Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI ii

KATA PENGANTAR iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Rumusan Masalah 2
1.3.Tujuan Penulisan Makalah 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Aliran Monetaris 3
2.2. Kritikan terhadap Kebijaksanaan Investasi Keynesian 5
2.3. Pokok-pokok Pikiran Aliran Monetaris 6
2.4. Tokoh-tokoh Aliran Monetaris 8
2.5.Milton Friedman Mengembalikan Pemikiran Klasik Adam Smith 9
2.6. Perbedaan Monetaris dengan Keynesian 10

BAB III PENUTUP


Kesimpulan 14

DAFTAR PUSTAKA 16
KATA PENGANTAR

Bismallahirrahmanirrahim
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena izin dan ridhonya
kami dapat merampungkan makalah ini.Selanjutnya shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah menata cara hidup bermasyarakat berdasarkan
ajaran agama yang benar.
Makalah ini membahas tentang Aliran Monetaris untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi yang diampu oleh Ibu Nurul Setianingrum, SE., MM.
Kami dalam makalah ini berusaha mengumpulkan referensi serta berusaha menulis makalah
ini dengan sebaik mungkin agar dapat dimengerti oleh pembaca.
Akhirnya kepada Allah juga kami memohon ampun, sekiranya terjadi kesalahan
dalam penulisan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat, Amin Ya Rabbal Alamin.

Jember, September 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berawal dari bebarapa pandangan Keynes yang tidak disukai pakar-pakar ekonomi.
Pandangan itu antara lain tentang perlunya campur tangan pemerintah dalam mengarahkan
dan membimbing perekonomian pada arah yang diinginkan. Selama kurang lebih tiga dekade
setelah Perang Dunia II ajaran Keynes mendominasi alam pikiran perumus kebijaksanaan di
negara-negara barat. Hal itu bahkan menjalar ke negara-negara berkembang, termasuk
Indonesia. Melalui kebijaksanaan fiskal yang bersifat counter-cyclical dan fine-
tunning negara-negara barat, terutama Amerika Serikat berhasil mengendalikan besarnya
permintaan masyarakat tanpa diiringi inflasi seperti yang pernah terjadi pada tahun 30-an.
Dan serangan Friedman terhadap pandangan Keynes telah mengurangi dominasi
makroekonomi Keynesian dalam mempromosikan kebijaksanaan ekonomi pemerintah.
Walaupun ajaran-ajaran Keynes pernah berhasil memecahkan masalah-masalah ekonomi
yang dihadapi dengan berbagai kebijaksanaan jangka pendek, keberhasilannya tidak
berlangsung lama. Berkali-kali prediksi yang didasarkan pada ajaran Keynes meleset dan
tidak berhasil memecahkan masalah stagnasi yang dihadapi ekonomi dunia setelah tahun 70-
an. Apalagi, dalam menyelesaikan masalah stagflasi, kebijaksanaan fiskal dan moneter
Keynes boleh dikatakan lumpuh total.
Sehingga aliran Monetaris menentang beberapa pandangan Keynes yang berujung
dengan pembentukan aliran sendiri dalam madzhab ekonomi. Pada bab berikutnya akan
dipaparkan tentang seluk beluk aliran Monetaris.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimana latar belakang Aliran Monetaris?

1.2.2. Bagaimana kritikan terhadap kebijaksanaan investasi Keynesian?

1.2.3. Apa saja pokok-pokok pikiran aliran Monetaris?

1.2.4. Siapa saja tokoh-tokoh aliran Monetaris?

1.2.5. Bagaimana Milton Friedman mengembalikan pemikiran klasik Adam Smith?

1.2.6. Apa perbedaan Monetaris dengan Keynesian?


1.3. Tujuan Penulisan Makalah

1.3.1. Untuk mengetahui latar belakang Aliran Monetaris.

1.3.2. Untuk mengetahui kritikan terhadap kebijaksanaan investasi Keynesian.

1.3.3. Untuk mengetahui pokok-pokok pikiran aliran Monetaris.

1.3.4. Untuk mengetahui tokoh-tokoh aliran Monetaris.

1.3.5. Untuk mengetahui Milton Friedman mengembalikan pemikiran klasik Adam Smith.

1.3.6. Untuk mengetahui perbedaan Monetaris dengan Keynesian.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Aliran Monetaris


