Depresi Besar pada 1930-an adalah peristiwa ekonomi paling traumatik di abad 20. kemajuan besar yang dicapai dalam standar hidup di Barat pada masa New Era 1920- an, merosot pada 1929-33. Di Amerika Serikat, output industri turun sampai 30 persen. Hampir separuh dari bank komersial ambruk. Tingkat pengangguran naik lebih dari 25 persen. Harga saham kehilangan 88 persen dari nilainya. Eropa dan seluruh dunia menghadapi ancaman bencana. Mises dan Hayek dari Austria, bersama dengan para ekonom di Amerika Serikat, telah meramalkan kesulitan itu, tetapi merasa tak berdaya karena keadaan yang buruk itu tak segera berlalu. Depresi Besar yang panjang menyebabkan banyak ekonom Anglo- Amerika mempertanyakan kembali ekonomi laissez faire. Kecamannya diarahkan pada dua sisi-sifat kompetitif dari kapitalisme (mikro) dan stabilitas ekonomi umum (makro).
APAKAH MODEL PERSAINGAN KLASIK TIDAK SEMPURNA?
Di level mikro, dua ekonom secara bersamaan menulis buku yang menentang model persaingan klasik. Harvard University Press menerbitkan The Theory of Monopolistic Competition karya Edward H (1933). Chamberlin (1899-1967) dan Cambridge University Press memublikasikan Economics of Imperfect Competition karya Joan Robinson (1903-83). Kedua ekonom itu memperkenalkan ide bahwa ada beragam level kompetisi di pasar, dari "kompetisi murni" sampai "monopoli murni", dan bahwa sebagian besar kondisi pasar adalah "tak sempurna" dan mengandung tingkat kekuatan monopoli tertentu. Teori persaingan tak sempurna Chamberlin-Robinson memesona imajinasi profesi ekonomi dan sejak itu menjadi fitur integral dalam ilmu mikroekonomi. Laissez faire itu mengandung cacat dan tidak dapat menjamin kondisi persaingan dalam kapitalisme; pemerintah harus melakukan intervensi melalui kontrol dan tindakan antitrust untuk menge halangi kecenderungan monopolistik dalam dunia usaha. Tetapi ancaman ini kecil jika dibandingkan dengan usulan radikal non-kapitalis lainnya yang diajukan dalam bidang makroekonomi. Marxisme mewabah di kampus dan di kalangan intelektual sepanjang 1930-an. Paul Sweery, seorang ekonom Harvard, telah masuk ke London School of Econo mics (LSE) pada awal 1930-an, dan kembali dengan membawa paciji Marxis siap untuk mengajar ide-ide radikal di almamaternya. Sidney dan Beatrice Webb kembali dari Uni Soviet dengan membawa optimisme bahwa Stalin telah membangun "peradaban baru" yang unggal di bidang perekonomian Apakah sosialisme penuh adalah satu- satunya alternatif untuk sistem kapitalis yang tak stabil itu?
SIAPA YANG AKAN MENYELAMATKAN KAPITALISME?
Ada suara kuat yang mendukung jalan tengah, sebuah jalan untuk menjaga kebebasan ekonomi tanpa menghancurkan landasan peradaban Barat. Suara itu berasal dari John Maynard Keynes, pemimpin aliran Cambridge baru. Dalam buku revolusionernya pada 1936, The General Theory of Employment, Interest and Money, Keynes mengajarkan bahwa kapitalisme pada dasarnya tidak stabil dan tidak berkecenderungan ke arah full employment. Pada saat yang sama, dia menolak ide tentang perlunya nasionalisasi perekonomian, penetapan kontrol upah-harga, dan intervensi dalam pena- waran dan permintaan. Yang perlu dilakukan pemerintah adalah mengendalikan kendaraan kapitalis dan mengembalikannya ke jalan menuju kemakmuran, caranya dengan menjalankan kebijakan defisit dan melakukan pengeluaran untuk kerja publik yang akan menaikkan permintaan dan memulihkan kepercayaan. Setelah ekonomi kembali ke jalurnya yang benar dan mencapai full employment, pemerintah tak perlu lagi menjalan- kan defisit, dan model klasik akan berfungsi kembali dengan benar. Model manajemen permintaan agregat Keynes mengubah ilmu muram ini menjadi ilmu yang optimis: manusia bisa menguasai nasib perekonomian- nya sendiri. kebijakan jalan tengah Keynes dianggap sebagai penyelamat, karena dapat mengeliminasi gejolak yang ada di dalam kapitalisme tanpa mengeliminasi kapitalisme itu sendiri. Sementara itu, kebijakan kebebasan ekonomi laissez faire dapat diterapkan pada level mikroekonomi. Dan ini membuat Marxisme, ditinggalkan di negara-negara maju.
"SEPERTI SECERCAH CAHAYA DI KEGELAPAN"
REVOLUSI Keynesian terjadi dalam waktu singkat. Para generasi muda dan cerdas, beralih dari mazhab Austria ke Keynesian. Bagi para non-revolusioner, kenyataan ini tampaknya terlampau bagus. Demikian pula bagi orang-orang yang kadang-kadang bersikap revolusioner. Ekonomi lama masih diajarkan siang hari. Tetapi pada malam hari sejak 1936 dan seterusnya, hampir semua orang mendiskusikan Keynes" (1975: 136). Milton Friedman, yang kelak menjadi oponen teori Keynes, mengatakan, "Bertentangan dengan gambaran muram fajaran laissez faire Austria), kabar yang tiba dari Cambricige (Inggris) tentang interpretasi Keynes terhadap depresi dan kebijakan untuk memulihkannya adalah seperti secercah cahaya dalam kegelapan.
SISI GELAP KEYNES
Keynes mungkin telah memberikan cara pemulihan depresi yang masuk akal, tetapi teorinya juga menciptakan lingkungan yang mendukung intervensionisme negara, negara persemakmuran, dan kepercayaan kepada pemerintahan yang besar dan kuat (big govemment). Teorinya mendorong konsumsi yang berlebihan, pembiayaan utang, dan pajak progresif aras tabungan, anggaran berimbang dan pajak rendah. Para pengkritik meman dang ilmu ekonomi Keynesian sebagai serangan langsung kepada nilai ekonomi tradisional dan ancaman paling serius terhadap prinsip kebebasan ekonomi sejak Marxisme. Bagi mereka, General Theory Keynes "merupakan serangan paling halus dan jahat dalam bahasa Inggris terhadap kapitalisme ortodoks dan kebebasan berusaha" (Hazlitt 1977: 345). Meskipun Keynes sudah meninggal, namun pikirannya masih berkuasa di dunia akademik, parlemen, dan Wall Street sehingga majalah Times memilih Keynes sebagai ekonom paling berpengaruh di abad 20. KEYNES LAHIR DI TENGAH-TENGAH ELITE PENGUASA ORANG seperti apakah Keynes itu, yang bisa menarik banyak pengagum sekaligus menciptakan banyak musuh? John Maynard Keynes (1883-1946) adalah elite intelektual sejak masa kanak-kanaknya. Saat masih kecil, konon dia pernah ditanya, bagai-mengucapkan namanya. Dia menjawab, "Keynes, seperti dalam brains."Lahir pada 1883 (tahun ketika Marx meninggal) di tengah lingkungan yang terkenal. Dia adalah anak dari John Neville Keynes, seorang profesor ekonomi di Cambridge University dan kawan dari Alfred Marshall. Keynes merupakan seorang Apoteles. Pada pergantian abad, Apostles, di bawah pengaruh G.E. Moore, mengecam moralitas Victorian dan nilai-nilai borjuis. Mereka bahkan mengajukan ide subversif bahwa homoseksualitas secara moral adalah superior. Keynes melakukan hubungan homoseksual saat dia dewasa, meski-pun dia tampaknya kemudian meninggalkan praktik itu setelah menikah dengan Lydia Lopokova pada 1925 di usianya yang ke-44 tahun (lihat kotak di halaman 401).
