Anda di halaman 1dari 17

TEORI MONETER KLASIK DAN TEORI KEYNES

Dosen Pengampu
Diana Putri, SEI, MM

Disusun Oleh :
Asma Khodijah
42102025

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM SEBI
1445 H /2024 M
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan pertolongan-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Teori Moneter
Klasik dan Teori Keynes".
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Diana Putri, SEI, MM selaku dosen
pengampu Mata Kuliah "Uang dan Bank" yang telah memberikan amanah tugas makalah ini
kepada kami. Semoga dengan dibuatnya makalah ini, dapat bermanfaat dan dapat menambah
wawasan para pembacanya.
Makalah ini mungkin masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami dengan
senang hati menerima semua kritik dan saran atas makalah ini. Dari kritik dan saran tersebut.
kami berharap agar di masa mendatang kami dapat membuat makalah yang jauh lebih baik dari
ini.

Depok, 17 Februari 2024

Asma Khodijah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan dan Manfaat Makalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1
2.2
2.3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam setiap pembahasan mengenai permintaan uang perlu diperjelas mengenai definisi
uang. Hal ini mengingat adanya banyak definisi mengenai uang. Dalam hal ini, uang
didefinisikan sebagai alat tukar uang (medium of change), yaitu suatu barang atau kekayaan riil
(tangible asset) yang secara umum dapat diperima sebagai pembayaran. Uang juga
dipergunakan sebagai penyimpan nilai dan sebagai alat pengukur, atau secara ringkasnya biasa
dinyatakan dalam satuan uang. (Nopirin,2008).
Kebijakan moneter merupakan salah satu bentuk kebijakan stabilisasi yang
mempengaruhi dalam mencapai tujuan ekonomi di negara sedang berkembang. Menurut
Friedman (1968), tercapainya stabilisasi ekonomi didapat dengan menetapkan kebijakan
moneter serta mengendalikan besaran-besaran moneter yang bergerak secara tidak terkendali.
Dengan tidak terkendalinya besaran moneter tersebut dapat mengakibatkan ketidakstabilan
ekonomi. Selain itu, kebijakan moneter juga dapat membantu mengantisipasi ketidakstabilan
yang disebabkan oleh besaran-besaran nonmoneter.
Secara mendatar teori permintaan uang berasal dari Teori Klasik dan Teori Keynes. Dari
kedua teori tersebut terapat adanya perbedaan, yaitu menurut Teori Klasik motif utama
memegang uang adalah untuk tujuan transaksi yang tergantung pada pendapatan. Teori ini
menganggap bahwa permintaan uang kas dipengaruhi oleh tingkat bunga sedangkan pada Teori
Keynes mengembangkan bahwa tingkat bunga mempunyai pengaruh yang penting terhadap
kegiatan ekonomi yang dalam ini adalah permintaan uang untuk spekulasi.
Karena permintaan uang merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan
keseimbangan, maka sangat menarik untuk dianalisis faktor-faktor apa saja yang mempenaruhi
permintaan uang. Untuk mengetahuiatau menghitung jumlah uang yang diminta digunakan
anggapan keseimbangan, sehingga jumlah uang beredar dipakai sebagai penaksir jumlah uang
yang diminta (Nopirin, 1992: 1151-152).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Teori Moneter menurut Teori Klasik?
2. Bagaimana Teori Moneter menurut Keynes?
3. Apa perbedaan mendasar antara Teori Moneter Klasik dan Teori Keynes dalam konteks
pemahaman tentang fungsi ekonomi dan peran pemerintah?
4. Bagaimana penerapan Teori Moneter Klasik dan Teori Keynes memengaruhi kebijakan
moneter dan fiscal serta dampaknya terhadap stabilitas ekonomi suatu negara?
5. Bagaimana relevansi Teori Moneter Klasik dan Teori Keynes dalam menghadapi
tantangan ekonomi modern seperti inflasi, pengangguran, dan ketidakstabilan ekonomi
global?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk memahami Teori Moneter menurut Klasik
2. Untuk memahami Teori Moneter menurut pendapat Keynes
3. Untuk memahami perbedaan prinsipil antara Teori Moneter Klasik dan Teori Keynes
serta implikasinya terhadap kebijakan ekonomi.
4. Untuk menganalisis efektivitas penerapan Teori Moneter Klasik dan Teori Keynes dalam
mengatasi berbagai masalah ekonomi.
5. Untuk mengevaluasi relevansi dan aplikabilitas kedua teori tersebut dalam konteks
ekonomi global saat ini.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Moneter Klasik


