Anda di halaman 1dari 40

PEMIKIRAN-PEMIKIRAN KEYNES

Disusun oleh: Kelompok IX

MOH SABRI TANDIYAJO 23031131


SUKRINTO MANGENDRE 23031031

Dosen:
DEBIYANTI KUNE,SE.MM
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR.............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4

2.1 Karya-Karya Keynes.................................................................................4

2.2 Pemikiran Ekonomi Keynes......................................................................5

2.3 Kritikan Keynes terhadap Teori Klasik.....................................................7

2.4 Peran Pemerintah dalam Perekonomian..................................................11

BAB III PENUTUP................................................................................................14

3.1 Kesimpulan..............................................................................................14

3.2 Saran........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Pemikiran-Pemikiran Keynes”
Makalah “Pemikiran-Pemikiran Keynes” disusun guna memenuhi
tugas dari ibu DEBIYANTI KUNE, pada fakultas ekonomi dan bisnis
digital mata kuliah teori Ekonomi. Selain itu, makalah ini juga ditujukan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga penyusun.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada ibu DEBIYANTI
KUNE. selaku dosen mata kuliah teori Ekonomi.Tugas makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni oleh
mahasiswa. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini,
sehingga makalah ini dapat terealisasi dengan baik.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para teman-teman mahasiswa. kami menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini,terima kasih .

LUWUK, 26 N0VEMBER 2023

Penyusun

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah


Berkat jasa tokoh-tokoh neo-klasik yang melumpuhkan serangan Marx terhadap
sistem kapitalis, maka perekonomian pada awal abad ke-20 berjalan sesuai dengan
paham laissez faire laissez passer seperti keinginan kaum klasik dan neo-klasik.
Didasarkan atas pendapat J.B Say yang mengatakan bahwa penawaran akan selalu
berhasil menciptakan permintaannya sendiri (supply creates it's own demand). Dengan
begitu tiap perusahaan berlomba-lomba menghasilkan barang-barang sebanyak-
banyaknya. Akibatnya, produksi meningkat tidak terkendalikan, hingga pada tahun 30-
an dunia mengalami krisis ekonomi yang mahadahsyat (depresi besar-besaran).
Perekonomian ambruk, pengangguran terbuka merajalela, dan inflasi membubung tidak
terkendali.
Krisis yang dialami negara-negara maju seperti yang digambarkan di atas oleh
sebagian pihak dianggap bahwa ramalan Marx tentang kejatuhan sistem kapitalis
menjadi kenyataan. Dalam menghadapi persoalan ekonomi yang mahadahsyat
tersebut teori-teori ekonomi yang dikembangkan oleh pakar-pakar klasik maupun neo-
klasik seperti lumpuh tak berdaya. Teori klasik dan neoklasik tidak mampu
menjelaskan fenomena dan peristiwa yang sesungguhnya telah terjadi. Apatah lagi
memberikan jalan keluar dari kemelut yang dihadapi. Hal ini sebetulnya tidak dapat
disesalkan, sebab yang terjadi pada tahun 30-an tersebut memang sangat berbeda
dengan persoalan-persoalan yang selama ini dihadapi. Dalam situasi tidak menentu
inilah lahir seorang tokoh ekonomi yang kemudian menjadi sangat berpengaruh yaitu
J.M. Keynes.

John Maynard Keynes tahun (1883-1946) mula-mula memperoleh pendidikan di Eton.


Sebagai seorang murid yang pintar, ia banyak memenangkan berbagai hadiah dalam
bidang matematika, bahasa Inggris, dan seni klasik. Keynes melanjutkan pendidikan
ke King's College dengan bidang utama matematika. Di samping matematika, ia juga
memperdalam falsafah dari gurunya Alfred Whitehead. Pelajaran- pelajaran ekonomi
diperoleh di bawah bimbingan Alfred Marshall dan A.C.Pigou.
1
.
J.M. Keyness betul-betul cerminan seorang cendekiawan tulen. Selain
ahli dalam ilmu ekonomi yang didukung oleh kepiawaiannya dalam ilmu
matematik, ia juga mempunyai pengetahuan yang dalam tentang falsafah,
politik. Bahkan, ia juga sangat mengerti dengan dunia sastra, seni lukis, teater
drama, dan tari balet klasik. Orang tuanya, John Neville Keynes, juga seorang
ahli ekonomi yang cukup disegani. Akan tetapi, namanya tenggelam di bawah
bayang-bayang nama anaknya yang jauh lebih termasyhur.
Sesudah menamatkan kuliahnya, Keynes pernah menjadi editor sebuah
jurnal ilmiah yang cukup ternama "Economic Journal". Di samping itu, ia juga
pernah bertugas sebagai pamong (civil servant) dalam pemerintahan Inggris.
Dalam usia sangat muda (sekitar 26 tahun) Keynes sudah ikut dalam
tim delegasi Inggris melakukan perundingan perdamaian Versailles tahun
1919. Sebelum mencapai usia 30 tahun ia diangkat sebagai dosen di
Cambridge University. Pengaruh Keynes sangat besar dalam Perjanjian
Bretton Woods tahun 1946 dan dalam pembentukan badan moneter
internasional IMF (International Monetary Fund). Atas jasa-jasanya sangat
besar, ia kemudian diangkat sebagai "baron", suatu gelar kebangsawanan
yang sangat tinggi dalam masyarakat Eropa.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa saja karya-karya Keynes sebagai bentuk
pembaharuan dan perumusan ulang doktrin-doktrin teori
klasik dan neoklasik?
2. Bagaimana pemikiran Keynes dalam proses pembaharuan teori klasik
dan teori neoklasik?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam perekonomian suatu negara
menurut Keynes?
2
I.3 Tujuan
1. Mengetahui karya Keynes sebagai bentuk pembaharuan dan perumusan ulang
doktrin teori klasik dan teori neoklasik
2. Mengetahui pemikiran Keynes dalam proses pembaharuan teori klasik dan
neoklasik
3. Mengetahui peran pemerintah dalam perekonomian suatu negara menurut
Keynes

3
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Karya-Karya Keynes


Sebagai seorang pakar ekonomi ulung, ia telah menulis banyak buku.
Tahun 1913 ia menulis : Indian Currency and Finance, yang memperlihatkan
ketertarikannya pada masalah-masalah moneter. Tulisan berikutnya adalah The
Economic Consequences of the Peace (terbit tahun 1919). Pada tahun 1922 ia
menulis : A Revision of The Treaty. Kedua buku yang disebutkan terakhir ditulis
sehubungan dengan pengalamannya dalam delegasi perdamaian Versailles. Pada
tahun 1923 ia menulis : A Tract on Monetary Reform. Dalam buku ini ia
memperlihatkan keprihatinannya terhadap perubahan yang terjadi dalam daya beli
uang. Tulisannya yang lain adalah A Treatise on Money yang diterbitkan tahun
1930. Enam tahun berikutnya, ia menerbitkan buku yang paling terkenal : The
General Theory of Employment, Interest, and Money.
Dalam bukunya : The Economic Consequences of The Peace, ia banyak
mengkritik cara-cara yang digunakan oleh negara-negara yang menang Perang
Dunia Pertama (Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis) dalam menekan negara-
negara yang kalah perang (yaitu pihak Jerman). Walaupun dalam Perjanjian
Versailles ia mewakili pemerintahan Inggris, tidak urung ia mengkritik cara-cara
yang digunakan negara-negara yang menang perang. Hal itu karena negara
pemenang menekan Jerman dengan syarat Pembayaran utang perang yang begitu
berat. Dalam buku tersebut ia mengisyaratkan bahwa tekanan dari negara-negara
yang menang perang terhadap Jerman dapat menimbulkan rasa marah dan
dendam dari masyarakat Jerman. Apa yang diramal oleh Keynes tahun 1919
tersebut menjadi kenyataan 20 tahun berikutnya. Jerman yang kalah dalam Perang
Dunia I di bawah Hitler melakukan balas dendam dengan memulai prakarsa
Perang Dunia Kedua.

