Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH KELOMPOK

MATA KULIAH TEORI EKONOMI MAKRO

“ KRITIK KEYNES TERHADAP PANDANGAN KLASIK”

Dosen Pengasuh :

Prof. Dr. Henny Indrawati, SP., MM

Disusun Oleh Kelompok 5 :

Basa Meilinda Manalu (1905112952)

Sri Nurhayati (1905112354)

Disusun Untuk : Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Mengikuti Mata Kuliah
Teori Ekonomi Makro

PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
Bimbingan dan Konseling yang berjudul “ Kritik Keynes Terhadap Pandangan
Klasik” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Teori Ekonomi Makro. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana kritik Keynes terhadap
Pandangan klasik sehingga pembaca memiliki ilmu yang bertambah mengenai
problematika ekonomi.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Henny Indrawati,


SP., MM . Selaku dosen mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pekanbaru, Maret 2021

Kelompok 5

i
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah……………………………..………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………..……………………...... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan ……………………………..…….......... 2

BAB II PEMBASAN

2.1 Kritik Pandangan Keynes Terhadap Pandangan Klasik…………….... 7


2.2 Penentu Tabungan dan Investasi : Pandangan Keynes……………….. 9
2.3 Perbedaan Pandangan Mengenai Penentu Tabungan…………………. 10
2.4 Penentu Suku Bunga : Pandangan Keynes…………………………….. 12
2.5 Tingkat Upah dan Kegiatan Ekonomi…………………………………. 14
2.6 Penentu Kegiatan Ekonomi : Pandangan Keynes……………………... 14
2.7 Peranan Permintaan Agregat dalam Kegiatan Ekonomi……………..... 15
2.8 Penentu-penentu Perbelanjaan Agregat……………………………….. 16
2.9 Penentuan Kegiatan Ekonomi Negara…………………………………. 19
2.9.1 Gambaran Secara Grafik ………………………………….. 20
2.10 Contoh Kasus …………………………………..…………………. 21
2.10.1 Studi Komparasi Pemikiran John Maynard Keynes Dan
Yusuf Qardhawi Tentang Produksi ………………………… 22
2.10.2 Pengertian Produksi …………………………………..…….. 26
2.10.3 Analisis Pemikiran John Maynard Keynes Tentang Produksi ... 29
2.10.4 Kesimpulan Kasus …………………………………..…………. 31

BAB III : PENUTUP

3.1 Simpulan……………………………………………………….............. 22
3.2 Saran……………………………………………………………………... 22
DAFTAR PUSTAKA …………………………………..………………… 23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Sejak awal Keynes sudah menolak pandangan Laissez Faire. Krisis hebat
(Great Depression) yang melanda dunia selama 1929-1932 semakin
mendorong penentangan Keynes terhadap pandangan klasik. Keynes
mengkritik kepercayaan klasik dalam menghadapi krisis yang berpijak pada
pandangan ekonomi akan menyesuaikan diri sendiri, pengurangan tingkat
upah, dan anggaran berimbang.
Didasarkan atas pendapat J.B Say yang mengatakan bahwa penawaran
akan selalu berhasil menciptakan permintannya sendiri (supply create it’s own
demand). Dengan begitu tiap perusahaan berlomba- lomba menghasilkan
barang- barang sebanyak- banyaknya. Akibatnya, produksi meningkat tidak
terkendalikan, hingga pada tahun 30-an dunia mengalami krisis ekonomi yang
maha dahsyat (depresi besaran besaran). Perekonomian ambruk,
pengangguran terbuka merajalela, dan inflasi membumbung tidak terkendali.
Krisis yang dialami negara-negara maju seperti yang digambarkan diatas
olehsebagian pihak dianggap bahwa ramalan Marx tentang kejatuhan sistem
kapitalis menjadi kenyataan. Dalam menghadapi persoalan ekonomi yang
mahadahsyat tersebut, teori- teori ekonomi yang dikembangkan oleh pakar-
pakar klasik maupun neo-klasik seperti lumpuh tak berdaya. Teori klasik dan
neo-klasik tidak mampu menjelaskan fenomena dan peristiwa yang
sesungguhnya telah terjadi. Apalagi memberi jalan keluar dari kemelut yang
dihadapi. Hal ini sebetulnya tidak dapat disesuaikan, sebab yang terjadi pada
tahun 30-an tersebut memang sangat berbeda dengan persoalan-persoalan
yang selama ini dihadapi. Dalam situasi tidak menentu inilah lahir seorang
tokoh ekonomi yang kemudian sangat berpengaruh, yaitu J.M. Keynes.
The General Theory of Employment, Interest, and Money adalah karya
tulis Keynes yang paling terkenal. Buku ini ditulis sebagai reaksi terhadap
depresi besar-besaran yang terjadi tahun 1930-an yang tidak berhasil

1
dipecahkan dengan metode klasik dan neo-klasik. Dalam bukunya, Keynes
menerangkan bahwa pemerintah harus melakukan campur tangan dalam
mengendalikan perekonomian nasional dengan kebijakan-kebijakan secara
aktif sehingga mempengaruhi gerak perekonomian.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan, maka rumusan
masalah dari makalah ini, antara lain :
1. Bagaimana kritik Keynes terhadap pandangan klasik ?
2. Bagaimanapenentu tabungan dan investasi menurut pandangan Keynes
3. Apa perbedaan pandangan mengenai penentu tabungan?
4. Apa saja penentuan suku bunga menurut pandangan Keynes?
5. Bagiaimana tingkat upah dan kegiatan ekonomi menurut pandangan
Keynes?
6. Bagaimana penentuan kegiatan ekonomi menurut pandangan Keynes?
7. Apa peranan permintaan agregat dalam kegiatan ekonomi?
8. Apa saja penentuan – penentuan pembelanjaan agregat?
9. Bagaimana penentuan kegiatan ekonomi negara ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dan manfaat penulisan


dari makalah ini, antara lain :
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana kritik Keynes terhadap
pandangan klasik.
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penentu tabungan dan
investasi menurut pandangan Keynes.
3. Untuk mengetahui dan memahami apa perbedaan pandangan mengenai
penentu tabungan.
4. Untuk mengetahui dan memahami apa saja penentuan suku bunga menurut
pandangan Keynes.

2
5. Untuk mengetahui dan memahami bagiaimana tingkat upah dan kegiatan
ekonomi menurut pandangan Keynes.
6. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penentuan kegiatan
ekonomi menurut pandangan Keynes.
7. Untuk mengetahui dan memahami apa peranan permintaan agregat dalam
kegiatan ekonomi.
8. Untuk mengetahui dan memahami apa saja penentuan – penentuan
pembelanjaan agregat.
9. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana penentuan kegiatan
ekonomi negara.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kritik Pandangan Keynes Terhadap Pandangan Klasik

Keynes tidak menyetujui pandangan yang paling pokok dalam teori


Klasik, yaitu bahwa penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu tercipta
dalam perekonomian. Keynes berpendapat “penggunaan tenaga kerja penuh
adalah keadaan yang jarang terjadi, dan hal itu disebabkan karena kekurangan
permintaan agregat yang wujud dalam perekonomian.”

Teori J.B Say yang menekankan bahwa setiap penawaran akan


menciptakan permintaannya sendiri dikritik oleh Keynes sebagai sesuatu
yang keliru. Dalam kenyataan biasanya permintaan lebih kecil dari
penawaran dan tidak semua pendapatan masyarakat itu dibelanjakan tapi juga
ditabung. Hal ini berarti jumlah konsusmsi lebih kecil dari pendapatan
dimana tidak semua produksi diserap masyarakat. Terbukti pada tahun 1929-
1930 saat terjadi kelebihan produksi dalam jumlah besar sedangkan daya beli
masyarakat terbatas. Hal ini menyebabkan banyak perusaan terpaksa
mengurangi produksi dan melakukan rasionalisasi, yaitu mengurangi
produksi dengan mengurangi jumlah pekerja.

Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran dalam jumlah besar dan


penurunan pendapatan masyarakat secara drastis. Puncaknya kemerosotan
ekonomi terjadi pada tahun 30-an dimana hampir diseluruh negara-negara
industri mengalami depresi secara besar-besaran. Menurut Keynes, teori Say
hanya berlaku untuk perekonomian tertutup sederhana yang terdiri dari sektor
rumah tangga dan perusahaan saja. Namun untuk perekonomian masyarakat
maju yang telah mengenal tabungan maka sebagian pendapatan akan ditabung
yang berarti arus pengeluaran tidak sama dengan pendapatan.

7
Pendapat Keynes tersebut dibantah oleh kaum klasik dengan dalih
bahwa tabungan tersebut akan dihimpun oleh lembaga keuangan dan akan
disalurkan pada investor sehingga tabungan akan selalu sama dengan
investasi. Dengan demikian investasi akan menyebabkan keseimbangan
kembali terwujud.Keynes membantah pandangan klasik tersebut karena motif
orang menabung tidak sama dengan motif orang berinvestasi. Pengusaha
berinvestasi dengan motif memperoleh keuntungan sedangkan rumah tangga
menabung dengan motif beragam salah satunya untuk berjaga-jaga, misalnya
untuk menghadapi kecelakaan. Perbedaan motif ini menyebabkan jumlah
tabungan tidak sama dengan jumlah investasi. Kalaupun jumlahnya sama itu
hanya kebetulan bukannya keharusan.
Keynes juga mengkritik pandangan kaum klasik yang mengatakan full
employment akan selalu tercapai. Dalam kenyataannya pasar tenaga kerja
tidak selamanya tercapai full employment. Dimanapun para pekerja
mempunyai serikat kerja yang selalu memperjuangkan kepentingan buruh
dari penurunan tingkat upah. Yang berarti tidak semua buruh akan bersedia
bekerja pada tingkat upah yang ditawarkan perusahaan. Bila tingkat upah
diturunkan maka pendaptan masyarakat akan turun sehingga daya beli dan
konsumsi terhadap produk yang dihasilkan berkurang. Akhirnya akan
mendorong turunnya harga-harga. Kalau harga-harga turun, maka
produktifitas tenaga kerja juga menurun. Hal ini akan menyababkan
perusahaan melakukan raionalisasi untuk menghemat biaya produksi dengan
memberhentikan sebagian karyawan. Maka pengangguran tingkat akan
semakin besar (tidak terjadi full employment).
Keynes menunjukan beberapa kelemahan dari pandangan ahli
ekonomi Klasik yang telah diterangkan sebelumnya. Keynes tidak menyetujui
pandangan yang paling pokok dalam teori Klasik, yaitu bahwa penggunaan
tenaga kerja penuh akan selalu tercipta dalam perekonomian. Keynes
berpendapat: penggunaan tenaga kerja penuh adalah keadaan yang jarang
terjadi, dan hal itu disebabkan karena kekurangan permintaan agregat yang

8
wujud dalam perekonomian. Perbedaan pendapat yang sangat bertentangan di
antara Keynes dengan ahli-ahli ekonomi Klasik yaitu:
1. Faktor-faktor yang menetukan tingkat tabungan, investasi dan suku bunga
dalam perekonomian.
2. Sifat-sifat perkaitan di antara tingkat upah dengan penggunaan tenaga
kerja oleh para pengusaha.
Dalam mengkritik pandangan Klasik, Keynes mengemukakan pandangan
lain yaitu:
Keynes berpendapat bahwa tabungan bukan ditentukan oleh suku
bunga tetapi oleh tingkat pendapatan masyarakat. Makin tinggi pendapatan,
makin tinggi pula tabungan.
i. Keynes berpendapat suku bunga bukan ditentukan oleh penawaran
dana untuk tabungan dan permintaan dan penawaran uang.
ii. Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik tingkat upah adalah fleksibel. Hal
ini akan menjamin keadaan di mana permintaan tenaga kerja akan
selalu berlaku. Menurut Keynes tingkat upah tidak fleksibel.
Walaupun terdapat banyak pengangguran tingkat upah tidak akan
turun dan pengangguran tetap wujud.

Menurut Keynes pendapata n nasional bukan faktor-faktor produksi


yang tersedia tetapi oleh pengeluaran agregat (AE). Pengeluaran agregat yang
wujud dalam ekonomi selalu kurang dari pendapatan nasional potensial, dan
menyebabkan pengangguran tenaga kerja selalu wujud.

2.2 Penentu Tabungan dan Investasi : Pandangan Keynes

a. Penentu Tabungan
Menurut Keynes, besarnya tabungan yang dilakukan oleh rumah
tangga bukan tergantung kepada tinggi rendahnya suku bunga. Ia terutama
tergantung kepada besar kecilnya tingkat pendapatan rumah tangga itu.
Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu tidak akan menimbulkan
pengaruh yang berarti ke atas jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh

9
rumah tangga itu. Ini berarti menurut pendapat Keynes,jumlah pendapatan
yang diterima rumah tangga dan bukan suku bunga yang menjadi penentu
utama dari jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh rumah tangga
b. Penentu Investasi
Disamping itu Keynes tidak yakin bahwa jumlah investasi yang
dilakukan para pengusaha sepenuhnya ditentukan oleh suku bunga.
Keynes tetap mengakui bahwa suku bunga memegang peranan yang cukup
menentukan di dalam pertimbangan para pengusaha melakukan investasi.
Apabila tingkat kegiatan ekonomi pada masa kini adalah menggalakan dan
dimasa depan diramalkan perekonomian akan tumbuh dengan cepat, maka
walaupun suku bunga adalah tinggi, para pengusaha akan melakukan
banyak investasi.
c. Masalah Kekurangan Pengeluaran Agregat
Menurut Keynes pada umumnya investasi yang dilakukan oleh para
pengusaha adalah lebih kecil dari jumlah tabungan yang dilakukan rumah
tangga pada waktu dicapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Oleh
karenanya perbelanjaan agregat dalam perekonomian adalah lebih rendah
dari produksi barang-barang dan jasa-jasa pula pada tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh. Kekurangan dalam pengeluaran (perbelanjaan) agregat
ini akan menimbulkan pengangguran dalam perekonomian.
2.3 Perbedaan Pandangan Mengenai Penentu Tabungan
a. Pandangan Klasik
Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik, jumlah tabungan ditentukan oleh
suku bunga. Oleh karena perekonomian selalu mencapai penggunaan
tenaga kerja penuh, gambar 1.2 menunjukan pandangan Klasik yang
menyatakan makin tinggi suku bunga makin banyak tabungan yang akan
dilakukan masyarakat.