A. Sejarah
Teori moneter adalah teori tentang ekonomi yang secara khusus membahas tentang pasar
uang. Secara umum, teori moneter membahas faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
permintaan dan penawaran uang. Di dalam teori moneter, permintaan dan penawaran uang
menentukan tingkat harga uang. Terdapat dua tingkatan harga uang di dalam teori moneter yaitu
tingkat suku bunga dan tingkat harga umum. Teori moneter yang berpaham klasik (teori
kuantitas uang) meyakini bahwa pasar uang menentukan harga umum. (Natsir, M. 2009)
Teori Moneter Klasik mencakup perkembangan pemikiran ekonomi dari abad ke-18
hingga awal abad ke-20. Pemikiran ini dipengaruhi oleh sejumlah ekonom klasik yang
memainkan peran penting dalam membentuk fondasi ekonomi modern.
a) Awal Abad ke-18: Mercantilisme dan Pra-Teori Moneter Klasik
 Pada awal abad ke-18, ekonomi Eropa didominasi oleh pandangan mercantilisme,
yang menekankan pentingnya akumulasi kekayaan nasional melalui perdagangan
internasional.
 Mercantilis percaya bahwa kesejahteraan suatu negara tergantung pada akumulasi
emas dan perak. Mereka mendorong ekspor lebih banyak daripada impor untuk
memperoleh saldo perdagangan yang positif.
 Pemikiran ini memberikan landasan awal bagi perkembangan Teori Moneter Klasik
dengan menyoroti pentingnya uang dalam aktivitas ekonomi.
b) Abad ke-18: Pembentukan Pemikiran Klasik
 Pada abad ke-18, pemikiran ekonomi klasik mulai berkembang, dipelopori oleh
tokoh seperti Adam Smith, David Hume, dan John Locke.
 Adam Smith, dalam karyanya "The Wealth of Nations" (1776), menekankan
pentingnya kebebasan ekonomi, divisi kerja, dan mekanisme pasar dalam mencapai
kesejahteraan ekonomi.
 David Hume dan John Locke juga memberikan kontribusi dalam pemikiran tentang
uang, perdagangan, dan peran pemerintah dalam ekonomi.
c) Abad ke-19: Puncak Pemikiran Klasik
 Pada abad ke-19, pemikiran klasik mencapai puncaknya dengan kontribusi dari
ekonom seperti David Ricardo, Thomas Malthus, dan John Stuart Mill.
 David Ricardo mengembangkan teori nilai dan perdagangan internasional yang
berpengaruh, yang menekankan kepentingan komparatif dalam perdagangan.
 Thomas Malthus membahas teori populasi dan dampaknya terhadap pertumbuhan
ekonomi.
 John Stuart Mill memperluas pemikiran ekonomi klasik dengan menekankan peran
pemerintah dalam mengatasi ketidakadilan sosial dan lingkungan. Puncak
Pemikiran Klasik
d) Abad ke-19 hingga Awal Abad ke-20: Perkembangan Pemikiran Moneter
Klasik
 Pada periode ini, pemikiran ekonomi klasik mulai mengalami pergeseran fokus ke
masalah-masalah moneter dan kebijakan moneter.
 Beberapa ekonom seperti David Ricardo dan John Stuart Mill membahas peran
uang dalam ekonomi, teori nilai uang, dan implikasinya terhadap kebijakan
moneter.
 Mereka menekankan pentingnya stabilitas nilai uang dan kebijakan moneter yang
kredibel.