4
Bukunya yang lain : A Treatise on Money terdiri dari dua volume. Volume
pertama khusus menyajikan teori-teori tentang arti dan peran uang dalam
perekonomian secara murni. Dalam volume kedua di jelaskan bagaimana teori-
teori murni tentang uang tersebut diterapkan dalam perekonomian. Dalam hal ini
perlu dicatat bahwa dalam beberapa bukunya yang terbit sebelum The General
Theory, Keynes masih berada dalam "jalur" pemikiran klasik dan neo-klasik. Akan
tetapi, jalur pemikiran klasik dan neoklasik ini mulai ditinggalkan saat ia menulis
The General Theory. Sebagaimana yang dikutip oleh Fusfeld (1977), paragraf
pertama bab pertama buku General Theory tersebut Keynes menulis :
"I have called this book 'The General Theory of Employment, Interest and
Money', placing the emphasis on the prefix general. The object of such a
title is to contrast the character of my arguments and conclusions with
those of the classical theory of the subject, upon which I was brought up
and which dominates the economic thought, both practical and theoretical
of the governing and academic classes of this generation, as it has for a
hundred years past."
Buku The General Theory ditulis sebagai reaksi terhadap depresi besar-
besaran yang terjadi tahun 30-an yang tidak berhasil dipecahkan dengan metode
klasik dan neo-klasik. Teori klasik dinilai Keynes mengandung banyak kelemahan.
Oleh karena itu, perlu diperbaiki dan disempurnakan.

II.2 Pemikiran Ekonomi Keynes


Pandangan Keynes sering dianggap sebagai awal dari pemikiran ekonomi
modern. Ia banyak melakukan pembaharuan dan perumusan ulang doktrin-doktrin
klasik dan neo-klasik. Karena Keynes menganggap peran pemerintah perlu dalam
melaksanakan pembangunan, Keynes sering disebut "Bapak Ekonomi
Pembangunan". Selain itu, ia juga disebut " Bapak Ekonomi Makro", sebab dahulu
dalam tradisi klasik maupun neo-klasik

5
analisis-analisis ekonomi lebih banyak bersifat mikro, sejak Keynes analisis
ekonomi juga dilakukan secara makro. Hal itu dilakukan dengan melihat hubungan
di antara variabel-variabel ekonomi (seperti pendapatan, konsumsi, tabungan,
pajak, pengeluaran pemerintah, ekspor-impor, pengangguran, inflasi dan
sebagainya) secara besar-besaran atau agregatif.
Pengaruh Keynes terhadap negara-negara berkembang yang sangat ingin
melihat pembangunan ekonominya berhasil sangat besar. Sejak kemunculan
Keynes, status ahli-ahli ekonomi naik beberapa tingkat. Pendapat-pendapat
mereka lebih sering didengar dan dijadikan sebagai bahan mengambil
kebijaksanaan. Sebagaimana pernah ditulis Keynes :
"The ideas of economists and political philosophers, both when they are
right and when they are wrong, are more powerful than is commonly
Understood. Indeed, the world is ruled by little else!"
J.M Keynes yang merupakan anak seorang ahli ekonomi—John Neville
Keynes—sering dibandingkan dengan John Stuart Mill, yang juga anak seorang
ahli ekonomi James Mill. Keynes dan Mill yunior sama-sama menolak implikasi
kebijaksanaan dasar yang dianut kedua orang tua mereka. Keduanya berani
menempuh perjalanan ke arah yang berbeda. Perbedaannya
J.S Mill gagal melakukan perpisahan dengan struktur teoritis yang dikembangkan
pakar-pakar terdahulu (terutama oleh Ricardo), sehingga ia akhirnya hanya bisa
membuat "rumah setengah jadi" antara mazhab klasik dan neo-klasik. Sementara
itu, J.M. Keyness berhasil melakukan escape dari masa lalu, yaitu dari tradisi
laissez faire yang dianut pakar-pakar ekonomi masa silam seperti Adam Smith,
Ricardo dan gurunya sendiri Alfred Marshall. Keynes kemudian berhasil
membentuk suatu "bangunan rumah utuh" dalam struktur teori-teori ekonomi baru,
sehingga terjadi revolusi baik dalam teori-teori, bahkan dalam kebijaksanaan-
kebijaksanaan ekonomi.
Sebagian yang dilakukan Keynes dalam mengembangkan teori-teori baru
dapat dijelaskan sebagai reaksi intelektual terhadap masalah-masalah yang
dihadapi di masanya. Keynes ingin mengetahui kekuatan-kekuatan yang telah
menyebabkan terjadinya pengangguran besar-besaran di Inggris

6
tahun 20-an dan depresi besar-besaran tahun 30-an. Apa yang disaksikannya,
menurut pemikiran Keynes, tidak mungkin bisa diatasi dengan teori-teori dan
pendekatan usang kaum klasik yang dipelajarinya dari tokoh-tokoh ekonomi
terdahulu.

II.3 Kritikan Keynes terhadap Teori Klasik


Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada
kekuatan mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium).
Dalam posisi keseimbangan, kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan
daya beli untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut
diperoleh sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi seperti upah gaji, suku
bunga, sewa, dan balas jasa dari faktor faktor produksi lainnya. Pendapatan atas
faktor-faktor produksi tersebut seluruhnya akan dibelanjakan untuk membeli
barang-barang yang dihasilkan perusahaan. Ini yang dimaksudkan Say bahwa
penawaran akan selalu berhasil menciptakan permintaannya sendiri.
Dalam posisi keseimbangan tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan
permintaan. Ketidakseimbangan (disequilibrium), seperti pasokan lebih besar dari
permintaan; kekurangan konsumsi; atau terjadi pengangguran, keadaan ini dinilai
kaum klasik sebagai sesuatu yang sementara sifatnya. Nanti akan ada suatu
tangan tak kentara (invisible hands) yang akan membawa perekonomian kembali
pada posisi keseimbangan.
Kaum klasik juga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber
daya, termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh (fully- employed).
Dengan demikian, di bawah sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar tidak
ada pengangguran. Pekerja terpaksa menerima upah rendah, daripada tidak
memperoleh pendapatan sama sekali. Kesediaan untuk bekerja dengan tingkat
upah lebih rendah ini akan menarik perusahaan untuk mempekerjakan mereka
lebih banyak.