Pada pandangan klasik dikatakan bahwa keseimbangan di antara


keinginan rumah tangga dalam menawarkan tabungan mereka dan
keinginan para pengusaha untuk melakukan investasi. Pada tingkat

10
keseimbangan ini jumlah seluruh tabungan yang akan dilakukan oleh
rumah tangga adalah sama dengan jumlah seluruh investasi yang akan
dilakukan oleh pengusaha-pengusaha. Pada tingkat keseimbangan ini suku
bunga adalah r0. Menurut ahli-ahli ekonomi Klasik, keadaan
keseimbangan di antara tabungan dan investasi yang seperti ini adalah
keadaan yang selalu terjadi dalam perekonomian. Oleh sebab jumlah
tabungan rumah tangga pada waktu perekonomian mencapai penggunaan
tenaga kerja penuh akan selalu sama dengan jumlah seluruh investasi yang
akan dilakukan oleh para pengusaha, maka dalam perekonomian
pengeluaran agregat pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu
dapat mencapai tingkat yang sama dengan penawaran agregat pada
penggunaan tenaga kerja penuh.

b. Pandangan Keynes
Menerangkan pandang Keynes mengenai penetuan tabungan
masyrakat. Kurva S adalah fungsi tabungan, yaitu suatu garis yang
menggambarkan hubungan di antara jumlah tabungan dan pendapatan
nasional. Kurva S bermula dari nilai tabungan negatif, dan S bentuknya
menaikdari kiri ke bawah ke kanan atas. Bentuk kurva S tersebut
menggambarkan sifat tabungan masyrakat yang berikut:
 Apabila tingkat pendapatan nasional rendah, tabungan masyrakat
negatif. Ini berarti masyarakat menggunakan tabungan di masa lalu
untuk membiayai hidupnya.
 Semakin tinggi pendapatan nasiona, semakin banyak tabungan
masyarakat. Apabila pendapatan nasional Y1 tabungan adalah S1
dan apabila pendapatan nasional Yf junlah tabungan adalah Sf.

11
c. Implikasi Dari Perbedaan Pendapat

Untuk menerangkan implikasi perbedaan pandangan Klasik dan Keynes


mengenai penentuan suku bunga terhadap penentuan kegiatan ekonomi
perhatikanlah kembali gambar. Misalkan perekonomian mencapai tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh pada Pendapatan Nasional sebesar Y F.
Maka, menurut Keyness tabungan adalah SF. Ini berarti pada tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh, jumlah tabungan adalah tetap sebanyak SF.
Jumlah ini tidak mengalami perubahan walaupun terjadi kenaikan ataupun
penurunan yang besar dalam suku bunga . Keyakinan ini berbeda dengan
pandangan klasik yang berpendapat SF dapat berubah nilainya. Pada suku
bunga rendah nilai SF rendah dan semakin tinggi suku bunga maka semakin
tinggi . Untuk mencapai penggunaan tenaga kerja penuh investasi
perusahaan harus mencapai .Menurut Keyness keadaan itu sukar dicapai .
Menurut keyness SF sering kali lebih besar dari investasi perusahaan yang
sebenarnya maka perekonomian tidak mencapai penggunaan tenaga kerja
penuh oleh karena pengeluaran agregat (C + 1) adalah kurang

2.4 Penentu Suku Bunga : Pandangan Keynes


Keynes juga mengkritik pandangan Klasik mengenai penentuan
suku bunga. Dalam teori keuangan modern yang dikembangkan oleh Keynes,
suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran uang. Bank Sentral
dan Sistem Perbankan adalah institusi yang akan menentukan besarnya

12
penawaran uang pada suatu waktu tertentu . Sedangkan permintaan uang
ditentukan oleh keinginan masyarakat untuk memegang uang. Bagaimana
kedua faktor tersebut ( penawaran dan permintaan uang ) akan menentukan
suku bunga diterangkan dengan menggunakan gambar 1.3.

Gambar 1.3 Pandangan Keynes Mengenai Penentuan Suku Bunga

MD

0 Md Mi

Gambar 1.3 menunjukkan kurva penawaran uang MS0 dan MS1 dan
kurva permintaan uang MD. Sumbu tegak menunjuk suku bunga dan
sumbu datar menunjuk jumlah uang dalam perekonomian ( penawaran
uang dan permintaan uang oleh masyarakat. Kurva penawaran uang
berbentuk tegak lurus karena penawaran uang tidak ditentukan oleh suku
bunga. Bank Sentral akan menyediakan uang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan oleh sebab itu besarnya tidak tergantung kepada suku
bunga .Sebaliknya suku bunga sangat mempengaruhi permintaan uang .
Kalau suku bunga dan tingkat pengembalian modal rendah , masyarakat
lebih suka memegang uang daripada menginvestasikannya. Oleh sebab itu
semakin rendah suku bunga ,semakin besar jumlah uang yang diminta (
dipegang atau disimpan ) masyarakat .Berdasarkan sifat ini kurva
permintaan (pemegangan ) uang MD menurun dari kiri ke atas kanan
bawah.

13
Menurut Keynes keseimbangan di antara permintaan dan
penawaran uang yaitu MD = MS akan menentukan suku bunga . Dengan
demikian , apabila pada mulanya dimisalkan penawaran uang adalah MS 0
maka keseimbangan MD = MS0 akan dicapai pada titik E dan suku bunga
adalah r. Kenaikan penawaran uang dari MS0 menjadi MS1 akan
memindahkan keseimbangan permintaan dan penawaran uang ke E1 dan
menyebabkan suku bunga turun ke r1 .

Menurut Keynes kesimbangan di antara permintaan dan penawaran


uang, yaitu MD = MS, akan menetukan suku bunga. l

2.5 Tingkat Upah dan Kegiatan Ekonomi


Bahwa tingkat upah dapat mengalami perubahan-perubahan dan ini
merupakan faktor lain yang akan menjamin tercapainya tingkat penggunaan
tenaga penuh. Keynes juga mengkritik pendapat ini dan selanjutnya
menunjukan bahwa, dari sudut kenyataan yang terdapat dalam masyarakat dan
dari sudut teori, pendapat itu tidak benar.
Dalam perekonomian modern terdapat persatuan-persatuan pekerja
yang selalu mempertahankan dan memperjuangkan perbaikan nasib para
pekerja. Usaha ini termasuklah menjaga agar para pekerja diberi upah yang
wajar. Kekuasaan ini menyebabkan tingkat upah tidak mudah untuk
diturunkan.

2.6 Penentu Kegiatan Ekonomi : Pandangan Keynes


Pendapat Keynes menjadi terkenal bukan karena kritik-kritiknya ke atas
pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik mengenai penentuan tingkat kegiatan
ekonomi negara. Ia dianggap sebagai salah seorang ahli ekonomi yang
terkemuka dalam sejarah pemikiran ekonomi karena keinginan menciptakan
pula suatu pendekatan baru dalam analisis ekonomi, yaitu ia menganalisis
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam perekonomian sebagai suatu
keseluruhan, dan bukan menganalisis bagian-bagian kecil dari padanya. Dan
yang lebih penting lagi, Keynes mengemukakan suatu teori yang

14
menggambarkan tentang bagaimana tingkat ekonomi dalam suatu negara
ditentukan, dan faktor-faktor yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi
tersebut titik pandangannya tersebut sangat berbeda dengan pandangan ahli-
ahli ekonomi Klasik.
Bagian ini akan menerangkan pokok pandangan Keynes mengenai
penentuan tingkat kegiatan suatu perekonomian. Hal-hal yang akan
diterangkan dalam bagian ini adalah :
1. Peranan perbelanjaan agregat Dalam menentukan kegiatan ekonomi
2. Komponen utama dari perbelanjaan agregat
3. Contoh angka dan gambaran secara grafik mengenai penentuan
kegiatan suatu perekonomian.
2.7 Peranan Permintaan Agregat dalam Kegiatan Ekonomi
Analisis Keynes menunjukkan tentang pentingnya peranan dari
pengeluaran agregat ke atas jumlah barang dan jasa yang akan diproduksi oleh
sektor perusahaan di dalam menentukan tingkat kegiatan ekonomi. Ini berarti
analisis Keynes lebih banyak memperhatikan aspek permintaan, yaitu
menganalisis mengenai peranan dari permintaan berbagai golongan
masyarakat di dalam menentukan tingkat kegiatan ekonomi yang akan dicapai
oleh suatu perekonomian. Pada hakekatnya analisis itu berpendapat bahwa
tingkat kegiatan ekonomi negara ditentukan oleh besarnya permintaan efektif
yaitu permintaan yang disertai oleh kemampuan untuk membayar barang dan
jasa yang diminta tersebut, yang wujud dalam perekonomian. Bertambah
besar permintaan efektif yang wujud dalam perekonomian bertambah besar
pula tingkat produksi yang akan dicapai oleh sektor perusahaan Keadaan ini
dengan sendirinya akan menyebabkan pertambahan dalam tingkat kegiatan
ekonomi, pertambahan penggunaan tenaga kerja dan pertambahan penggunaan
faktor-faktor produksi.
Analisis kinerja merupakan suatu analisis jangka pendek. Ini berarti
analisisnya memisahkan bahwa jumlah maupun kemampuan dari faktor-faktor
produksi tidak mengalami pertambahan. Oleh sebab itu apabila kegiatan

15
ekonomi bertambah tinggi dan lebih banyak faktor-faktor produksi digunakan
pengangguran tenaga kerja dan faktor-faktor produksi lainnya akan berkurang.
Dengan demikian tingkat penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian
tergantung kepada sampai di mana besarnya permintaan efektif yang tercipta
dalam perekonomian. Makin besar permintaan efektif ,makin kecil jurang di
antara tingkat kegiatan ekonomi yang tercapai dengan tingkat kegiatan
ekonomi pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh .Sebagai akibatnya
tingkat pengangguran akan menjadi rendah.