Tiang utama dari teori moneter klasik adalah J. B Say, Irving Fisher dan A. Marshall.
J. B Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa penawaran akan selalu
menciptakan permintaan (supply creates own demand). Artinya, bahwa suatu perekonomian
tidak akan mengalami under employment atau apa yang oleh Malthus dinamakan under
consumption. Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat mencukupi untuk menunjang
produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full employment).
Namun demikian, potensi output yang dapat dihasilkan tergantung daripada tingkat
teknologi dan banyaknya faktor produksi tenaga kerja. Makin tinggi tingkat teknologi dan makin
tinggi jumlah dan kualitas tenaga kerja tingkat output potensial yang dapat dihasilkan juga makin
besar. Artinya, tingkat full employmentoutput dapat menjadi lebih besar. Keadaan yang selalu
pada full employmentini dapat tercapai melalui bekerjanya mekanisme pasar, yang oleh Adam
Smith disebut dengan "Invisible Hand".
Apabila seseorang yang ingin bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan, dia tentu akan
menurunkan upah yang dikehendakinya sampai ada pengusaha yang mau mempekerjakan.
Demikian juga apabila terdapat pengusaha yang tidak dapat menjual semua hasil produksinya,
maka dia akan menurunkan harganya sampai habis. Upah dan harga yang bebas berubah akan
menjamin selalu terdapatnya keseimbangan dalam pasar tenaga kerja dan pasar barang sebagai
hasil saling mempengaruhinya antara permintaan dan penawaran melalui prinsip laissez faire
(bebas, tanpa adanya campur tangan).
Malthus menyanggah argumentasi diatas dengan mengatakan bahwa meskipun produksi
barang dan jasa itu menimbulkan pendapatan dalam jumlah yang sama dengan nilai total barang
dan jasa, namun tidak dapat dipastikan bahwa pengeluaran untuk pembelian mesti sama dengan
nilai barang dan jasa tersebut.
Penawaran memang akan menciptakan tenaga beli, nmun belum menciptakan
pengeluaran dengan jumlah yang sama.Misalnya jika masyarakat menabung terlalu banyak dari
pendapatannya (lebih banyak dibandingkan dengan keinginan perusahaan untuk melakukan
investasi), maka ada sebagian produksi yang tidak terjual.
Akibatnya pengusaha akan memperkecil volume produksi, sehngga akan terjadi
pengangguran. Pengusaha akan terus mengurangi produksinya sampai sisa yang tidak terjual itu
habis semua, sehingga pendapatan akan menjadi lebih rendah daripada semula.
Sedang menurut ekonomi klasik, adanya tabungan masyarakat tersebut tidak berarti dana
hilang dari peredaran, tetapi dipinjam atau dipakai oleh pegusaha untuk membiayai investasinya.
Penabung mendapatkan bunga atas tabungannya, sedang pengusaha bersedia membayar bunga
tersebut selama harapan keuntungan yang diperoleh dari investasi lebih besar dari bunga
tersebut.
Adanya kesamaan antara tabungan dengan investasi (tabungan meningkat = investasi
meningkat), adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat bunga. Tingkat bunga akan
berfluktusi sehingga keinginan investasi perusahaan samadengan keinginan menabung
masyarakat.

B. Teori Klasik tentang Tingkat Bunga


Menurut teori klasik, tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat
bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada pada tingkat
bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan / mengurangi
pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.
Begitu juga investasi, makin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan
investasi makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya
apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia
bayar untuk dana investasi tersebutyang merupakan ongkos dari penggunaan dana (cost of
capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan
investaasi, sebab biaya penggunaannya juga lebih kecil.
Tingkat bunga dalam keadaan seimbang (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau
turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha
untuk melakukan investasi.