Selama kurang lebih tiga dekade setelah Perang Dunia II ajaran Keynes mendominasi
alam pikiran perumus kebijaksanaan di negara-negara barat. Hal itu bahkan menjalar ke
negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Melalui kebijaksanaan fiskal yang
bersifat counter-cyclical dan fine-tunning negara-negara barat, terutama Amerika Serikat
berhasil mengendalikan besarnya permintaan masyarakat tanpa diiringi inflasi seperti yang
pernah terjadi pada tahun 30-an.
Pada tahun 50-an dan 60-an sebagian besar ekonom percaya
bahwaboom dan depresi merupakan penyakit masa lampau yang tidak perlu dikhatiekan
akan muncul kembali. Misalnya, kalau output rendah dan banyak orang menganggur,
Keynesian menganjurkan ditingkatkannya pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek
padat karya. Melalui proyek-proyek padat karya ini, output nasional akan meningkat,
lapangan pekerjaan baru terbuka sehingga tenaga kerja banyak tertampung, dan dengan
sendirinya masalah pengangguran akan teratasi. Terjadinya inflasi dipersepsikan karena
pengeluaran agregat terlalu besar. Maka, untuk memberantas inflasi tersebut pemerintah perlu
mengurangi atau meningginya tingkat pajak. Hal lain yang perlu dilakukan adalah
mengurangi jumlah uang yang beredar melalui kebijaksanaan uang tepat (tight money policy).
Selanjutnya, inflasi akan turun dengan sendirinya.[1]
Pada tahun 60-an orang percaya bahwa ada hubungan terbalik antara inflasi dengan
tingkat pengangguran. Artinya, selama ini para ahli percaya jika inflasi tinggi, tingkat
pengangguran rendah. Sebaliknya, jika pengangguran tinggi, tingkat inflasi rendah sesuai
teori Phillips. Akan tetapi, gejala-gejala ekonomi yang terjadi pada tahun 70-an tidak sinkron
dengan anggapan tersebut. Pada waktu itu, harga-harga menunjukkan kecenderungan
peningkatan yang sangat tinggi, didorong oleh naiknya harga-harga minyak tahun 1973/1974.
Yang sungguh merisaukan, pada saat terjadinya kenaikan harga-harga (inflasi) tersebut
pengangguran meningkat.
Dengan demikian, teori Keynesian yang menyatakan bahwa selama masih banyak
pengangguran maka selama itu pula pengangguran masyarakat (public spending) dapat
ditingkatkan tanpa menimbulkan inflasi, tidak lagi menunjukkan kebenaran dalam realitas.
Nyatanya, kegiatan yang diarahkan untuk menurunkan inflasi pada tahun 70-an telah
menyebabkan semakin tingginya angka pengangguran. Usaha untuk mengurangi
pengangguran melalui pengeluaran pemerintah telah menyebabkan semakin parahnya inflasi.
Saat terjadi dua kali resesi yang sangat tajam pada tahun 1974 dan 1982, tingkat
harga-harga tidak turun padahal, sesuai dengan teori yang dianut ketika itu, terjadinya resesi
dan depresi seharusnya menyebabkan tersendat-sendatnya perekonomian yang diiringi oleh
turunnya harga-harga secara umum. Karena yang terjadi dalam kenyataan sudah sering tidak
sama dengan yang seharusnya terjadi menurut resep Keynes, sejak saat itu ajaran-ajaran
Keynes terpaksa ditinjau kembali dan bahkan didiskreditkan.[2]

