Penyusun
ii
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................7
2.1 Teori Kantitas Uang...................................................................................7
2.2 Teori Permintaan Uang (J.M Keynes).......................................................11
2.3 Teori Permintaan Uang (Militon Friedman)...............................................15
2.4 Perbedaan Pandangan Keynes v Friedman................................................16
BAB III PENUTUP..................................................................................................20
3.1 Kesimpulan.................................................................................................20
3.2 Saran...........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
banyakdibandingkan seseorang atau masyarakat yang pendapatannya rendah. Ke-
dua, Keynes menjelaskan bahwa permintaan uang untuk motif berjaga-jagadipen-
garuhi oleh pendapatan, karena jika tingkat pendapatan tinggi, makaseseorang
akan menghadapi kemungkinan timbulnya kesempatan-kesempatanyang lebih
baik, tetapi dengan resiko yang lebih besar. Dan yang ketiga, Permintaan uang
untuk tujuan spekulasi, menurut Keynes ditentukan oleh tingkat bunga
(Nopirin,2013). Makin tinggi tingkat bunga makin rendah keinginanmasyarakat
akan uang kas untuk tujuan atau motif spekulasi. Sebaliknya, makinrendah
tingkat suku bunga, maka makin besar keinginan masyarakat untukmenyimpan
uang kas.
Teori permintaan uang terus berkembang dan kemudian muncul teori yan-
glebih memperdalam teori Keynes yaitu teori yang dikembangkan oleh Baumol
danTobin yang menjelaskan bahwa permintaan uang untuk tujuan transaksi
dipengaruhi tingkat suku bunga (Nopirin, 2013). Karena ketika tingkat
sukubunga tinggi maka seorang individu tersebut akan mengurangi alat pemba-
yaranyang berupa uang kas dan memperbanyak surat berharga. Sebaliknya apabi-
latingkat suku bunga rendah maka seseorang individu akan memper-
banyakuangkas. Kemudian permintaan uang untuk tujuan spekulasi menurut To-
bin lebih menitik beratkan pada pembelian obligasi, karena Tobin beranggapan
bahwa obligasi dapat menghasilkan pendapatan yang berupa bunga serta peruba-
hanhargaobligasi sebagai akibat dari terjadinya perubahan tingkat suku bunga
(Nopirin, 2013).
5
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui teori kuantitas uang.
2. Untuk mengetahui teori permintaan uang menurut J.M Keynes.
3. Untuk mengetahui teori permintaan uang menurut Militon Friedman
4. Untuk mengetahui perbedaan pandangan Keynes v Friedman.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
Teori ini dikemukakan oleh Irving Fisher, ia mengatakan bahwa setiap
pembayaran oleh rumah tangga, pengusaha ataupun pemerintah pada pihak
lain dikatakan sebagai perkalian antara harga dan kuantitasnya. Fisher
mengemukakan beberapa persamaan diantaranya: 𝑀𝑉 = 𝑃T
Pembayaran oleh pembeli identik dengan penerimaan oleh pen-
jual. Dalam persamaan diatas dikenal dengan “ transaction variant “ yang
artinya pengeluaran yang dilakukan rumah tangga semata-mata hanya un-
tuk transaksi. Anggapan dari Fisher juga dikemukakan oleh kaum klasik
dimana uang itu digunakan untuk transaksi dan berjaga-jaga serta uang
tidak secara langsung dapat memenuhi kepuasan seseorang. Kebutuhan
masyarakat untuk melakukan transaksi yang meningkat menyebabkan per-
mintaan akan uang menjadi meningkat pula. Peningkatan permintaan akan
uang ini berkaitan dengan perdagangan yang berlangsung dalam perekono-
mian saat itu. Keputusan terbaik yang dilakukan masyarakat untuk
memegang uang kas itu merupakan karena memegang uang kas itu berkai-
tan dengan pembayaran dan penerimaan dalam waktu yang berbeda
𝑃 = 𝑀𝑉
T
Dalam persamaan yang kedua Fisher mengatakan ada bebrapa faktor
yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat harga umum. Seluruh pen-
geluaran yang dilakukan untuk teransaksi barang yang “intermediate” ma-
suk kedalam T, oleh sebab itu nilai output yang sebelumnya dihitung lebih
dari satu kali (double counting) sehingga:
MV = PT > GNP.