2.8 Penentu-penentu Perbelanjaan Agregat


Dalam analisisnya Keynes membagikan permintaan agregat kepada dua
jenis pengeluaran : pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga dan penanaman
modal oleh pengusaha. Dalam analisis makro ekonomi yang wujud sekarang
pengeluaran agregat dalam perekonomian meliputi pula pengeluaran
pemerintah dan ekspor. Dengan demikian pengeluaran agregat dapat
dibedakan kepada empat komponen : konsumsi rumah tangga, investasi
perusahaan, pengeluaran pemerintah dan ekspor.
a. Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh seluruh rumah tangga
dalam perekonomian tergantung kepada pendapatan yang diterima oleh
mereka . Makin besar pendapatan mereka makin besar pula pengeluaran
konsumsi mereka. Sifat penting lainnya dari konsumsi rumah tangga
adalah: hanya sebagian saja dari pendapatan yang mereka terima akan
digunakan untuk pengeluaran konsumsi. Oleh Keynes perbandingan
diantara pengeluaran konsumsi pada suatu tingkat pendapatan tertentu
dengan pendapatan itu sendiri dinamakan kecondongan mengkonsumsi.
Apabila kecondongan mengkonsumsi adalah tinggi bagian dari pendapatan
yang digunakan oleh konsumsi adalah tinggi . Dengan demikian
sebaliknya pula, apabila kecondongan mengkonsumsi adalah rendah maka
makin sedikit pendapatan masyarakat yang akan digunakan untuk
konsumsi

16
Kecondongan mengkonsumsi yang rendah, menyebabkan jurang di
antara produksi nasional pada penggunaan tenaga kerja penuh dengan
pengeluaran agregat yang sebenarnya menjadi bertambah lebar. Jurang
yang lebih lebar ini menyulitkan sesuatu perekonomian untuk mencapai
tingkat penggunaan tenaga kerja penuh . Agar penggunaan tenaga kerja
penuh dapat dicapai perlulah para pengusaha menaikkan jumlah investasi
yang akan dilakukannya, yaitu mereka harus dapat menginvestasi
sebanyak perbedaan di antara produksi nasional pada Penggunaan tenaga
kerja penuh dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga pada penggunaan
tenaga kerja penuh apabila investasi dapat mencapai tingkat tersebut
pengangguran akan berlaku.

b. Investasi ( Penanaman Modal)


Penanaman modal oleh pengusaha terutama ditentukan oleh dua
factor. efisiensi Marginal modal dan suku bunga. efisiensi Marginal
modal menggambarkan tingkat pengembalian modal yang akan diperoleh
dari kegiatan kegiatan investasi yang dilakukan dalam perekonomian.
Apabila seseorang pengusaha akan menanam modal atau
membatalkannya tergantung kepada sifat hubungan di antara efisiensi
modal marginal ( atau tingkat pendapatan minimal dari penanaman
modal yang dilakukan ) Dengan suku bunga. Sekiranya suku bunga lebih
tinggi dari efisiensi Marginal dari investasi itu, maka pengusaha itu akan
mmembatalkan rencananya untuk menanam modal . Seorang pengusaha
baru akan menanam modal apabila hasil dari investasinya lebih tinggi
dari suku bunga . Maka, dalam suatu perekonomian, besarnya jumlah
investasi yang dilakukan oleh pengusaha tergantung kepada nilai
penanaman modal yang tingkat pengembalian modalnya lebih besar dari
suku bunga.

Keynes mempunyai pendapat yang sangat berbeda dengan ahli-


ahli ekonomi klasik mengenai faktor-faktor yang menentukan suku
bunga. pandangan Keynes mengenai penentuan suku bunga telah

17
diterangkan dalam bagian yang membahas kritik Keynes terhadap
pandangan ahli-ahli ekonomi klasik.

c. Pengeluaran Pemerintah
Pemerintah bukan saja berfungsi untuk mengatur kegiatan
perekonomian tetapi juga dapat mempengaruhi tingkat pengeluaran
agregat dalam perekonomian. Di satu pihak kegiatan pemerintah melalui
pemungutan pajak akan mengurangi pembelanjaan agregat. Akan tetapi
pajak tersebut akan dibelanjakan lagi oleh pemerintah dan langkah
tersebut akan meningkatkan pengeluaran agregat. Kerapkali pemerintah
membelanjakan dana yang melebihi penerimaan pajak. Langkah seperti
ini akan meningkatkan keseluruhan pembelanjaan agregat
d. Ekspor Ke Pasaran Dunia

Ahli ekonomi telah menunjukkan berbagai kebaikan dari hubungan


ekonomi dengan luar negeri terutama kegiatan mengekspor dan
mengimpor. Ahli ekonomi klasik telah lama menunjukkan bahwa ekspor
dapat memperluas pasar ( contoh : sumbangan ekspor karet dan minyak
mentah kepada ekonomi Indonesia) dan memungkinkan negara yang
mengekspor memperoleh dana untuk mengimpor barang lain termasuk
barang modal yang akan mengembangkan perekonomian tersebut lebih
lanjut.

Perkembangan perdagangan dunia dalam dua tiga dekade


belakangan ini menunjukkan pula bahwa perkembangan ekspor yang pesat
dapat menciptakan percepatan dalam pertumbuhan ekonomi di berbagai
negara. Perkembangan ekspor yang pesat tersebut menyebabkan
pertambahan pesat dalam perbelanjaan agregat yang pada akhirnya akan
menimbulkan pertumbuhan pendapatan nasional ( dan pertumbuhan
ekonomi) yang pesat.

