata uang-satu sama lain saling bertolak belakang.

Sejarah

Pada akhir abad ke-19, sistem perdagangan internasional didasari atas sistem perekonomian
merkantilisme. Tujuan ekonomi kaum merkantilis adalah dengan memakmurkan negara dengan
memasukkan sebanyak mungkin pendapatan ke dalam kas negara. Aktor utama dalam sistem
perekonomian menurut kaum merkantilis adalah negara di mana merkantilisme sangat populer
bagi pemerintah yang sedang melakukan pembinaan kekuatan negara, karena tujuannya yang
lebih fokus pada pencapaian kepentingan nasional negara secara maksimal. Namun sistem
perdagangan ini hancur seiring dengan pecahnya Perang Dunia I yang berdampak negara-negara
menjadi proteksionis terhadap komoditas atau barang-barang dari luar serta tidak stabilnya
sistem mata uang selama perang terjadi.  Dilatarbelakangi oleh semangat liberalisme, ide tersebut
didukung oleh Amerika Serikat dan Inggris, yang bertujuan untuk meningkatkan transaksi
ekonomi yang berdasarkan atas kondisi akses yang sama terhadap pasar. Dan semangat
liberalisme tersebut mendorong diselenggarakannya konferensi di Bretton Woods pada tahun
1944.

Sejarah Bretton Woods System

Dalam pembahasan tentang merkantilisme, akan terlihat bagaimana negara-negara di Eropa


berupaya ‘menumpuk logam mulia’ dengan menggenjot surplus perdagangan.  Kebijakan
merkantilisme terutama sangat berkaitan dengan kebijakan ekonomi yang bersifat
proteksionisme dengan mencegah impor dan menstimulus ekspor. Menurut Gilpin, selain
proteksionisme perdagangan, terjadi juga war currency dan instability currency dalam bidang
kurs mata uang (Gilpin, 1987:130).

Modern globalization yang ditandai dengan eksistensi Pax Britannica (1815-1914) (Peet,


2003:29). Saat itu Inggris mendominasi industri, memiliki kekuatan merkantilis yang besar,
merupakan pasar utama bagi produk pertanian dan berperan sebagai eksportir-importir terbesar
di dunia.

Pada Perang Dunia I (1914-1919), Inggris “kehilangan” kekuatan politiknya dengan Prancis,
Jerman, dan Rusia. Pada Perjanjian Versailles yang dilakukan setelah Perang Dunia I, para
sekutu pemenang perang tersebut lebih memilih berkonsentrasi di bidang politik, seperti batas
wilayah nasional, koloni, keamanan dan ganti rugi akibat perang (Peet, 2003:29). AS awalnya
tidak terlalu mempermasalahkan kegiatan perekonomian, namun ketika terjadi Great
Depression tahun 1929 AS fokus untuk memulihkan kondisi perekonomian. Great Depression 
berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat, bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar,
dan berkembangnya pengangguran. Sebagai respon dari krisis ini, masa “peralihan” dari perang
ini ditandai dengan mulai munculnya beberapa kerja sama ekonomi antara negara-negara maju
dan kapitalis. Runtuhnya Pax Britannica digantikan oleh Pax Americana.

Great Depression membuat AS menerapkan politik proteksionisme dan isolasionisme demi


menjaga perekonomiannya agar tidak kembali mengalami krisis. Politik ekonomi seperti
proteksionisme dan isolasionisme mendapat tentangan dari kaum Liberalis, seperti Adam Smith
dan J. S. Mill. Smith menganggap bahwa keuntungan nasional sebuah negara tidak semata-mata
adalah kerugian negara lainnya, namun dengan saling bekerja sama melalui sebuah pasar yang
terbuka, seluruh negara di dunia akan dapat saling menguntungkan (Peet, 2003:32). Bahkan Mill
menganggap bahwa melalui perdagangan, perdamaian dapat diwujudkan dan perang dapat
dicegah – commerce not only brought about peace, but also rendered war obsolete (Peet,
2003:32).

Bretton Woods Systems (BWS) adalah suatu sistem ekonomi yang berkaitan dengan politik
dunia. Dimana saat itu dunia secara politik terikat dalam sistem imperialisme. Sedangkan secara
ekonomi sitem pertukaran moneter internasional masih diatur dengan standar emas, dimana
sirkulasi mata uang nasional tergantung dari jumlah emas yang dimiliki bank sentralnya. Selain
itu, sebelum PD II sistem ekonomi diatur secara bebas melalui self-regulating dengan natural
flow uang dan modal (Peet, 2003:29).