Artinya bahwa besar kecilnya pendapatan nasional akan berpengaruh ter-
hadap besar kecilnya permintaan akan uang.
𝑀𝑡 = 𝐾Y
K = besar kecilnya keinginan masyarakat untuk memegang bagian dari
pendapatannya dalam bentuk uang. Berdasarkan persamaan tiga diatas me-
nunjukan bahwa besar kecilnya pendapatan nasional akan menentukan be-
8
sar kecilnya permintaan uang untuk tujuan transaksi. Apabila pendapatan
nasional meningkat maka permintaan akan uang untuk tujuan transaksi
juga akan meningkat. Adapun persamaan yang dikemukakan oleh Alfred
Marshall yaitu: 𝑀 = k Y menjadi 𝑀 = 𝑘 𝑌 + 𝐾 ′ 𝐴M
Dimana : 𝐾 ′ = bagian dari kekayaan
A = Kekayaaan (Asset)
Artinya bahwa dalam tiap keadaan masyarakat akan selalu ada seba-
gian pendapat yang dianggap layak untuk dimilikinya dalam bentuk uang
kas yang bertujuan untuk memenuhi tujuan untuk transaksinya. Adapun
hakekat dari persamaan yang dikemukakan oleh Alfred Marshall adalah
apabila suatu bangsa menjadi semakin makmur dan pasar terbuka menjadi
semakin luas, maka jumlah uang yang beredar didalam masyarakat akan
meningkat dengan catatan pendapatan dalam masyarakat juga meningkat. 𝑀
= k Y menjadi 𝑀 = 𝑘 𝑌 + 𝐾 ′ 𝐴𝑀 24 Teori tentang kuantitas uang yang
dikemukakn oleh Fisher, ia mengatakan bahwa jumlah uang beredar dipen-
garuhi oleh tingkat pendapatan dan tingkat harga disertai dengan kecepatan
transaksi yang diasumsikan konstan, artinya suku bunga dikatakan tidak
berpengaruh terhadap jumlah uang beredar yang ada di masyarakat
(Mishkin, 2004 : 517-519).
c. Persamaan Cambrigde
Persamaan Cambrigde yang dikemukakan oleh Pigou pada tahun 1997
yang mengatakan bahwasanya seseorang lebih peduli dengan asset yang dia
miliki, berupa pendapatan atau pengeluaran atau bahkan kekayan dalam
bentuk lain dari pada peduli terhadap permintaan uang secara langsung
(Handa, 2009). Pada pendekatan ini masyarakat lebih menekankan pada
uang sebagai alat untuk transaksi yang sudah sah dikeluarkan oleh suatu ne-
gara, atau sebagai alat untuk berjaga jaga ketika terjadi suatu kebutuhan
yang mendadak.
Pendekatan Fisher mengatakan bahwa fungsi utama uang ialah untuk
media transaksi dimana orang memegang uang hanya karna bisa digunakan
9
sebagai alat untuk transaksi. Dalam hal ini berbeda dengan pendekatan
Cambrigde yang dikemukakan oleh Pigou dan Marshall, pendekatan Cam-
brigde ini lebih menekankan pada perilaku individu yang menyimpan
kekayaannya dalam bentuk aktiva. Artinya masyarakat bersedia memegang
uang hanya karna uang itu digunakan untuk transaksi 25 serta bisa diterima
di khalayak umum. Akan tetapi masyarakat yang menyimpan kekayaan
dalam bentuk uang harus siap menghadapi resiko biaya oportunitas, yang
artinya ia tidak akan memperoleh keuntungan apapun dari memegang
kekayaan dalam bentuk uang kas. Sedangkan apabila masyarakat itu
memegang uang dalam bentuk aktiva maka ia akan menerima untung dalam
bentuk bunga. Misalkan apabila seorang individu yang menyimpan
kekayaannya dalam bentuk surat berharga atau obligasi maka iya akan
menerima return (pengembalian) dalam bentuk bunga. Dalam hal ini prilaku
masyarakat yang mempertimbangakan keuntungan serta kerugian dari
memegang uang akan berpengaruh terhadap pengalokasian kekayaan dalam
berbagai bentuk aktiva salah satunya keputusan untuk mengalokasikan
kekayaan dalam bentuk uang atau dalam bentuk surat berharga.
