Anda di halaman 1dari 32

KAJIAN SISTEM PERMINTAAN UANG

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi moneter dan fiskal Islam
Dosen Pengampu: Dr. H. Kasmiri, MM

Disusun oleh :

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarganya.
Penulisan makalah tentang Keseimbangan Pasar Uang untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ekonomi fiskal dan moneter dengan Dosen Pengampu Bpk. Dr. H. Kasmiri,
MM Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang
terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk masa mendatang.

Cianjur, 30 Maret 2023

Penulis,

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap pembahasan mengenai permintaan uang perlu diperjelas mengenai
definisi uang. Hal ini mengingat adanya banyak definisi mengenai uang. Dalam hal ini,
uang didefinisikan sebagai alat tukar (medium of exchange), yaitu suatu barang atau
kekayaan riil yang secara umum dapat diperima sebagai pembayaran. Uang juga
dipergunakan sebagai penyimpan nilai dan sebagai alat pengukur, atau secara ringkasnya
biasa dinyatakan dalam satuan uang.

Jumlah uang yang diminta dalam suatu perekonomian, termasuk berbagai jenis
kekayaan moneter lain, sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembagaan, peraturan
pemerintah dan perkembangan teknologi. Teori permintaan uang sebenarnya dapat
dijelaskan dengan menggunakan teori tentang alokasi sumber-sumber ekonomi yang
sifatnya terbatas, manusia haruslah memilih alokasi yang memberikan kepuasan sebesar-
besarnya. Salah satu bentuk kekayaan seseorang adalah uang. Semakin banyak uang
yang dipegang maka semakin kaya. Selain uang, kekayaan juga dapat diwujudkan dalam
bentuk surat berharga, deposito atau barang. Namun kebanyakan orang lebih banyak
memilih kekayaan dalam bentuk uang daripada dirupakan menjadi surat berharga atau
deposito berjangka.
Melalui makalah ini, pemakalah ingin menjawab pertanyaan mengenai penyebab
seseorang memilih kekayaannya dalam bentuk kas.
Sistem ekonomi Islam memang sudah ada sejak zaman Rasulullah. Namun,
sebagaimana yang kita ketahui, pada zaman itu sistem ekonomi masih sangat simpel,
tidak serumit sekarang. Oleh karenanya, untuk menghadapi permasalahan ekonomi pada
zaman sekarang ini kita tidak bisa hanya melihat kepada sejarah kebijakan ekonomi
pada masa Rasulullah saja, melainkan kita harus merumuskan sistem ekonomi islam
yang sesuai dengan kemajuan zaman modern.

Moneter merupakan salah satu dari permasalahan dalam sistem ekonomi yang
cukup serius. Para ulama terdahulu tidak merumuskan sistem moneter islam secara
lengkap. Hal ini dikarenakan perekonomian pada masa itu tidak mengalami

4
permasalahan moneter yang berarti. Berbeda dengan masa sekarang, di mana uang tidak
lagi dalam bentuk logam melainkan sudah dalam bentuk kertas dan ditambah lagi nilai
intrinsik uang yang jauh lebih kecil dari pada nilai nominalnya, tentu hal tersebut dapat
memicu kekacauan dalam sistem moneter yang ada, seperti inflasi. Atas dasar itu pada
abad ke-20 mulai bermunculan pemikiran-pemikiran dari ekonom muslim kontemporer.1
mereka terklasifikasi dalam tiga mazhab, diantaranya adalah mazhab
iqtiṣādunā (Baqir al-Sadr), mainstream, dan mazhab alternatif.2

Ketiga mazhab tersebut memiliki pandangan dasar tentang sistem ekonomi yang
berbeda. Sehingga, pemikiran mereka di bidang moneter tentu berbeda, baik mengenai
konsep permintaan uang ataupun tentang konsep uang beredar. Dalam makalah ini
penulis akan membahas tentang perbedaan sudut pandang ekonomi ketiga mazhab, teori
permintaan uang menurut ketiga mazhab dan konsep uang beredar menurut ketiga
mazhab.

B. Perbedaan Sudut Pandang Mazhab-mazhab Ekonomi Islam


Ketika sistem ekonomi konvensional telah menampakkan kebobrokannya,
barulah muncul pemikiran-pemikiran ekonom muslim. Para ekonom muslim berusaha
menggali konsep-konsep ekonomi yang adil dan menyejahterakan di dalam Al- Quran
dan Sunnah serta menghubungkannya dengan realita yang ada. Dan hasilnya, mereka
berbeda pendapat dalam memandang masalah perekonomian. Perbedaan pendapat inilah
yang menjadikan mereka terklasifikasi menjadi tiga mazhab, yaitu mazhab

iqitiṣādunā, mazhab mainstream, dan mazhab alternatif.

B.     Rumusan Masalah


1)      Bagaimana pengertian tentang teori permintaan uang menurut pendapat Klasik?
2)      Bagaimana pengertian tentang teori permintaan uang menurut pendapat Keynes?
3) Bagaimana pengertian tentang teori permintaan uang menurut pendapat Cambridge?
4) Bagaimana pengertian tentang teori permintaan uang menurut pendapat Friedman?

1 Abdul Azim Islahi, Contributions of Muslim Scholars to The History of Economic Thought
(Jeddah: King Abdul Aziz University Press, 2005), 4.
2 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 30.

5
5) Bagaimana pengertian tentang teori permintaan uang menurut pendapat Mazhab
Iqtishaduna?
6) Bagaimana pengertian tentang teori permintaan uang menurut pendapat Mazhab
Mainstreem?
7) Bagaimana pengertian tentang teori permintaan uang menurut pendapat Mazhab
Alternatif?

