PEMBAHASAN
Adam Smith melalui karya besarnya The Wealth of Nations yang ditulis pada tahun 1776,
sering disebut sebagai orang pertama yang mengembangkan ilmu ekonomi sebagai satu cabang
tersendiri dalam ilmu pengetahuan. Sebagai seorang ekonom, Smith tidak melupakan akar
moralitasnya terutama yang tertuang dalam The Theory of Moral Sentiments. Perkembangan
sejarah pemikiran ekonomi kemudian berlanjut dengan menghasilkan tokoh-tokoh seperti Alfred
Marshall, J.M. Keynes, Karl Marx, hingga peraih hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 2009,
Elinor ostrom dan Oliver E. Williamson.
Sebagai penanding aliran klasik, Keynes mengajukan teori dalam bukunya General
Theory of Employment, Interest, and Money yang menyatakan bahwa pasar tidak selalu mampu
menciptakan keseimbangan, dan karena itu intervensi pemerintah harus dilakukan agar distribusi
sumberdaya mencapai sasarannya. Dua aliran ini kemudian saling “bertarung” dalam dunia ilmu
ekonomi dan menghasilkan banyak varian dari keduanya seperti: Neo-klasik, neo keynesian,
monetarist, aliran sisi penawaran, aliran rational expectations dan lain sebagainya. Namun
perkembangan dalam pemikiran ini juga berkembang ke arah lain, seperti teori pertentangan
kelas dari Karl Marx dan Friedrich Engels, serta aliran institusional yang pertama dikembangkan
oleh Thorstein Veblen dkk dan kemudian oleh peraih nobel Douglass C. North.
Penerapan sistem ekonomi pasar bebas di berbagai negara di dunia ini sebagian besar
berdasar pada pemikiran Neo-klasik. Aliran ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari aliran
Klasik yang dirintis oleh Adam Smith, di mana campur tangan negara boleh dikatakan tidak ada
dalam urusan ekonomi, ditambah dengan penggunaan matematika dalam analisis ekonomi yang
dilakukan. Pendekatan aliran neo-klasik sering mendominasi studi fenomena ekonomi. Aliran ini
memberikan sebuah fakta bahwa agen manusiamenunjukkan perilaku yang lebih kompleks
daripada yang diwakili dalam teori ekonomi arus utama tradisional.
Ekonomi neo-klasik, juga disebut sebagai ekonomi arus utama atau ortodoks tidak
diragukan lagi merupakan tradisi pemikiran ekonomi yang paling menonjol dan dominan.
Dominasi ekonomi neo-klasik tak bisa terlepas dari sejarah intelektualnya yang panjang dan
paradigma yang kohesif dan berkembang dengan baik serta metodologi yang ketat untuk
mendekati berbagai masalah praktis dan teoritis. Aliran ini disebut “klasik” berdasarkan gagasan
bahwa pasar bebas atau persaingan sempurna menghasilkan alokasi sumber daya yang efisien
yang mengatur kegiatan ekonomi dan menetapkan keseimbangan melalui kekuatan pasar
permintaan dan penawaran atau melalui ambisi individu yang mengatur diri sendiri dari para
pelaku pasar yang disebut Adam Smith sebagai ‘tangan tak terlihat’ (invisible hand).
Aliran ekonomi klasik mengubah fokusnya secara dramatis selama dan setelah tahun
1870-an. Dari kepeduliannya terhadap masalah ekonomi makro ekonomi kapitalis secara
keseluruhan, dan terutama pertumbuhannya dari waktu ke waktu ekonomi klasik beralih ke studi
terperinci tentang proses pengambilan keputusan individu dan perusahaan individu yang
sekarang kita sebut sebagai masalah ekonomi mikro. Istilah-istilah seperti “preferensi individu”
dan “utilitas marjinal”, “fungsi produksi” dan “biaya marjinal,” dan “ekuilibrium umum”, yang
jarang ditampilkan dalam ilmu ekonomi klasik, kini menjadi pusat perhatian. Tidak semua
ekonom klasik menjadi ahli ekonomi mikro. Karena masalah ekonomi makro utama (inflasi,
depresi, pertumbuhan yang stagnan, dll.) terus menerus menimpa semua ekonomi kapitalis
secara berkala, beberapa ekonom mempertahankan fokus mereka pada masalah ekonomi secara
keseluruhan.