Pendekatan Cambrigde ini tidak hanya melihat uang sebagai alat
transaksi saja akan tetapi Cambrigde melihat bahwa permintaan uang juga
dipengaruhi oleh pendapatan rill, tingkat suku bunga, dan ekspektasi (hara-
pan masa depan). Akan tetapi dalam teori Cambrigde ini tidak menjelaskan
bagaimana hubungan antara variabel-variabel yang disebutkan dengan jum-
lah uang yang diminta. Dengan demikian mereka memutuskan mengelu-
arkan persamaan yang berbeda sedikit dengan yang dikemukakan oleh
Fisher dimana permintaan uang merupakan proporsi dari pendapatan nomi-
nal dengan asumsi variabel-variabel yang lain dianggap tetap (cateris
paribus) sehingga: 𝑀𝑑 = 𝐾 𝑃 y
Dimana: P = Tingkat Harga
K= nisbah antara permintaan uang dengan pendapatan masyarakat
Y= Pendapatan Rill
10
Dalam keadaan yang seimbang, permintaan uang akan sama dengan pe-
nawaran uang, sehingga: 𝑀𝑠 = 𝐾 𝑃 𝑦 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑀𝑠. 𝑉 = 𝑃 y
𝑑𝑖𝑚𝑎𝑛𝑎 𝑉 = 1
K
Pada pendekatan Cambrigde ini beranggapan bahwa pendapatan rill (y)
dan K adalah konstan. Dimana pendapatan nasional rill ini didasarkan pada
tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan pola transaksi perekono-
mian adalah konstan. Sehingga K akan dianggap tetap dalam jangka pendek
dan Y pada tingkat pengerjaan penuh. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwasanya tingkat harga dipengaruhi oleh jumlah uang yang beredar daam
perekonomian.
Dari pendekatan Cambrigde ini dapat diambil kesimpulan bahwasanya
V adalah Velositas transaksi dari uang, sedangkan K merupakan velositas
pendapatan dari uang. Pendekatan Cambrigde ini hampir sama dengan pen-
dekatan Fisher akan tetapi pendekatan cambrigde ini memiliki kelebihan di-
mana anggapan cateris paribus ini diabaikan. Akibatnya akan memu-
ngkinkan suku bunga atau ekspektasi akan berubah sehingga K akan
berubah begitupun juga untuk permintaan uang.
11
1) Motif transaksi dan berjaga-jaga
Motif transaksi dan berjaga-jaga dapat dijelaskan oleh alasan seseorang
memegang uang guna memenuhi dan melancarkan transaksitransaksi yang
dilakukan, dan tujuan permintaan uang sangat dipengaruhi oleh tingkat pen-
dapatan nasional. Semakain tinggi tingkat pendapatan yang diperoleh, maka
semakin tinggi pula volume transaksi serta kebutuhan akan uang untuk
transaksi. Proporsi dari permintaan uang dimasyarakat untuk transaksi tidak
selalu konstan, karena dipengaruhi oleh tingkat bunga yang ada. Hanya saja
dalam permintaan uang untuk tujuan transaksi tingkat bunga tidak
ditekankan oleh Keynes, sebab Keynes menekankan tingkat bunga untuk tu-
juan lain, yaitu permintaan uang untuk spekulasi.
Motif berjaga-jaga dalam permintaan uang. Motif ini merupakan per-
mintaan akan uang untuk menghadapi keadaan yang tidak dapat diduga se-
belumnya, dari hal tersebut maka seseorang akan memperoleh manfaat dari
memegang uang, karena uang bersifat liquid yang dapat ditukarkan dengan
mudah dengan barang lain. Pendapat yang dikemukakan oleh Keynes
bahwa tujuan seseorang memegang uang untuk berjaga-jaga dipengaruhi
oleh faktor yang sama dengan tujuan memegang uang untuk transaksi, yaitu
dipengaruhi oleh tingkat penghasilan dari orang tersebut dan mungkin juga
dipengaruhi oleh tingkat bunga yang ada (meskipun tidak kuat pengaruh-
nya).