C. Teori Kuantitas Uang


Teori moneter banyak dihubungkan dengan teori kuantitas uang yang beranggapan bahwa
faktor yang banyak mempengaruhi nilai uang adalah jumlah uang yang beredar (quantity of
money atau supply of money).
Menurut paham klasik, uang tidak memiliki pengaruh terhadap sektor riil, tidak ada
pengaruhnya terhadap tingkat bunga, kesempatan kerja atau pendapatan nasional. Pendapatan
nasional ditentukan oleh jumlah dan kualitas tenaga kerja, jumlah yang dipakai serta tehnologi.
Tanpa perubahan dari faktor-faktor produksi maka pendapatan tidak akan berubah. Teori
ini sebenarnya adalah teori mengenai permintaan sekaligus penawaran akan uang beserta
interaksi antara keduanya. Fokus dari teori tersebut adalah pada hubungan antara penawaran
uang (jumlah uang yang bereda) dengan nilai uang(dengan tingkat harga). Hubungan antara
kedua varianel tersebut dijabarkan lewat konsepsi (teori) mengenai permintaan akan uang.
Perubahan akan jumlah uang yang beredar berinteraksi dengan permintaan akan uang dan
selanjutnya menentukan akan permintaan nilai uang.
Uang, pengaruhnya hanyalah terhadap harga harga barang. Bertambahnya uang beredar
akan mengakibatkan kenaikan harga saja. Jumlah output yang dihasilkan tidak berubah. Inilah
yang disebut dengan classical dichotomy, merupakan pemisahan sector moneter dengan sector
riil. Sektor moneter tidaka ada hubungannya dengan sector riil. ektor moneter tidaka ada
hubungannya dengan sector riil. Uang hanya merupakan suatu tudung “veil” saja dalam
perekonomian. Teori kuantitas uang, yang pada dasarnya menjadi tulang punggung adanya
kesimpulan diatas.
Menurut teori kuantitas uang, perubahan jumlah uang yang beredar akan mengakibatkan
perubahan harga secara proporsional. Artinya, kalau jumlah uang naik dua kali, maka harga akan
naik dua kali juga. Pandangan demikian didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut:

a) Dalam persamaan M.V = P.T dianggap tetap karena selalu berada dalam keadaan
full employment (atas dasar hukum Say)
M.V = P.T
Dimana :
M : jumlah uang
V : tingkat perputaran uang (velocity)
P : harga barang
T : volume barang yang menjadi obyek transaksi
Persamaan diatas merupakan identitas sebab selalu benar. Artinya jumlah unit
barang yang ditransaksikan (T) dikalikan dengan harga (nilai harga tersebut) harus/selalu
sama dengan jumlah uang (M) dikalikan dengan perputarannya (total pengeluaran
transaksi). Dengan kata lain, total pengeluaran (MV) = nilai barang yang dibeli (PT).
Dalam rumus MV =PT yang dimaksud M adalah common money saja, yaitu
jumlah uang logam ditambah dengan jumlah uang kertas negara ditambah dengan jumlah
uang kertas bank jadi uang giral belum dimasukkan dalam M tersebut. sehingga jumlah
uang yang beredar di masyarakat adalah common money ditambah demand deposit
money dengan kata lain uang giral ditambah uang kartal. Jenis rumus diatas masih terlalu
sempit karena belum diperhatikan uang giral dengan kecepatan berputarnya. Oleh karena
itu fisher memperluas rumusnya menjadi MV + M 1V1 = PT. M1 dimaksudkan uang
giral sedang V1 kecepatan berputarnya uang giral.