Namun, pergeseran luas jelas menuju landasan teori mikroekonomi yang diekspresikan
terutama dalam memandang semua peristiwa ekonomi secara ketat sebagai hasil keputusan yang
diambil oleh individu dan perusahaan yang mementingkan diri sendiri. Pergeseran ini luas dan
cukup dalam sehingga menjamin nama baru untuk ekonomi klasik: ekonomi neo-klasik.
Sebagian besar teori ekonomi yang muncul pada periode tahun 1870-1930 didominasi oleh
proposisi dasar ekonomi neo-klasik yang didirikan dan dijalin secara matematis menjadi teori
ekonomi umum. Teori neo-klasik memulai analisisnya terhadap ekonomi dengan menentukan
aspek mental dan fisik tertentu dari individu. Hal ini pada dasarnya merupakan pikiran individu
(kemampuan yang melekat untuk bernalar secara logis) dan tubuh individu (kemampuan alami
untuk bekerja dan menginginkan objek konsumsi).
Hal yang menjadi temuan utama dari ilmu ekonomi neo-klasik adalah klaimnya bahwa
hasil dari pembelian, penjualan, bekerja, menabung, dan lain-lain untuk kepentingan pribadi,
pada dasarnya, adalah utopia ekonomi: harmoni ekonomi yang sempurna di antara semua
individu dan di antara mereka dan alam. Untuk mencapai utopia ini, menurut teori neoklasik,
masyarakat harus memberikan dan melindungi setiap individu dengan kebebasan penuh untuk
bertindak demi kepentingannya sendiri dan menetapkan kerangka institusional (pasar kompetitif
dan kepemilikan pribadi) yang menjamin kebebasan itu.
Simon Smith Kuznets dilahirkan dalam sebuah keluarga Yahudi di Pinsk, Rusia
Kekaisaran (sekarang di Belarusia). Dia adalah penerima Hadiah Nobel ketiga dalam bidang
ekonomi karena karya empirisnya dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam karya ini Kuznets
mengidentifikasi era ekonomi baru yang disebutnya sebagai pertumbuhan ekonomi modern
yang bermula di Eropa Barat di paruh terakhir abad ke-18.
Kuznets memulai pendidikannya lebih tinggi di Kharkiv Komersial Institute,
Ukraina, tetapi pada tahun 1992 dia pindah ke Amerika Serikat untuk mengikuti ayahnya
yang meninggalkan Rusia sebelum pecah Perang Dunia I. Di Amerika Serikat, Kuznets
menjalani pendidikan di Columbia University Schoolof General Studies. Dari tahun 1925
sampai 1926, Kuznets menghabiskan waktu untuk mempelajari pola harga dalam sebagai
peneliti muda di Research Fellow of the Social Science Research Council. Pekerjaan inilah
yang mengawali penerbitan buku Gerakan Sekuler dalam Produksi dan Harga pada tahun
1930. Memasuki tahun 1930, Kuznets didapuk untuk menjadi paruh waktu di Universitas
Pennsylvania, ini dilakukannya hingga tahun 1936. Setelahnya, Kuznets dilantik sebagai
guru besar Ekonomi dan Statistik dari 1936 sampai 1954. Dalam periode waktu inilah,
Kuznets menghasilkan karya-karyanya.
Kuznets mulai mencoba menghitung pendapatan nasional sejak 1869. Meskipun
bukan ekonom pertama yang mencobanya, karya Kuznets terbilang sempurna dan teliti.
Karyanya ini didanai oleh lembaga nirlaba National Bureau of Economic Research.
Kemudian, Kuznets membantu mengembangkan revolusi Keynes. Pengukuran Kuznets ini
membantu kelanjutkan studi ekonometri yang didirikan oleh Ragnar Frisch dan Jan
Tinbergen. Kuznets mendekati karya ini dengan menuruti fakta dan berharap dapat
memahami fenomena ekonomi melalui pengukuran kuantitatif.
Salah satu penemuan Kuznets lainnya adalah efek pertumbuhan ekonomi dalam
distribusi pendapatan. Di negeri miskin, Kuznets menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi
menambah disparitas pendapatan antara orang kaya dan orang miskin. Di negeri yang
makmur, pertumbuhan ekonomi mempersempit perbedaan itu. Di samping itu, Kuznets juga
menganalisis dan mengkuantifikasi sifat berulang produksi dan harga dalam jangka waktu
15-20 tahun. Siklus perdagangan itula yang pada akhirnya disebut sebagai Siklus Kuznets
meski masih dipertentangkan. Kuznets menghabiskan masa tuanya dengan menjadi Profesor
Ekonomi Politik di Harvard University hingga akhirnya pensiun pada tahun 1971. Simon
Kuznets meninggal pada tanggal 8 Juli 1985, pada usia 84.
Kuznets mengubah cara pengukuran PDB. Dengan karya yang bermula pada 1930-
an dan terus-menerus selama beberapa dasawarsa, Kuznets menghitung pendapatan nasional
sejak 1869. Meskipun bukan ekonom pertama yang mencobanya, karya Kuznets terbilang
sempurna dan teliti yang mengatur standar bidang ini. Karyanya didanai oleh lembaga
nirlaba National Bureau of Economic Research, yang telah bermula pada 1920. Kuznets
kemudian membantu U.S. Department of Commerce untuk menstandardisasi
pengukuran Produk Nasional Bruto. Namun di akhir 1940-an, ia berpecah dengan
departemen itu karena menolak menggunakan PDB untuk mengukur pekerjaan rumah tangga
karena ini merupakan komponen produksi yang penting.
Kemudian, Kuznets membantu mengembangkan revolusi Keynes. Pengukuran
Kuznets juga membantu melanjutkan studi ekonometri yang didirikan oleh Ragnar
Frisch dan Jan Tinbergen. Kuznets mendekati karya ini dengan menuruti fakta dan berharap
memahami fenomena ekonomi melalui pengukuran kuantitatif. Ia telah memulainya sejak
tinggal di Rusia: ia adalah kepala BPS di Ukraina pada masa Bolshevik sebelum pindah
ke Amerika Serikat di usia 21.
Salah satu penemuan Kuznets lainnya adalah efek pertumbuhan ekonomi
dalam distribusi pendapatan. Di negeri miskin, Kuznets menemukan bahwa pertumbuhan
ekonomi menambah disparitas pendapatan antara orang kaya dan orang miskin. Di negeri
yang makmur, pertumbuhan ekonomi mempersempit perbedaan itu. Di samping itu, Kuznets
menganalisis dan mengkuantifikasi sifat berulang produksi dan harga dalam jangka waktu
15-20 tahun. Siklus perdagangan demikian sering disebut sebagai "siklus Kuznets" meski
dipertentangkan.
2. Jhon Richard Hicks
Sir John Richard Hicks seorang ekonom Inggris peraih Nobel Memorial Prize di
bidang Ilmu ekonomi pada tahun 1972. Dimulai dari tahun 1917 sampai 1922 ia belajar di
CliftonCollege. Kemudian pada tahun 1922 hingga 1926 ia melanjutkan dunia belajarnya di
BalliolCollege, Oxford pada bidang matematika. Pada 1923 ia beralih jurusan ilmunya
menjadi bidang Filsafat, Politik, dan Ekonomi. Pada tahun 1930 Hicks memulai karir sebagai
dosen di London School di bidang Ilmu Ekonomi dan Politik sambil melakukan pekerjaan
deskriptif tentang hubungan industrial. Namun secara bertahap ia beralih ke sisi analitis
karena ia memiliki keterampilan matematika yang baik. Hingga tahun 1938 ia mengajar di
Cambridge dan Gonville & Caius College, terutama di bidang nilai dan modal. Ia menjadi
Profesor di ManchasterUniversity pada tahun 1938 hingga 1946.