Seseorang ataupun masyarakat perlu dalam memegang uang kas untuk
berjaga-jaga, karena pendapatan serta pengeluaran tidak selalu sepadan.
Keadaan tersebut terjadi karena adanya perbedaan waktu antara pendapatan
dan pengeluaran. Permintaan akan uang untuk berjaga-jaga merupakan ben-
tuk dari ketidaktentuan antara penerimaan dengan pengeluaran. Kemudian
mengikuti pendapat yang dikemukakan oleh Keynes, permintaan akan uang
utuk motif ini merupakan fungsi dari tingkat pendapatan (Y).
12
2) Motif spekulasi
Sesuai dengan motif tersebut seseorang memilih memegang uang un-
tuk tujuan memperoleh keuntungan. Teori Cambridge mengatakan bahwa
ketidaktentuan dimasa depan (uncertainly) dan faktor harapan (expectation)
dapat mempengaruhi permintaan akan uang dari sipemilik kekayaan. Na-
mun sayangnya pada teori ini faktor-faktor yang dapat mempengaruhi per-
mintaan uang tidak dibakukan kedalam teori moneter Y L M Keterangan: Y
= Pendapatan Nasional M = Penawaran Uang L = Permintaan Uang untuk
transaksi dan berjaga-jaga (Y dan D searah) 18 mereka (Kita dapat melihat
bahwa teori permintaan akan uang yang dikemukakan oleh Cambridge tidak
berbeda banyak dengan teori yang dikemukakan oleh Fisher, dan faktor-fak-
tor ini hanya masuk analisa secara kualitatif). Perumusan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan akan uang untuk motif spekulasi dikemukakan
oleh Keynes merupakan “formalisasi” ke dalam teori moneter.
Faktor “uncertainly” dan “expectations” tidak dibicarakan secara
khusus oleh Keynes, seperti halnya teori Cambridge. Teori ini hanya mem-
batasi “uncertainly” dan “expectations” dengan variabel tingkat bunga.
Garis besarnya dari teori yang dikemukakan oleh Keynes, yaitu membatasi
pada keadaan dimana sipemilik kekayaan dapat memegang kekayaan yang
dimiliki dalam bentuk uang tunai maupun dalam bentuk obligasi (bond).
Seseorang memiliki anggapan bahwa dalam memegang uang tunai tidak
akan memperoleh penghasilan, namun memegang obligasi akan mem-
13
berikan penghasilan sejumlah uang tertentu pada suatu periode. Secara
umum persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
K = RP…………………………………………(1)
Dimana K menunjukkan hasil dari per tahun yang diperoleh, R menun-
jukkan tingkat bunga, dan P menunjukkan nilai dari harga pasar obligasi
saat ini. Persamaan tersebut dapat dituliskan: P=K/
R…………………………………………(2)
Yang menunjukkan bahwa (K adalah konstan) harga dari pasar obligasi (P)
berbanding terbalik dengan tingkat bunga (R). Bila nilai dari tingkat bunga
mengalami penurunan maka harga dari pasar obligasi mengalami kenaikan,
dan sebaliknya bila nilai dari tingkat bunga mengalami peningkatan maka
harga pada pasar obligasi mengalami penurunan. Semakin tinggi nilai dari
tingkat bunga, maka permintaan uang tunai dimasyarakat akan semakin
rendah. Hal tersebut terjadi karena semakin tingginya nilai dari tingkat
bunga yang ada, maka semakin tinggi ongkos seseorang dari memegang
uang tunai, dan darisitulah seseorang akan memilih membeli obligasi. Se-
baliknya, bila nilai dari tingkat suku bunga rendah maka seseorang yang
memegang uang tunai memiliki ongkos yang rendah pula, hal ini berakibat
pada semakin besarnya uang tunai yang akan di simpan.