KEYNES MENULIS KARYA BESTSELLER
Pada 1919, Karena kecewa dengan jalannya perundingan dan hasil konversi perdamaian Vertailles, Keynes mengundurkan diri sebagai pejabat keuangan dan menulis The Economic Consequences of the Peace 920). Buku ini menjadi bestseller dan membuat Keynes termasyhur dan kaya. Dalam buku yang ditulis dengan gaya prosa yang tajam ini, Keynes mengecam sekutu karena menetapkan upaya yang tidak praktis dan tidak realistis untuk reparasi Jerman. Negara yang kalah perang ini diharuskan membayar semua biaya perang sekutu, termasuk gaji, pensiun, dan dana bantuan untuk tentara yang mati-jumlahnya sampai $5miliar. Keynes memprediksi konsekuensi negatif di Eropa. Dia secara tersirat menyatakan bahwa Jerman tidak punya cara lain kecuali inflasi.
KEYNES MEMBUAT PREDIKSI YANG BRILIAN PADA 1925
Dalam bukletnya, The Economic Consequence of Mr. Churchill, Keynes memperingatkan bahwa deflasi akan memaksa Inggris mengurangi upah riil dan menghalangi pertumbuhan ekonomi (Keynes 1963 [1931]: 244-70). Sekali lagi, Keynes terbukti benar. Inggris mengalami malaise ekonomi yang bertambah buruk ketika Depresi Besar sedang membayangi. Sayangnya, bakat meramal Keynes hilang pada akhir 1920-an. Dalam buku Tract on Monetary Reform yang terbit pada 1923 (yang dianggap Friedman sebagai karya terbesar Keynes), dia sepakat dengan monetaris Irving Fisher dalam menolak standar emas dan memuji stabilisasi pengaruh dollar Amerika antara 1923 dan 1928 sebagai suatu "kemenangan" Federal Reserve. KITA TIDAK AKAN MENGALAMI CRASH LAGI DI ZAMAN Seperti Fisher, Keynes adalah pendukung New Era yang optimis terhadap prospek saham dan komoditas pada 1920-an. Pada 1926 dia bertemu dengan bankir Swiss, Felix Somary. Dia ingin membeli saham. Ketika Somary menyatakan pesimismenya tentang masa depan pasar saham, Keynes dengan tegas mengatakan, "Kita tidak akan lagi mengalami crash di zaman kita" (Somary 1986 [1960]: 146-47). Somary dididik teori ekonomi aliran Austria di Universitas Vienna dan tahu bahwa New Era tidak bisa dipertahankan. Tetapi Keynes, seperti Irving Fisher, mengabaikan pandangan mazhab Austria dan menyandarkan harapannya pada Federal Reserve dan stabilisasi harga. Pada akhir 1928 Keynes menulis dua paper yang mempersoalkan "bahaya inflasi" yang membayangi Wall Street, dan menyimpulkan bahwa "tidak tampak adanya inflasi".
KEYNES TERSAPU CRASH
Tragisnya, Keynes salah membaca zaman dan gagal mengantisipasi crash. Portofolionys hampir lenyap: dia kehilangan tiga perempat dari nilai bersih portofolionya. Akan tetapi, Keynes adalah investor yang keras kepala. Dia tetap menyimpan sahamnya dan menambah portofolionya mulai tahun 1932. Meskipun dia tak bisa mendapat saham tingkat atas, dia bisa mendapatkan saham-saham di dasar pasar (Skousen 1992: 161-69). Dia membeli sekuritas yang jelas-jelas tidak disukai orang, seperti saham emas dan utilitas, dan sangat percaya bahwa strateginya ini akan berhasil. Pilihan saham yang dilakukan Keynes terbukti membawa sukses sehingga nilai bersihnya mencapai 411.000 pound pada saat dia meninggal pada 1946. Mengingat bahwa nilai portofolionya hanya 16.315 pound pada 1920, maka berarti ada kenaikan 13 persen setiap tahunnya sampai 1946. Prestasi ini termasuk mengagumkan di era di mana tidak ada atau hanya ada sedikit inflasi dan lebih banyak deflasi.