C.     Tujuan
1)      Memahami pengertian dari teori permintaan uang menurut pendapat Klasik.
2)      Memahami pengertian dari teori permintaan uang menurut pendapat Keynesian.
3)      Memahami pengertian dari teori permintaan uang menurut pendapat Camridge
4)      Memahami pengertian dari teori permintaan uang menurut pendapat Friedman
5)      Memahami pengertian dari teori permintaan uang menurut pendapat Mazhab
Iqtishaduna
6)      Memahami pengertian dari teori permintaan uang menurut pendapat Mazhab
Mainstreem
7)      Memahami pengertian dari teori permintaan uang menurut pendapat Mazhab Alternatif

6
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI PERMINTAAN UANG

Nilai uang dapat diukur atas dasar harga barang di dalam Negara tersebut maupun
dengan mata uang dari Negara lain, sehingga nilai uang dapat dibedakan menjadi:

1. Internal Value of Money


Yaitu jumlah barang dan jasa yang dapat dibeli dengan sejumlah uang tertentu,
dimana ini menunjukkan tenaga beli uang terhadap sejumlah barang tertentu
(purchasing power).
2. External Value Money
Yaitu nilai asing suatu mata uang diukur dengan mata uang Negara lain atau
sering disebut sebagai kurs devisa (exchange rate). Missal US$1 = Rp. 1.670,00

Internal Value of Money


Purchasing power atau daya beli uangditentukan oleh harga barang-barang dan
jasa. Artinya bahwa dengan sejumlah uang tertentu akan didapat sejumlah barang
lebih banyak jika harga barang barang tersebut turun, dan sebaliknya jika harga
barang barang tersebut naik maka dengan uang tersebut, jumlah barang yang
dapat dibeli turun.
Dengan perkataan lain :
- Semakin rendah harga barang-barang semakin tinggi purchasing power uang
dan,
- Semakin tinggi harga barang-barang semakin rendah purchasing power uang,
atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
N=1
P
Dimana :
N : Purchasing power (nilai uang)
P : Harga barang-barang

7
Teori yang Menjelaskan Nilai Uang Di Atas Disebut Teori Kuantitas (quantity
theory of money).
Teori kuantitas uang terdiri atas :
o Teori kuantitas sederhana
o Transaction equation dan cash balance
o Teori kuantitas modern.

1. Teori Kualitas Sederhana


“harga barang berbanding lurus (proporsional) dengan jumlah uang”. Salah satu
factor yang menentukan harga barang tersebut adalah jumlah uang yang beredar,
dimana perbandingannya adalah proporsional.
P=f(M)
Dimana:
P= harga barang-barang
M= jumlah uang yang beredar (JUB)
Maka apabila JUB naik 2x maka harga-harga akan naik 2 x pula.
Anggapan yang dipakai dalam teori ini adalah bahwa:
a. Uang hanya untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga
b. Velocity uang adalah tetap
c. Barang-barang dan jasa tetap, karena asumsi FE (full employment)

2. Transaction Equation
Fisher mengatakan bahwa setiap pembayaran oleh rumah tangga, pengusaha
ataupun pemerintah pada pihak lain dikatakan sebagai perkalian antara harga dan
kuantitasnya:
n
P=∑ Pi .ti=P 1t 1+ P 2 t 2+…+ Pntn
1=1

Sedangkan total transaksi =MV


Dimana:
M=jumlah uang yang diminta
V=rata-rata perputaran setiap unit uang yang digunakan dalam setiap transaksi
jual beli (velocity of money).

8
Menurut fisher, antara kedua hal tersebut diatas harus selalu sama:
MV = PT
Persamaan ini berarti bahwa pembayaran oleh pembeli adalah identic dengan
penerimaan oleh penjual.
Motif pemegang uang kas untuk tujuan transaksi ini merupakan bagian “integral”
dari teori monoter klasik dan disebut sebagai “the transactions demand for
money”
Permintaan uang untuk tujuan transaksi ini meningkat karena:
1. Perbedaan waktu (time lag) antara penerimaan dan pengeluaran yang semakin
besar.
2. Ketidaksempurnaan di dalam pasar kredit (credit markets).
“ aggregate demand for money” untuk tujuan transaksi ini berubah secara
proporsional dengan tingkat pendapatan nasional:
Mt = kY
Dimana:
K=besar kecilnya keinginan masyarakat untuk memegang bagian dari
pendapatannya dalam bentuk uang kas.

Mt

0 Y

9
Persamaan ini menunjukkan bahwa besar kecilnya pendapatan nasional menentukan
besar kecilnya permintaan uang untuk tujuan transaksi. Semakin tinggi pendapatan
nasional semakin besar pula permintaan uang untuk tujuan transaksi dan sebaliknya.

Kelemahan-kelemahan teori kuantitas

1. Bahwa dalam kenyataan “perubahan jumlah uang (M) tidak secara langsung
menaikkan “money spending” = penggunaan uangnya.
Misalnya:
Bank sentral menambah JUB melalui pembelian surat-surat berhagra, dimana
dalam pembelian ini akan menaikkan likuiditas Bank-bank umum tetapi naiknya
likuiditas ini belum tentu menaikkan “money spending”, mungkin yang naik
hanya “indlebalances” saja.
2. “velocity circulation of money: V”, tidak bersifat stabil pada masyarakat modern.
Karena dalam masyarakat modern uang sebagai alat pembayaran, penimbunan
kekayaan, sehingga jika ada kelebihan uang akan digunakan untuk berbagai
alternative:
a. Menambah kas
b. Menambah bank deposit
c. Menambah pembelian surat-surat berhagra
d. Menambah pembelian barang-barang dan jasa

Secara umum teori kuantitas dapat disimpulkan:

1. Bahwa adanaya tambahan JUB akan dibelanjakan semuanya tanpa dipikikan


kemungkinannya untuk ditabung.
2. Bahwa “V = velocity of money” dan “T” dianggap tetap dan hanya dipengaruhi oleh
faktor-faktor non-monoter.
3. Bahwa adanya tambahan JUB tidak akan mempengaruhi sector riil (classical
dichotomy).
4. Bahwa tingakat harga umum akan selalu berubah mengikuti JUB.

10
3. The Modern Quantity Theory Of Money
Dimana dalam buku milton friedman bahwa permintaan uang itu sejalan (identik)
dengan permintaan untuk barang-barang tahan lama.
Di dalam analisis friedman menggunakan uang sebagai :
M2 = Kartal + DD + TD
Dimana:
DD= Demand deposit
TD= Time deposit
Pemilihan M2 ini dikarenakan bahwa time deposit mempunyai substitusi yang erat
dengan uang.