14
2.3 Teori Permintaan Uang Militon Friedman
Milton Friedman menyatakan bahwa permintaan atas uang harus
dipengaruhi oleh faktor yang sama yang juga mempengaruhi permintaan
untuk aset (Mishkin, 2008:201). Friedman kemudian mengaplikasikan teori
permintaan aset untuk uang. Teori permintaan aset menunjukan bahwa per-
mintaan atas uang seharusnya merupakan fungsi dari sumber dari yang
tersedia pada individu (kekayaan) dan perkiraan tingkat pengembalian dari
aset relatif terhadap perkiraan tingkat pengembalian pada uang. Seperti
Keynes, Friedman mengakui bahwa masyarakat ingin memegang sejumlah
sejumlah tertentu dari saldo uang riil. Dengan alasan ini, Friedman meny-
atakan rumus permintaan uang sebagai berikut (Mishkin, 2008: 201):
15
yang besar dan karenannya stabil. Sehingga percepatan dapat diprediksi, yang
menghasilkan kesimpulan teori kuantitas bahwa uang merupakan penentu
utama dalam pengeluaran agregat.
16
Asumsi yang di atas membawa implikasi pada teori kuantitas uang
menyatakan perubahan jumlah uang yang beredar akan menyebabkan vari-
abel harga berubah secara proporsional dalam persamaan M= k.PY. peruba-
han jumlah uang beredar tidak akan mempengaruhi variabel variabel real.
Akibatnya variabel k dan Y tidak akan mengalami perubahan secara peruba-
han k dan Y hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor riil.
Sementara itu Keynes juga menggunakan piranti analisis Alfred Mar-
shall tapi dengan mengubah asumsi kedua. Menurut keyness variabel yang
dapat berubah dengan cepat adalah variabel kuantitas dan bukan tingkat
harga. Hanya menganalisis keseimbangan jangka pendek, karena menurut
keyness in the long run we are all deed. Dalam jangka pendek tingkat harga
sukar berubah (kaku) sehingga perubahan yang cepat justru terjadi pada vari-
abel kuantitas.
Menurut keyness dalam Indrawati (1988:80) perubahan jumlah uang
nominal yang beredar akan menyebabkan penyesuaian pada kuantitas saja
sedangkan tingkat harga tetap. Hal ini terjadi pada kondisi underemploy-
ment. Pada kondisi true inflation penyesuaian terjadi seluruhnya pada tingkat
harga.
Di samping itu Keynes tidak menganggap penting perbedaan antara
variabel nominal dan variabel riil, karena itu persamaan M = k.PY dapat
ditulis sebagai M/P = kY di mana P adalah variabel harga yang kaku .
perubahan jumlah uang beredar (M) akan menyebabkan perubahan jumlah
uang riil M/P. Hal ini akan dikompensasi oleh perubahan pada variabel k
dan Y pada kondisi depresi ekonomi dimana jumlah uang beredar tidak
dapat mempengaruhi tingkat pendapatan riil (Y). Akibatnya, perubahan
jumlah uang beredar hanya akan mengakibatkan perubahan pada variabel k.
3. Kecenderungan likuiditas absolut
Menurut Keynes permintaan akan uang dibedakan menurut M1 yaitu
permintaan uang berdasarkan motif transaksi dan berjaga-jaga dan M2 yaitu
permintaan uang berdasarkan motif spekulasi. M2 timbul karena adanya
17
ketidakpastian tingkat harga pada masa yang akan datang dan jumlah uang
yang diminta tergantung pada hubungan antara tingkat bunga saat ini dan
tingkat bunga yang diharapkan pada masa mendatang. Fungsi permintaan
uang menurut Keynes dapat dituliskan sebagai berikut:
M/P = M1/P+M2/P = k.Y+f(r-r•,r•)...............................................(3.19)
Keterangan :
r• = tingkat bunga yang diharapkan
r = tingkat bunga yang berlaku sekarang
k = kebalikan dari velositas yang dipengaruhi oleh cara-cara pembayaran
dan dianggap konstan dalam jangka pendek
P = tingkat upah yang dianggap konstan.
Terjadinya perangkap likuiditas karena masyarakat memiliki
ekspektasi yang seragam dan ekspektasi tersebut di pegang kuat. Artinya r•
memiliki nilai tertentu dan r = r•. Kondisi ini menyebabkan fungsi preferensi
likuiditas menjadi elastis sempurna atau absolut pada tingkat bunga yang
berlaku. Artinya, uang dan obligasi menjadi saling bersubstitusi secara
sempurna dan Bank sentral atau otoritas moneter tidak mampu
mempengaruhi tingkat bunga yang berlaku karena masyarakat memegang
ekspektasinya secara kuat.