Saat perekonomian dunia memasuki babak baru, terjadi dengan devaluasi yang kompetitif
serta currency yang fluktuatif, karena setiap blok ekonomi yang ada berusaha mengatasi
permasalahan pembayaran hutang serta permasalahan ekonomi lain at the expense of the
others (Gilpin, 1987:130). Kekacauan ekonomi yang pada saat itu terjadi juga membawa sistem
ekonomi internasional ke dalam fragmentasi seperti adanya “blok Sterling”, “blok Dollar”, “blok
Emas” serta Jerman, Jepang dan Italia yang menciptakan Autarkic Empire (Gilpin, 1987:130).

Setelah adanya babak baru tersebut, sekitar pertengahan tahun 1930 AS mulai berkeinginan
untuk mengambil alih. Tanggal 1-22 Juli 1944, di sebuah kota bernama Bretton Woods, New
Hampshire diadakan sebuah pertemuan bersejarah (Peet, 2003:27).  Pertemuan berlangsung
antara AS (AS) dan Inggris, beserta 44 negara negara aliansi AS dan Inggris serta satu negara
netral (Argentina). Tujuan pertemuan itu adalah membentuk suatu kerja sama internasional
“mengamankan” perdamaian dan kesejahteraan dunia. Kerja sama tersebut akan menciptakan
pasar dunia dengan modal dan barang yang bergerak dengan bebas yang kemudian diregulasi di
bawah sebuah institusi global yang memiliki kepentingan meningkatkan stabilitas dunia.
Pertemuan panjang tersebut, yang dihadiri oleh John Maynard Keynes (Inggris) dan Harry
Dexter White (AS), melahirkan ‘System Bretton Woods’ (BWS).  Walaupun perjanjian Bretton
Woods ditandatangani tahun 1944, namun pelaksanaannya baru bisa dijalankan dengan baik
pada tahun 1947 (Frieden, 2006:289).

Pertemuan di Bretton Woods ini dilakukan melalui beberapa pertimbangan (Peet, 2003:39):
1. Saat itu kekuatan dunia terkonsentrasi hanya di beberapa wilayah, seperti Amerika Utara
dan Eropa Barat sehingga diperlukan sebuah kesepakatan yang dapat mengatur
perekonomian dan perkembangan seluruh dunia.
2. BWS dapat terwujud karena adanya kepercayaaan negara-negara peserta bahwa
kapitalisme dapat menjadi sistem perekonomian dunia, yang kemudian digabungkan
dengan Keynesianisme pasca-PD II.
3. Adanya kemampuan AS untuk menjadi pemimpin ekonomi dunia. Menjelang akhir dan
pasca PD II, AS menikmati pertumbuhan pasar yang besar dalam barang konsumsi,
kapabilitas produksi yang meningkat, dan kuatnya nilai mata uang.

Sistem Bretton Woods

Tiga pilar Bretton Woods System, yaitu:


1. Moneter, melalui IMF (International Monetary Fund) untuk mengatasi permasalahan
utang negara;
2. Perdagangan, melalui GATT, sekarang WTO (World Trade Organization),
menginginkan adanya perdagangan yang lebih bebas baik dalam sektor barang maupun
modal;
3. Rekonstruksi, memperbaiki keadaan perekonomian negara pasca perang dengan
mendirikan IBRD (International Bank for Reconstruction and Development) yang
kemudian beralih nama menjadi World Bank.

Sistem ini menggunakan fixed exchange rate dengan menggunakan standar dollar-emas sehingga


secara efektif mengakhiri sistem standar emas yang umum digunakan sebelumnya. Jika dalam
sistem standar emas mata uang suatu negara dikonversikan langsung dengan emas, konversi
yang ditetapkan BWS melalui perantaraan dollar dengan standarnya kurang lebih adalah $35 = 1
ons emas (economics.about.com).