b) Velocity juga dianggap tetap. Velocity ini hanya akan berubah kalau terjadi perubahan
dalam kebiasaan masyarakat melakukan pembayaran. Seperti misalnya penggunaan alat-
alat pembayaran baru akan mempengaruhi banyaknya transaksi yang dilakukan.
Demikian juga, kebiasaan pembayaran dengan kredit, akan mendorong masyarakat lebih
banyak melakukan transaksi sehingga velocitynya akan naik. Bisanya perubahan dalam
kebiasaan melakukan pembayaran ini berjalan lambat (dalam waktu yang relatif lama),
sehingga dengan demikian velocity dapat pula dianggap tidak berubah. Dalam persamaan
Marshall, maka sebagai konsekuensinya (karena k= 1/V ) dapat pula dianggap tetap.
Implikasi dari kedua anggapan ini adalah: bahwa jumlah uang beredar hanyalah
mempengaruhi harga, dan pengaruhnya proporsional. Uang tidak dapat mempengaruhi output riil
(Y) Output riil hanya akan berubah kalau terdapat perubahan dalam jumlah dan kualita dari
faktor-faktor produksi. Dengan demikian uang tidak dapat mempengaruhi sector riil,
pengaruhnya terbatas pada sektor moneter saja. Pemisahan pengaruh uang terhadap sektor riil
dan moneter inilah yang sering disebut dengan classical dichotomy.
Hubungan proporsional antara jumlah uang dengan harga dapatlah dijelaskan sebagai berikut:
Apabila V dan Y masing-masing tetap pada nilai 4 dan 100, maka dengan jumlah uang beredar
(M) = 25, harga (P) akan sama dengan 1 : MV=PT
25 x 4 = 1 x 100
Artinya: Jika M naik dua kali, menjadi 50 maka P akan naik dua kali, 50 x 4 = 2 x 100. Secara
ringkas proses kenaikan harga ini dapat dijelaskan demikian. Pada permulaannya masyarakat
dalam keadaan keseimbangan portofolionya. Kemudian bank sentral menambah jumlah uang
beredar dua kali lipat. Akibatnya masyarakat mengalami ketidakseimbangan dalam portofolio-
nya, yakni kelebihan uang kas yang dipegang. Mereka akan membelanjakan (membeli barang
atau jasa) kelebihan uang kas tersebut. Karena output total tidak bisa bertambah (dalam keadaan
full employment, dengan hokum Say) maka harga akan terdorong naik. Masyarakat akan terus
membelanjakan kelebihan uang kasnya sampai total pengeluarannya naik dua kali lipat.
Karena output riil tetap kenaikan pengeluaran dua kali akan menyebabkan harga juga naik dua
kali. Hasil akhirnya: Jumlah uang yang dipegang masyarakat naik dua kali, GNP nominal (PY)
naik dua kali, harga naik dua kali, velocity dan output riil tetap seperti semula (sebelum adanya
penambahan jumlah uang).
Hubungan yang proporsional antara jumlah uang dengan harga seperti di atas dapat pula
dijelaskan dengan menggunakan persamaan Marshal. Misalnya k = 1/4 (berarti 1/4 bagian dari
GNP diujudkan dalam bentuk uang kas) Apabila GNP (PY) sama dengan Rp 400 milyar, maka
keinginan masyarakat memegang uang kas sama dengan Rp 100 milyar, yakni :
M = k PY = 1/4 x Rp 400 milyar = Rp 100 milyar
2.2 Teori Keynes
A. Sejarah
Teori Keynes merujuk pada konsepsi ekonomi global yang dikembangkan oleh ekonom
Inggris yaitu John Maynard Keynes pada awal abad ke-20, ia seorang ekonom Inggris yang
memimpin perdebatan ekonomi pada masanya, ia menciptakan teori ini sebagai tanggapan
terhadap kegagalan sistem ekonomi saat itu.
 Pada awal abad ke-20, perekonomian global menghadapi berbagai tantangan, termasuk
perang dunia, ketidakstabilan politik, dan ketidakseimbangan ekonomi.
 Pasca-Perang Dunia I, banyak negara mengalami ketidakstabilan ekonomi yang
signifikan, ditandai dengan tingginya pengangguran, deflasi, dan krisis keuangan.
 Puncak dari ketidakstabilan ekonomi ini adalah Depresi Besar pada tahun 1929, ketika
pasar saham Amerika Serikat mengalami kejatuhan dramatis, memicu krisis ekonomi
global yang merajalela.
 Depresi Besar ditandai oleh penurunan produksi, pengangguran massal, kegagalan
perbankan, dan deflasi di seluruh dunia.
Dalam sebuah karya bukunya yang monumental yaitu “The General Theory of
Employment, Interest, and Money” yang diterbitkan pada tahun 1936. Dalam karya ini,
Keynes membentuk landasan bagi pemahaman tentang kebijakan fiskal dan moneter serta
intervensi pemerintah dalam mengatasi ketidakstabilan ekonomi. Keynes menantang keyakinan
klasik tentang pasar yang efisien dan netralitas uang. Dia menegaskan bahwa pasar tidak selalu
dapat mencapai keseimbangan penuh dalam jangka pendek, terutama dalam situasi
ketidakpastian dan kegagalan pasar. Keynes memperkenalkan konsep "keseimbangan tidak
sempurna" di mana tingkat pengangguran bisa bertahan dalam jangka panjang jika permintaan
efektif di masyarakat rendah. Teori keuangan yang dikemukakan Keynes pada umumnya
menerangkan tiga hal utama, yaitu: tujuan-tujuan masyarakat untuk meminta (menggunakan
uang), factor-faktor yang menetukan tingkat bunga, dan efek perubahan penawaran uang
terhadap kegiatan ekonomi negara.