B. TEORI PERMINTAAN UANG KEYNES


Dalam teori keynes membagi permintaan uang atas 3 kategori diantaranya:
1. Permintaan untuk tujuan transaksi
2. Permintaan untuk tujuan Berjaga-jaga
3. Permintaan untuk tujuan spekulasi

Keynes menganggap bahwa permintaan uang kas untuk memenuhi permintaan motif
pertama dan kedua (transaksi dan berjaga-jaga) yang berubah karena perubahan di
dalam pengeluarannya, tetapi permintaan untuk kedua motif ini adalah “interest
inelastic” atau tidak dipengaruhi oleh berubahnya tingkat bunga.

a.       Motif permintaan uang untuk tujuan transaksi dan berjaga-jaga


Individu atau perusahaan memerlukan uang kas untuk melakukan transaksi.
Transaksi ini sering terjadi tidak bersamaan waktunya dengan penerimaan uang.
Pengeluaran ini sering kali tidak bisa diperkirakan terlebih dahulu, sehingga sangat
diperlukan adanya uang kas di tangan. Meskipun seandainya pengeluaran dan
penerimaan itu dapat diperkirakan dengan tepat, namun uang kas di tangan tetap
diperlukan. Sebab penerimaan yang diharapkan mungkin tidak jadi di terima, atau
pengeluaran untuk transaksi yang sangat penting untuk dilakukan sebelum waktu
penerimaan datang, atau mungkin suatu transaksi yang memberikan keuntungan
besar sangat menarik untuk dilakukan sebelum penerimaan datang dan sebagainya.

11
b.      Motif permintaan uang untuk tujuan spekulasi
Sesuai dengan namanya, motif dari memegang uang ini adalah terutama untuk tujuan
memperoleh keuntungan yang bisa diperoleh dari seandainya si pemegang uang
tersebut meramal apa yang akan terjadi dengan benar. Pada teori Cambridge faktor
ketidaktentuan masa depan (uncertainly) dan faktor harapan (expectations) dari
pemilik kekayaan bisa mempengaruhi permintaan akan uang dari pemilik kekayaan
tersebut. Namun teori seperti itu tidak pernah membakukan faktor-faktor tersebut ke
dalam perumusan teori moneter mereka. Perumusan permintaan uang untuk motif
spekulasi dari Keynes merupakan langkah “formalisasi” dari faktor-faktor tertentu
dalam teori moneter.

C. TEORI PERMINTAAN UANG KLASIK

Teori permintaan uang Klasik bermula dari teori tentang jumlah uang yang beredar
dalam masyarakat (teori kuantitas uang). Teori ini tidak dimaksudkan untuk
menjelaskan tentang alasan seseorang menyimpan uang dalam bentuk kas, namun
lebih pada peranan uang dalam perekonomian. Teori ini sebenarnya adalah teori
mengenai permintaan dan penawaran akan uang, beserta interaksi antara keduanya.
Fokus dari teori ini adalah pada hubungan antara penawaran uang atau jumlah uang
beredar dengan nilai uang atau tingkat harga. Hubungan dua variable dijabarkan
lewat konsepsi teori mengenai permintaan akan uang. Perubahan akan jumlah uang
beredar atau penawaran uang berinteraksi dengan permintaan akan uang dan
selanjutnya menentukan nilai uang

 Nilai uang
Uang merupakan salah satu bentuk kekayaan (asset) yang memiliki nilai (value)
karena kemampuannya yang likuid untuk ditukarkan dengan jenis barang lainnya.
1. Teori barang:
a. Teori logam (katalaktis): uang yang terbuat dari logam mulai emas dan perak.
b. Teori nilai batasuang menjadi untuk berinteraksi yang bernilai karena
berdasarkan atas keperluan akan uang sebagai alat bertransaksi dan pandangan
masyarakat terhadap uang.

12
2. Teori Nominalis (akatalaksi)
a. Teori nominalisme formal mencakup tiga teori, yaitu:
- Teori perjanjian yaitu penilaian terhadap uang yang berdasarkan perjanjian
(convention) yang menyangkut jenis barang yang berfungsi sebagai uang maupun
berapa nilainya
- Teori kebiasaan yaitu penialain terhadap suatu barang yang berfungsi sebagai
uang didasarkan atas kebiasaan yang berkembangdi masyarakat dan bersifat
meningkat bagi setiap individu dalam masyarakat.
- Teori kenegaraan yaitu dimana otoritas monoter menetapkan suatu barang
sebagai uang dengan nilai tertentu dan berlaku sebagai alat transaksi yang sah
menurut undang-undang.
b. Teori nominalisme petunjuk mencakup dua pendekatan, yaitu:
- Teori petunjuk yaitu nilai uang menjadi indicator aktivitas ekonomi di
masyarakat.
- Teori realism yaitu penilaian atas uang didasarkan pada aspek fungsional uang
sebagai alat intermediasi dalam pertukaran sehingga kegiatan ekonomi dapat
berjalan dan kesejahteraan masyarakat dapat terus meningkat.
- Teori modern yaitu penilaian atas uang didasarkan pada analisis makro ekonomi
yang menunjukkan kaitan antara kebijakan monoter terhadap kinerja
perekonomian secara makro.

Implikasi ekonomi teori monoter klasik


Teori monoter klasik menjelaskan mengenai aspek permintaan dan penawaran uang.
Dalam teori monoter klasik menyangkut kaitan antara penawaran uang dengan nilai
uang yaitu harga yang dijabarkan secara lebih mendalam dalam teori tentang
permintaan uang. Bahwa permintaan uang ditentukan oleh besarnya volume transaksi
ekonomi yang bersifat proporsional terhadap pendapatan nasional. Jadi dalam
pandangan kaum klasik bahwa permintaan uang ditentukan oleh pendapatan nasional
saja bukan oleh factor ekonomi lainnya seperti tingkat bunga.