Kombinasi tatanan baru internasional dengan otonomi nasional, pasar yang berbasis masyarakat
sosial, kesejahteraan dengan stabilitas sosial dan demokrasi dalam sistem ini pada akhirnya
memang membawa stabilitas yang lebih baik dalam perekonomian dunia dengan berbagai
penyesuaian di negara tertentu.
Tujuan Konfrensi Bretton Woods

Terdapat dua tujuan utama konferensi Bretton Woods, yaitu:

1. mendorong pengurangan tarif dan hambatan lain dalam perdagangan internasional dan
2. menciptakan kerangka ekonomi global untuk meminimalisir konflik ekonomi yang terjadi
di antara negara-negara, yang salah satu bagiannya adalah mencegah terjadinya Perang
Dunia II. 

Institusi Keuangan Dunia yang Lahir dari Konfrensi Bretton Woods

Dana Moneter Internasional

Dana Moneter Internasional (bahasa inggris: International Monetary Fund) didirikan pada tahun
1945, dengan ditandatanganinya pasal-pasal di dalam perjanjian yang merupakan hasil dari
Konferensi Bretton Woods tahun 1944 oleh 29 negara, dan mulai beroperasi pada tahun 1947
Mandat yang diberikan kepada institusi ini sesuai dengan yang tertera di dalam Pasal 1 dari Pasal
Asli Perjanjian adalah:

 pertama, meningkatkan kerjasama moneter internasional menuju institusi yang permanen


yang menyediakan jasa pelayanan konsultasi dan kolaborasi bagi masalah moneter
internasional;
 kedua, memfasilitasi upaya perluasan dan pertumbuhan yang seimbang dari perdagangan
internasional dan mendorong peningkatan derajat buruh dan pemasukan sektor riil dan
mendorong sumber daya yang produktif sebagai objek utama bagi kebijakan ekonomi
setiap anggota;
 ketiga, meningkatkan stabilitas nilai tukar dengan tujuan mengatur nilai tukar di antara
para anggota, serta mencegah terjadinya persaingan untuk melakukan depresiasi terhadap
nilai tukar;
 keempat, membantu pembentukan sistem pembayaran yang bersifat multilateral yang
bertujuan untuk memudahkan transaksi antar negara anggota serta menghapus hambatan
pertukaran asing yang akan mencegah pertumbuhan terhadap perdagangan dunia;
 kelima, mereka kesempatan untuk memperbaiki persoalan dalam neraca pembayaran tanpa
menggunakan langkah-langkah yang memperburuk kesejahteraan nasional maupun
internasional.
 keenam, berdasarkan hal-hal tersebut di atas, IMF bertujuan untuk mempercepat
penyelesaian krisis yang disebabkan oleh ketidakseimbangan neraca pembayaran negara-
negara anggota.

Bank Dunia

Bank Dunia (bahasa inggris: World Bank) merupakan institusi keuangan yang semula bernama
International Bank fo Reconstruction and Development yang didirikan bersama-sama dengan
institusi Dana Moneter Internasional pada Konferensi Bretton Woods tahun 1944. Adapun tujuan
dari dibentuknya Bank Dunia adalah :
 Pertama, membantu negara-negara anggota dalam hal pembangunan dan rekonstruksi.
 Kedua, meningkatkan investasi swasta asing dalam lingkup peningkatan garansi atau
partisipasi dalam peminjaman dan investasi jenis lain yang dibuat oleh investor swasta
 Ketiga, menyediakan (di bawah keadaan tertentu) keuangan yang diperuntukkan bagi
tujuan produktif;
 Keempat, meningkatkan keseimbangan pertumbuhan jangka panjang dalam perdagangan
internasional dan menjaga keseimbangan neraca pembayaran;
 Kelima, mengatur kebijakan dasar dalam rangka memberikan prioritas kepada proyek
yang memiliki lebih banyak nilai manfaat dan nilai kepentingan;
 Keenam, membangun operasi yang bertujuan untuk efek investasi internasional dalam hal
kondisi bisnis di negara-negara anggota.