B. Teori Permintaan Uang Keynes


Keynes menerangkan mengapa seseorang memegang uang kas berdasarkan kegunaan
uang. Dalam teorinya tentang permintaan akan uang kas, Keynes membedakan antara motif
transaksi (dan berjaga-jaga) serta spekulasi. Seseorang memerlukan uang karena dia akan
melakukan dan untuk berjaga-jaga (kalau sakit, terkena musibah dan sebagainya yang pada
akhirnya merupakan kegiatan transaksi). Selain itu orang mau memegang uang karena motif
spekulasi, dalam hal ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh hasil dari uang yang dipegang
maksimum, dengan cara mengkombinasikan uang yang dipegang dengan bentuk kekayaan
lainnya.
Meskipun bisa dikatakan bahwa teori uang Keynes adalah teori yang bersumber dari teori
Cambridge, tetapi Keynes mengemukakan sesuatu yang berbeda dengan teori moneter tradisi
klasik. Pada hakekatnya perbedaan ini terletak pada penekanan pada fungsi uang yang lain, yaitu
sebagai store of value dan bukan hanya sebagai means of exchange. Teori ini kemudian dikenal
dengan nama teori Liquidity Preference.
1. Motif Transaksi (Transaction Motive)
Individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk melakukan
transaksi. Transaksi ini sering terjadi tidak bersamaan waktunya dengan
penerimaan uang. Pengeluaran ini sering tidak bisa diperkirakan terlebih dahulu,
sehingga sangat diperlukan adanya uang kas di tangan. Meskipun seandainya
pengeluaran dan penerimaan itu dapat diperkirakan dengan tepat, namun uang kas
di tangan tetap diperlukan. Sebab penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi
di terima, atau pengeluaran untuk transaksi yang sangat penting untuk dilakukan
sebelum waktu penerimaan datang, atau mungkin suatu transaksi yang
memberikan keuntungan besar sangat menarik untuk dilakukan sebelum
penerimaan datang dan sebagainya.
Keynes mengatakan bahwa permintaan uang kas untuk tujuan transaksi ini
tergantung dari pendapatan. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin besar
keinginan akan uang kas untuk transaksi. Masyarakat yang tingkat pendapatannya
tinggi, biasanya melakukan transaksi yang lebih banyak dibanding masyarakat
yang pendapatannya lebih rendah.
Orang memegang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksinya, dan
permintaan akan uang dari masyarakat untuk tujuan ini sangat dipengaruhi oleh
tingkat pendapatan nasional dan tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat pendapatan
semakin besar volume transaksi dan semakin besar pula kebutuhan uang untuk
tujuan transaksi.
Motif ini timbul karena uang digunakan untuk melakukan pembayaran
secara reguler terhadap transaksi yang dilakukan. Besarnya permintaan uang
untuk tujuan transaksi ini ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan, yaitu:
(MDt = f(Y), Artinya semakin besar tingkat pendapat yang dihasilkan maka
jumlah uang diminta untuk transaksi juga mengalami peningkatan demikian
sebaliknya (vise versa).