7
Jadi, dalam pasar persaingan sempurna mereka yang mau bekerja pasti
akan memperoleh pekerjaan. Pengecualian berlaku bagi mereka yang "pilih-pilih"
pekerjaan, atau tidak mau bekerja dengan tingkat upah yang diatur oleh pasar.
Pekerja yang tidak bekerja karena kedua alasan diatas, oleh kaum klasik tidak
digolongkan pada penganggur. Kaum klasik menyebutnya pengangguran sukarela
(voluntary unemployment).
Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, analisis klasik bertumpu pada
masalah-masalah mikro. Dalam berproduksi, misalnya, masalah yang dihadapi
adalah: bagaimana menghasilkan barang-barang dan jasa sebanyak- banyaknya.
Itu dilakukan dengan biaya serendah rendahnya dengan memilih alternatif
kombinasi faktor-faktor produksi yang terbaik. Dengan cara memilih alternatif
terbaik atau paling efisien, perusahaan akan memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya. Hal itu berdasarkan keyakinan bahwa setiap barang yang
diproduksi akan selalu diiringi oleh permintaan. Sesuai dengan teori Say, setiap
perusahaan perlu berlomba-lomba menghasilkan barang-barang dan jasa
sebanyak-banyaknya.
Teori Say mengatakan bahwa "penawaran akan menciptakan
permintaannya sendiri" di atas dikritik habis-habisan oleh Keynes sebagai sesuatu
yang keliru. Dalam kenyataan, demikian Keynes biasanya permintaan lebih kecil
dari penawaran. Alasannya, sebagian dari pendapatan yang diterima masyarakat
akan ditabung, dan tidak semuanya dikonsumsi. Dengan demikian, permintaan
efektif biasanya lebih kecil dari total produksi. Walaupun kekurangan ini bisa
dieliminasi dengan menurunkan harga-harga, pendapatan tentu akan turun.
Sebagai akibatnya , tetap saja permintaan lebih kecil dari penawaran. Karena
konsumsi lebih kecil dari pendapatan, tidak semua produksi akan diserap
masyarakat. Memang inilah yang terjadi pada tahun 30-an, saat perusahaan
berlomba-lomba berproduksi tanpa kendali. Di pihak lain, daya beli masyarakat
terbatas. Akibatnya banyak stok menumpuk. Sebagian perusahaan terpaksa
mengurangi produksi dan sebagian bahkan melakukan rasionalisasi, yaitu
mengurangi produksi dengan mengurangi jumlah pekerja.

8
Tindakan rasionalisasi dari pihak perusahaan akan memaksa sebagian
pekerja yang menganggur. Orang yang menganggur jelas tidak memperoleh
pendapatan. Sebagai konsekuensinya, pendapatan masyarakat turun. Turunnya
pendapatan masyarakat menyebabkan daya beli semakin rendah, sehingga barang
barang tidak laku sehingga kegiatan produksi menjadi macet. Puncak dari
kemerosotan ekonomi terjadi pada tahun 30-an hampir di seluruh negara-negara
industri terjadi depresi secara besar- besaran.
Sejak terjadinya depresi besar-besaran tersebut, orang curiga bahwa ada
sesuatu yang salah dengan teori klasik dan neo-klasik yang dianggap berlaku
umum selama ini. Menurut Keynes dalam pandangan klasiknya, produksi akan
selalu menciptakan permintaannya sendiri hanya berlaku untuk perekonomian
tertutup sederhana. Ini terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan saja. Pada
tingkat perekonomian seperti ini semua pendapatan yang diterima pada suatu
periode biasanya langsung dikonsumsi tanpa ada yang ditabung. Dalam keadaan
seperti ini memang permintaan akan selalu sama dengan penawaran agregat.
Akan tetapi, dalam perekonomian yang lebih maju masyarakatnya sudah mengenal
tabungan, sebagian dari pendapatan akan mengalami kebocoran (leakage). Hal itu
dapat diketahui kebocoran dalam bentuk tabungan, sehingga harus pengeluaran
tidak lagi sama dengan arus pendapatan. Dengan demikian, permintaan agregat
akan lebih kecil dari penawaran agregat.
Pendapat di atas mula-mula dibantah oleh pendukung klasik. Mereka
mengatakan bahwa tabungan tersebut akan dihimpun oleh lembaga-lembaga
keuangan dan akan disalurkan pada investor. Menurut keyakinan pendukung-
pendukung klasik, pasar akan mengatur sedemikian rupa sehingga jumlah
tabungan akan sama dengan jumlah investasi. Dengan demikian, kebocoran yang
terjadi dalam tabungan akan diinjeksikan kembali ke dalam perekonomian melalui
investasi, sehingga keseimbangan kembali wujud dalam perekonomian.

9
Pendapat klasik bahwa jumlah tabungan akan selalu sama dengan jumlah
investasi di atas dibantah Keynes. Alasannya, motif orang untuk menabung tidak
sama dengan motif pengusaha untuk menginvestasi. Pengusaha melakukan
investasi didorong oleh keinginan untuk mendapatkan laba yang sebesar-
besarnya. Sementara itu, sektor rumah tangga melakukan penabungan didorong
oleh berbagai motif yang sangat berbeda. Termasuk di dalamnya ialah motif untuk
berjaga-jaga (pre-cautionary motives), misalnya untuk menghadapi kecelakaan,
penyakit, untuk memenuhi hajat (memperingati kelahiran, perkawinan, kematian)
dan sebagainya. Perbedaan dalam motif ini menyebabkan jumlah tabungan tidak
akan pernah sama dengan jumlah investasi. Kalaupun jumlahnya sama, menurut
Keynes itu hanya merupakan kebetulan belaka, bukan suatu keharusan.
Karena Keynes mengamati bahwa umumnya investasi lebih kecil dari
jumlah tabungan ia menyimpulkan bahwa permintaan agregat juga lebih kecil dari
penawaran agregat. Kekurangan ini, apabila tidak diantisipasi, akan menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan dalam perekonomian. Karena sebagian produksi
tidak terserap oleh masyarakat , stoka akan meningkat, dan pada periode periode
berikutnya terpaksa harus dibatasi. Apa yang menjadi inti pokok dari pendapat
Keynes di atas ialah bahwa perekonomian yang berjalan menurut mekanisme
pasar biasanya mencapai keseimbangan pada titik di bawah full-employment.
Kritikan Keynes yang lain terhadap sistem klasik yang juga sangat perlu
diperhatikan ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa tidak ada mekanisme
penyesuaian (adjustment). Hal ini otomatis menjamin tercapainya keseimbangan
perekonomian (ekuilibrium) pada tingkat penggunaan kerja penuh. Hal ini sangat
jelas dalam analisisnya tentang pasar tenaga kerja.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kaum klasik percaya bahwa dalam
posisi keseimbangan semua sumber daya termasuk di dalamnya sumber daya
tenaga kerja atau labor, akan dimanfaatkan secara penuh (full

10
employed). Seandainya terjadi pengangguran, pemerintah tidak perlu melakukan
tindakan/kebijaksanaan apapun.
Sesuai pandangan laissez faire klasik, biarkan saja keadaan demikian.
Nanti orang-orang yang tidak bekerja tersebut akan bersedia bekerja dengan
tingkat upah yang lebih rendah. Hal ini mendorong pengusaha untuk
mempekerjakan labor lebih banyak, sehingga akhirnya semua yang mau bekerja
akan memperoleh pekerjaan.
Pandangan klasik di atas tidak diterima Keynes. Menurut pandangan
Keynes, dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan
pandangan klasik tersebut. Di mana pun para pekerja mempunyai semacam
serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan
buruh dari penurunan tingkat upah. Dari sini Keynes mengecam analisis kaum
klasik yang didasarkan pada pengandaian-pengandaian yang keliru dengan
kenyataan hidup sehari-hari.
Kalaupun tingkat upah bisa diturunkan (tetapi kemungkinan ini dinilai
Keynes kecil sekali), tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya
pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat. Pada gilirannya hal ini akan menyebabkan konsumsi secara
keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong
turunnya harga-harga.
Kalau harga harga turun, kurva nilai produktivitas marjinal labor (marginal
value of productivity of labor) yang dijadikan patokan oleh pengusaha dalam
mempekerjakan labor akan turun. Kalau penurunan dalam harga-harga tidak terlalu
besar, kurva nilai produktivitas marjinal labor hanya turun sedikit. Walaupun begitu,
tetap saja jumlah labor yang tertampung lebih kecil dari jumlah labor yang
ditawarkan. Yang lebih parah, kalau harga-harga turun drastis. Ini menyebabkan
kurva nilai produktivitas marginal labor turun drastis pula. Jumlah labor yang
tertampung pun jadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas.