Perjanjian Umum mengenai Tarif dan Perdagangan

Perjanjian Umum mengenai Tarif dan Perdagangan (bahasa inggris: General Agreement on
Tariffs and Trade) adalah sebuah institusi yang dihasilkan melalui Konferensi Bretton Woods
namun tidak pernah memasuki masa pemberlakuan (bahasa inggris: enter into force) dan
beroperasi di bawah naungan Protokol mengenai Provisi Aplikasi yang ditandatangani oleh 23
negara pada tahun 1947 Namun, institusi ini berubah nama menjadi Organisasi Perdagangan
Dunia (bahasa inggris: World Trade Organization) yang merupakan institusi resmi yang
didirikan pada 1 januari 1995 melalui Putaran Uruguay ((bahasa inggris:Uruguay Round) setelah
melalui serangkaian negosiasi panjang selama kurang lebih 7 tahun  Tujuan dari didirkannya
institusi ini adalah untuk membuat prinsip-prinsip umum dan aturan-aturan dalam rangka
meliberalisasi perdagangan internasional melalui perjanjian multilateral dengan mereduksi
hambatan-hambatan yang dibuat oleh masing-masing negara yang berkaitan dengan perdagangan
dan mengeliminasi segala bentuk diskriminasi di antara negara-negara anggota  Berbeda dengan
institusi lainnya yang dihasilkan memalui Konferensi Bretton Woods, institusi ini memiliki 3
prinsip utama, yaitu:

 Non-diskriminasi, di mana pembatasan perdagangan tidak boleh dilakukan dengan


mengistimewakan satu rekanan dan mengabaikan rekanan yang lain.
 Penghapusan hambatan perdagangan, jika suatu industri memerlukan proteksi maka tidak
boleh dengan menggunakan hambatan kuantitaif, seperti kuota dan hambatan-hambatan
non-tarif lainnya.
 Konsultasi di kalangan negara-negara anggota untuk menyelesaikan pertikaian yang
mungkin timbul.

Diluar dari tujuan mulia yang terkandung dalam hasil konfrensi Bretton Woods tersebut,
Amerika Serika melalui perjanjian tersebut telah berhasil memperkenalkan penggunaan mata
uang Dollar Amerika ($ US) di dalam segala transaksaksi keuangan maupun perdagangan dunia.
Amerika Serikat berubah menjadi suatu negara adidaya dunia yang menguasai perdagangan,
keuangan, dan segala lini kehidupan di dunia ini.

Pada perjanjian tersebut, Amerika mereferensikan mata uang Dollar nya terhadap emas yang
berarti bahwa Dollar yang dicetak oleh Aimerika dan yang dimiliki oleh individu maupun
institusi keuangan dapat digantikan dengan sejumlah emas yang pada saat itu berada di kisaran
$35 untuk digantikan dengan 1 troy ounce emas. Dengan adanya referensi mata uang negara
Amerika Serikat terhadap emas telah menimbulkan euforia dan juga kepercayaan negara-negara
didunia ini untuk menggunakan Dollar Amerika dalam transaksi perdagangan maupun
mencadangkan devisa mereka dalam bentuk Dollar Amerika.

Keruntuhan Sistem Bretton Woods

Sistem Bretton Woods bubar pada tahun 1976 setelah beberapa negara di Eropa
mengalami kehancuran ekonomi sehingga tidak lagi bisa menjadi partner perdagangan
Amerika Serikat, disamping itu resesi ekonomi dunia yang berlangsung besar-besaran
pada periode waktu itu telah mendorong negara-negara di dunia untuk mengedepankan
kepentingan nasionalnya masing-masing

The Fed tergiur mencipta dollar melebihi kapasitas emas yang dimiliki. Akibatnya, terjadi krisis
kepercayaan masyarakat dunia terhadap dolar AS. Hal tersebut ditandai dengan peristiwa
penukaran dollar secara besar-besaran oleh negara-negara Eropa. Adalah Perancis, pada masa
pemerintahan Charles de Gaule, negara yang pertama kali menentang hegemoni dollar dengan
menukaran sejumlah 150 juta dollar AS dengan emas. Tindakan Perancis ini kemudian diikuti
oleh Spanyol yang menarik sejumlah 60 juta dollar AS dengan emas. Praktis, cadangan emas di
Fort Knox berkurang secara drastis. Ujungnya, secara sepihak, Amerika membatalkan Bretton
Woods System melalui Dekrit Presiden Nixon pada tanggal 15 Agustus 1971, yang isinya antara
lain, USD tidak lagi dijamin dengan emas. ‘Istimewanya’, dollar tetap menjadi mata uang
internasional untuk cadangan devisa negara-negara di dunia. Pada titik ini, berlakulah sistem
baru yang disebut dengan floating exchange rate

Anda mungkin juga menyukai