2. Motif Berjaga-jaga (Precautionary Motive)


Motif ini selain untuk membiayai transaksi maka uang diminta pula oleh
masyarakat untuk keperluan di masa yang akan datang (berjaga-jaga). Tujuan
berjaga-jaga ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor yang
mempengaruhi permintaan uang untuk transaksi, yaitu terutama dipengaruhi pula
oleh tingkat pendapatan orang tersebut, maka permintaan uang untuk berjaga-
jaga juga akan semakin besar atau mempunyai hubungan positif dan fungsinya
dapat dinyatakan sama, yaitu: MDp = f (Y).

3. Motif Spekulasi (Speculation Motive)


Sesuai dengan namanya, motif dari memegang uang ini adalah terutama
dan faktor harapan (expectations) dari pemilik kekayaan bisa mempengaruhi
permintaan akan uang dari pemilik kekayaan tersebut. Namun teori seperti itu
tidak pernah membakukan faktor-faktor tersebut ke dalam perumusan teori
moneter mereka. Perumusan permintaan uang untuk motif spekulasi dari Keynes
merupakan langkah "formalisasi" dari faktor-faktor tertentu dalam teori moneter.
Keynes tidak membicarakan faktor "uncertainly" dan "expectations"
secara umum, seperti teori Cambridge. Tetapi ia membatasi "uncertainly" dan
"expectations" mengenai satu variable yaitu tingkat bunga. Pada garis besarnya
teori Keynes membatasi pada keadaan dimana pemilik kekayaan bisa memilih
memegang kekayaannya dalam bentuk uang tunai atau obligasi (bond), Uang
tunai dianggap tidak memberikan penghasilan, sedangkan obligasi dianggap
memberikan berupa sejumlah uang tertentu setiap periode. Dalam teori Keynes
dibicarakan khusus obligasi yang memberikan suatu penghasilan berupa sejumlah
uang tertentu setiap selama waktu yang tak terbatas (perpetuity).

C. Konsep Utama Teori Keynes


1. Fokus pada Permintaan Efektif:
Salah satu poin utama dalam Teori Moneter Keynes adalah penekanan pada konsep
"permintaan efektif". Keynes menunjukkan bahwa kegagalan pasar dalam mencapai penukaran
sumber daya yang optimal dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi, terutama dalam hal
pengangguran.
Menurut Keynes, ada potensi untuk terjadinya ketidakseimbangan antara pendapatan dan
belanja di masyarakat, yang dapat mengarah pada ketidakstabilan ekonomi dan pengangguran.
2. Peran Penting Konsumsi dan Investasi:
Keynes menyoroti peran penting konsumsi dan investasi dalam menentukan tingkat
output dan pendapatan dalam perekonomian.
Dia berpendapat bahwa tingkat investasi cenderung tidak stabil dan dapat dipengaruhi
oleh ekspektasi bisnis dan faktor-faktor lainnya.
3. Intervensi Pemerintah:
Salah satu aspek kunci dari Teori Keynes adalah perlunya intervensi pemerintah dalam
mengatasi ketidakstabilan ekonomi. Keynes mendukung penggunaan kebijakan fiskal dan
moneter untuk mempengaruhi tingkat pengeluaran agregat dalam perekonomian.
Dalam situasi di mana permintaan agregat rendah, Keynes menyarankan bahwa
pemerintah harus meningkatkan pengeluaran publik melalui proyek-proyek infrastruktur dan
program-program lainnya untuk memicu pertumbuhan ekonomi.
4. Peran Uang dan Suku Bunga:
Meskipun Keynes mengakui peran uang dalam perekonomian, Teori Keynes cenderung
menekankan pengaruh pengeluaran agregat dan kebijakan fiskal dalam menentukan tingkat
aktivitas ekonomi.
Sementara itu, kebijakan moneter, seperti pengendalian suku bunga oleh bank sentral,
dianggap memiliki pengaruh yang lebih terbatas dalam mengendalikan aktivitas ekonomi.
5. Fokus pada Jangka Pendek:
Teori Keynes lebih berfokus pada jangka pendek dan menyoroti ketidakseimbangan
sementara dalam perekonomian yang dapat memunculkan krisis atau depresi.
Menurut Keynes, dalam jangka pendek, pasar tidak selalu dapat mencapai keseimbangan
penuh, dan intervensi pemerintah diperlukan untuk mempercepat proses menuju keseimbangan
penuh.