11
II.4 Peran Pemerintah dalam Perekonomian
Dari hasil pengamatannya tentang kejadian depresi ekonomi pada awal 30-
an Keynes merekomendasikan agar perekonomian tidak diserahkan begitu saja
pada mekanisme pasar. Hingga batas tertentu, peran pemerintah justru diperlukan.
Misalnya, kalau terjadi pengangguran pemerintah bisa memperbesar
pengeluarannya untuk proyek-proyek padat karya. Dengan demikian, sebagian
tenaga kerja yang menganggur bisa bekerja, yang akhirnya akan meningkatkan
pendapatan masyarakat. Kalau harga-harga naik cepat, pemerintah bisa menarik
jumlah uang beredar dengan mengenakan pajak yang lebih tinggi. Inflasi yang tak
terkendali pun tidak sampai terjadi. Dalam situasi terjadi gerak gelombang kegiatan
ekonomi, pemerintah dapat menjalankan kebijaksanaan pengelolaan pengeluaran
dan pengendalian permintaan efektif dalam bentuk "kontra-siklis" atau "anti- siklis".
Dari berbagai jadi berbagai kebijaksanaan yang dapat diambil, Keynes
lebih sering mengandalkan kebijaksanaan fiskal. Dengan kebijaksanaan fiskal
pemerintah bisa mempengaruhi jalannya perekonomian. Langkah itu dilakukan
dengan menyuntikkan dana berupa pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek
yang mampu menyerap tenaga kerja. Kebijaksanaan ini sangat ampuh dalam
meningkatkan output dan memberantas pengangguran, terutama pada situasi saat
sumber-sumber daya belum dimanfaatkan secara penuh.
Apakah Keynes tidak percaya pada mekanisme pasar bebas sesuai doktrin
laissez faire-laissez passer klasik? Apakah ia tidak yakin dengan anggapan klasik
bahwa perekonomian akan menemukan jalannya sendiri menuju keseimbangan?
Keynes sebetulnya percaya tentang semua hal yang dikemukakan oleh kaum
klasik tersebut. Akan tetapi, Keynes menilai bahwa jalan menuju keseimbangan
dan full-employment tersebut sangat panjang. Kalau ditunggu mekanisme pasar
(lewat tangan tak kentara) yang akan membawa perekonomian kembali pada posisi
keseimbangan, dibutuhkan waktu yang sangat lama. Keynes pernah menulis :
"dalam jangka panjang

12
kita akan mati!" (In the long run we're all dead!). Jadi, satu-satunya cara untuk
membawa perekonomian ke arah yang diinginkan seandainya ia "lari ke posisi
keseimbangan", demikian uraian Keynes lebih lanjut, ialah lewat intervensi atau
campur tangan pemerintah.
Demikianlah, kalau kaum klasik pada umumnya menganggap tabu campur
tangan pemerintah. Bagi Keynes, campur tangan pemerintah merupakan
keharusan. Campur tangan pemerintah terutama diperlukan kalau perekonomian
berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kalau diamati, sepertinya Keynes sependapat dengan Mark yang
mengatakan bahwa sistem ekonomi klasik tidak bebas dari fluktuasi, krisis
pengangguran, dan sebagainya. Marx berusaha menghancurkan sistem kapitalis
dan menggantikannya dengan sistem sosialis. Namun sebaliknya, Keynes justru
ingin menyelamatkan sistem liberal tersebut.

13
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Sebagai seorang pakar ekonomi ulung, Keynes telah menulis banyak buku.
Contohnya Indian Currency and Finance, The Economic Consequences of the
Peace dan The General Theory dimana dalam buku ini Keynes sudah tidak
menggunakan pemikiran klasik dan neoklasik lagi. Tujuan ditulisnya buku ini
adalah sebagai reaksi terhadap depresi besar- besaran yang terjadi tahun 30an
yang tidak berhasil dipecahkan dengan metode klasik dan neoklasik. Teori klasik
dinilai Keynes mengandung banyak kelemahan. Oleh karena itu, perlu diperbaiki
dan disempurnakan.
Pandangan Keynes banyak melakukan pembaharuan dan perumusan ulang
doktrin-doktrin klasik dan neo-klasik. Sebab dahulu dalam tradisi klasik Maupun
neo-klasik analisis-analisis ekonomi lebih banyak bersifat mikro, sejak Keynes
analisis ekonomi juga dilakukan secara makro. Hal itu dilakukan dengan melihat
Hubungan di antara variabel-variabel ekonomi (seperti pendapatan, konsumsi,
Tabungan, pajak, pengeluaran pemerintah, ekspor-impor, pengangguran, inflasi
dan Sebagainya) secara besar-besaran atau agregatif.
Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada
kekuatan mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Kaum
klasik juga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya, termasuk
tenaga kerja, akan digunakan secara penuh (fully-employed). analisis klasik
bertumpu pada masalah-masalah mikro. Dalam berproduksi, misalnya, masalah
yang dihadapi adalah: bagaimana menghasilkan barang- barang dan jasa
sebanyak-banyaknya. Itu dilakukan dengan biaya serendah rendahnya dengan
memilih alternatif kombinasi faktor-faktor produksi yang terbaik. Dengan cara
memilih alternatif terbaik atau paling efisien, perusahaan akan memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal itu

14
berdasarkan keyakinan bahwa setiap barang yang diproduksi akan selalu diiringi
oleh permintaan.
Menurut Keynes, biasanya permintaan lebih kecil dari penawaran.
Alasannya, sebagian dari pendapatan yang diterima masyarakat akan ditabung,
dan Tidak semuanya dikonsumsi. Dengan demikian, permintaan efektif biasanya
lebih kecil dari total produksi. Walaupun kekurangan ini bisa dieliminasi dengan
menurunkan Harga-harga, pendapatan tentu akan turun. Sebagai akibatnya , tetap
saja permintaan Lebih kecil dari penawaran. Karena konsumsi lebih kecil dari
pendapatan, tidak semua produksi akan diserap masyarakat. Di pihak lain daya
beli masyarakat terbatas. Akibatnya banyak stok menumpuk. Sebagian
perusahaan terpaksa mengurangi produksi dan sebagian bahkan melakukan
rasionalisasi, yaitu mengurangi produksi dengan mengurangi jumlah pekerja.
Dari hasil pengamatannya tentang kejadian depresi ekonomi pada awal
30an Keynes merekomendasikan agar perekonomian tidak diserahkan begitu saja
pada mekanisme pasar. Hingga batas tertentu, peran pemerintah justru diperlukan.
Misalnya, Kalau terjadi pengangguran pemerintah bisa memperbesar
pengeluarannya untuk proyek-proyek padat karya. Dengan demikian, sebagian
tenaga kerja yang menganggur bisa bekerja, yang akhirnya akan meningkatkan
pendapatan masyarakat. Kalau harga-harga naik cepat, pemerintah bisa menarik
jumlah uang beredar dengan mengenakan pajak yang lebih tinggi. Inflasi yang tak
terkendali pun tidak sampai terjadi. Dalam situasi terjadi gerak gelombang kegiatan
ekonomi, pemerintah dapat menjalankan Kebijaksanaan pengelolaan pengeluaran
dan pengendalian permintaan efektif dalam bentuk “kontra-siklis” atau “anti- siklis”.
III.2 Saran

1. Bagi pembaca:
a. Sejarah ekonomi merupakan hal yang kompleks dan harus dipelajari karena
untuk memahami perkembangan ekonomi dari waktu ke waktu

15
b. Meskipun sejarah lebih mencondongkan pada tulisan, hal tersebut bukan
berarti harus menutup mata pada sejarah yang terjadi
c. Sejarah merupakan dokumentasi dari perjalanan suatu hal, demikian dengan
sejarah ekonomi yang mendokumentasikan perjalanan suatu kebijakan
ekonomi, aliran ekonomi, dan lain-lain yang sangat kompleks. Hal ini diwajibkan
bagi generasi sekarang atau pembaca yang membaca makalah ini untuk
mengenang, belajar, dan mengeksplorasi sejarah ekonomi yang terjadi.
2. Bagi penulis
Dapat disadari bahwa masih banyak kekurangan di makalah ini. Untuk ke
depannya makalah akan dijelaskan secara lebih focus dan terperinci dengan
sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan. Kritik dan saran
yang membangun diharapkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Deliarnov. (1997). Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Rajawali.

1
gurunya Alfred Whitehead. Pelajaran- pelajaran ekonomi diperoleh di bawah
bimbingan Alfred Marshall dan A.C.Pigou.
J.M. Keyness betul-betul cerminan seorang cendekiawan tulen. Selain ahli
dalam ilmu ekonomi yang didukung oleh kepiawaiannya dalam ilmu matematik, ia juga
mempunyai pengetahuan yang dalam tentang falsafah, politik. Bahkan, ia juga sangat
mengerti dengan dunia sastra, seni lukis, teater drama, dan tari balet klasik. Orang
tuanya, John Neville Keynes, juga seorang ahli ekonomi yang cukup disegani. Akan
tetapi, namanya tenggelam di bawah bayang-bayang nama anaknya yang jauh lebih
termasyhur.
Sesudah menamatkan kuliahnya, Keynes pernah menjadi editor sebuah jurnal
ilmiah yang cukup ternama "Economic Journal". Di samping itu, ia juga pernah
bertugas sebagai pamong (civil servant) dalam pemerintahan Inggris.
Dalam usia sangat muda (sekitar 26 tahun) Keynes sudah ikut dalam tim
delegasi Inggris melakukan perundingan perdamaian Versailles tahun 1919. Sebelum
mencapai usia 30 tahun ia diangkat sebagai dosen di Cambridge University. Pengaruh
Keynes sangat besar dalam Perjanjian Bretton Woods tahun 1946 dan dalam
pembentukan badan moneter internasional IMF (International Monetary Fund). Atas
jasa-jasanya sangat besar, ia kemudian diangkat sebagai "baron", suatu gelar
kebangsawanan yang sangat tinggi dalam masyarakat Eropa.

I.4 Rumusan Masalah


1. Apa saja karya-karya Keynes sebagai bentuk pembaharuan dan
perumusan ulang doktrin-doktrin teori klasik dan neoklasik?
2. Bagaimana pemikiran Keynes dalam proses pembaharuan teori klasik dan teori
neoklasik?
3. Bagaimana peran pemerintah dalam perekonomian suatu negara menurut
Keynes?

2
I.5 Tujuan
1. Mengetahui karya Keynes sebagai bentuk pembaharuan dan perumusan ulang
doktrin teori klasik dan teori neoklasik
2. Mengetahui pemikiran Keynes dalam proses pembaharuan teori klasik dan
neoklasik
3. Mengetahui peran pemerintah dalam perekonomian suatu negara menurut
Keynes

3
BAB II
PEMBAHASAN

II.5 Karya-Karya Keynes


Sebagai seorang pakar ekonomi ulung, ia telah menulis banyak buku.
Tahun 1913 ia menulis : Indian Currency and Finance, yang memperlihatkan
ketertarikannya pada masalah-masalah moneter. Tulisan berikutnya adalah The
Economic Consequences of the Peace (terbit tahun 1919). Pada tahun 1922 ia
menulis : A Revision of The Treaty. Kedua buku yang disebutkan terakhir ditulis
sehubungan dengan pengalamannya dalam delegasi perdamaian Versailles. Pada
tahun 1923 ia menulis : A Tract on Monetary Reform. Dalam buku ini ia
memperlihatkan keprihatinannya terhadap perubahan yang terjadi dalam daya beli
uang. Tulisannya yang lain adalah A Treatise on Money yang diterbitkan tahun
1930. Enam tahun berikutnya, ia menerbitkan buku yang paling terkenal : The
General Theory of Employment, Interest, and Money.
Dalam bukunya : The Economic Consequences of The Peace, ia banyak
mengkritik cara-cara yang digunakan oleh negara-negara yang menang Perang
Dunia Pertama (Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis) dalam menekan negara-
negara yang kalah perang (yaitu pihak Jerman). Walaupun dalam Perjanjian
Versailles ia mewakili pemerintahan Inggris, tidak urung ia mengkritik cara-cara
yang digunakan negara-negara yang menang perang. Hal itu karena negara
pemenang menekan Jerman dengan syarat Pembayaran utang perang yang begitu
berat. Dalam buku tersebut ia mengisyaratkan bahwa tekanan dari negara-negara
yang menang perang terhadap Jerman dapat menimbulkan rasa marah dan
dendam dari masyarakat Jerman. Apa yang diramal oleh Keynes tahun 1919
tersebut menjadi kenyataan 20 tahun berikutnya. Jerman yang kalah dalam Perang
Dunia I di bawah Hitler melakukan balas dendam dengan memulai prakarsa
Perang Dunia Kedua.

4
Bukunya yang lain : A Treatise on Money terdiri dari dua volume. Volume
pertama khusus menyajikan teori-teori tentang arti dan peran uang dalam
perekonomian secara murni. Dalam volume kedua di jelaskan bagaimana teori-
teori murni tentang uang tersebut diterapkan dalam perekonomian. Dalam hal ini
perlu dicatat bahwa dalam beberapa bukunya yang terbit sebelum The General
Theory, Keynes masih berada dalam "jalur" pemikiran klasik dan neo-klasik. Akan
tetapi, jalur pemikiran klasik dan neoklasik ini mulai ditinggalkan saat ia menulis
The General Theory. Sebagaimana yang dikutip oleh Fusfeld (1977), paragraf
pertama bab pertama buku General Theory tersebut Keynes menulis :
"I have called this book 'The General Theory of Employment, Interest and
Money', placing the emphasis on the prefix general. The object of such a
title is to contrast the character of my arguments and conclusions with
those of the classical theory of the subject, upon which I was brought up
and which dominates the economic thought, both practical and theoretical
of the governing and academic classes of this generation, as it has for a
hundred years past."
Buku The General Theory ditulis sebagai reaksi terhadap depresi besar-
besaran yang terjadi tahun 30-an yang tidak berhasil dipecahkan dengan metode
klasik dan neo-klasik. Teori klasik dinilai Keynes mengandung banyak kelemahan.
Oleh karena itu, perlu diperbaiki dan disempurnakan.