18
2.9 Penentuan Kegiatan Ekonomi Negara
Untuk lebih memahami pandangan Keynes mengenai penentuan kegiatan
ekonomi suatu negara dalam bagian ini akan diterangkan suatu contoh
hipotesis mengenai penentuan tingkat kegiatan suatu perekonomian. Dengan
menggunakan suatu contoh angka, terlebih dahulu akan di gambarkan
hubungan di antara tingkat produksi sektor perusahaan dengan tingkat
pengeluaran agregat yang dilakukan pada setiap tingkat produksi. Melalui
hubungan ini dapatlah ditunjukkan dan ditentukan tingkat kegiatan ekonomi
yang dicapai dan pendapatan nasional yang diwujudkan berdasarkan contoh
angka ini secara grafik akan diterangkan bagaimana tingkat kegiatan
perekonomian negara ditentukan.
Contoh Angka :
Dalam tabel 1.4 ditunjukkan (i) Keinginan sektor perusahaan dalam
memproduksi barang dan jasa, dan (ii) Jumlah pengeluaran agregat - yang
meliputi konsumsi rumah tangga, investasi, pengeluaran pemerintah dan
ekspor - yang akan dilakukan dalam Perekonomian.
Kolom pertama menggambarkan beberapa alternatif dari tingkat produksi
yang ingin dicapai sektor perusahaan . Pada waktu yang sama data tersebut
menunjukkan pendapatan nasional yang akan dicapai. Tingkat produksi yang
sebenarnya akan dicapai dan pendapatan nasional yang akan diwujudkan
tergantung kepada pengeluaran agregat yang dilakukan dalam perekonomian.
Nilai pengeluaran agregat yang akan tercapai pada berbagai tingkat produksi
nasional ditunjukkan dalam kolom kedua. Data tersebut menunjukkan
keseluruhan pengeluaran akan dilakukan dalam perekonomian. Angka-angka
tersebut menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan nasional, makin
banyak pengeluaran agregat yang akan dilakukan. Hal ini disebabkan oleh
sifat konsumsi rumah tangga yaitu semakin tinggi pendapatan nasional
semakin banyak konsumsi rumah tangga. Sebagai akibatnya, Semakin tinggi
pendapatan nasional semakin meningkat jumlah pengeluaran agregat.
Untuk memahami proses penentuan tingkat kegiatan perekonomian
bandingkan data kolom pertama dan kedua . Terlebih dahulu perhatikan

19
keadaan yang berlaku apabila pendapatan nasional adalah 300 Triliun Rupiah
atau kurang.
Angka tabel 1.4 menunjukkan pengeluaran agregat melebihi pendapatan
nasional. Berarti yang di produksi sektor perusahaan tidak mencukupi lebih
banyak barang dan jasa harus diproduksi kan untuk memenuhi kelebihan
pengeluaran agregat. Maka kegiatan ekonomi negara akan mengalami
ekspansi . Keadaan yang sebaliknya akan berlaku apabila pendapatan nasional
melebihi 400 Triliun Rupiah. Apabila pendapatan nasional adalah 500 triliun
atau 600 Triliun Rupiah pengeluaran agregat adalah lebih rendah dari
pendapatan nasional. Perusahaan perusahaan akan mengurangi kegiatannya
dan kontraksi dalam kegiatan ekonomi akan berlaku. Dari analisis di atas
dapat disimpulkan bahwa keseimbangan dalam kegiatan perekonomian negara
akan tercapai apabila : Pendapatan Nasional adalah sama dengan pengeluaran
agregat. Keseimbangan tersebut dicapai pada pendapatan nasional sebesar 400
Triliun Rupiah. Pada tingkat pendapatan nasional ini keinginan perekonomian
untuk membeli barang adalah sama dengan keinginan perusahaan untuk
memproduksi barang.
2.9.1 Gambaran Srcara Grafik
Berdasarkan kepada angka-angka dalam tabel 1.4 , dalam gambar 1.5
ditunjukkan pengeluaran agregat kepada berbagai tingkat pendapatan
nasional. Pengeluaran agregat tersebut digambarkan oleh kurva AE. di
sebelah kiri titik kurva A berada di atas garis Y = A. Keadaan tersebut
menggambarkan bahwa pengeluaran agregat melebihi pendapatan nasional.
Sebagai contoh apabila pendapatan nasional 200 Triliun Rupiah , akan
terdapat kelebihan pengeluaran agregat sebanyak AB atau 50 Triliun.
Pengeluaran agregat yang melebihi pendapatan nasional akan menimbulkan
ekspansi dalam kegiatan keseluruhan perekonomian. Ekspansi akan
menaikkan pendapatan nasional dan kesempatan kerja.
Di sebelah kanan titik E kurva berada di bawah garis Y = AE berarti
pengeluaran agregat dari pendapatan nasional.

20
Sebagai contoh, pada pendapatan nasional sebanyak 600 Triliun
Rupiah kekurangan pengeluaran agregat adalah sebanyak CD atau Rp. 50
triliun. Keadaan ini berarti stok barang dalam perusahaan terlalu tinggi dan
sebagai akibatnya kontraksi dalam kegiatan ekonomi akan berlaku
pendapatan nasional menurun dan pengangguran bertambah .Perekonomian
negara mencapai kesetimbangan apabila pengeluaran agregat sama dengan
pendapatan nasional dan keadaan ini dicapai di X, yaitu pendapatan nasional
sebanyak Rp 400.000. Keseimbangan ini menentukan tingkat pendapatan
nasional yang akan dihasilkan sektor perusahaan dan tingkat kesempatan
kerja yang akan dicapai.

2.10 Contoh Kasus


2.10.1 Studi Kasus : Studi Komparasi Pemikiran John Maynard
Keynes Dan Yusuf Qardhawi Tentang Produksi
Membahas proses kegiatan ekonomi, aktivitas produksi merupakan
elemen penting yang sangat menentukan bagi pemenuhan kebutuhan
hidup manusia. Bahkan tak menutup kemudian ia menjadi kendali
dalam semua level kegiatan ekonomi. Sebab tanpa diawali proses
produksi, kegiatan konsumsi, distribusi ataupun perdagangan barang
dan jasa tidak akan pernah ada. Secara umum, produksi merupakan
proses untuk menghasilkan suatu barang dan jasa atau proses
peningkatan utility (nilai) suatu benda. Dalam istilah ekonomi, produksi
merupakan suatu rentetan kegiatankegiatan ekonomi untuk
menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan memanfaatkan faktor-
faktor produksi dalam jangka waktu tertentu.

Setiap produsen maupun perusahaan akan berusaha untuk


mencapai hasil yang lebih tinggi dalam menyelenggarakan suatu usaha.
Produsen akan memutuskan untuk meningkatkan faktor produksi jika
diyakini bahwa tambahan faktor produksi tersebut akan memberikan
tambahan hasil yang lebih besar. Analisis prilaku produsen tersebut

21
sehubungan dengan jenis dan penggunaan faktor produksi dalam teori
produksi, yaitu hubungan antara input dan output. Seiring dengan
laju pergerakan zaman yang terus berjalan, banyak dari para pelaku
ekonomi tidak saja bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
namun mereka juga telah berani mengabaikan nilai etika-religius dalam
menjalankan kegiatan ekonominya. Dalam aktivitas produksi misalnya,
disana yang terjadi tidak hanya upaya untuk mengadakan penyediaan
barang-barang konsumsi, akan tetapi terkadang kecenderungan
mengeruk keuntungan (profit) sebanyak-banyaknya telah menafikan
nilai kemanusiaan serta mengabaikan dampak sosial (social impact)
yang harus dialami oleh pihakpihak tertentu.

Secara garis besar, sistem ekonomi dapat dikelompokkan, yaitu


konvensional dan Islam. Perbedaan mendasar antara sistem ekonomi
konvensional dan ekonomi Islam dapat dilihat dari prinsip
pembiayaannya. Sudah menjadi common sense sistem ekonomi
konvensional mengaplikasikan sistem bunga pada hampir seluruh
pembiayaan dalam berbagai kegiatan ekonomi. Sebaliknya, ekonomi
Islam sangat

Perbedaan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi


konvensional secara umum dapat dilihat dari beberapa sudut berikut;
(1) Sumber (Epistemology): Sebagai sebuah ad-Din yang sumbernya
berasaskan kepada sumber yang mutlak yaitu Al- Qur’an dan Al-
Sunnah. Kedudukan sumber yang mutlak ini menjadikan Islam itu
sebagai suatu agama ad-Din yang istimewa dibanding dengan agama-
agama ciptaan lain. Sedang ekonomi konvensional tidak bersumber atau
berlandaskan wahyu. Oleh karena itu, ia lahir dari pemikiran manusia
yang bisa berubah berdasarkan waktu atau masa sehingga diperlukan
maklumat yang baru. (2) Tujuan Kehidupan: Tujuan ekonomi Islam
membawa kepada konsep al-falah (kejayaan) di dunia dan akhirat,
kebahagiaan bagi pelaku ekonomi baik di dunia maupun di akhirat,

22
sedangkan ekonomi sekuler untuk kepuasan di dunia LiFalah | Mocthar
276 saja. Ekonomi Islam meletakkan manusia sebagai khalifah di muka
bumi ini. (3) Konsep harta: Islam menjelaskan bahwa harta bukanlah
merupakan tujuan hidup tetapi sekadar wasilah atau perantara bagi
mewujudkan perintah Allah SWT. Tujuan hidup yang sebenarnya ialah
seperti firman Allah SWT QS. Al An’am/6: 162:

Terjemahnya “Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku,


hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

Harta bukanlah tujuan utama kehidupan tetapi adalah sebagai


jalan untuk mencapai nikmat ketenangan kehidupan di dunia hingga ke
alam akhirat. Ini berbeda dengan ekonomi konvensional yang
meletakkan keduniaan sebagai tujuan yang tidak mempunyai kaitan
dengan Tuhan dan akhirat sama sekali.

Secara garis besar, tujuan yang ditawarkan oleh John Maynard


Keynes dan Yusuf Qardhawi dalam produksi, yaitu untuk
meningkatkan produktifitas, itu memang senada. Namun di sela sela
pemaparan keduannya tentang produksi, terdapat perbedaan dalam
menyikapi proses dan hasil produksinya.

Berangkat dari fakta tersebut di atas, akan menjadi satu kajian yang
menarik bila kemudian kita mencoba untuk menelaah lebih dalam lagi
tentang sistem produksi dalam ekonomi konvensional dan islam
menurut pandangan John Maynard Keynes dan Yusuf Qardhawi.
Diharapkan dalam penelitian ini akan lahir pemahaman bahwa yang
menjadi orientasi utama dalam sistem produksi Islam bukanlah sekedar
mengeruk keuntungan (profit) belaka, akan tetapi adanya pemeliharaan
terhadap nilai etikareligius yang justru menjadi bagian terpenting yang
tak boleh diabaikan.

23
Biografi John Maynard Keynes

John Maynard Keynes (selanjutnya disebut Keynes), lahir pada


tanggal 5 Juni 1883 dan meninggal pada 21 April 1946, ia adalah
ekonom Inggris yang gagasannya mengubah teori dan praktik ekonomi
makro serta kebijakan ekonomi dunia. Ia melanjutkan dan memperbaiki
teori sebelumnya yang menjelaskan penyebab terjadinya siklus bisnis.
Ia diakui sebagai salah satu ekonom paling berpengaruh abad ke-20 dan
pendiri ekonomi makro modern. Pemikiranpemikirannya menjadi dasar
mazhab ekonomi Keynesian dan semua turunannya.

Keynes menempuh pendidikan di sekolah terbaik di inggris eton


and king’s college. Di Cambridge ia belajar sastra klasik, dan filsafat
kepada G.E Moore, Ilmu Matematika kepada Alfred North Whitehead
dan Ilmu Ekonomi kepada Alfred Marshall. Keynes juga menjadi
anggota kelompok eksekutif intelektual Cambridge, yang kemudian
menjadi kelompok Bloomsbury. Setelah lulus Keynes mengikuti ujian
British Civil Service dan mendapatkan skor tertinggi kedua dalam
semua ujian. Hal ini membuat Keynes mendapatkan pilihan kedua
posisi pelayanan sipil yang tersedia.

Setelah menempati jabatan di India, Keynes membantu


mengorganisasikan dan mengkoordinasikan kepentingan inggris yang
melibatkan India. Dua tahun kemudian, pada tahun 1908, ia kembali ke
Cambridge untuk mengajar ekonomi. Tiga tahun setelah itu ia menjabat
sebagai redaktur Economic Journal, yang pada LiFalah | Mocthar 277
waktu itu merupakan jurnal yang paling prestisius diseluruh dunia.

Tahun 1940 Keynes menjadi penasehat ekonomi pemerintah


inggris, kemudian tahun 1941 menjadi gubernur bank inggris dan
tahun 1942 ia mendapatkan gelar kehormatan dari kerajaan inggris dan
memperoleh nama Baron Keynes dari Tilton.

24
Hal ini membuat Keynes menjadi terkenal sebagai salah satu
tokoh ekonomi dunia. Sampai saat ini, teori-teori sampai buku-bukunya
masih dipakai sebagai referensi oleh seluruh masyarakat dunia yang
ingin mengetahui perkembangan ekonomi dari mulai zaman dahulu
sampai sekarang karena hal ini sangat penting bagi kita yang ingin
mengetahui bagaimana sejarah dan perkembangan ekonomi.

Biografi Yusuf Qardhawi

Yusuf Qardhawi lahir pada tanggal 9 September 1926 di desa


Shaft Turab Mesir bagian barat dengan nama lengkap Muhammad
Yusuf Qardhawi (selanjutnya disebut Qardhawi). Ia berasal dari
keluarga yang taat menjalankan ajaran agama Islam.

Ayahnya meninggal dunia ketika Ia masih berusia dua tahun,


kemudian diasuh oleh pamannya yang keluarganya pun taat
menjalankan ajaran Islam, Sehingga ia dididik dan dibekali dengan
ilmi-ilmu pengetahuan agama dan syariat Islam. Maka tidak heran jika
Qardhawi tumbuh menjadi seorang yang taat beragama.

Ketika usianya lima tahun Qardhawi sudah dididik


menghafalkan Al-Quran secara intensif oleh pamannya dan sudah hafal
Al-Quran dengan fasih ketika usianya sepuluh tahun. Pada usianya
yang ke tujuh Ia mengenyam pendidikan umumnya di Sekolah Dasar
Al-Ilzamiyah yang berada di bawah Departemen Pendidikan Mesir. Di
sekolah ini Ia mempelajari berbagai ilmu pengetahuan umum, seperti
matematika, ilmu kesehatan dan ilmu sejarah. Kemudian Ia
melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah
Menengah Umum di Thanta dalam waktu yang relatif singkat dan
prestasi terbaik.

Tahun 1953 Ia berhasil menyelesaikan kuliahnya di Fakultas


Ushuludin Al-Azhar dengan peringkat terbaik, kemudian Ia
melanjutkan pendidikan kejurusan Bahasa Arab di Ma’had al-Buhus

25
Ad-Dirasat Al-Arabiyah Al-Aliyah sehingga mendapatkan diploma
tinggi di bidang bahasa dan sastra selama dua tahun. Pada tahun 1957,
Qardhawi melanjutkan studinya di lembaga riset dan penelitian
masalahmasalah Islam dan perkembangannya, selama tiga tahun.
Kemudian Ia mendaftar pada tingkat pasca sarjana di Universitas Al-
Azhar Kairo Mesir pada Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadis dan
berhasil di selesaikan pada tahun 1960. Pada tahun 1972, Qardhawi
mendapat gelar dari program doktornya yang ditempuh selama dua
tahun, dengan disertasi “Zakat Dan Dampaknya Dalam
Penanggulangan Kemiskinan”, kemudian disempurnakan dalam
bukunya berjudul Fiqih Zakat.

Qardhawi adalah ketua Jurusan Studi Islam pada Fakultas


Syari’ah Universitas Qatar. Sebelumnya Ia adalah direktur Lembaga
Agama Tingkat sekolah Lanjutan Atas di Qatar. Dalam bidang dakwah,
Ia aktif menyampaikan pesan-pesan keagamaan melalui program
LiFalah | Mocthar 278 khusus di radio dan televisi Qatar, antara lain
melalui acara mingguan yang diisi dengan tanya jawab tentang
keagamaan. Melalui bantuan Universitas, Lembaga lembaga
keagamaan, dan yayasan Islam di dunia Arab, Qardhawi sanggup
melakukan kunjungan ke berbagai negara-negara Islam maupun non-
Islam untuk mengisi keagamaan.