2.3 Perbedaan mendasar antara Teori Moneter Klasik dan Teori Keynes
NO Teori Moneter Klasik Teori Keynes
.
1 Menganggap nilai uang adalah stabil Menganggap nilai uang adalah tidak stabil
2 Menolak anggapan bahwa fenomena- Fenomena-fenomena moneter merupakan
fenomena moneter sebagai variabel yang variable-variabelyang dapat mempengaruhi
sanggup mempengaruhi perekonomian perekonomian secara keseluruhan.
secara keseluruhan
3 Adanya tambahan jumlah uang beredar Tambahan jumlah uang beredar akan
tak akan mempengaruhi sektor riil mempengaruhi sektor riil.
(Classical Dichotomy).
4 Permintaan dan penawaran uang Permintaan dan penawaran uang akan
menentukan tingkat harga umum. menentukan tingkat bunga.
5 V dan T dianggap tetap dan hanya V dan T dapat berubah-ubah sesuai dengan
dipengaruhi faktor-faktor non moneter. keadaan perekonomian yang terjadi.
6 Adanya hubungan langsung antara Hubungan secara tidak langsung antara
kelebihan uang tunai dimasyarakat dan kelebihan uang tunai dimasyarakat dengan
kecenderungan perubahan harga. kecenderungan perubahan harga yaitu
melalui tingkat bunga.
7 Belum secara jelas memasukkan motif Telah memasukkan unsur spekulasi,
spekulasi untuk permintaan akan uang, disamping unsur transaksi dan berjaga-
yang ada baru unsur transaksi dan berjaga- jaga.
jaga.
8 Harapan perubahan harga dimasa Harapan perubahan harga dimasa
mendatang bukan merupakan factor mendatang merupakan factor-faktor
penting dalam menentukan besarnya penting yang menentukan besarnya
permintaan uang. permintaan akan uang.
9 Berlaku untuk perekonomian yang sector Berlaku untuk perekonomian yang sector
perekonomiannya belum rumit. keuangannya sudah maju. Pasar modalnya
terorganisasi dengan baik.
10 Cocok untuk situasi yang terjadi inflasi Cocok untuk perekonomian yang tidak
dalam waktu yang lama (inflatoir) inflantoir.
11 Bentuk Fungsi Permintaan uang adalah: Bentuk situasi permintaan uang adalah:
ÚMd = k.PT L = (Y,i)

ÚMd = k.Y L = LT + LL

ÚPermintaan akan uang adalah Proporsion L = LT (Y) + LL (i)


dengan tingkat pendapatan nasional. Atau
dengan kata lain permintaan akan uang Atau
tergantung dari tinggi rendahnya
pendapatan nasional. Md = K.Y + LL (i)

ÚMd = Permintaan akan uang Artinya:

ÚY = Tingkat pendapatan nasional Permintaan akan uang tergantung dari


tingkat pendapatan nasional dan tingkat
Úk = Bagian dari pendapatan nasional bunga.
yang ingin dipegang masyarakat dalam
bentuk uang. •L = Md = Permintaan akan uang

•LT = Permintaan akan uang untuk motif


transaksi dan berjaga-jaga.

•LL = Permintaan akan uang untuk motif


spekulasi.
12 Fungsi Permintaan uang mempunyai sifat Fungsi permintaan uang adalah fungsi
yang stabil karena VT dianggap berubah yang tidak stabil, karena adanya faktor
secara lambat, sejalan dengan factor uncertainty dan expectation.
kelembagaan.
13 Lebih menekankan fungsi uang sebagai Fungsi uang selain sebagai medium of
Medium of Exchange. exchange, juga sebagai store of value.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Semoga dengan adanya penulisan makalah mengenai Teori Moneter Klasik dan Teori
Keynes ini, dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah tersebut masih terdapat banyak kesalahan
dan tentunya jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik, maka dari itu saya mohon saran yang dapat
meningkatkan dan membangun dalam penyempurnaan makalah ini Atas saran dan
masukannya saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai