Anda di halaman 1dari 29

TEORI EKONOMI MAKRO

“MONETARISME VERSUS EKONOMIKA KEYNESIAN”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9

NURUL IZMI WARDANI 1961201143

JABAL NUR 1961201254

DOSEN : SYAMSUL BAKHTIAR ASS, S.E., M.M

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUSLIM MAROS

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada saya,

sehingga saya dapat menyelesaikan makalah teori ekonomi makro ini.

Makalah ini saya susun dengan maksimal dengan harapan

dapat bermanfaat untuk para pembaca. Terlepas dari semua itu, saya

menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi

susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan

terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya

dapat memperbaiki makalah ini dan menjadi motivasi saya saat membuat

makalah kedepannya.

Maros, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................1

B. Tujuan ...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................2

A. Perkembangan Paham Monetarisme.....................................................2

B. Memahami Ciri Esensial Monetarisme ...................................................6

C. Beberapa Aspek Perbedaan Antara Keynesian & Monetarisme ............8

D. Velositas ..............................................................................................18

BAB III PENUTUP ...................................................................................25

A. Kesimpulan..........................................................................................25

B. Saran...................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tokoh Monetarisme yang menonjol adalah Milton Friedman dan

didukung oleh beberapa pengikutnya. Monetarisme dikembangkan

dan berpangkal pada ide persamaan atau identitas pertukaran yang

dikemukakan oleh Irving Fisher. Meskipun termasuk dalam jalur

paham ekonomika Klasikal tentang peranan uang dalam ekonomi

makro, namun kesimpulan dan kebijakan yang disarankan oleh

Monetarisme modern berbeda dengan apa yang disimpulkan dan

disarankan oleh ekonomika Klasikal. Dibandingkan dengan

Keynesian, Monetarisme modern menekankan peranan sentral uang

dalam kehidupan ekonomi makro, sementara ekonomika Keynesian

menekankan pada kebijakan fiskal untuk mempengaruhi kehidupan

ekonomi makro.

B. Tujuan

Untuk Mengetahui :

1. Perkembangan Paham Monetarisme

2. Memahami Ciri Esensial Monetarisme

3. Beberapa Aspek Perbedaan Antara Keynesian Dan Monetarisme

4. Velositas

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Paham Monetarisme

Monetarisme lebih menekankan pada peranan sentral uang yang

mempengaruhi kehidupan ekonomi makro. Secara eksplisit

dinyatakan penawaran uanglah yang merupakan faktor penentu

utama perubahan PNB dalam jangka pendek, sementara dalam

jangka panjang jumlah uang beredar merupakan faktor utama penentu

tingkat harga. Meskipun Monetarisme sangat menekankan peranan

uang dalam kehidupan ekonomi makro tetapi ia tidak menyarankan

dilakukan penambahan atau pengurangan jumlah uang beredar lewat

kebijakan uang ketat ataupun uang longgar menurut situasi yang

diperkirakan tetapi lebih menekankan pada kebijakan moneter

"pedoman tetap" (fixed rule), berupa kebijakan pertambahan uang

sebesar persentase tetap tertentu sebesar pertumbuhan PNB riel.

a. Velositas Perputaran Uang

Disingkat sebagai velositas dan diberi simbol V, maka

velositas pertukaran berhubungan erat dan merupakan kebalikan

(secara matematis) konsep permintaan akan uang total. V atau

velositas merupakan hubungan antara M (jumlah uang beredar

atau penawaran uang) yang merupakan variabel stok dengan

PNB yang merupakan variabel aliran. Koefisien yang

2
menunjukkan berapa kali (persediaan) uang berpindah tangan

disebut sebagai velositas perputaran uang (V). Bila velositas

diukur terhadap besarnya PDB maka disebut sebagai velositas

pendapatan. Bila uang berpindah tangan sangat lambat (dalam

transaksi) maka V rendah. Tetapi sebaliknya bila masyarakat

hanya memegang uang sepanjang waktu dalam jumlah yang

relatif kecil dibandingkan dengan besarnya PNB, maka V akan

tinggi. V didefinisikan sebagai PNB dibagi dengan M (jumlah uang

beredar). Hal ini dapat dituliskan sebagai :

V = PNB/ M atau PQ/M karena ∑pq = PQ

di mana P adalah tingkat harga rata-rata dan Q adalah PNB riel

dan bukan PNB nominal atau dalam arti uang.

Sebagai contoh, bila PNB nominal pada tahun 1986 adalah

sebesar Rp90,8 trilyun rupiah dan jumlah uang beredar (M) adalah

sebesar 11,67 trilyun rupiah maka velositas pendapatan kira-kira

sebesar 7,8 per tahun. Konsep velositas dan/permintaan akan

uang merupakan kunci kesimpulan serta saran kebijakan ekonomi

makro yaitu apakah V konstan, dapat diramalkan atau stabil dalam

hubungan dengan perubahan tingkat suku bunga. Dari studi

perilaku V ternyata bisa memberikan penafsiran yang berbeda.

3
b. Identitas Persamaan Kuantitas Pertukaran dan Teori

Kuantitas Uang Kasar

Dari konsep atau pengertian velositas (V) dapat dituliskan

"persamaan pertukaran kuantitas" yang merupakan identitas, yaitu

MV = PQ

Misalkan suatu perekonomian sederhana hanya memproduksi

satu komoditi pangan saja yaitu beras sebanyak 4 juta ton per

tahun dan dijual dengan harga pasarnya Rp300,00 per kilogram,

maka PNB nominal = PQ - 1,2 trilyun rupiah pertahun. Lalu apa

yang terjadi bila M naik dua kali sementara V dan Q tetap tak

berubah. PNB nominal akan menjadi lipat dua sebesar 2,4 trilyun

rupiah.

Kesimpulan di atas merupakan kesimpulan ekonomika

Klasikal yang menafsirkan identitas persamaan kuantitas

pertukaran sebagai teori kuantitas uang kasar. Dengan mengubah

letak sisi pada "identitas persamaan pertukaran" dapat diperoleh

penyelesaian P (tingkat harga). Maka dapat dituliskan sebagai

P = MV/Q = (V/Q) M

Bila (V/Q) didefinisikan sebagai k, maka

P=kM

Kesimpulan teori Klasikal (atau teori kuantitas uang kasar)

tentang perilaku perubahan P akibat perubahan M didasarkan

4
pada anggapan k atau nisbah antara V dan Q konstan dalam

jangka pendek atau hanya sedikit berubah dalam jangka panjang.

Mengapa k dianggap konstan? Alasannya velositas (V) hanya

mencerminkan pola pendapatan dan pembayaran saja dan tidak

melihat adanya pengaruh variabel suku bunga terhadap velositas.

Dari segi permintaan akan uang (preferensi likuiditas atau k), ia

menganggap hanya ada permintaan akan uang untuk motif

transaksi saja, dan dianggap tak ada permintaan uang untuk

tujuan spekulasi hingga menurutnya permintaan akan uang tak

dipengaruhi oleh perubahan tingkat suku bunga. Lagi pula teori

kuantitas uang kasar menganggap perekonomian pada umumnya

dalam keadaan kesempatan kerja penuh hingga PNB riel atau Q

tumbuh di sekitar atau sepanjang trend. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa k atau (V/Q) konstan, stabil atau berubah

tumbuh sepanjang atau di sekitar trend.

Kesimpulan teori kuantitas uang kasar adalah sederhana yaitu

bila penawaran uang ditambah atau dinaikkan n kali maka tingkat

harga umum rata-rata juga naik n kali. Hubungan langsung antara

P and M seperti yang digambarkan oleh teori kuantitas uang

sederhana dapat digunakan untuk menerangkan situasi kenaikan

harga berupa inflasi hiper atau inflasi ringan, tentu saja dengan

anggapan bahwa V dan Q konstan atau bergerak stabil. Namun

5
keduanya tidak selalu demikian hingga P dan M bisa berubah

dengan intensitas serta arah perubahan berbeda.

Pendekatan atau paham Monetarisme modern berkembang

dan menentang kesimpulan-kesimpulan serta saran-saran

kebijakan yang dikemukakan ortodoksi ekonomika Keynesian

yang menekankan pada kebijakan fiskal dalam manajemen

kegiatan ekonomi makro. Sebaliknya pendekatan paham

Monetarisme menekankan pada pentingnya uang dalam

penentuan PNB nominal dalam jangka pendek dan penentuan

tingkat harga dalamjangka panjang. Kerangka analisisnya adalah

persamaan pertukaran kuantitas dengan mendasarkan pada

analisis trend velositas. Velositas dianggap dan diyakini konstan

dan ini merupakan tumpuan dasar pembenaran kesimpulan serta

saran kebijakan.