2.2. Kritikan terhadap Kebijaksanaan Investasi Keynesian


Ada bebarapa pandangan Keynes yang tidak disukai pakar-pakar ekonomi. Pandangan
itu antara lain tentang perlunya campur tangan pemerintah dalam mengarahkan dan
membimbing perekonomian pada arah yang diinginkan. Kritik paling vokal datang dari
pakar-pakar ekonomi neo-klasik konservatif. Mereka dapat dibagi atas dua golongan, yaitu
golongan tua dan golongan muda. Dari golongan tua dapat disebutkan beberapa nama seperti:
Menger, Friedrich August von Heyek, dan Ludwig von Mises (semuanya dari Austria),
Wilhelm Ropke, Lionel Robbins (dari Inggris). Semuanya mencela kebijaksanaan campur
tangan pemerintah Keynes sama kerasnya dengan celaan mereka terhadap paham sosialisme.
Celaan palimg keras datang dari kelompok yang menamakan dirinya libertarian.
Mereka ini menempatkan kebebasan individu diatas segala-galanya. Mereka pun melihat
bahwa intervensi pemerintah dalam bentuk apapun sebagai ancamann bagi kebebasan
individu. Alasan penolakan tersebut diwakili oleh pendapat Friedrich August von Heyek yang
teruang dalam bukunya The Road to Serfdom (1944). Dalam buku tersebut, Hayek
mengatakan: sekali pemerintah melakukan intervensi pasar, ini akan mengarah pada
sosialisme, yang akhirnya akan menyebabkan berkurangnya kebebasan. Jika kecenderungan
ke arah peningkatan pengawasan pemerintah tidak dikekang, mereka khawatir sebagai
individu-individu, orang akan berubah sekadar menjadi hamba bagi pemerintah. Lebih jauh
Hayek mengatakan: Orang bisa percaya bahwa ia bebas, tetapi dalam kenyataan kebebasan
telah hilang karena pikiran tiap orang sudah dicekoki oleh pemerintah, dan apa-apa yang
diinginkan mereka terpaksa disesuaikan dengan apa-apa yang diinginkan oleh pemerintah.
[3]
Dari golongan muda muncul Milton Friedman dari University of Chicago.
Friedman adalah pendukung berat perekonomian bebas. Pendapatnya berbeda dengan tokoh-
tokoh tua libertarians yang sama sekali tidak menginginkan campur tangan pemerintah
dalam batas-batas tertentu justru diperlukan untuk menciptakan suatu perekonomian di mana
pasar bebas dapat berfungsi lebih efektif.[4]
2.3. Pokok-pokok Pikiran Aliran Monetaris
Serangan Friedman terhadap pandangan Keynes telah mengurangi dominasi makro
ekonomi Keynesian dalam mempromosikan kebijaksanaan ekonomi pemerintah. Walaupun
ajaran-ajaran Keynes pernah berhasil memecahkan masalah-masalah ekonomi yang dihadapi
dengan berbagai kebijaksanaan jangka pendek, keberhasilannya tidak berlangsung lama.
Berkali-kali prediksi yang didasarkan pada ajaran Keynes meleset dan tidak berhasil
memecahkan masalah stagnasi yang dihadapi ekonomi dunia setelah tahun 70-an. Apalagi,
dalam menyelesaikan masalah stagflasi, kebijaksanaan fiskal dan moneter Keynes boleh
dikatakan lumpuh total.
Ketidakberhasilan ajaran-ajaran Keynes dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi melahirkan suatu aliran baru yang disebut aliran monetaris, yang mengutamakan
kebijaksanaan moneter dalam mengatasi kemelut ekonomi waktu itu. Istilah ini pertamakali
digunakan oleh Karl Brunner untuk menggambarkan berbagai studi di bidang ekonomi
moneter dan kebijaksanaan moneter. [5]
Friedman slalu menekankan bahwa perilaku dalam laju dalam laju pertumbuhan
jumlah uang beredar akselerasi dan deselerasi sangat mempengaruhi aktivitas-aktivitas
ekonomi ril. Ketidakstabilan dalam pertumbuhan moneter akan tercermin dalam berbagai
aktivitas ekonomi. Dari hasil studi historisnya, ia menyimpulkan bahwa secara umum laju
perumbuhan uang yang tinggi akan menyebabkan terjadinya booms dan inflasi. Sementara
itu, penurunan dalam laju pertumbuhan uang dapat menimbulkan resesi dan kadang-kadang
bahkan juga deflasi.
Friedman memperingatkan, walaupun laju pertumbuhan uang sangat menentukan
unjuk kerja GNP, dampaknya sendiri berlangsung setelah beberapa waktu (adanya lag).
Jangka waktu ini sulit diperkirakan secara pasti. Lamanya lag tersebut bisa enam bulan (short
lag) dan bisa juga sekitar dua tahun (long lag). Karena sukar diprediksi. Friedman sangat
menganjurkan untuk tidak terlalu sering bermain-main dengan kebijaksanaan moneter.
Perekonomian jangan terlalu sering distel (fine-tunning) seperti yang dianjurkan kubu
Keynesian. Hal itu disebabkan dampak kebijaksanaan moneter yang berubah-ubah justru bisa
membuat perekonomian tidak stabil.[6]
2.4. Tokoh-tokoh Aliran Monetaris
Sebetulnya aliran monetaris sudah berdiri sejak lama. Hanya saja pandangan-
pandangan kaum monetaris ini baru diperhatikan setelah tejadinya kasus membubungnya
inflasi yang dibarengi dengan semakin tingginya tingkat pengangguran pada tahun70-an.
Tokoh utama aliran monetaris, tidak diragukan lagi, adalah Milton Friedman (1912) profesor
ekonomi dari University of Chicago. Sesudah bekerja di komisi sumber daya alam di
Washington, ia bergabung dengan staf peneliti National Bureau of Economic Research tahun
1937 (dalam usia 25 tahun). Karena jasa-jasanya yang sangat besar dalam mengembangkan
ilmu ekonomi, ia mendapat hadiah Nobel tahun 1976.
Friedman dan monetaris sering dianggap sebagai synonyms. Akan tetapi, ini tidak
berarti ia sebagai satu-satunya. Tokoh-tokoh lain yang dianggap sealiran atau pendukung-
pendukung aliran monetaris antara lain: Karl Brunner (University of Rochester), Allan
Meltzer dan Bennet McCallum (dari Carnegie Mellon), Thomas Mayer (University of
California, Davis), Phillip Cagan (Columbia University), David Laidler dan Michael Parkin
(University of Western Ontario), dan William Poole (Brown University). Perlu juga dicatat,
pendukung aliran monetaris tidak terbatas pada ahli-ahli ekonomi dari kalangan akademis
saja. Lembaga seperti Federal Reserve Bank dari St. Louis dan komite-komite kongres juga
banyak menganut perspektif monetaris.[7]