Tahun 1946 ia kembali ke Oxford dan menjadi peneliti dari Nuffield College. Ia
kemudian menjadi Drummon Professor di bidang Ekonomi Politik. Pada tahun 1965-1971 ia
menjadi peneliti di All-Souls College. Ia juga menjadi anggota Revenue
AllocationCommission (Komisi Alokasi Pendapatan) di Nigeria. Selama hidupnya Hicks
telah berkontribusi dalam teori kapital, model IS/LM, teori konsumen, teori ekuilibrium
umum, nilai dan modal, teori kesejahteraan, dan inovasi terinduksi. Ia telah banyak
mempublikasikan berbagai karya di bidang ekonomi, antara lain A Reconsiderationof the
Theory of Value yang terbit pada tahun 1934, Mr Keynes and the Classic: A Suggested
Interpretation yang terbit pada tahun 1937, Valueand Capital yang terbit pada tahun 1939, A
Contribution to the Theory of the Trade Cycle yang terbit pada tahun 1950, Measurementof
Capital in Relation to the Measurement of Other Economic Aggregates yang terbit pada
tahun 1961, The Mainspring of Economic Growth yang terbit tahun 1973, A Market Theory
of Money yang terbit pada tahun 1989, dan sebagainya
3. Wassily Leontief
Wassily Leontief lahir di München, Bayern, Jerman pada tangga 5 Agustus 1905.
Dia adalah seorang ekonom yang terkenal atas penelitiannya tentang teori perubahan dalam
satu sektor ekonomi bisa mempengaruhi sektor lainnya. Wassily Leontief lahir dari pasangan
Wassily W. Leontief yang merupakan seorang guru besar ekonomi dengan istrinya Eugenia.
Leontief kecil menghabiskan mase kanak-kanak hingga remaja di Saint Petersburg (kini
dikenal sebagai Leningrad). Pada tahun 1921, Leontief mendaftar dan belajar di Universitas
Leningrad (kini di St. Petersburg). Setelah mempelajari filsafat, sosiologi dan ekonomi
akhirnya pada tahun 1925 dia menerima gelar ekonom terpelajar (sama dengan Master of
Arts) di usianya yang baru 19 tahun.
Pada tahun 1925, Leontief melanjutkan studinya di Universitas Berlin dan dia
memperoleh gelar Phd. Dengan tulisan disertasi yang berjudul Putaran Arus dalam Ekonomi
dibawah bimbingan Werner Sombart. Di tahun 1929, Leontief menerima gelar doktor dalam
ilmu ekonomi dengan spesialisasi Analisis Ekonomi Penerimaan-Pengeluaran. Leontief
pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1931 dan bekerja di National Bureau of Economic
Research, New York. Pada tahun 1946, Leontief menjadi guru besar ekonomi di Havard
University, disana dia menangani riset terkait ekonomi dari tahun 1948 hingga tahun 1973.
Leontief telah mendapatkan berbagai penghargaan atas publikasi ilmiah yang dia hasilkan.
Pencapaian terbesarnya adalah ketika dia mendapatkan penghargaan Nobel di bidang
ekonomi atas publikasi penelitiannya yang menjelaskan tentang teori hubungan perubahan
dalam satu sektor ekonomi yang bisa mempengaruhi sektor lainnya.
Pada hari Jumat, tanggal 5 Februari 1999, Leontief meninggal dunia di New York
City, New York, Amerika Serikat pada usia 93 tahun. Dia meninggalkan seorang istri yang
merupakan seorang penyair bernama Estelle Marks dan putri semata wayang mereka
Svetlana Leontief Alpers.