II.6 Pemikiran Ekonomi Keynes


Pandangan Keynes sering dianggap sebagai awal dari pemikiran ekonomi
modern. Ia banyak melakukan pembaharuan dan perumusan ulang doktrin-doktrin
klasik dan neo-klasik. Karena Keynes menganggap peran pemerintah perlu dalam
melaksanakan pembangunan, Keynes sering disebut "Bapak Ekonomi
Pembangunan". Selain itu, ia juga disebut " Bapak Ekonomi Makro", sebab dahulu
dalam tradisi klasik maupun neo-klasik

5
analisis-analisis ekonomi lebih banyak bersifat mikro, sejak Keynes analisis
ekonomi juga dilakukan secara makro. Hal itu dilakukan dengan melihat hubungan
di antara variabel-variabel ekonomi (seperti pendapatan, konsumsi, tabungan,
pajak, pengeluaran pemerintah, ekspor-impor, pengangguran, inflasi dan
sebagainya) secara besar-besaran atau agregatif.
Pengaruh Keynes terhadap negara-negara berkembang yang sangat ingin
melihat pembangunan ekonominya berhasil sangat besar. Sejak kemunculan
Keynes, status ahli-ahli ekonomi naik beberapa tingkat. Pendapat-pendapat
mereka lebih sering didengar dan dijadikan sebagai bahan mengambil
kebijaksanaan. Sebagaimana pernah ditulis Keynes :
"The ideas of economists and political philosophers, both when they are
right and when they are wrong, are more powerful than is commonly
Understood. Indeed, the world is ruled by little else!"
J.M Keynes yang merupakan anak seorang ahli ekonomi—John Neville
Keynes—sering dibandingkan dengan John Stuart Mill, yang juga anak seorang
ahli ekonomi James Mill. Keynes dan Mill yunior sama-sama menolak implikasi
kebijaksanaan dasar yang dianut kedua orang tua mereka. Keduanya berani
menempuh perjalanan ke arah yang berbeda. Perbedaannya
J.S Mill gagal melakukan perpisahan dengan struktur teoritis yang dikembangkan
pakar-pakar terdahulu (terutama oleh Ricardo), sehingga ia akhirnya hanya bisa
membuat "rumah setengah jadi" antara mazhab klasik dan neo-klasik. Sementara
itu, J.M. Keyness berhasil melakukan escape dari masa lalu, yaitu dari tradisi
laissez faire yang dianut pakar-pakar ekonomi masa silam seperti Adam Smith,
Ricardo dan gurunya sendiri Alfred Marshall. Keynes kemudian berhasil
membentuk suatu "bangunan rumah utuh" dalam struktur teori-teori ekonomi baru,
sehingga terjadi revolusi baik dalam teori-teori, bahkan dalam kebijaksanaan-
kebijaksanaan ekonomi.
Sebagian yang dilakukan Keynes dalam mengembangkan teori-teori baru
dapat dijelaskan sebagai reaksi intelektual terhadap masalah-masalah yang
dihadapi di masanya. Keynes ingin mengetahui kekuatan-kekuatan yang telah
menyebabkan terjadinya pengangguran besar-besaran di Inggris

6
tahun 20-an dan depresi besar-besaran tahun 30-an. Apa yang disaksikannya,
menurut pemikiran Keynes, tidak mungkin bisa diatasi dengan teori-teori dan
pendekatan usang kaum klasik yang dipelajarinya dari tokoh-tokoh ekonomi
terdahulu.

II.7 Kritikan Keynes terhadap Teori Klasik


Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada
kekuatan mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium).
Dalam posisi keseimbangan, kegiatan produksi secara otomatis akan menciptakan
daya beli untuk membeli barang-barang yang dihasilkan. Daya beli tersebut
diperoleh sebagai balas jasa atas faktor-faktor produksi seperti upah gaji, suku
bunga, sewa, dan balas jasa dari faktor faktor produksi lainnya. Pendapatan atas
faktor-faktor produksi tersebut seluruhnya akan dibelanjakan untuk membeli
barang-barang yang dihasilkan perusahaan. Ini yang dimaksudkan Say bahwa
penawaran akan selalu berhasil menciptakan permintaannya sendiri.
Dalam posisi keseimbangan tidak terjadi kelebihan maupun kekurangan
permintaan. Ketidakseimbangan (disequilibrium), seperti pasokan lebih besar dari
permintaan; kekurangan konsumsi; atau terjadi pengangguran, keadaan ini dinilai
kaum klasik sebagai sesuatu yang sementara sifatnya. Nanti akan ada suatu
tangan tak kentara (invisible hands) yang akan membawa perekonomian kembali
pada posisi keseimbangan.
Kaum klasik juga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber
daya, termasuk tenaga kerja, akan digunakan secara penuh (fully- employed).
Dengan demikian, di bawah sistem yang didasarkan pada mekanisme pasar tidak
ada pengangguran. Pekerja terpaksa menerima upah rendah, daripada tidak
memperoleh pendapatan sama sekali. Kesediaan untuk bekerja dengan tingkat
upah lebih rendah ini akan menarik perusahaan untuk mempekerjakan mereka
lebih banyak.

7
Jadi, dalam pasar persaingan sempurna mereka yang mau bekerja pasti
akan memperoleh pekerjaan. Pengecualian berlaku bagi mereka yang "pilih-pilih"
pekerjaan, atau tidak mau bekerja dengan tingkat upah yang diatur oleh pasar.
Pekerja yang tidak bekerja karena kedua alasan diatas, oleh kaum klasik tidak
digolongkan pada penganggur. Kaum klasik menyebutnya pengangguran sukarela
(voluntary unemployment).
Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, analisis klasik bertumpu pada
masalah-masalah mikro. Dalam berproduksi, misalnya, masalah yang dihadapi
adalah: bagaimana menghasilkan barang-barang dan jasa sebanyak- banyaknya.
Itu dilakukan dengan biaya serendah rendahnya dengan memilih alternatif
kombinasi faktor-faktor produksi yang terbaik. Dengan cara memilih alternatif
terbaik atau paling efisien, perusahaan akan memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya. Hal itu berdasarkan keyakinan bahwa setiap barang yang
diproduksi akan selalu diiringi oleh permintaan. Sesuai dengan teori Say, setiap
perusahaan perlu berlomba-lomba menghasilkan barang-barang dan jasa
sebanyak-banyaknya.
Teori Say mengatakan bahwa "penawaran akan menciptakan
permintaannya sendiri" di atas dikritik habis-habisan oleh Keynes sebagai sesuatu
yang keliru. Dalam kenyataan, demikian Keynes biasanya permintaan lebih kecil
dari penawaran. Alasannya, sebagian dari pendapatan yang diterima masyarakat
akan ditabung, dan tidak semuanya dikonsumsi. Dengan demikian, permintaan
efektif biasanya lebih kecil dari total produksi. Walaupun kekurangan ini bisa
dieliminasi dengan menurunkan harga-harga, pendapatan tentu akan turun.
Sebagai akibatnya , tetap saja permintaan lebih kecil dari penawaran. Karena
konsumsi lebih kecil dari pendapatan, tidak semua produksi akan diserap
masyarakat. Memang inilah yang terjadi pada tahun 30-an, saat perusahaan
berlomba-lomba berproduksi tanpa kendali. Di pihak lain, daya beli masyarakat
terbatas. Akibatnya banyak stok menumpuk. Sebagian perusahaan terpaksa
mengurangi produksi dan sebagian bahkan melakukan rasionalisasi, yaitu
mengurangi produksi dengan mengurangi jumlah pekerja.