2.5. Milton Friedman Mengembalikan Pemikiran Klasik Adam Smith


Revolusi Keynesian telah menguasai akademia sampai 1950-an dan 1960-an sehingga
para ekonom pasar bebas tak banyak didengar di kampus-kampus sampai Milton Friedman
berhasil mengubah iklim intelektual dari model Keynesian ke model klasik Adam Smith.
Selama tiga puluh tahun, seluruh generasi ekonomi tidak menyadari seberapa besar
bahsya yang ditimbulkan oleh Federal Reserve terhadap ekonomi dari 1929 sampai 1933.
Mereka mendapat kesan bahwa Federal Reserve telah melakukan segala sesuatu yang secara
manusiawi dimungkinkan untuk menjaga agar depresi tidak bertambah parah tetapi mereka
tidak berdaya untuk menghadapi kekuatan deflasi yang kuat. Menurut apologi resmi
dari Federal Reserve, sistem, lembaga ini telah berbuat sebaik-baiknya, tetapi tidak mampu
menghentikan penurunan.
Friedman secara radikal mengubah pandangan konvensional ini. Kontraksi besar,
demikian Friedman dan Schwartz menyebutnya, Sesungguhnya adalah saksi dari betapa
pentingnya kekuatan moneter. Ditempat lain Friedman menjelaskan awal 1930-an bukan
saksi atas tidak relevannya faktor moneter dalam mencegah depresi, tetapi merupakan saksi
merupakan saksi tragis bagi penting pentingnya fakto moneter dalam menghasilkan depresi.
Pemerintah bertindak tidak tepat dalam membalikkan resesi dan malah memperparah
depresi terburuk abad ini. Salah satu alasan dari pengabaian kebijakan moneter ini adalah
bahwa pemerintah tidak mempublikasikan jumlah persediaan uang. [8]
Friedman mengatakan, jika Federal Reserve Sytem pada 1929 sampai 1933
mempublikasikan statistik kuantitas uang, saya tidak percaya bahwa depresi besar akan terjdi
seperti itu. jadi, Friedman menyimpulkan, fakta bahwa depresi besar, seperti periode
pengangguran lainnya, lebih karna diakibatkan oleh mis manajemen pemerintah ketimbang
oleh ketidakstabilan dari ekonomi swasta. Libih jauh dia menulis, depresi bukan kegagalan
sistem usaha bebas, tetapi kegagalan tragis dari pemerintah. Sejak saat itu, berkat karya
Friedman dan Schwartz, buku-buku ajar ekonomi pelan-pelan mengganti kegagalan pasar
dengan kegagalan pemerintah dalam bagian tentang depresi besar.
Solusi Friedman, pendekatan yang lebih baik adalah mengadopsi standar uang (fiat
money), sebuah sistem yang didasarkan pada uang kertas yang tidak dapat ditukarkan lagi
yang mencakup 100 persen persyaratan cadangan pada permintaan deposit (checking
account) di Bank, dan kemudian mengadopsi aturan legislatif yang mensyaratkan persediaan
uang dinaikkan pada tingkat yang tetap yang kira-kira sama dengan tingkat pertumbuhan
nasional. Friedman menyarankan target moneter antara 3-5 persen. Aturan moneter ini akan
mudah untuk diimplementasikan sehingga bahkan sebuah komputer dapat
menggantikan Federal Reserve System.[9]