4. James K. Galbraith
6. Paul A. Samuelson
Paul Anthony Samuelson merupakan Ekonom Amerika Serikat kelahiran Gary,
Indiana, 15 Mei 1915. Ia merupakan Ekonom yang mendapatkan penghargaan Nobel dalam
ekonomi pada tahun 1970 atas kontribusinya dalam bidang ekonomi yang fundamental.
Sameulson dilahirkan dalam keluarga yang mengetahui banyak tentang bidang ekonomi.
Kakak, saudara perempuan dan keponakannya merupakan ekonom. Dengan latar belakang
banyak keluarga yang melek akan ilmu ekonomi, Samuelson melanjutkan studinya dalam
bidang ekonomi di Universitas Chicago pada usia 16 tahun dan dilanjutkan di Universitas
Harvard untuk program doktoral.
Ilmu ekonomi yang diajarkan dan diterapkan di seluruh dunia sejak Perang Dunia II,
dirintis oleh buku Paul Samuelson yang berjudul Economics An Introductory Analysis (MIT,
1946). Inti ajaran yang dikemukakan oleh Samuelson dikenal sebagai teori ekonomi Neo-
klasik. Isi ajaran ekonomi Neo-klasik merupakan sintesis antara teori ekonomi pasar
persaingan bebas Klasik (homo economicus dan invisible hand Adam Smith), dan ajaran
marginal utility serta keseimbangan umum. Tekanan ajaran ekonomi Neo-klasik adalah
bahwa mekanisme pasar persaingan bebas, dengan asumsi-asumsi tertentu, selalu mengarah
kepada keseimbangan umum dan efisiensi optimal yang bagi semua orang. Artinya jika pasar
dibiarkan bebas, tidak diganggu oleh aturanaturan pemerintah yang bertujuan baik sekali
pun, masyarakat secara keseluruhan akan mencapai kesejahteraan bersama yang optimal
(pareto opimum).
Ekonomi neo-klasik tidak monolitik atau statis tetapi menampilkan sejumlah asumsi
inti yang selalu muncul dalam teori ekonomi. Asumsi dasar ekonomi neoklasik yang telah
melahirkan berbagai teori tentang berbagai bidang kegiatan ekonomi dapat diringkas sebagai
individualisme metodologis, instrumentalisme metodologis (maksimisasi utilitas) dan
kesetimbangan metodologis (ekonomi ekuilibrium). Individualisme metodologis, hipotesis
inti dari ekonomi neo-klasik menempatkan penekanan pada individu sebagai unit
fundamental dari analisis dan tindakan. Secara sederhana, pengertian bahwa penjelasan
tentang fenomena kolektif, struktur dan institusi sosial, pada prinsipnya dibuat dari sudut
pandang individu; yaitu berdasarkan atas tindakan, nilai dan keyakinan mereka.
Mazhab neo-klasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori
maupun dalam metodologinya.
Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi
telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Salah satu pendiri mazhab neoklasik
yaitu Gossen, dia telah memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian
disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga
mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku
individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang
menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde berbagai
jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang
dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka tercakup sekaligus teori distribusi.
Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan
umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam sistem itu terjadi keterkaitan
antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi
yang digunakan Walras adalah persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan
terbatas, sedangkan teknologi produksi dan selera konsumen tetap.
Jika terjadi perubahan pada salah satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang
berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi. Ekonomi neoklasik didasarkan pada gagasan
homo economicus, sebuah konstruksi antropologis yang didasarkan pada tiga aksioma dasar:
atomisme, egoisme, dan rasionalitas subjektif. Atomisme artinya pelaku ekonomi adalah
individu yang preferensinya terbentuk tanpa pengaruh eksternal dari preferensi individu lain,
model budaya, iklan, dan lain sebagainya. Egoisme berarti bahwa individu digerakkan oleh
tujuan pribadi untuk kesejahteraannya sendiri. Rasionalitas subyektif menyiratkan bahwa
pelaku ekonomi diberkahi dengan pengetahuan yang sempurna dan lengkap, kapasitas yang
tidak terbatas untuk perhitungan dan kemampuan untuk menemukan cara terbaik untuk
mencapai tujuannya. Pendekatan neoklasik mencoba menunjukkan bahwa tatanan sosial yang
ideal adalah keseimbangan ekonomi umum yang dapat dicapai melalui interaksi sederhana
tanpa syarat dari sekumpulan atom sosial yang egois dan rasional. Interaksi ini terjadi di
pasar dan akibatnya tatanan sosial yang ideal adalah pasar.