2.10.2 Pengertian Produksi


Kata “produksi” telah menjadi kata Indonesia, setelah diserap di
dalam pemikiran ekonomi bersamaan dengan kata “distribusi”. Dalam
kamus Inggris Indonesia kata “production” secara linguistik
mengandung arti penghasilan.

Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat.


Kegiatan produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan
yang memungkinkan dilakukannya proses produksi itu sendiri. Untuk

26
bisa melakukan produksi, orang memerlukan tenaga manusia,
sumbersumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan.
Semua unsur itu disebut faktor-faktor produksi (factors of production).
Jadi, semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha
memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor-faktor produksi.

Produksi menciptakan manfaat pada suatu barang dimana


manusia hanya mampu menciptakan, sehingga praktek dalam kegiatan
produksi memiliki empat faktor yaitu:

(1) Sumber daya alam (tanah)


Islam telah mengakui tanah sebagai faktor produksi tetapi tidak
setepat dalam arti sama yang digunakan di zaman modern. Dalam
tulisan klasik, tanah yang dianggap sebagai faktor produksi penting
mencakup semua sumber daya alam yang digunakan dalam proses
produksi. Islam menjadikan alam sebagai salah satu faktor produksi,
pemilik tanah dibolehkan memanfaatkan lahan agar hasil
produksinya bertambah, dengan syarat hak miliknya merupakan
tugas sosial dari Allah atas milik-Nya.

(2) Sumber daya manusia (Tenaga kerja)


Tenaga kerja adalah faktor penting dalam produksi. Karena dengan
tenaga kerjanya manusia dapat merubah apa yang terdapat pada
alam dari suatu kemampuan produksi menjadi hasil-hasil pertanian
serta menambah produksi barang-barang dan jasa-jasa dalam
industri yang merupakan sumber kekayaan bangsa.” Secara umum
para ahli ekonomi sependapat bahwa tenaga kerjalah pangkal
produktivitas dari semua faktor-faktor produksi yang lain. Alam
maupun tanah takkan bisa menghasilkan apa-apa tanpa tenaga kerja.
(3) Modal
Modal merupakan hal yang sangat penting dalam suatu produksi.
Tanpa adanya modal, produsen tidak akan bisa menghasilkan suatu

27
barang atau jasa. Dalam Islam modal harus bebas dari riba. Dalam
beberapa cara perolehan modal, Islam mengatur sistem yang lebih
baik, dengan cara kerja sama mudharabah atau musyarakah. Hal ini
untuk menjaga hak produsen dan juga hak pemilik modal, agar
tercapai suatu kebaikan dalam suatu aktivitas produksi. Organisasi:
Organisasi adalah upaya sejak mulai timbulnya ide usaha dan
barang apa yang ingin diproduksi dan bagaimana kualitasnya dalam
presepsi manager, kemudian ide tersebut dipikirkan dan dicarikan
solusi dalam keperluan faktor-faktor produksi sebelumnya.
Kelihatan tidak ada ciri-ciri istimewa yang dapat dianggap sebagai
LiFalah | Mocthar 279 organisasi dalam suatu kerangka Islam. Tapi
ciri-ciri khusus berikutnya dapat diperhatikan, untuk memahami
peranan organisasi dalam ekonomi Islam.

Menurut Keynes terdapat tiga faktor produksi yang saling


berhubungan yaitu sumber daya alam, modal, dan tenaga kerja.
Menurutnya tenaga kerja adalah layanan pribadi pengusaha dan
asistennya yang merupakan satu satunya faktor produksi yang
beroperasi dalam lingkungan teknik, sumber daya alam, peralatan
modal, dan permintaan efektif yang diberikan. Kondisi ini menjelaskan
pentingannya mengambil tenaga kerja sebagai unit fisik tunggal yang
diperlukan dalam sistem ekonomi, terlepas dari unit uang dan waktu.

Qardhawi menjelaskan setidaknya terdapat dua unsur yang paling


utama pada faktor produksi yaitu sumber daya alam dan tenaga kerja.
Sumber daya alam yang dimaksud disini adalah segala kekayaan alam
yang diciptakan oleh Allah agar bisa dimanfaatkan oleh manusia
sebagai bekal yang dibutuhkan. Sedangkan tenaga kerja adalah usaha
dalam memberikan jasa untuk membantu berjalannya proses produksi.

Hal ini menjelaskan bahwa faktor produksi bukan hanya dilihat


dari sumber daya alam, sumber daya manusia dan modalnya saja, tetapi

28
bagamana agar proses produksi yang dilakukan sesuai dengan aturan
serta dilihat juga dari segi nilai etika dan akhlaknya agar dapat
meningatkan produktivitas kerja.

2.10.3 Analisis Pemikiran John Maynard Keynes Tentang Produksi

Keynes menyatakan bahwa kegiatan produksi dan pemilikan


faktor-faktor produksi masih dapat dipercayakan kepada swasta, tetapi
Pemerintah wajib melakukan kebijakan-kebijakan untuk mempengaruhi
perekonomian. Misalnya, dalam masa depresi pemerintah harus
bersedia melakukan kegiatan-kegiatan yang langsung dapat menyerap
tenaga kerja yang tidak dapat bekerja pada swasta, walaupun hal ini
dapat menyebabkan defisit dalam anggaran belanja negara. Dalam hal
ini Keynes tidak percaya pada sistem liberalisme yang mengoreksi diri
sendiri, untuk kembali pada posisi full employment secara otomatis.
Full employment hanya bisa dicapai dengan tindakan-tindakan
terencana, bukan datang dengan sendirinya. Keynes menyatakan bahwa
semakin banyak tenaga kerja yang dikombinasikan dengan modal yang
tetap, maka akan meningkatkan produksi, berarti bahwa jika tenaga
kerja semakin banyak digunakan maka setiap pekerja akan disertai
dengan modal yang semakin banyak. Jadi, tambahan output yang
diperoleh dari tambahan “satu tenaga kerja lagi” menurun sejalan
dengan tambahan tenaga kerjanya. Dengan kata lain dapat dinyatakan
bahwa marginal physical product (MPP) menurun sejalan dengan
penambahan tenaga kerja.

Hal ini berarti bahwa perusahaan hanya menggunakan satu


faktor variabel, yaitu tenaga kerja. Dengan demikian jika ada tambahan
satu unit tenaga kerja, maka biaya akan naik sebesar harga per unit jasa
tenaga kerja tersebut yang dinamakan tingkat upah nominal.

Setiap individu diasumsikan memperoleh utility dari pendapatan


hasil produksi dan waktu senggang. Keynes menjelaskan bahwa pada

29
upah riil, pekerja harus siap bekerja dengan waktu yang ada, tetapi
ketika upah riil dinaikkan, maka pekerja justru mengurangi waktu
kerjanya. Hal ini LiFalah | Mocthar 280 menunjukkan bahwa pekerja
memperhitungkan waktu senggang (leisure) untuk kegiatan-kegiatan
seperti istirahat, rekreasi, dan sebagainya.

Tujuan akhir dari suatu produksi menurut Keynes adalah untuk


memuaskan konsumen. Waktu yang sudah berlalu, terkadang
mengeluarkan biaya oleh produsen dan pembelian output oleh
konsumen akhir. Sementara para pengusaha dan investor harus
membentuk espektasi kedepan mengenai kebutuhan konsumen yang
akan dibayar ketika produsen siap memproduksi barang setelah
melewati waktu yang panjang. Hal ini perlu dilakukan agar waktu yang
dihabiskan dapat diimbangi oleh hasil output yang dikeluarkan.