B. Memahami Ciri Esensial Monetarisme

Berikut ini adalah ciri esensial Monetarisme :

a. Penawaran uang merupakan faktor secara sistematis menentukan

besarnya PNB nominal. Monetarisme merupakan teori penentuan

besarnya pendapatan nasional nominal, seperti juga teori

penggandaan pendapatan Keynesian. Secara sederhana dan

singkat dikatakan bahwa "hanya uanglah yang menentukan PNB

nominal". Hal ini didasarkan pada "kenyataan" bahwa k atau (V/Q)

6
konstan atau stabil. Di samping itu dikatakan pula permintaan

uang tak sensitif terhadap perubahan tingkat suku bunga.

b. Lebih cenderung pada sistem pasar bebas swasta yang cukup

bebas dari campur tangan pemerintah di bidang perekonomian.

Mekanisme pasar dapat menyelesaikan paling tidak dua masalah

ekonomi pokok yang dihadapi oleh setiap organisasi

perekonomian yaitu apa dan berapa yang diproduksi serta

bagaimana memproduksinya secara efisien tanpa campur tangan

pemerintah yang seringkali di pandang tak efisien. Secara makro

sektor swasta dianggap stabil karena V dan/atau k stabil, maka

fluktuasi besarnya PNB nominal terutama disebabkan oleh

perubahan penawaran uang.

c. Harga-harga dan upah fleksibel. Keynesian menganggap tingkat

harga dan upah tegar. Karena M merupakan faktor utama yang

menentukan PQ atau PNB nominal dan karena tingkat harga dan

upah fleksibel di sekitar tingkat output finansial, maka uang tak

banyak mempengaruhi tingkat output riel. Pengaruh M terutama

pada P.

d. Fokus utama Monetarisme adalah pada inflasi dan bukan pada

pengangguran. Friedman mengemukakan konsep pengertian

"tingkat pengangguran natural" yang menupakan tingkat

pengangguran normal sebagai akibat proses penyesuaian pasar

dan merupakan situasi yang bisa diterima. Menurutnya tingkat

7
pengangguran akan berkisar di sekitar tingkat pengangguran

natural.

e. Menyarankan pedoman kebijakan tingkat pertambahan uang

beredar yang tetap dan bukan penambahan atau pengurangan

jumlah uang seperti yang diperkirakan dalam melaksanakan

kebijakan stabilisasi ekonomi makro. Pertumbuhan jumlah uang

yang tetap besarnya akan menghilangkan ketidakstabilan

perekonomian. Bila velositas stabil maka PNB nominal akan

tumbuh dengan tingkat (laju pertumbuhan) yang stabil pula. Dan

bila M naik sebesar laju pertumbuhan PNB potensial maka P akan

mengalami kestabilan.

C. Beberapa Aspek Perbedaan Antara Keynesian dan Monetarisme

Beberapa aspek perbedaan antara Keynesian dan Monetarisme

secara garis besar meliputi aspek-aspek ideologi dan filosofi,

mekanisme transmisi kebijakan moneter atas tingkat pendapatan uang

(PNB nominal) dan kebijakan fiskal-moneter.

a. Perbedaan Filosofi-Ideologi

Keynesian berpendapat bahwa sistem ekonomi yang

didasarkan pada mekanisme pasar bebas mengandung

kelemahan-kelemahan dalam kesimpulannya untuk mencapai

tingkat kesejahteraan masyarakat yang optimal dan ditunjukkan

oleh gejala "kegagalan pasar" akibat adanya barang publik dan

8
pasar monopoli. Di samping itu secara ekonomi makro mekanisme

pasar tidak menjamin stabilitas ekonomi. Seperti telah diketahui

ketidakseimbangan antara rencana investasi dan rencana

tabungan mengakibatkan fluktuasi kegiatan ekonomi yang

menimbulkan inflasi atau pengangguran. Menurutnya pemerintah

dapat berperan positif menstabilkan melalui kebijakan fiskal-

moneter.

Keynesian lebih menyenangi kebijakan fiskal karena ia

mempunyai impak stabilisasi ekonomi secara langsung. Di

samping itu manipulasi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat

digunakan untuk mencapai tujuan ekonomi mikro berupa alokasi

sumber lebih efisien dan distribusi pendapatan lebih merata.

Sementara itu kebijakan moneter berupa manipulasi jumlah uang

beredar mempunyai efek ekonomis secara umum dan tak

langsung.