Jadi, seperti dalam ilmu ekonomi klasik, praduga dasar ilmu ekonomi ‘neoklasik’
adalah kepercayaan pada sistem pasar. Salah satu kontribusi utama dari aliran Neoklasik
adalah pemikiran Alfred Marshall, yaitu bahwa ekonomi bekerja dengan kedua kekuatan,
yakni permintaan dan penawaran, sebagaimana bekerjanya dua mata gunting. Dengan
demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan
marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan
keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk
memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam
jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang.
Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal
uang yang tetap. Marshall menemukan surplus konsumen yang dikaitkan pula dengan
welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja lebih kecil
daripada kemampuannya membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama
pajak yang dikenakan pada konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka
kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk subsidi, terutama
bagi industri-industri yang struktur ongkosnya telah meningkat. Marshall menjelaskan pula
mengapa kurva ongkos total rata-rata menurun dan meningkat tergantung internal dan
eksternal perusahaan atau industri.
a. Ekonomi neo-klasik yang muncul pada tahun 1900-an adalah teori luas yang berfokus
pada penawaran dan permintaan sebagai kekuatan pendorong di balik produksi, harga,
dan konsumsi barang dan jasa.
b. Para ahli ekonomi klasik berasumsi bahwa faktor terpenting dalam harga suatu produk
adalah biaya produksinya. Sementara ekonom neo-klasik berpendapat bahwa persepsi
konsumen tentang nilai suatu produk adalah faktor pendorong dalam harganya. Mereka
menyebut perbedaan antara biaya produksi aktual dan harga eceran sebagai surplus
ekonomi.
c. Salah satu asumsi awal utama ekonomi neo-klasik adalah bahwa utilitas bagi konsumen,
bukan biaya produksi, adalah faktor terpenting dalam menentukan nilai suatu produk
atau layanan. Pendekatan ini dikembangkan pada akhir abad ke-19 berdasarkan buku-
buku karya William Stanley Jevons, Carl Menger, dan Léon Walras.
d. Ilmu ekonomi neo-klasik menetapkan bahwa suatu produk atau jasa sering kali memiliki
nilai di atas dan di luar biaya produksinya. Sementara teori ekonomi klasik
mengasumsikan bahwa nilai produk berasal dari biaya bahan ditambah biaya tenaga
kerja, ekonom neoklasik mengatakan bahwa persepsi konsumen terhadap nilai suatu
produk mempengaruhi harga dan permintaannya.
e. Teori ekonomi neo-klasik menyatakan bahwa persaingan mengarah pada alokasi sumber
daya yang efisien dalam suatu perekonomian. Kekuatan penawaran dan permintaan
menciptakan ekuilibrium pasar.
f. Berbeda dengan ilmu ekonomi Keynesian, aliran neo-klasik menyatakan bahwa
tabungan menentukan investasi. Ekonomi neo-klasik menyimpulkan bahwa ekuilibrium
di pasar dan pertumbuhan pada kesempatan kerja penuh harus menjadi prioritas ekonomi
utama pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Sugeng Santoso. Sejarah Ekonomi Islam Masa Kontenporer. Kabag Humas PM. Darul Hikmah
Tawangsari.
Abdul Qayum, Asep Nurhalim, Fithriadi, Dkk. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Departemen
Ekonomi dan Keuangan Syariah - Bank Indonesia. 2021
Profil Simon Kuznets, Jhon Richard Hicks, Wassely Leontief, Vladmir Lenin, James K.
Galbraith, dan Paul A Samuelson. http://m.merdeka.com/profil. diakses pada 1 Juni 2022
pukul 10.45