Kemungkinan Kelebihan Produksi. Menurut Keynes kelebihan


produksi secara umum bisa terjadi. Kelebihan produksi terjadi
disebabkan karena permintaan masyarakat terhadap barangbarang dan
jasa tidak cukup kuat. Permintaan yang ada tidak cukup untuk
menyerap barang dan jasa yang ditawarkan.

Kemungkinan Kekurangan Produksi. Menurut Keynes, umumnya


keputusan rumah-tangga untuk konsumsi cukup stabil. Jumlah
konsumsi biasanya berubah (naik) jika pendapatan rumahtangga naik.
Sedangkan keputusan perusahaan untuk investasi biasanya sukar
diterka. Oleh karenanya, gejolak pengeluaran investasi inilah yang
sangat menentukan gejolak GDP dan kesempatan kerja. Kondisi seperti
ini dapat dihentikan jika ada keseimbangan antara permintaaan dan
penawaran, serta memungkinan bagi pemerintah untuk andil dalam
menggambarkan serta memperkirakan pengeluaran rumah tangga dan
banyaknya investasi yang beredar di pasar barang, agar dapat
dimanfaatkan untuk informasi tambahan bagi para pelaku bisnis dan

30
investor. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kelebihan atau
kekurangan produksi.

2.10.4 Kesimpulan Kasus


Dari penelitian ini, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa
konsep produksi menurut John Maynard Keynes adalah jika tenaga
kerja semakin banyak digunakan untuk menghasilkan produksi, maka
setiap pekerja akan disertai dengan modal yang semakin banyak. Jadi,
tambahan output yang diperoleh dari tambahan “satu tenaga kerja lagi”
menurun sejalan dengan tambahan tenaga kerjanya.

Adapun Konsep Produksi Menurut Yusuf Qardhawi adalah respon


atas peringatan Allah SWT akan kekayaan alam. Ekonomi Islam sangat
menganjurkan dilaksanakannya kegiatan produksi dan
mengembangkannya baik dari segi kualitas maupun kuantitas, kekayaan
alam dan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan kekayaan alam tersebut tidak boleh disiasiakan begitu
saja. Islam menghendaki semua tenaga dikerahkan untuk meningkatkan
produktivitas melalui ketekunan yang diridhai Allah SWT atau ikhsan
yang diwajibkan Allah SWT atas segala sesuatu.

Kemudian perbandingan pemikiran Keynes dan Qardhawi yaitu


menurut Keynes jika tambahan tenaga kerja meningkatkan kualitas
produksi, maka akan meningkatkan permintaan yang betujuan pada
memaksimalkan laba. Sedangkan Qardhawi mejelaskan bahwa agama
lebih memfokuskan tujuan daripada sarana, bukan tujuan
memaksimalkan laba melainkan harus memperhatikan tiga hal yaitu,
merawat hasil produksi alam, bekerja untuk menghasilkan sesuatu yang
baik yaitu dengan tujuan ibadah, dan berpegang pada semua yang
dihalalkan Allah dan tidak melampaui batas.

Adapun persamaan pemikiran kedua tokoh ini yaitu, Keynes


menyatakan bahwa terdapat motif utama dalam berproduksi bagi

31
individu maupun kelompok. Motif individu untuk menahan
pengeluaran, yaitu untuk membuat simpanan, mengantisipasi
kebutuhan, menikmati hasil kerja, menikmati rasa kemandirian dan
mewariskan kekayaan. Kemudian motif kelompok terdari dari motif
perusahaan, likuiditas, perbaikan dan motif kehati-hatian. Kondisi ini
sama dengan pemikiran Qardhawi yang mengatakan bahwa terdapat
dua tujuan utama dari produksi yaitu untuk memenuhi kebutuhan
swasembada individu dan kebutuhan swasembada Masyarakat/
Kelompok.

Selanjutnya prespektif ekonomi syari’ah terhadap pemikiran


Keynes menunjukkan bahwa ia hanya fokus terhadap keuntungan dan
pengembangan asetnya saja tanpa memikirkan dampak sosial, nilai
serta norma dan etikanya. LiFalah | Mocthar 287 Sedangkan Pemikiran
Qardhawi mununjukkan bahwa teori yang ia kemukakan lebih di titik
beratkan pada perbandingan antara ekonomi Islam dengan ekonomi
hasil teori manusia, yakni terletak pada nilai dan akhlak. Hal ini
meliputi urgensi, kedudukan dan dampaknya dalam berbagai bidang
ekonomi.

Secara garis besar, tujuan yang ditawarkan oleh Keynes dan


Qardhawi dalam kegiatan ekonomi adalah sama, yaitu untuk
meningkatkan produktifitas. Namun pada umumnya pemaparan
keduannya terhadap kegiatan ekonomi terdapat perbedaan yaitu dalam
menyikapi proses dan hasil outputnya.

32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teori Keynes adalah suatu teori ekonomi yang didasarkan pada ide
ekonom Inggris abad ke-20 yaitu John Maynard Keynes. Teori ini
mempromosikan suatu ekonomi campuran, di mana baik negara maupun
sektor swasta memegang peranan penting. Kebangkitan ekonomi Keynes
menandai berakhirnya ekonomi laissez-faire, suatu teori ekonomi yang
berdasarkan pada keyakinan bahwa pasar dan sektor swasta dapat berjalan
sendiri tanpa campur tangan negara.

Teori ini menyatakan bahwa trend ekonomi makro dapat


mempengaruhi perilaku individu ekonomi mikro. Berbeda dengan teori
ekonom klasik yang menyatakan bahwa proses ekonomi didasari oleh
pengembangan output potensial, Keynes menekankan pentingnya permintaan
agregat sebagai faktor utama penggerak perekonomian, terutama dalam
perekonomian yang sedang lesu. Ia berpendapat bahwa kebijakan pemerintah
dapat digunakan untuk meningkatkan permintaan pada level makro, untuk
mengurangi pengangguran dan deflasi. Jika pemerintah meningkatkan
pengeluarannya, uang yang beredar di masyarakat akan bertambah sehingga
masyarakat akan terdorong untuk berbelanja dan meningkatkan
permintaannya (sehingga permintaan agregat bertambah). Selain itu, tabungan
juga akan meningkat sehingga dapat digunakan sebagai modal investasi, dan
kondisi perekonomian akan kembali ke tingkat normal. Kesimpulan utama
dari teori ini adalah bahwa tidak ada kecenderungan otomatis untuk
menggerakan output dan lapangan pekerjaan ke kondisi full
employment (lapangan kerja penuh).

22
3.2 Saran

Agar lebih mengerti tentang teori Keynes maka perlu dipelajari lebih
dalam pendekatan teori ini dengan penggunaan rumus matematis dan grafis
dimana Keynes mengutarakan permasalahan pasar uang dan pasar tenaga
kerja tersebut. Hal ini bertujuan untuk membandingkan pandangan Keynes
dengan pandangan klasik dan neo-klasik sebelumnya.

Penulis berharap tulisan ini dapat menambah pengetahuan dan


bermanfaat bagi pembaca serta dapat digunakan sebagai pedoman ilmu untuk
yang dapat disebarluaskan.

23
DAFTAR PUSTAKA

http://srisarmitaworld.blogspot.com/2013/11/makalah-pemikiran
pemikiran-ekonomi_21.html

Sukirno, Sadono. 2016. Teori Pengantar Makroekonomi Edisi Ketiga.


Jakarta: Rajawai Pers.

Syamsudin Mochtar.2019.” Studi Komparasi Pemikiran John Maynard


Keynes Dan Yusuf Qardhawi Tentang Produksi”.Li Falah-
jurnal studi Ekonomi dan Bisnis Islam. Volume 4 (No.2 2019)
274-288 P-ISSN: 2541-6545, E-ISSN: 2549-6085.2019

22
PPT KELOMPOK 5

23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Anda mungkin juga menyukai