Sebaliknya Monetarisme mempunyai orientasi condong kepada

berlakunya sistem mekanisme persaingan pasar bebas karena

sistem ini secara otomatis akan mengalokasikan sumber- sumber

secara efisien. Menurutnya, campur tangan pemerintah dibidang

perekonomian hanya akan menghasilkan distorsi alokasi sumber-

sumber ekonomi yang tak efisien serta menghambat bekerjanya

rangsangan di sektor ekonomi swasta. Karenanya pemerintah

9
harus berusaha menghilangkan ketegaran harga dan upah agar

mekanisme pasar bekerja sepenuhnya.

Menurut Keynesian, pemerintah dapat berperan menstabilkan

ekonomi akibat tak stabilnya pengeluaran investasi swasta.

Sementara itu Monetarisme berpendapat sebaliknya yaitu

pemerintah justru menciptakan ketegaran harga maupun upah

yang memperlemah kemampuan sistem harga dan menyumbang

pada ketidakstabilan tingkat kegiatan ekonomi.

b. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Kesamaan utama Keynesian maupun Monetarisme adalah

keduanya menunjukkan model teori penentuan pendapatan.

Persamaan model Keynesian adalah

C + I + G = PNN (1)

Dalam keseimbangan C+ I + G yaitu permintaan agregatif sama

besarnya dengan PNN atau penawaran agregatif, atau dapat

dikatakan bahwa pengeluaran agregatif oleh para pembeli sama

besarnya dengan nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dijual.

Menurut Keynesian permintaan atau pengeluaran agregatiflah

yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi. Monetarisme

menfokuskan perhatian pada uang menyatakan dalam jangka

pendek uang merupakan faktor penentu utama tingkat

pendapatan. Model utama persamaan monetarisme adalah

persamaan pertukaran yang dituliskan sebagai

10
MV = PQ (2)

di mana M adalah jumlah uang beredar, V adalah velositas

peredaran uang, P adalah tingkat harga umum rata-rata, dan Q

adalah banyaknya barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi.

Bila dibandingkan maka keduanya mendefinisikan hal yang sama.

MV dalam model persamaan monetaris sama dengan

pengeluaran agregatif C + I+G dalam model persamaan

Keynesian. Sedang PNN sama dengan PQ yaitu penawaran

agregatif. Lalu manakah gambaran ekonomika makro yang dapat

menjadi dasar bagi pengambilan kebijakan ekonomi yang lebih

baik? Kita dapat melihatnya dari rantai transmisi kebijakan

ekonomi terhadap tingkat pendapatan.

Keynesian menilai peranan uang tidak penting dalam

kehidupan/kegiatan ekonomi makro. Hal ini karena mekanisme

transmisi impak kebijakan moneter terhadap kegiatan ekonomi

atau tingkat pendapatan menurutnya cukup panjang dan tak

langsung. Kebijakan moneter bisa berupa kebijakan uang ketat

maupun kebijakan uang mudah. Pada Skema 9.1 terlihat menurut

Keynesian terdapat banyak rantai hubungan sebab- akibat yang

tak pasti dari kebijakan moneter yang diambil terhadap tingkat

kegiatan ekonomi, dibandingkan dengan impak kebijakan fiskal

yang bersifat langsung. Impak kebijakan uang mudah benupa

penurunan ketentuan nisbah cadangan wajib minimum mungkin

11
tidak efektif jika bank-bank umum tidak bersedia memberikan

pinjaman sepenuhnya seperti yang dimungkinkan oleh ketentuan

tersebut atau bila masyarakat tidak ber sedia meminjam sebanyak

jumlah maksimum yang dimungkinkan hingga penambahan

penawaran uang tak bisa terealisasi sepenuhnya. Di samping itu

kurva permintaan investasi mungkin mempunyai lereng curam

atau landai. Bila lerengnya curam maka pengaruh perubahan suku

bunga akibat perubahan penawaran uang akan tidak berpengaruh

terhadap pengeluaran investasi.

Sebaliknya Monetarisme percaya uang serta kebijakan moneter

merupakan faktor terpenting yang menentukan tingkat kegiatan

ekonomi diukur dan dinyatakan dengan tingkat output,

kesempatan kerja dan tingkat harga. Mereka percaya rantai

transmisi impak kebijakan moneter terhadap tingkat kegiatan

ekonomi adalah secara langsung dan pendek serta cukup pasti

seperti terlihat pada Skema 9.1 sebelah bawah. Menurutnya, bila

V (velositas) stabil atau mendekati stabil maka apa yang

diprakirakan oleh persamaan pertukaran akan berlaku yaitu

perubahan penawaran uang akan mempunyai pengaruh langsung

dan proporsional terhadap PNN nominal (PQ), Mengenai

bagaimana efek perubahan M terhadap P dan Q secara terpisah,

hal ini tergantung pada apakah perekonomian sedang mengalami

resesi atau sedang mengalami kesempatan kerja penuh pada

12
waktu M dinaikkan. Bila perekonomian sedang mengalami resesi

dan banyak faktor-faktor produksi yang menganggur tak

digunakan maka kenaikan M akan menyebabkan kenaikan Q

dalam proporsi yang lebih besar daripada kenaikan P; dan begitu

sebaliknya bila kenaikan M terjadi pada waktu perekonomian

berada pada tingkat kesempatan kerja penuh. Bila Q sudah

maksimum tak dapat dinaikkan lagi maka kenaikan M hanya akan

mengakibatkan kenaikan P secara proporsional.

Bila kita peroleh temuan data yang menunjukkan korelasi positif

antara M (penawaran uang) dan PNN atau PQ yaitu nilai output

nasional nominal, apakah ini mendukung tesis Monetarisme

bahwa terdapat hubungan langsung dan dapat diramalkan antara

M dan PQ atau PNN dan menggugurkan kesimpulan Keynesian

bahwa rantai hubungan transmisi impak tersebut yang

menurutnya cukup panjang dan tak langsung serta tak pasti?

Sukar untuk menjawab serta menafsirkan hubungan korelasi

positif tersebut. Monetarisme dan Keynesian mengajukan logika

berbeda dalam menafsirkannya. Monetarisme mengatakan

korelasi positif menunjukkan transmisi sebab-akibat impak

langsung dari M atas PNN. Namun kubu Keynesian menafsirkan

hubungan transmisi impak

13
sebab-akibat tidak demikian. Mereka menyatakan korelasi dan

hubungan sebab-akibat merupakan hal berbeda. Sangat mungkin

sekali perubahan PNN (atau PQ) disebabkan oleh perubahan

pengeluaran agregatif (C +i + G) seperti yang diyakini oleh

Keynesian dalam model atau teori penentuan tingkat kegiatan

ekonomi, dan sektor bisnis serta masyarakat konsumen memin-

jam uang dari bank yang mengakibatkan penambahan penawaran

uang untuk membiayai peningkatan kegiatan ekonomi. Atau

dengan kata lain hubungan sebab-akibat tidak berjalan dari

kenaikan M menyebabkan kenaikan PNN, tetapi sebaliknya

kenaikan PNN akibat kenaikan pengeluaran agregatif

menyebabkan kenaikan M.

c. Kebijakan Fiskal-Moneter dan Pedoman Moneter

Debat antara Monetarisme dan kubu Keynesian mencakup

preferensi kebijakan fiskal atau kebijakan moneter sebagai

14
kebijakan utama stabilisasi kegiatan ekonomi. Keynesian seperti

telah diketahui lebih menekankan pada kebijakan fiskal karena

kebijakan ini lebih efektif daripada kebijakan moneter. Hal ini

karena kebijakan fiskal berupa perubahan pengeluaran

pemerintah secara langsung mempengaruhi dan merupakan salah

satu komponen permintaan atau pengeluaran agregatif. Demikian

pula dengan perubahan pajak yang akan langsung mempengaruhi

pengeluaran konsumsi. Di samping itu kebijakan fiskal dapat pula

digunakan, selain untuk tujuan stabilisasi ekonomi, untuk

mencapai tujuan pemerataan pendapatan. Sementara itu

kebijakan moneter, menurut Keynesian, impaknya tak langsung

dan bersifat umum keseluruhan.

Monetarisme tidak menganjurkan kebijakan moneter dan tidak

menyukai kebijakan fiskal karena kebijakan fiskal misalnya berupa

kenaikan pengeluaran pemerintah akan menyebabkan tak

efisiennya alokasi sumber di mana akan terlalu banyak barang

publik diproduksi yang mungkin bisa dilakukan oleh sektor swasta

secara lebih efisien melalui mekanisme harga pasar. Di samping

itu kebijakan fiskal akan menyebabkan "efek crowding out" di

mana defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pinjaman

atau penjualan obligasi negara akan menyebabkan kenaikan

tingkat suku bunga dan selanjutnya menurunkan pengeluaran

investasi swasta. ILalu bila defisit tersebut dibiayai dengan

15
kenaikan pajak maka hal ini akan langsung menurunkan

pengeluaran konsumsi yang merupakan komponen pengeluaran

agregatif.