2.6. Perbedaan Monetaris dengan Keynesian


Banyak perbedaan pandangan antara kubu keynesian dan monetaris dalam melihat
gejala-gejala ekonomi. Dalam melihat perekonomian secara agregat,[10]atau jumlah total
dari barang-barang yang diminta dalam perekonomian,[11] kubu keynesian percaya bahwa
perekonomian cenderung berada dalam posisi keseimbangan tingkat output rendah ( low
level equilibrium). Ini terjadi karena pengeluaran agregat cenderung lebih kecil dari
penerimaan agregat. Selain itu, hal ini disebabkan pula kurang ampuhnya mekanisme pasar
dalam melakukan penyesuaian upah. Hal ini bisa terjadi karena adanya kekuatan serikat
buruh dan praktik-praktik oligopolistik dari pihak perusahaan-perusahaan.
Kaum monetaris tidak percaya pada teori keynesian yang mengatakan bahwa
perekonomian cenderung berada pada keseimbangan tingkat output rendah disebabkan
kurang ampuhnya mekanisme korektif untuk membawa pasar kembali pada posisi
keseimbangan pemanfaatan sumber daya penuh.[12] Para ahli ekonomi dari aliran monetaris
ini menyerang pandangan dari aliran keynesian, khususnya neo-keynesian terutama
menyangkut penentuan pendapatan(income determination) yang oleh mereka dinilai tidak
benar (incorrect). Kaum monetaris menghendaki agar analisis tentang penentuan pendapatan
memberi penekanan pada pentingnya peranan jumlah uang beredar ( money supply) didalam
perekonomian.[13]
Karena perbedaan cara pandang diatas, impikasi kebijaksanaan darikedua kubu
tersebut juga berbeda. Misalnya dalam usaha meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan
dalam mengatasi pengangguran, kubu keynesian lebih menyukai kebijaksanaan yang bersifat
ekspansif. Sebaliknya, kubu monetaris lebih menyukai kebijaksanaan moneter yang
kontraktif. Investasi pemerintah untuk meningkatkan output dengan menggunakan
kebijaksanaan fiskal tidak disenangi frietman. Misalnya, ada usaha untuk
meningkatkan outputdengan menurunkan pajak. Menurut keynesian, langkah ini akan
meningkatkan output. Dalam Bahasa kurva IS-LM yang dikembangkan keynesian, hal ini,
terjadi karena penurunan dalam pajak akan mendorong kurva IS bergerak kekanan. Akan
tetapi, menurut kaum monetaris hal seperti ini tidak akan terjadi. Hal itu karena dalam
perekonomian yang sudah memanfaatkan sumberdaya secara penuh, kurva LM berbentuk
tegak lurus. Dampak dari pergeseran kurva IS tidak akan memberi pengaruh pada output
(crowding-out effect). [14]
Dan menurut keynes, pentingnya peranan modal dalam pertumbuhan perekonomian
dimana penggunaan modal itu ditekankan kepada permintaan yang tinggi, dan permintaan
yang tinggi itu diharapkan dapat diikuti oleh penawaran yang tinggi pula. Ternyata tidak
berhasil menimbulkan, inflasi, depresi.
Asumsi keynes :
1. Perekonomian bisa full employment & tidak full employment