8
Tindakan rasionalisasi dari pihak perusahaan akan memaksa sebagian
pekerja yang menganggur. Orang yang menganggur jelas tidak memperoleh
pendapatan. Sebagai konsekuensinya, pendapatan masyarakat turun. Turunnya
pendapatan masyarakat menyebabkan daya beli semakin rendah, sehingga barang
barang tidak laku sehingga kegiatan produksi menjadi macet. Puncak dari
kemerosotan ekonomi terjadi pada tahun 30-an hampir di seluruh negara-negara
industri terjadi depresi secara besar- besaran.
Sejak terjadinya depresi besar-besaran tersebut, orang curiga bahwa ada
sesuatu yang salah dengan teori klasik dan neo-klasik yang dianggap berlaku
umum selama ini. Menurut Keynes dalam pandangan klasiknya, produksi akan
selalu menciptakan permintaannya sendiri hanya berlaku untuk perekonomian
tertutup sederhana. Ini terdiri dari sektor rumah tangga dan perusahaan saja. Pada
tingkat perekonomian seperti ini semua pendapatan yang diterima pada suatu
periode biasanya langsung dikonsumsi tanpa ada yang ditabung. Dalam keadaan
seperti ini memang permintaan akan selalu sama dengan penawaran agregat.
Akan tetapi, dalam perekonomian yang lebih maju masyarakatnya sudah mengenal
tabungan, sebagian dari pendapatan akan mengalami kebocoran (leakage). Hal itu
dapat diketahui kebocoran dalam bentuk tabungan, sehingga harus pengeluaran
tidak lagi sama dengan arus pendapatan. Dengan demikian, permintaan agregat
akan lebih kecil dari penawaran agregat.
Pendapat di atas mula-mula dibantah oleh pendukung klasik. Mereka
mengatakan bahwa tabungan tersebut akan dihimpun oleh lembaga-lembaga
keuangan dan akan disalurkan pada investor. Menurut keyakinan pendukung-
pendukung klasik, pasar akan mengatur sedemikian rupa sehingga jumlah
tabungan akan sama dengan jumlah investasi. Dengan demikian, kebocoran yang
terjadi dalam tabungan akan diinjeksikan kembali ke dalam perekonomian melalui
investasi, sehingga keseimbangan kembali wujud dalam perekonomian.

9
Pendapat klasik bahwa jumlah tabungan akan selalu sama dengan jumlah
investasi di atas dibantah Keynes. Alasannya, motif orang untuk menabung tidak
sama dengan motif pengusaha untuk menginvestasi. Pengusaha melakukan
investasi didorong oleh keinginan untuk mendapatkan laba yang sebesar-
besarnya. Sementara itu, sektor rumah tangga melakukan penabungan didorong
oleh berbagai motif yang sangat berbeda. Termasuk di dalamnya ialah motif untuk
berjaga-jaga (pre-cautionary motives), misalnya untuk menghadapi kecelakaan,
penyakit, untuk memenuhi hajat (memperingati kelahiran, perkawinan, kematian)
dan sebagainya. Perbedaan dalam motif ini menyebabkan jumlah tabungan tidak
akan pernah sama dengan jumlah investasi. Kalaupun jumlahnya sama, menurut
Keynes itu hanya merupakan kebetulan belaka, bukan suatu keharusan.
Karena Keynes mengamati bahwa umumnya investasi lebih kecil dari
jumlah tabungan ia menyimpulkan bahwa permintaan agregat juga lebih kecil dari
penawaran agregat. Kekurangan ini, apabila tidak diantisipasi, akan menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan dalam perekonomian. Karena sebagian produksi
tidak terserap oleh masyarakat , stoka akan meningkat, dan pada periode periode
berikutnya terpaksa harus dibatasi. Apa yang menjadi inti pokok dari pendapat
Keynes di atas ialah bahwa perekonomian yang berjalan menurut mekanisme
pasar biasanya mencapai keseimbangan pada titik di bawah full-employment.
Kritikan Keynes yang lain terhadap sistem klasik yang juga sangat perlu
diperhatikan ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa tidak ada mekanisme
penyesuaian (adjustment). Hal ini otomatis menjamin tercapainya keseimbangan
perekonomian (ekuilibrium) pada tingkat penggunaan kerja penuh. Hal ini sangat
jelas dalam analisisnya tentang pasar tenaga kerja.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kaum klasik percaya bahwa dalam
posisi keseimbangan semua sumber daya termasuk di dalamnya sumber daya
tenaga kerja atau labor, akan dimanfaatkan secara penuh (full

10
employed). Seandainya terjadi pengangguran, pemerintah tidak perlu melakukan
tindakan/kebijaksanaan apapun.
Sesuai pandangan laissez faire klasik, biarkan saja keadaan demikian.
Nanti orang-orang yang tidak bekerja tersebut akan bersedia bekerja dengan
tingkat upah yang lebih rendah. Hal ini mendorong pengusaha untuk
mempekerjakan labor lebih banyak, sehingga akhirnya semua yang mau bekerja
akan memperoleh pekerjaan.
Pandangan klasik di atas tidak diterima Keynes. Menurut pandangan
Keynes, dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan
pandangan klasik tersebut. Di mana pun para pekerja mempunyai semacam
serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan
buruh dari penurunan tingkat upah. Dari sini Keynes mengecam analisis kaum
klasik yang didasarkan pada pengandaian-pengandaian yang keliru dengan
kenyataan hidup sehari-hari.
Kalaupun tingkat upah bisa diturunkan (tetapi kemungkinan ini dinilai
Keynes kecil sekali), tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya
pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli
masyarakat. Pada gilirannya hal ini akan menyebabkan konsumsi secara
keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong
turunnya harga-harga.
Kalau harga harga turun, kurva nilai produktivitas marjinal labor (marginal
value of productivity of labor) yang dijadikan patokan oleh pengusaha dalam
mempekerjakan labor akan turun. Kalau penurunan dalam harga-harga tidak terlalu
besar, kurva nilai produktivitas marjinal labor hanya turun sedikit. Walaupun begitu,
tetap saja jumlah labor yang tertampung lebih kecil dari jumlah labor yang
ditawarkan. Yang lebih parah, kalau harga-harga turun drastis. Ini menyebabkan
kurva nilai produktivitas marginal labor turun drastis pula. Jumlah labor yang
tertampung pun jadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas.

11
II.8 Peran Pemerintah dalam Perekonomian
Dari hasil pengamatannya tentang kejadian depresi ekonomi pada awal 30-
an Keynes merekomendasikan agar perekonomian tidak diserahkan begitu saja
pada mekanisme pasar. Hingga batas tertentu, peran pemerintah justru diperlukan.
Misalnya, kalau terjadi pengangguran pemerintah bisa memperbesar
pengeluarannya untuk proyek-proyek padat karya. Dengan demikian, sebagian
tenaga kerja yang menganggur bisa bekerja, yang akhirnya akan meningkatkan
pendapatan masyarakat. Kalau harga-harga naik cepat, pemerintah bisa menarik
jumlah uang beredar dengan mengenakan pajak yang lebih tinggi. Inflasi yang tak
terkendali pun tidak sampai terjadi. Dalam situasi terjadi gerak gelombang kegiatan
ekonomi, pemerintah dapat menjalankan kebijaksanaan pengelolaan pengeluaran
dan pengendalian permintaan efektif dalam bentuk "kontra-siklis" atau "anti- siklis".
Dari berbagai jadi berbagai kebijaksanaan yang dapat diambil, Keynes
lebih sering mengandalkan kebijaksanaan fiskal. Dengan kebijaksanaan fiskal
pemerintah bisa mempengaruhi jalannya perekonomian. Langkah itu dilakukan
dengan menyuntikkan dana berupa pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek
yang mampu menyerap tenaga kerja. Kebijaksanaan ini sangat ampuh dalam
meningkatkan output dan memberantas pengangguran, terutama pada situasi saat
sumber-sumber daya belum dimanfaatkan secara penuh.
Apakah Keynes tidak percaya pada mekanisme pasar bebas sesuai doktrin
laissez faire-laissez passer klasik? Apakah ia tidak yakin dengan anggapan klasik
bahwa perekonomian akan menemukan jalannya sendiri menuju keseimbangan?
Keynes sebetulnya percaya tentang semua hal yang dikemukakan oleh kaum
klasik tersebut. Akan tetapi, Keynes menilai bahwa jalan menuju keseimbangan
dan full-employment tersebut sangat panjang. Kalau ditunggu mekanisme pasar
(lewat tangan tak kentara) yang akan membawa perekonomian kembali pada posisi
keseimbangan, dibutuhkan waktu yang sangat lama. Keynes pernah menulis :
"dalam jangka panjang

12
kita akan mati!" (In the long run we're all dead!). Jadi, satu-satunya cara untuk
membawa perekonomian ke arah yang diinginkan seandainya ia "lari ke posisi
keseimbangan", demikian uraian Keynes lebih lanjut, ialah lewat intervensi atau
campur tangan pemerintah.
Demikianlah, kalau kaum klasik pada umumnya menganggap tabu campur
tangan pemerintah. Bagi Keynes, campur tangan pemerintah merupakan
keharusan. Campur tangan pemerintah terutama diperlukan kalau perekonomian
berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Kalau diamati, sepertinya Keynes sependapat dengan Mark yang
mengatakan bahwa sistem ekonomi klasik tidak bebas dari fluktuasi, krisis
pengangguran, dan sebagainya. Marx berusaha menghancurkan sistem kapitalis
dan menggantikannya dengan sistem sosialis. Namun sebaliknya, Keynes justru
ingin menyelamatkan sistem liberal tersebut.

13
BAB III
PENUTUP

III.3 Kesimpulan

Sebagai seorang pakar ekonomi ulung, Keynes telah menulis banyak buku.
Contohnya Indian Currency and Finance, The Economic Consequences of the
Peace dan The General Theory dimana dalam buku ini Keynes sudah tidak
menggunakan pemikiran klasik dan neoklasik lagi. Tujuan ditulisnya buku ini
adalah sebagai reaksi terhadap depresi besar- besaran yang terjadi tahun 30an
yang tidak berhasil dipecahkan dengan metode klasik dan neoklasik. Teori klasik
dinilai Keynes mengandung banyak kelemahan. Oleh karena itu, perlu diperbaiki
dan disempurnakan.
Pandangan Keynes banyak melakukan pembaharuan dan perumusan ulang
doktrin-doktrin klasik dan neo-klasik. Sebab dahulu dalam tradisi klasik Maupun
neo-klasik analisis-analisis ekonomi lebih banyak bersifat mikro, sejak Keynes
analisis ekonomi juga dilakukan secara makro. Hal itu dilakukan dengan melihat
Hubungan di antara variabel-variabel ekonomi (seperti pendapatan, konsumsi,
Tabungan, pajak, pengeluaran pemerintah, ekspor-impor, pengangguran, inflasi
dan Sebagainya) secara besar-besaran atau agregatif.
Kaum klasik percaya bahwa perekonomian yang dilandaskan pada
kekuatan mekanisme pasar akan selalu menuju keseimbangan (equilibrium). Kaum
klasik juga percaya bahwa dalam keseimbangan semua sumber daya, termasuk
tenaga kerja, akan digunakan secara penuh (fully-employed). analisis klasik
bertumpu pada masalah-masalah mikro. Dalam berproduksi, misalnya, masalah
yang dihadapi adalah: bagaimana menghasilkan barang- barang dan jasa
sebanyak-banyaknya. Itu dilakukan dengan biaya serendah rendahnya dengan
memilih alternatif kombinasi faktor-faktor produksi yang terbaik. Dengan cara
memilih alternatif terbaik atau paling efisien, perusahaan akan memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal itu

14
berdasarkan keyakinan bahwa setiap barang yang diproduksi akan selalu diiringi
oleh permintaan.
Menurut Keynes, biasanya permintaan lebih kecil dari penawaran.
Alasannya, sebagian dari pendapatan yang diterima masyarakat akan ditabung,
dan Tidak semuanya dikonsumsi. Dengan demikian, permintaan efektif biasanya
lebih kecil dari total produksi. Walaupun kekurangan ini bisa dieliminasi dengan
menurunkan Harga-harga, pendapatan tentu akan turun. Sebagai akibatnya , tetap
saja permintaan Lebih kecil dari penawaran. Karena konsumsi lebih kecil dari
pendapatan, tidak semua produksi akan diserap masyarakat. Di pihak lain daya
beli masyarakat terbatas. Akibatnya banyak stok menumpuk. Sebagian
perusahaan terpaksa mengurangi produksi dan sebagian bahkan melakukan
rasionalisasi, yaitu mengurangi produksi dengan mengurangi jumlah pekerja.
Dari hasil pengamatannya tentang kejadian depresi ekonomi pada awal
30an Keynes merekomendasikan agar perekonomian tidak diserahkan begitu saja
pada mekanisme pasar. Hingga batas tertentu, peran pemerintah justru diperlukan.
Misalnya, Kalau terjadi pengangguran pemerintah bisa memperbesar
pengeluarannya untuk proyek-proyek padat karya. Dengan demikian, sebagian
tenaga kerja yang menganggur bisa bekerja, yang akhirnya akan meningkatkan
pendapatan masyarakat. Kalau harga-harga naik cepat, pemerintah bisa menarik
jumlah uang beredar dengan mengenakan pajak yang lebih tinggi. Inflasi yang tak
terkendali pun tidak sampai terjadi. Dalam situasi terjadi gerak gelombang kegiatan
ekonomi, pemerintah dapat menjalankan Kebijaksanaan pengelolaan pengeluaran
dan pengendalian permintaan efektif dalam bentuk “kontra-siklis” atau “anti- siklis”.
III.4 Saran

3. Bagi pembaca:
a. Sejarah ekonomi merupakan hal yang kompleks dan harus dipelajari karena
untuk memahami perkembangan ekonomi dari waktu ke waktu

15
b. Meskipun sejarah lebih mencondongkan pada tulisan, hal tersebut bukan
berarti harus menutup mata pada sejarah yang terjadi
c. Sejarah merupakan dokumentasi dari perjalanan suatu hal, demikian dengan
sejarah ekonomi yang mendokumentasikan perjalanan suatu kebijakan
ekonomi, aliran ekonomi, dan lain-lain yang sangat kompleks. Hal ini diwajibkan
bagi generasi sekarang atau pembaca yang membaca makalah ini untuk
mengenang, belajar, dan mengeksplorasi sejarah ekonomi yang terjadi.
4. Bagi penulis
Dapat disadari bahwa masih banyak kekurangan di makalah ini. Untuk ke
depannya makalah akan dijelaskan secara lebih focus dan terperinci dengan
sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan. Kritik dan saran
yang membangun diharapkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Deliarnov. (1997). Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: Rajawali.

Anda mungkin juga menyukai