Terhadap isu efek crowding out, Keynesian menjawab bahwa

hal ini kecil efeknya bila skedul permintaan investasi mempunyai

lereng curam hingga kenaikan bunga tidak banyak mengakibatkan

penurunan investasi dan demikian pula kecil pengaruhnya

terhadap penurunan tingkat pendapatan atau PNN.

Meskipun Monetarisme lebih menyenangi kebijakan moneter

karena mereka berpendapat bahwa penawaran uang merupakan

faktor terpenting utama yang menentukan tingkat pendapatan,

namun mereka tidak menganjurkan dilaksanakannya kebijakan

moneter berupa kebijakan uang ketat ataupun kebijakan uang

mudah bilamana perekonomian mengalami resesi atau inflasi

sebagai alat kebijakan stabilisasi kegiatan ekonomi.

Ketidakstabilan ekonomi, menurutnya, lebih banyak disebabkan

oleh mismanajemen moneter atau manipulasi yang salah atas

jumlah uang beredar. Hal ini disebabkan oleh dua faktor.

Pertama, terdapat lekah waktu berlakunya mekanisme impak

transmisi meskipun terdapat hubungan sebab-akibat langsung

antara perubahan penawaran uang dan perubahan tingkat penda

patan atau PNN. Impaknya akan terjadi sesudah waktu cukup

lama, mungkin beberapa bulan. Karena sulit memperkirakan

16
lamanya lekah waktu ini maka sukar bagi otorita moneter

mengambil kebijakan moneter spesifik berupa kebijakan uang

ketat atau kebijakan uang mudah serta menentukan kapan harus

dilaksanakan. Kebijakan moneter yang salah justru akan lebih

memperbesar akibat fluktuasinya.

Kedua, dengan mengikuti mekanisme transmisi sebab-akibat

impak perubahan penawaran uang terhadap tingkat pendapatan

versi Keynesian yang menekankan pada stabilisasi tingkat

kegiatan ekonomi dengan menstabilkan pengeluaran investasi

lewat pengendalian suku bunga, maka otorita moneter dapat

terjebak dengan menggunakan manipulasi suku bunga sebagai

pedoman pengambilan keputusan tentang kebijakan yang akan

dipilih dan dilaksanakan. Skenario kebijakan seperti ini justru

mengandung unsur ketidakstabilan. Misalkan perekonomian baru

saja pulih dari keadaan resesi dan sedang mendekati keadaan

kesempatan kerja penuh. Kenaikan tingkat pendapatan akibat

kenaikan kegiatan ekonomi menyebabkan kenaikan permintaan

akan uang dan akibatnya tingkat suku bunga naik. Bila otorita

moneter melihat dan menggunakan variabel suku bunga untuk

menstabilkan pengeluaran investasi swasta, mereka akan

mengambil keputusan melaksanakan kebijakan uang mudah.

Tetapi kenyataannya perekonomian sudah mendekati keadaan

kesempatan kerja penuh. Akibatnya justru menimbulkan

17
ketidakstabilan dan mendorong terjadinya inflasi yang justru telah

dirasakan tekanannya.

Karena itu Monetarisme sampai pada kesimpulan pokok yang

sederhana yaitu otorita moneter janganlah menstabilkan suku

bunga, tetapi supaya menstabilkan laju pertumbuhan penawaran

uang. Bahkan secara spesifik Friedman menyarankan suatu

pedoman moneter, yaitu agar jumlah uang beredar ditambah

setiap tahun sebesar laju pertambahan sama dengan laju

pertumbuhan ekonomi atau PNB riel. Terhadap saran seperti ini

kubu Keynesian menyanggah bahwa V (velositas) tidak stabil baik

dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Karena itu

pedoman moneter berupa pertambahan penawaran uang dengan

laju pertambahan konstan justru menimbulkan ketidakstabilan

kegiatan ekonomi akibat fluktuasi permintaan agregatif yang

ditimbulkan.

D. Velositas

Silang pendapat tentang isu teoritis dan kebijakan ekonomi makro

antara kubu Monetarisme dan ekonomika Keynesian terpusat pada

pertanyaan apakah velositas peredaran uang stabil atau tidak. Bila V

konstan, maka persamaan pertukaran menunjukkan pendapat

Monetarisme benar dengan mengatakan bahwa terdapat hubungan

langsung antara penawaran uang dan PNN nominal (- PQ). Tetapi bila

V tidak stabil maka variabel jumlah uang beredar tidak merupakan

18
faktor utama yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi, dan bila V

sangat tidak stabil maka boleh dikatakan tak ada hubungan antara M

dan PQ atau PNN nominal. Nampaknya stabilitas V merupakan

masalah empiris, tetapi meskipun bila ditemukan korelasi positif antara

M dan PQ namun hubungan sebab-akibatnya sukar ditafsirkan.

Keynesian justru menafsirkan hubungan yang sebaliknya, yaitu

kenaikan pengeluaran atau permintaan agregatif akan menyebabkan

kenaikan PNN nominal keseimbangan yang selanjutnya akan

menaikkan jumlah uang beredar akibat kenaikan pinjaman oleh

masyarakat untuk membiayainya.

Tabel 9.1 yang digambarkan pada Gambar 9-1 menunjukkan

volume jumlah uang beredar (M1). Produk Nasional Neto (PNN) pada

19
harga berlaku dan velositas pendapatan uang (V) selama tahun

1969-1985. Terlihat ada hubungan erat antara kenaikan M1 dan PNN

nominal. Lihat juga V, kecuali pada periode akhir 1960'an dan sangat

awal 1970'an di mana masih terasa dipengaruhi oleh impak inflası

sangat tinggi selama pertengahan dan akhir tahun 1960'an, secara

relatif konstan sekitar 8. Lalu bagaimana kita menafsirkan hubungan

antara M1 dan PNN nominal serta "stabilitas" velositas ini?

Untuk memahami posisi masing-masing tentang stabilitas

velositas (V) kita ulangi lagi konsep atau pengertian tentang

permintaan akan uang atau preferensi likuiditas yang merupakan

faktor penentu velositas. Permintaan akan uang didefinisikan sebagai

jumlah uang yang ingin disimpan atau dipegang olch masyarakat

sektor bisnis dan rumah tangga dibandingkan dengan pendapatan

20
mereka. Jelas bahwa velositas merupakan kebalikan dari permintaan

akan uang.

Menurut pendapat Monetarisme, velositas stabil. Hal ini karena

fungsi utama uang adalah sebagai alat tukar. Ini menimbulkan

kesimpulan bahwa permintaan akan uang pada dasarnya untuk tujuan

transaksi, dan selanjutnya berarti jumlah uang yang ingin dipegang

oleh masyarakat mempunyai hubungan langsung dengan volume

transaksi agregatif. Karena itu V yaitu (PNN/M) konstan. Menurut

Monetarisme, besarnya uang yang dipegang oleh masyarakat diban-

dingkan dengan pendapatan stabil dalam jangka pendek karena

hubungan ini ditentukan oleh kebiasaan dan pola pengeluaran serta

faktor-faktor institusional seperti misalnya lamanya periode

pembayaran, tersedianya kartu-kartu kredit, dan lain-lain. Faktor-faktor

ter- sebut berubah sangat lambat.

Sebaliknya menurut kubu Keynesian, velositas tak stabil.

Menurutnya hal ini karea terdapat permintaan uang untuk tujuan

spekulasi yang cukup besar di samping permintaan uang untuk tujuan

transaksi. Permintaan uang untuk tujuan spekulasi adalah permintaan

masyarakat untuk menyimpan atau memegang sebagian kekayaan

finansial dalam bentuk uang. Dengan kata lain, Keynesian lebih

menekankan pada fungsi uang sebagai alat (sarana) penimbun nilai,

dimana uang merupakan salah satu bentuk kekayaan finansial.

Permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi tidak dipengaruhi atau

21
tak ada hubungan dengan PNN dan/atau V yaitu (PNN/M) hingga nilai

V tidak stabil. Karena permintaan uang untuk tujuan spekulasi

dipengaruhi secara terbalik oleh suku bunga maka V tidak stabil.

Untuk keterangan lebih lanjut lihat Bab 8 pada bagian (seksi) yang

menerangkan tentang hubungan antara suku bunga dengan

permintaan akan uang untuk tujuan spekulasi.

Keynesian mengemukakan jumlah permintaan uang untuk tujuan

spekulasi benubah secara terbalik dengan suku bunga. Karena

velositas berubah secara terbalik dengan permintaan uang untuk

tujuan spekulasi maka velositas berubah secara langsung dan searah

dengan perubahan suku bunga. Penurunan tingkat suku bunga akan

menaikkan permintaan spekulatif, serta akan menurunkan velositas,

dan begitu sebaliknya. Karena itu terdapat korelasi yang dekat antara

velositas dengan suku bunga.

Pendapat berbeda antara Monetarisme dan Keynesian mengenai

velositas dan permintaan akan uang mengarah pada persepsi impak

kebijakan moneter yang berbeda. Keseimbangan ekonomi makro

moneter tercapai bila jumlah uang yang diinginkan sama besamya

dengan jumlah uang yang benar-benar dipegang secara aktual. Bila

terjadi kenaikan jumlah uang beredar sebesar 100 milyar rupiah maka,

menurut skenario Monetarisme, hal ini akan mengubah posisi

keseimbangan. Masyarakat memegang jumlah uang lebih banyak

daripada jumlah yang ingin dipegangnya. Kelebihan ini, menurutnya,

22
akan dibelanjakan langsung untuk membeli barang-barang dan jasa-

jasa konsumsi ataupun investasi. Jelas PNN nominal akan naik

sebesar 40 milyar rupiah bila velositas adalah 4 atau k (preferensi

likuiditas) adalah 1/4. Gunakan persamaan M = k Y atau persamaan

pertukaran MV = PQ di mana V konstan. Dengan demikian maka

perekonomian kembali berada dalam keseimbangan. Hal ini

menunjukkan pembenaran atau verifikasi hubungan secara langsung

antara perubahan penawaran uang dengan perubahan PNN nominal

seperti yang ditunjukkan oleh mekanisme transmisi versi

Monetarisme.

Menurut skenario versi Keynesian, mekanisme transmisinya

sebagai berikut. Kenaikan jumlah uang beredar akan menurunkan

suku bunga, dan selanjutnya merangsang masyarakat memegang

uang untuk tujuan spekulasi yang lebih banyak dengan harapan suku

bunga akan naik di masa depan. Karena permintaan akan uang (untuk

spekulasi) naik maka velositas turun. Karena itu arah pengaruh

perubahan penawaran uang atas PNN tidak menentu atau tak pasti.

Jadi disimpulkan bahwa kenaikan M akan menyebabkan perubahan

velositas hingga tak ada hubungan secara langsung antara kenaikan

M dengan perubahan PNN nominal. Selanjutnya kubu Keynesian

menunjukkan bahwa dengan menggunakan kerangka persamaan

atau analisis Monetarisme pun kebijakan fiskal merupakan piranti

stabilisasi ekonomi yang efektif, tentu saja dengan anggapan

23
permintaan akan uang merupakan permintaan untuk tujuan spekulatif.

Misalkan pemerintah melaksanakan kebijakan fiskal ekspansioner

dengan menaikkan pengeluaran yang dibiayai dengan pinjaman.

Dengan penawaran yang tetap tak berubah maka kenaikan

permintaan akan uang akan menaikkan tingkat suku bunga dan

menyebabkan masyarakat memegang uang untuk tujuan spekulasi

dalam jumlah lebih sedikit. Akibatnya V naik. Jadi defisit anggaran

belanja pemerintah yang dibiayai oleh pinjaman akan menaikkan V.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perbedaan antara Keynesian dan Monetarisme bersumber pada

pertanyaan pokok, yaitu apakah velositas stabil? Ini mula-mula

dijawab dengan bukti empiris, namun kemudian timbul masalah

penafsiran data empiris yang menunjukkan stabilitas. Monetaris

menyatakan ini menunjukkan kebenaran teorinya. Menurutnya

hubungan antara besarnya uang yang dipegang dan tingkat

pendapatan bersifat stabil karena hal ini dipengaruhi oleh pola dan

kebiasaan pengeluaran, serta faktor-faktor institusional misalnya

kebiasaan pembayaran, kartu-kartu kredit dan lain-lain. Sebaliknya

Keynesian berpendapat velositas tak stabil karena permintaan uang

sebagian untuk spekulasi dan permintaan ini bersifat tak stabil.

Keynesian menekankan pada fungsi uang sebagai penimbun nilai.

B. Saran

Semoga makalah yang telah saya susun ini dapat bermaanfaat

yang kemudian dapat diamalkan dalam kehidupan. Saya sangat

menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dengan

kesempurnaan dan begitu banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu

besar harapan saya jika ada kritik dan saran yang membangun untuk

lebih menyempurnakan makalah-makalah saya di lain waktu.

25
DAFTAR PUSTAKA

Pratama Rahardja, Mandala Manurung. Teori Ekonomi Makro (Suatu


Pengantar). Edisi Kelima. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.

26

Anda mungkin juga menyukai