13
Karakteristik teori ekonomi klasik
Karakteristik teori ekonomi klasik pada pasar barang dapat diidentifikasi menyangkut
beberapa ide yaitu:
1. Landasan teoritiknya berdasarkan hokum say yaitu supply creates its own demand
(penawaran akan sekaligus menciptakan permintaan).
2. Perekonomian selalu berada pada kondisi full employment.
3. Harga umum bersifat fleksibel.
4. Setiap aktivitas produksi sekaligus berdampak pada peningkatan output dan
peningkatan penghasilan pemilik factor-faktor produksi dengan nilai yang sama
5. Semua penghasilan dibelanjakan pada pasar batang
6. Tidak perlu ada campur tangan pemerintah.
7. Informasi pasar sempurna dan alokasi sumber-sumber ekonomi berjalan secara
efisien dan produktif (market clear)

Sedangkan Karakteristik teori ekonomi klasik pada pasar uang dapar didenifikaskan
dengan beberapa ide yaitu:
1. Motif permintaan uang hanya untuk kepetingan transaksi
2. Penawaran uang (supply of money) ditentukan oleh pemerintah (otoritas monoter).
3. Pasar selalu dalam keadaan keseimbangan dimana pemerintah uang sama dengan
penawaran uang yaitu sejumlah tertentu dari besarnya output nasional atau
pendapatan nasional (Md=MS=kY)

Sedangkan Karakteristik pada tenaga kerja menyangkut beberapa ide sebagai berikut:
1. Tingkat upah bersifat fleksibel, karena srtuktur pasar persaingan sempurna dan
informasi pasar tenaga kerja sempurna
2. Kondisi perekonomian selalu mencapai full employment.
3. Tidak ada campur tangan pemerintah dalam mengatasi masalah pengangguran.

14
D. TEORI ERMINTAAN UANG CAMRIDGE

Kecepatan perputaran uang diasumsikan stabil, quantity theory dapat diformulasikan


sebagai teori permintaan uang, yaitu :

Disebut juga sebagai cash balance approach yang dikembangkan oleh ekonom-ekonom


yang berasal dari Cambridge, yakni Alfred Marshal (1923) dan Arthur C. Pigou (1917).
Seringkali digunakan kecepatan perputaran uang dalam bentuk kebalikan yang disebut
dengan_Cambridge k.

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa jumlah permintaan uang proposional terhadap PDB


riil dan tingkat harga.

15
Teori klasik menyatakan permintaan uang adalah fungsi dari pendapatan tanpa dipengaruhi
tingkat suku bunga. Masyarakat memegang uang hanya untuk keperluan transaksi. Dapat
disimpulkan bahwa permintaan uang ditentukan oleh:

1. Jumlah transaksi yang dipengaruhi oleh pendapatan nominal, yaitu PY.


2. Krakteristik institusi dan perkembangan teknologi yang memengaruhi kecepatan
perputaran uang.

Fungsi Uang
Permintaan total, tidak
terbagi – bagi seperti Teori
Keynes (terbagi atas dasar
motif uang)
Fungsi Uang
Permintaan total, tidak
terbagi – bagi seperti Teori
Keynes (terbagi atas dasar
motif uang)
Fungsi Uang

16
Permintaan total, tidak
terbagi – bagi seperti Teori
Keynes (terbagi atas dasar
motif uang)
E. TEORI PERMINTAAN UANG MILTON FRIEDMAN (TEORI KUANTITAS
MODERN).
a. Asumsi

Pemilik kekayaan memegang dalam lima bentuk kekayaan, yaitu uang


tunai,obligasi, saham, barang fisik bukan manusia dan kekayaan manusia.“marginal rate
of substitution dari suatu aktiva terhadap aktiva-aktiva lainmenurun dengan
makin besarnya jumlah aktiva tersebut yang dipegang.”Artinya, jika memegang satu
bentuk aktiva terlalu banyak maka marginal returnsdari aktiva tersebut akan sedikit
dibandingkan jika memegang banyak bentukaktiva, akan medapatkan total returns.
Dapat hasil total yang maksimum jika hasiltambahan dari setiap aktiva sama.

Fungsi Uang
Permintaan total, tidak
terbagi – bagi seperti Teori
Keynes (terbagi atas dasar
motif uang).
b. Fungsi Uang

Permintaan total, tidak terbagi – bagi seperti Teori Keynes (terbagi atas dasar motif
uang).

17
Konsep teori/rumusan
formula teori
M = K.Y = (1/V).Y
Ket:
M : Jumlah Uang Beredar
K : Besar atau kecilnya
keinginan masyarakat untuk
memegang bagian
dari pendapatan/kekayaan
dalam bentuk kas
Y : pendapatan nasional
V : perputaran uang
(velocity)
c. Konsep teori/rumusan formula teori

M = K.Y = (1/V).Y

Ket:

M : Jumlah Uang Beredar

K : Besar atau kecilnya keinginan masyarakat untuk memegang bagian

18
dari pendapatan/kekayaan dalam bentuk kas

Y : pendapatan nasional

V : perputaran uang (velocity)

Ket :

R : Returns

t : waktu

dP/dt : perubahan harga – harga umum (P) dari waktu ke waktu

W = Y/r

Ket :

W : Kekayaan

Y : Aliran Pendapatan

r : Tingkat bunga

d. Kebijakan yang efektif

Dalam Teori Permintaan Uang Milton Friedman menggunakan kebijakan moneter

karena memperhatikan unsur waktu atau lag.

e. Implikasi kebijakan

Teori permintaan uang Milton ini diimplementasikan pada kebijakan moneter. Hal

tersebut disebabkan adanya relevansi antara variabel pendapatan (uang tunai,

obligasi, saham, barang fisik bukan manusia, kekayaan manusia, selera) dengan

kebijakan moneter. Pada teori ini mengharapkan penghasilan atau return dari

kekayaan (tidak hanya uang) yang dipegang.

f. Persamaan dan perbedaan teori Milton Friedman dengan teori permintaan uang
klasik dan Keynes.

19
Sumbangan Milton Friedman dalam pengembangan Teori Permintaan Uang

Sumbangan penting dari Friedman yaitu dalam teori kuantitatif yang menyatakan

jumlah uang beredar dalam perekonomian (M) dikalikan dengan perputaran uang (V)

harus sama besarnya dengan jumlah output (jumlah barang dikalikan dengan harga

barang) ekonomi yang terjual atau dapat disimpulkan kedalam rumus MV = PQ.

Friedman juga mengatakan bahwa teori kuantitas merupakan teori permintaan uang

bukan teori untuk penentuan produk, pendapatan dan juga harga.

20
MAZHAB-MAZHAB MONETER ISLAM

 Mazhab Iqtiṣādunā

Mazhab ini dipelopori oleh Baqir al-Sadr dengan bukunya yang fenomenal
Iqtiṣādunā (Ekonomi Kita).3 Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi tidak pernah
bisa sejalan dengan islam.4 Ekonomi tetap ekonomi, dan Islam tetap Islam. Keduanya
tidak akan pernah dapat disatukan, karena keduanya berasal dari filosofi yang saling
kontradiktif. Yang satu antiislam, yang lainnya Islam.5

Menurut mereka, perbedaan filosofi ini berdampak pada perbedaan cara pandang
keduanya dalam melihat ekonomi. Menurut ilmu ekonomi, masalah ekonomi muncul
karena adanya keinginan manusia yang tak terbatas sementara sumber daya yang
tersedia untuk memuaskan keinginan manusia tersebut terbatas. Madzhab ini menolak
pernyataan tersebut, karena menurut mereka Islam tidak mengenal adanya sumber daya
yang terbatas.
Dalil yang dipakai adalah QS. Al-Qamar (54): 49: “sungguh telah kami ciptakan segala
sesuatu dalam ukuran yang setepattepatnya.” Dengan demikian, karena segala sesuatu
telah terukur dengan sempurna, sebenarnya Allah telah memberikan sumber daya yang
cukup bagi seluruh manusia di dunia. Maka tergantung manusianya yang akan
mengolah, memanfaatkan dan mengoptimalkan kesempurnaan sumber daya yang ada di
dunia ini.6

Mazhab ini berpendapat bahwa masalah ekonomi muncul karena adanya distribusi yang
tidak merata dan tidak adil sebagai akibat sistem ekonomi yang membolehkan
eksploitasi pihak yang kuat terhadap pihak yang lemah.7 Karena itu, masalah ekonomi

3 Muhammad Baqir al-Sadr, “Iqtiṣā dunā (Our Economics) Discovery Attempt on Economic
Doctrine in Islam” dalam Fadlan, “Paradigma Mazhabmazhab Ekonomi Islam Dalam Merespon Sistem
Ekonomi Konvensional”, Jurnal Al- Hikam, Vol. 7 No. 1 Juni (2012): 168.
4 Asdar Yusup, “Paradigma Kontemporer Ekonomi Islam”, Jurnal Studi Islamika, Vol. 11 No. 2
Agustus (2014): 231.
5 Fadlan, “Paradigma Mazhab-mazhab Ekonomi Islam Dalam Merespon Sistem Ekonomi
Konvensional”, 169.\
6 6Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: The
International Institute of Islamic Thought Indonesia, 2003), 47.
7 Amien Wahyudi, “Kebijakan Moneter Berbasis Prinsip-prinsip Islam”, Justitia Islamica, Vol.
10 No. 1 Juni (2013): 63.

21
muncul bukan karena sumber daya yang terbatas, tetapi karena keserakahan manusia
yang tidak terbatas.8

Sejalan dengan itu, maka semua teori yang dikembangkan oleh ilmu ekonomi
konvensional ditolak dan dibuang.9 Sebagai gantinya mazhab ini berusaha untuk
menyusun teori-teori baru dalam ekonomi yang langsung digali dan dideduksi dari Al-
Quran dan Sunnah. Adapun tokoh-tokoh pada mazhab ini diantaranya adalah,
Muhammad Baqir as-Sadr, Abbas Mirakhor, Baqir alHasani, Kadim al-Sadr, Iraj
Toutounchian, Hedayati, dan lainlain.

 Mazhab Mainstream

Mazhab mainstream memiliki dasar pemikiran yang bertolak belakang dengan mazhab
iqtiṣādunā. Mazhab ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber
daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas.
Keterbatasan sumber daya mendorong manusia untuk berbuat produktif, yang mana hal
itu merupakan salah satu tanggung jawab manusia sebagai khalifah di Bumi. 10 Namun
jika demikian, di manakah letak perbedaan mazhab mainstream dengan ekonomi
konvensional.

Perbedaannya terletak dalam cara menyelesaikan masalah tersebut. Dilema sumber


daya yang terbatas dan keinginan yang tak terbatas memaksa manusia untuk melakukan
pilihan-pilihan atas keinginannya. Kemudian manusia membuat skala prioritas
pemenuhan keinginan, dari yang paing penting sampai yang paling tidak penting. Dalam
ekonomi konvensional, pilihan dan penentuan skala prioritas dilakukan berdasarkan
selera masingmasing individu. Tetapi dalam ekonomi islam, penentuan pilihan dan
keputusan harus sesuai dengan panduan Al- Quran dan Sunnah.11

8 Karim, Ekonomi Mikro Islami, 31.


9 Ismail Nawawi, “Isu-isu Ekonomi Islam; Kompilasi Pemikiran dan Teori Menuju Praktik di
Tengah Arus Ekonomi Global” dalam Zainal Abidin,
“Mapping Pemikiran Akademisi dalam Mazhab Ekonomi Islam Kontemporer”, Jurnal Iqtishadia, Vol. 1
No. 2 Desember (2014): 266.
10 Monzer Kahf, Ekonomi Islam: Telaah Analitik terhadap Fungsi dan Sistem Ekonomi
Islam, diterjemahkan oleh Machrul Husein (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1997), 4.
11 M. A. Mannan, Islamic Economics: Theory and Practice (Lahore:
SH Muhammad Ashraf, 1970), 3-4.

22
Menurut Chapra (2000), usaha mengembangkan ekonomi Islam bukan berarti
memusnahkan semua hasil analisis yang baik dan sangat berharga yang telah dicapai
oleh ekonomi
konvensional selama lebih dari seratus tahun terakhir.12

Adapun tokoh-tokoh mazhab ini diantaranya M. Umer Chapra, M. A. Mannan, M.


Nejatullah Siddiqi, Monzer Kahf, dan lain-lain.

 Mazhab Alternatif

Pelopor mazhab ini adalah Timur Kuran (ketua jurusan Ekonomi di University of
Southern California), Muhammad Arif, dan lain-lain. Mazhab ini mengkritk dua mazhab
sebelumnya. Mazhab Baqir dikritik sebagai mazhab yang berusaha untuk menemukan
sesuatu yang baru yang sebenarnya sudah ditemukan oleh orang lain. Menghancurkan
teori lama, kemudian menggantinya dengan teori baru. Sedangkan mazhab mainstream
dikritik sebagai jiplakan dari ekonomi neoklasik dengan menghilangkan variabel riba
dan memasukkan variabel zakat serta niat.

Mazhab ini adalah sebuah mazhab yang kritis. Mereka berpendapat bahwa analisis
kritis bukan saja harus dilakukan terhadap sosialisme dan kapitalisme, tetapi juga
terhadap ekonomi islam itu sendiri. Mereka yakin bahwa islam pasti benar, tetapi
ekonomi islam belum tentu benar karena ekonomi islam adalah hasil tafsiran manusia
atas Al-Quran dan Sunnah, sehingga nilai kebenarannya tidak mutlak. Proposisi dan
teori yang diajukan oleh ekonomi islami harus selalu diuji kebenarannya sebagaimana
yang dilakukan terhadap ekonomi konvensional.13

C. Teori permintaan Uang dalam Islam

Bersumber dari pemikiran dasar ketiga mazhab di atas, muncullah teori-teori lain di
bidang ekonomi yang tentu terdapat perbedaan antar pemikiran ketiga mazhab tersebut.

12 M Umer Chapra, The Future of Economic, An Islamic Perspective (Leicester: The Islmaic
Foundation, 2000), 49.
13 Karim, Ekonomi Mikro Islami, 33.

23
Salah satunya adalah teori permintaan uang. Berikut teori permintaan uang menurut
ketiga mazhab tersebut:

 Mazhab Iqtiṣādunā

Menurut mazhab ini, permintaan uang hanya ditujukan untuk dua tujuan pokok,
yaitu transaksi dan berjaga-jaga atau untuk investasi. Permintaan uang untuk transaksi
merupakan fungsi dari pendapatan yang dimiliki oleh seseorang. Di mana semakin
tinggi tingkat pendapatan seseorang maka permintaan uang untuk transaksi barang dan
jasa juga akan meningkat. Fungsi permintaan uang untuk motif berjaga-jaga (meliputi
juga permintaan uang untuk investasi dan tabungan) ditentukan oleh besar kecilnya
transaksi pembelian barang atau jasa yang dilakukan secara tunai.

Mazhab ini berpendapat bahwa permintaan uang adalah fungsi dari tingkat rasio
harga tangguh terhadap harga tunai (Pt/Po). Pt sebagai besarnya harga yang akan
dibayar kredit adalah lebih besar dari harga tunai Po. Pt/Po adalah rasio harga antara
future Prince dan present price atau harga bayar tangguh. Apabila harga bayar
tangguh meningkat maka akan mengurangi permintaan uang kas riil, karena orang akan
lebih senang memegang barang yang meningkat harganya pada masa datang daripada
memegang dalam wujud uang kas.14

Berbicara mengenai pembebanan harga yang lebih tinggi dari harga tunai dalam
transaksi kredit, Zaid bin Ali Zainal Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib
membolehkan hal ini.15

 Mazhab Mainstream
Seperti halnya pada mazhab iqtiṣādunā, dimana permintaan uang hanya
dikategorikan dalam dua hal yaitu untuk transaksi dan untuk berjaga-jaga. Perbedaan
diantara kedua mazhab ini terlihat ketika membahas masalah perilaku permintaan uang
untuk berjaga-jaga dalam islam dan variabel apa yang mempengaruhi motif berjaga-jaga
ini.

14 4Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami (Jakarta: PT


Rajagrafindo Persada, 2007), 186.
15 Muhammad Abu Zahra, “al-Imam Zaid”, dalam Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami,
187.

24
Landasan filosofis dari teori dasar permintaan uang ini adalah Islam
mengarahkan sumber daya yang ada untuk dialokasikan secara maksimum dan efisien.
Pelarangan hoarding
money atau penimbunana kekayaan, karena dianggap sebagai sebuah “kejahatan”
penggunaan uang. Pengenaan pajak terhadap aset produktif yang menganggur
merupakan strategi utama yang digunakan oleh mazhab mainstream. Dues of idle cash
atau pajak atas aset produktif yang menganggur bertujuan untuk mengalokasikan setiap
sumber dana yang ada pada kegiatan produktif.

Pengenaan pajak akan berdampak pada pola permintaan uang untuk motif
berjaga-jaga. Semakin tinggi pajak yang dikenakan terhadap aset produktif yang
dianggurkan maka permintaan terhadap aset ini akan berkurang, sehingga
mengakibatkan penurunan permintaan uang untuk motif berjagajaga. Penurunan
permintaan uang untuk motif berjaga-jaga ini akan meningkatkan permintaan uang untuk
motif transaksi, sehingga meningkatkan velocity of money. Peningkatan velocity of
money diharapkan dapat berdampak pada peningkatan pendapatan nasional secara
agregat.16

 Mazhab Alternatif

Permintaan uang mazhab alternatif erat kaitannya dengan konsep endogenous


uang dalam islam.17 Teori endogenous uang dalam islam secara sederhana dapat
diartikan bahwa keberadaan uang pada hakikatnya adalah representasi dari volume
transaksi yang ada dalam sektor riil. Teori inilah yang kemudian menjembatani dan
tidak mendikotomikan antara pertumbuhan uang di sektor moneter dan pertumbuhan
nilai tambah uang di sektor riil.

Islam menganggap bahwa perubahan nilai tambah ekonomi tidak dapat


didasarkan semata-mata pada perubahan waktu. Nilai tambah uang hanya terjadi jika
ada pemanfaatan secara ekonomis selama uang tersebut digunakan. Secara
makroekonomi, nilai tambah uang dan jumlahnya hanya representasi dari perubahan dan
pertambahan di sektor riil.

16 Karim, Ekonomi Makro Islami, 190-191.


17 Karim, Ekonomi Makro Islami, 191.

25
Permintaan uang menurut Choudlury (1997)18 adalah representasi dari
keseluruhan transaksi dalam sektor riil. Semakin tinggi kapasitas dan volume sektor riil,
maka permintaan uang pun akan meningkat. variabel-variabel yang mempengaruhi
permintaan uang meliputi variabel-variabel sosio-ekonomi, kebijakan pemerintah dalam
regulasi ekonomi dan informasi objektif masyarakat akan kondisi riil perekonomian.
Permintaan uang (dan juga penawaran uang) dalam mazhab ini dipengaruhi oleh
besarnya profit sharing atau expected rate of profit. Tinggi rendahnya expected rate of
profit ini merupakan representasi dari prospek pertumbuhan aktual ekonomi.

Expected rate of profit merupakan harapan keuntungan yang bisa didapatkan


dari menginvestasikan uang di sektor riil. Apabila expected rate of profit yang akan
didapatkan dari kegiatan investasi di sektor riil meningkat, maka penawaran investasi
juga akan meningkat. peningkatan penawaran investasi akan menyebabkan penurunan
uang kas riil yang dipegang masyarakat. Artinya peningkatan expected rate of profit
menjadikan orang berkeyakinan bahwa memegang uang tunai yang berlebih
mengandung kerugian hilangnya keuntungan untuk mendapatkan keuntungan bisnis.
Akibatnya, seseorang akan menyesuaikan berapa besar permintaan uang kas (tunai)
yang dipegang terhadap besarnya expected rate of profit.

D. Konsep Uang Beredar

Berbicara tentang konsep uang beredar, dalam Islam terdapat tiga mazhab yang berbeda
pendapat akan hal ini, yaitu mazhab iqtiṣādunā, mazhab mainstream dan mazhab
alternatif.

Adanya perbedaan diantara ketiga mazhab tersebut disebabkan oleh perbedaan asumsi
yang melatarbelakangi frame berpikirnya.

 Mazhab Iqtiṣādunā

Pandangan utama mazhab ini yaitu jumlah uang yang beredar adalah elastis
sempurna, dimana pemerintah sebagai pemegang otoritas moneter tidak mampu untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Pendapat ini didasarkan pada asumsi yang
merefleksikan gambaran ekonomi pada masa Rasulullah Saw. Pada masa Nabi

18 M. A. Choudlury, Money In Islam: A Study in Islamic Political Economy (London:


Routledge, 1997), 41.

26
Muhammad mata uang yang beredar adalah dinar dan dirham yang diimpor dari Roma
dan Persia, dinar dari Roma dan dirham dari Persia. Nilai tukar saat itu yang berlaku
adalah satu dinar sebanding dengan sepuluh dirham.19

Banyak rendahnya permintaan dinar dan dirham tergantung dari perdagangan


barang dengan luar negeri. Jika permintaan akan uang naik, maka dinar akan diimpor
dengan cara melakukan ekspor barang ke Roma (untuk mendapatkan dinar) atau ke
Persia (untuk mendapatkan dirham). Namun jika permintaan uang turun, maka yang
dilakukan adalah mengimpor barang dari luar negeri. Pada masa itu tidak dikenal dan
memang dilarang pengenaan bea masuk pada barang impor maupun uang impor,
sehingga permintaan uang akan selalu dapat tercukupi. Disamping itu, karena nilai emas
dan perak pada kepingan dinar dan dirham sama dengan nilai nominal (face value),
maka memungkinkan adanya peleburan kepingan uang menjadi barangbarang hiasan
yang secara otomatis akan menarik uang beredar dari pasar.

Dengan realitas perdagangan yang bebas dari bea cukai, relatif kecilnya luas
wilayah dan perdagangan yang relatif baik serta adanya kesamaan antara nilai intrinsik
dan nilai nominalnya mengakibatkan pemerintah tidak mampu untuk mengendalikan
jumlah uang beredar. Elastisitas penawaran ini juga didukung dengan tidak adanya
bank sentral yang melakukan pencetakan uang sendiri pada masa Rasulullah.20

 Mazhab Mainstream

Dikatakan oleh Metwally (1995), bahwa penawaran uang dalam Islam


sepenuhnya dikontrol oleh negara sebagi pemegang monopoli dari penerbitan uang yang
sah (legal tender). Keberadaan Baitul Mal di masa Rasulullah merupakan prototype dari
bank sentral yang ada selama ini. Keberadaan bank sentral adalah untuk menerbitkan
mata uang dan menjaga nilai tukarnya agar dapat berada pada tingkat harga yang
stabil.21

Oleh karena itu, penawaran uang diasumsikan secara penuh dipengaruhi oleh
kebijakan bank sentral, sehingga secara grafik akan terlihat bahwa Ms bersifat perfect

19 Karim, Ekonomi Makro Islami, 198.


20 Karim, Ekonomi Makro Islami, 201.
21 M. M. Metwally, Teori dan Model Ekonomi Islam, dalam Adiwarman Karim, Ekonomi
Makro Islami, 201.

27
inelastic yang berakibat pada penawaran uang bebas dari pengaruh tinggi rendahnya
kebijakan biaya atas aset yang menganggur. Jumlah uang beredar oleh otoritas moneter
ditetapkan sesuai dengan proporsional tingkat pendapatan atau nilai transaksi.22

Menurut mazhab ini, ketika terjadi shock di pasar uang, misalkan adanya
kelebihan permintaan uang, maka kebijakan yang ditempuh bukanlah dengan cara
mencetak uang, tetapi mempengaruhi perilaku permintaan uang itu sendiri, yaitu dengan
pengenaan biaya terhadap aset yang dianggurkan. Kebijakan ini akan mampu untuk
menghindari terjadinya inflasi yang diakibatkan karena penerbitan uang.

 Mazhab Alternatif

Mazhab ini menyatakan bahwa keberadaan uang pada dasarnya terintegrasi


dalam sistem sosial ekonomi yang berlaku. Terintegrasinya uang dalam sistem yang
kompleks menjadikan uang tidak independen.

Konsep endogenouitas uang dalam islam ini berbeda dengan cara pandang
mazhab kedua. Jika dalam mazhab kedua dikatakan bahwa bank sentral full control
terhadap money supply, namun mazhab ketiga ini mengatakan bahwa jumlah uang
beredar lebih ditentukan oleh actual spending demand dalam kebutuhannya untuk
transaksi di pasar barang dan jasa.

Asumsi yang digunakan dalam konsep ini adalah23;

 Pertama, telah terjadinya globalisasi perekonomian menyebabkan bank


sentral tidak lagi mampu melakukan pengontrolan secara penuh terhadap jumlah
uang beredar. Keberadaan fund manager adalah salah satu contoh bahwa pihak
di luar bank sentral juga mempunyai pengaruh yang signifikan dalam
memengaruhi level stok uang yang ada dalam pasar. Fund manager tidak hanya
memengaruhi permintaan akan rupiah melalui pembelian rupiah, namun mereka
juga dapat memengaruhi penawaran rupiah bila mereka melepaskan rupiah yang
dibelinya.
 Kedua, perekonomian mengarah ke tahap islamisasi sistem keuangannya,
sistem ummah sudah mulai diberlakukan dalam sistem perekonomian yang

22 Karim, Ekonomi Makro Islami, 203.


23 Karim, Ekonomi Makro Islami, 204.

28
dianut. Sistem ummah yang dimaksud adalah tidak adanya suku bunga,
melainkan menggunakan expected rate of profit dalam sistem pembiayaan.
Sistem ummah ini juga mengarahkan kepada maksimalisasi sumber dana kepada
usaha-usaha yang bersifat produktif.

29
BAB III
KESIMPULAN
Perkembangan teori permintaan uang ternyata semakin pesat. Berbagai studi
empiris telah dilakukan untuk mendukung perkembangan teori di atas. Perkembangan
teori Keynes menunjukkan bahwa motif permintaan uang untuk transaksi juga
dipengaruhi oleh tingkat bunga. Beberapa catatan mengenai model permintaan uang
menyangkut masalah ketidakpastian, model antar generasi, kendala cash in advance dan
jangka waktu. Selain permasalahan di atas, perkembangan teknologi transaksi dan
institusi yang menjadi latar belakang studi masih memberikan alternatif tantangan studi
model permintaan uang.

Teori Permintaan Uang

Nilai uang dapat diukur atas dasar harga barang di dalam Negara tersebut maupun
dengan mata uang dari Negara lain, sehingga nilai uang dapat dibedakan menjadi:

Teori Permintaan Uang Keynes

Dalam teori keynes membagi permintaan uang atas 3 kategori diantaranya:


4. Permintaan untuk tujuan transaksi
5. Permintaan untuk tujuan Berjaga-jaga
6. Permintaan untuk tujuan spekulasi

Keynes menganggap bahwa permintaan uang kas untuk memenuhi permintaan motif
pertama dan kedua (transaksi dan berjaga-jaga) yang berubah karena perubahan di
dalam pengeluarannya, tetapi permintaan untuk kedua motif ini adalah “interest
inelastic” atau tidak dipengaruhi oleh berubahnya tingkat bunga.

Teori Permintaan Uang Klasik

Teori permintaan uang Klasik bermula dari teori tentang jumlah uang yang beredar
dalam masyarakat (teori kuantitas uang). Teori ini tidak dimaksudkan untuk
menjelaskan tentang alasan seseorang menyimpan uang dalam bentuk kas, namun
lebih pada peranan uang dalam perekonomian. Teori ini sebenarnya adalah teori
mengenai permintaan dan penawaran akan uang, beserta interaksi antara keduanya.

30
Fokus dari teori ini adalah pada hubungan antara penawaran uang atau jumlah uang
beredar dengan nilai uang atau tingkat harga. Hubungan dua variable dijabarkan
lewat konsepsi teori mengenai permintaan akan uang. Perubahan akan jumlah uang
beredar atau penawaran uang berinteraksi dengan permintaan akan uang dan
selanjutnya menentukan nilai uang.

Teori Permintaan Uang Milton Friedman (Teori Kuantitas Modern).

Asumsi

Pemilik kekayaan memegang dalam lima bentuk kekayaan, yaitu uang


tunai,obligasi, saham, barang fisik bukan manusia dan kekayaan manusia.“marginal rate
of substitution dari suatu aktiva terhadap aktiva-aktiva lainmenurun dengan
makin besarnya jumlah aktiva tersebut yang dipegang.”Artinya, jika memegang satu
bentuk aktiva terlalu banyak maka marginal returnsdari aktiva tersebut akan sedikit
dibandingkan jika memegang banyak bentukaktiva, akan medapatkan total returns.
Dapat hasil total yang maksimum jika hasiltambahan dari setiap aktiva sama.

Fungsi Uang
Permintaan total, tidak
terbagi – bagi seperti Teori
Keynes (terbagi atas dasar
motif uang).
Fungsi Uang

Permintaan total, tidak terbagi – bagi seperti Teori Keynes (terbagi atas dasar motif
uang).

Mazhab Iqtiṣādunā

Mazhab ini dipelopori oleh Baqir al-Sadr dengan bukunya yang fenomenal Iqtiṣādunā
(Ekonomi Kita).24 Mazhab ini berpendapat bahwa ilmu ekonomi tidak pernah bisa

24 Muhammad Baqir al-Sadr, “Iqtiṣā dunā (Our Economics) Discovery Attempt on Economic
Doctrine in Islam” dalam Fadlan, “Paradigma Mazhabmazhab Ekonomi Islam Dalam Merespon Sistem

31
sejalan dengan islam.25 Ekonomi tetap ekonomi, dan Islam tetap Islam. Keduanya tidak
akan pernah dapat disatukan, karena keduanya berasal dari filosofi yang saling
kontradiktif. Yang satu antiislam, yang lainnya Islam.

Mazhab Mainstream

Mazhab mainstream memiliki dasar pemikiran yang bertolak belakang dengan mazhab
iqtiṣādunā. Mazhab ini justru setuju bahwa masalah ekonomi muncul karena sumber
daya yang terbatas yang dihadapkan pada keinginan manusia yang tidak terbatas.
Keterbatasan sumber daya mendorong manusia untuk berbuat produktif, yang mana hal
itu merupakan salah satu tanggung jawab manusia sebagai khalifah di Bumi. 26 Namun
jika demikian, di manakah letak perbedaan mazhab mainstream dengan ekonomi
konvensional.

Mazhab Alternatif

Permintaan uang mazhab alternatif erat kaitannya dengan konsep endogenous


uang dalam islam.27 Teori endogenous uang dalam islam secara sederhana dapat
diartikan bahwa keberadaan uang pada hakikatnya adalah representasi dari volume
transaksi yang ada dalam sektor riil. Teori inilah yang kemudian menjembatani dan
tidak mendikotomikan antara pertumbuhan uang di sektor moneter dan pertumbuhan
nilai tambah uang di sektor riil.

Ekonomi Konvensional”, Jurnal Al- Hikam, Vol. 7 No. 1 Juni (2012): 168.
25 Asdar Yusup, “Paradigma Kontemporer Ekonomi Islam”, Jurnal Studi Islamika, Vol. 11 No.
2 Agustus (2014): 231.
26 Monzer Kahf, Ekonomi Islam: Telaah Analitik terhadap Fungsi dan Sistem Ekonomi
Islam, diterjemahkan oleh Machrul Husein (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1997), 4.
27 Karim, Ekonomi Makro Islami, 191.

32

Anda mungkin juga menyukai