Dalam keadaan preferensi likuiditas absolut pendapatan dapat berubah
tanpa menyebabkan perubahan pada jumlah uang beredar maupun tingkat
suku bunga. Jumlah uang beredar dapat berubah tanpa menyebabkan
perubahan pada tingkat pendapatan dan tingkat suku bunga. Pemegang uang
dalam hal ini secara teknis ekonomis disebut dalam keseimbangan
"metastabel".
Perbedaan mendasar antara Keynes dan Friedman adalah menjelaskan
tentang mekanisme transmisi kebijakan moneter yang menghubungkan
perubahan jumlah uang beredar dengan perubahan pengeluaran total. Keynes
menyatakan bahwa perubahan jumlah uang beredar akan mempengaruhi
tingkat suku bunga. Perubahan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap
18
profitabilitas dan kegiatan investasi yang pada gilirannya berpengaruh
terhadap kenaikan pendapatan melalui efek pengganda atau multipliyer.
Keynes berpandangan bahwa terdapat hubungan tidak langsung antara
jumlah uang beredar dengan kenaikan harga-harga atau inflasi serta
menekankan analisanya pada elastisitas permintaan uang terhadap tingkat
suku bunga dan pada pengeluaran investasi.
Sebaliknya, Friedman berpandangan lain yakni menekankan pengaruh
langsung, yaitu melalui neraca keseimbangan dan melalui perubahan tingkat
suku bunga. Jumlah uang beredar akan menimbulkan reaksi usaha
masyarakat untuk dapat mengembalikan keseimbangan neracanya pada
tingkat normal. Jumlah uang beredar akan menyebabkan harga aset
meningkat dan tingkat bunga menurun. Akibatnya, akan merangsang
pengeluaran baik untuk memproduksi aset maupun untuk pengeluaran lain
seperti pembelian jasa, pembayaran utang dan lain-lain. Melalui efek
penggandaan, perubahan pada neraca keseimbangan akan ditransformasikan
pada perubahan tingkat pendapatan atau pengeluaran.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teori Kuantitas Uang dikemukakan oleh David Hume dimana ia meru-
pakan salah satu pencetus teori moneter klasik pada tahun 1752. Dalam teorinya
ia mengatakan bahwa harga suatu barang berbanding lurus dengan jumlah uang.
Salah satu faktor yang menentukan harga barang tersebut ialah jumlah uang yang
beredar yang memiliki perbandingan yang proporsional. Keynes menjelaskan ada
tiga motif permintaan uang, yaitu motif transaksi, motif berjaga-jaga, dan motif
spekulasi. Pertama, Keynes menyatakanbahwa permintaan uang kas untuk tujuan
transaksi tergantung pada pendapatan. Kedua, Keynes menjelaskan bahwa per-
mintaan uang untuk motif berjaga-jagadipengaruhi oleh pendapatan. Dan yang
ketiga, Permintaan uang untuk tujuan spekulasi, menurut Keynes ditentukan oleh
tingkat bunga. Kemudian Teori Permintaan Uang Militon Friedman menyatakan
bahwa permintaan atas uang harus dipengaruhi oleh faktor yang sama yang juga
mempengaruhi permintaan untuk aset (Mishkin, 2008:201). Friedman kemudian
mengaplikasikan teori permintaan aset untuk uang
3.2 Saran
Makalah ini disusun sebagai bahan materi pembelajaran, serta menggu-
nakan kata-kata yang mudah difahami dan dimengerti. Walaupun penulis
menginginkan kerapihan dan kesempurnaan ketika menyusun makalah ini namun
pada kenyatannya masih banyak sekali kekurangan-kekurangan yang perlu diper-
baiki ulang oleh penulis. Persoalan ini dikarenakan masih sangat sedikitnya
pengetahuan penulis. Maka dari itu penulis sangat berharap sekali bahwa para
pembaca selalu memberikan sebuah kritikan dan saran kepada penulis agar
20
penulis bisa menjadikan saran dan kritikan yang diberikan oleh para pembaca ini
dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Natsir M. http://karyailmiah.uho.ac.id/karya_ilmiah/M_Natsir/
2.Buku_Ekonomi_Monete diakses tanggal 17 Januari 2022
21