2. Perekonomian berada dalam tiga sektor ( konsumen, produsen, pemerintah)

3. Adanya campur tangan pemerintah

4. Perekonomian dianalisa dalam jangka pendek.[15]

Bagi kaum moneteris, jumlah uang beredar merupakan faktor penentu yang utama
(main determinant) dari tingkat kegiatan ekonomi dan harga-harga didalam suatu
perekonomian. Dalam jangka pendek (short run), jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat
output dan kesempatan kerja (level output and employment); sedangkan dalam jangka
panjang (long-run) jumlah uang beredar mempengaruhi tingkat harga atau inflasi( rate of
inflation). Bahkan dalam sebuah tulisanya dimajalah newsweek (1977), Milton Friedman
pernah menulis sebagai berikut:
There is one and only one basic cause of inflation, too haigh a rate of growth in quantity of
money..... there is one and only one basic cure for inflation, slowing monetary growth.
Sedangkan dalam salah satu tulisannya yang lain, Milton Friedman mengatakan
inflasi itu slalu ada dimana saja dan merupakan fenomena moneter pertumbuhan moneter
atau jumlah uang beredar yang berlebihan (excessive monetary growth) menurut kaum
moneteris bertanggung jawab atas timbulnya inflasi, dan pertumbuhan moneter yang tidak
stabil (unstable monetary growth) bertanggungjawab atas timbulnya gejolak atau fluktuasi
ekonomi. Oleh karena itu pertumbuhan moneter memiliki pengaruh, baik terhadap
variabilitas di dalam tingkat harga maupun pertumbuhan output, maka kebijakan moneter
yang diambil pemerintah sedapat mungkin haruslah dapat menjamin terciptanya suatu tingkat
pertumbuhan moneter yang konstan (constant monetary growth) dan tetap terkendali pada
tingkat yang rendah.[16]
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Aliran Monetaris muncul karena saat terjadi dua kali resesi yang sangat tajam pada tahun
1974 dan 1982, tingkat harga-harga tidak turun padahal, sesuai dengan teori yang dianut
Keynesian ketika itu, terjadinya resesi dan depresi seharusnya menyebabkan tersendat-
sendatnya perekonomian yang diiringi oleh turunnya harga-harga secara umum. Karena yang
terjadi dalam kenyataan sudah sering tidak sama dengan yang seharusnya terjadi menurut
resep Keynes, sejak saat itu ajaran-ajaran Keynes terpaksa ditinjau kembali dan bahkan
didiskreditkan.

2. Ada bebarapa pandangan Keynes yang tidak disukai pakar-pakar ekonomi. Pandangan itu
antara lain tentang perlunya campur tangan pemerintah dalam mengarahkan dan
membimbing perekonomian pada arah yang diinginkan. Sehingga memacu aliran Monetaris
mengkritik aliran Keynes.

3. Ketidakberhasilan ajaran-ajaran Keynes dalam memecahkan masalah-masalah yang


dihadapi melahirkan suatu aliran baru yang disebut aliran monetaris, yang mengutamakan
kebijaksanaan moneter dalam mengatasi kemelut ekonomi waktu itu. Istilah ini pertamakali
digunakan oleh Karl Brunner untuk menggambarkan berbagai studi di bidang ekonomi
moneter dan kebijaksanaan moneter.

4. Tokoh utama aliran monetaris, tidak diragukan lagi, adalah Milton Friedman (1912)
profesor ekonomi dari University of Chicago. Sesudah bekerja di komisi sumber daya alam di
Washington, ia bergabung dengan staf peneliti National Bureau of Economic Research tahun
1937 (dalam usia 25 tahun). Karena jasa-jasanya yang sangat besar dalam mengembangkan
ilmu ekonomi, ia mendapat hadiah Nobel tahun 1976.

5. Revolusi Keynesian telah menguasai akademia sampai 1950-an dan 1960-an sehingga para
ekonom pasar bebas tak banyak didengar di kampus-kampus sampai Milton Friedman
berhasil mengubah iklim intelektual dari model Keynesian ke model klasik Adam Smith.
6. Banyak perbedaan pandangan antara kubu keynesian dan monetaris dalam melihat gejala-
gejala ekonomi. Dalam melihat perekonomian secara agregat, atau jumlah total dari barang-
barang yang diminta dalam perekonomian, kubu keynesian percaya bahwa perekonomian
cenderung berada dalam posisi keseimbangan tingkat output rendah ( low level equilibrium).

DAFTAR PUSTAKA

Apridar. 2013. Teori Ekonomi Sejarah Dan Perkembangannya. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Deliarnov. 2014. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta : Rajawali Pers.
Lia Amalia. 2007. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Muana Nanga. 2005. Makro Ekonomi Teori, Masalah dan
Kebijakan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Rudiger Dornbusch. 1992. Makro-Ekonomi. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai