Anda di halaman 1dari 21

Pemikiran Filsafat Ekonomi

Perbandingan Pemikiran Ekonomi Cendekiawan Konvensional Dan Muslim


Pada Periode Neo-Klasik Abad 20
Oleh:
Muhammad Yudi/200501109

PEMBAHASAN

Adam Smith melalui karya besarnya The Wealth of Nations yang ditulis pada tahun 1776,
sering disebut sebagai orang pertama yang mengembangkan ilmu ekonomi sebagai satu cabang
tersendiri dalam ilmu pengetahuan. Sebagai seorang ekonom, Smith tidak melupakan akar
moralitasnya terutama yang tertuang dalam The Theory of Moral Sentiments. Perkembangan
sejarah pemikiran ekonomi kemudian berlanjut dengan menghasilkan tokoh-tokoh seperti Alfred
Marshall, J.M. Keynes, Karl Marx, hingga peraih hadiah Nobel bidang Ekonomi tahun 2009,
Elinor ostrom dan Oliver E. Williamson.

Sebagai penanding aliran klasik, Keynes mengajukan teori dalam bukunya General
Theory of Employment, Interest, and Money yang menyatakan bahwa pasar tidak selalu mampu
menciptakan keseimbangan, dan karena itu intervensi pemerintah harus dilakukan agar distribusi
sumberdaya mencapai sasarannya. Dua aliran ini kemudian saling “bertarung” dalam dunia ilmu
ekonomi dan menghasilkan banyak varian dari keduanya seperti: Neo-klasik, neo keynesian,
monetarist, aliran sisi penawaran, aliran rational expectations dan lain sebagainya. Namun
perkembangan dalam pemikiran ini juga berkembang ke arah lain, seperti teori pertentangan
kelas dari Karl Marx dan Friedrich Engels, serta aliran institusional yang pertama dikembangkan
oleh Thorstein Veblen dkk dan kemudian oleh peraih nobel Douglass C. North.

Munculnya Aliran Neo-Kelasik

Penerapan sistem ekonomi pasar bebas di berbagai negara di dunia ini sebagian besar
berdasar pada pemikiran Neo-klasik. Aliran ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari aliran
Klasik yang dirintis oleh Adam Smith, di mana campur tangan negara boleh dikatakan tidak ada
dalam urusan ekonomi, ditambah dengan penggunaan matematika dalam analisis ekonomi yang
dilakukan. Pendekatan aliran neo-klasik sering mendominasi studi fenomena ekonomi. Aliran ini
memberikan sebuah fakta bahwa agen manusiamenunjukkan perilaku yang lebih kompleks
daripada yang diwakili dalam teori ekonomi arus utama tradisional.

Ekonomi neo-klasik, juga disebut sebagai ekonomi arus utama atau ortodoks tidak
diragukan lagi merupakan tradisi pemikiran ekonomi yang paling menonjol dan dominan.
Dominasi ekonomi neo-klasik tak bisa terlepas dari sejarah intelektualnya yang panjang dan
paradigma yang kohesif dan berkembang dengan baik serta metodologi yang ketat untuk
mendekati berbagai masalah praktis dan teoritis. Aliran ini disebut “klasik” berdasarkan gagasan
bahwa pasar bebas atau persaingan sempurna menghasilkan alokasi sumber daya yang efisien
yang mengatur kegiatan ekonomi dan menetapkan keseimbangan melalui kekuatan pasar
permintaan dan penawaran atau melalui ambisi individu yang mengatur diri sendiri dari para
pelaku pasar yang disebut Adam Smith sebagai ‘tangan tak terlihat’ (invisible hand).

Sementara itu, konsepsi “neo” didasarkan pada penyimpangan signifikan dalam


pendekatan metodologisnya dari sudut pandang atau tradisi Klasik yang berfokus pada produksi
ekonomi dan factor-faktor yang mempengaruhinya, ke pendekatan formal dan analitik yang
sangat menekankan pada pilihan individu dan maksimalisasi utilitas. Dengan adopsi teknik
matematika untuk analisis ekonomi. Fokus pada preferensi individu dan pengambilan keputusan,
revolusi marginalis, postulasi teori nilai utilitarian dan penetrasi formalisme matematika yang
berhasil ke dalam ekonomi neoklasik semuanya membuka jalan untuk keluar dari dominasi
pemikiran ekonomi Klasik.

Aliran ekonomi klasik mengubah fokusnya secara dramatis selama dan setelah tahun
1870-an. Dari kepeduliannya terhadap masalah ekonomi makro ekonomi kapitalis secara
keseluruhan, dan terutama pertumbuhannya dari waktu ke waktu ekonomi klasik beralih ke studi
terperinci tentang proses pengambilan keputusan individu dan perusahaan individu yang
sekarang kita sebut sebagai masalah ekonomi mikro. Istilah-istilah seperti “preferensi individu”
dan “utilitas marjinal”, “fungsi produksi” dan “biaya marjinal,” dan “ekuilibrium umum”, yang
jarang ditampilkan dalam ilmu ekonomi klasik, kini menjadi pusat perhatian. Tidak semua
ekonom klasik menjadi ahli ekonomi mikro. Karena masalah ekonomi makro utama (inflasi,
depresi, pertumbuhan yang stagnan, dll.) terus menerus menimpa semua ekonomi kapitalis
secara berkala, beberapa ekonom mempertahankan fokus mereka pada masalah ekonomi secara
keseluruhan.
Namun, pergeseran luas jelas menuju landasan teori mikroekonomi yang diekspresikan
terutama dalam memandang semua peristiwa ekonomi secara ketat sebagai hasil keputusan yang
diambil oleh individu dan perusahaan yang mementingkan diri sendiri. Pergeseran ini luas dan
cukup dalam sehingga menjamin nama baru untuk ekonomi klasik: ekonomi neo-klasik.
Sebagian besar teori ekonomi yang muncul pada periode tahun 1870-1930 didominasi oleh
proposisi dasar ekonomi neo-klasik yang didirikan dan dijalin secara matematis menjadi teori
ekonomi umum. Teori neo-klasik memulai analisisnya terhadap ekonomi dengan menentukan
aspek mental dan fisik tertentu dari individu. Hal ini pada dasarnya merupakan pikiran individu
(kemampuan yang melekat untuk bernalar secara logis) dan tubuh individu (kemampuan alami
untuk bekerja dan menginginkan objek konsumsi).

Segala sesuatu yang terjadi dalam perekonomian harga, pendapatan, kekayaan,


pertumbuhan dipahami berasal dari atau disebabkan oleh interaksi pikiran dan tubuh individu.
Dengan demikian, manusia dianggap sebagai asal atau esensi dari struktur ekonomi yang
dibangun oleh perilaku mereka. Proposisi aliran ekonomi neo-klasik yang bersifat humanis
menjelaskan bagaimana hasil terakhir dari perjuangan setiap manusia secara individu untuk
menggunakan penalaran pribadinya dan kemampuan kerja untuk mencapai hasil ekonomi terbaik
untuk diri mereka sendiri dalam keadaan tertentu. Jika tidak terhalang oleh intervensi eksternal
dan asing, pertukaran pasar bebas di antara individu-individu yang mementingkan diri sendiri
seperti itu akan menghasilkan kekayaan sebesar mungkin (disamakan dengan kesejahteraan)
untuk semua orang, mengingat kontribusi mereka yang berbeda terhadap produksi dan keinginan
untuk konsumsi.

Hal yang menjadi temuan utama dari ilmu ekonomi neo-klasik adalah klaimnya bahwa
hasil dari pembelian, penjualan, bekerja, menabung, dan lain-lain untuk kepentingan pribadi,
pada dasarnya, adalah utopia ekonomi: harmoni ekonomi yang sempurna di antara semua
individu dan di antara mereka dan alam. Untuk mencapai utopia ini, menurut teori neoklasik,
masyarakat harus memberikan dan melindungi setiap individu dengan kebebasan penuh untuk
bertindak demi kepentingannya sendiri dan menetapkan kerangka institusional (pasar kompetitif
dan kepemilikan pribadi) yang menjamin kebebasan itu.

Beberapa Tokoh Konvensional Dan Muslim Pemikiran Ekonomi


Priode Neo-Klasik Abad 20
Tokoh Pemikir Konvensional Dan Pemikirannya
1. Simon Smith Kuznetsh

Simon Smith Kuznets dilahirkan dalam sebuah keluarga Yahudi di Pinsk, Rusia
Kekaisaran (sekarang di Belarusia). Dia adalah penerima Hadiah Nobel ketiga dalam bidang
ekonomi karena karya empirisnya dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam karya ini Kuznets
mengidentifikasi era ekonomi baru yang disebutnya  sebagai pertumbuhan ekonomi modern
yang bermula di Eropa Barat di paruh terakhir abad ke-18.
Kuznets memulai pendidikannya lebih tinggi di Kharkiv Komersial Institute,
Ukraina, tetapi pada tahun 1992 dia pindah ke Amerika Serikat untuk mengikuti ayahnya
yang meninggalkan Rusia sebelum pecah Perang Dunia I. Di Amerika Serikat, Kuznets
menjalani pendidikan di Columbia University Schoolof General Studies. Dari tahun 1925
sampai 1926, Kuznets menghabiskan waktu untuk mempelajari pola harga dalam sebagai
peneliti muda di Research Fellow of the Social Science Research Council. Pekerjaan inilah
yang mengawali penerbitan buku Gerakan Sekuler dalam Produksi dan Harga pada tahun
1930. Memasuki tahun 1930, Kuznets didapuk untuk menjadi paruh waktu di Universitas
Pennsylvania, ini dilakukannya hingga tahun 1936. Setelahnya, Kuznets dilantik sebagai
guru besar Ekonomi dan Statistik dari 1936 sampai 1954. Dalam periode waktu inilah,
Kuznets menghasilkan karya-karyanya.
Kuznets mulai mencoba menghitung pendapatan nasional sejak 1869. Meskipun
bukan ekonom pertama yang mencobanya, karya Kuznets terbilang sempurna dan teliti.
Karyanya ini didanai oleh lembaga nirlaba National Bureau of Economic Research.
Kemudian, Kuznets membantu mengembangkan revolusi Keynes. Pengukuran Kuznets ini
membantu kelanjutkan studi ekonometri yang didirikan oleh Ragnar Frisch dan Jan
Tinbergen. Kuznets mendekati karya ini dengan menuruti fakta dan berharap dapat
memahami fenomena ekonomi melalui pengukuran kuantitatif.
Salah satu penemuan Kuznets lainnya adalah efek pertumbuhan ekonomi dalam
distribusi pendapatan. Di negeri miskin, Kuznets menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi
menambah disparitas pendapatan antara orang kaya dan orang miskin. Di negeri yang
makmur, pertumbuhan ekonomi mempersempit perbedaan itu. Di samping itu, Kuznets juga
menganalisis dan mengkuantifikasi sifat berulang produksi dan harga dalam jangka waktu
15-20 tahun. Siklus perdagangan itula yang pada akhirnya disebut sebagai Siklus Kuznets
meski masih dipertentangkan. Kuznets menghabiskan masa tuanya dengan menjadi Profesor
Ekonomi Politik di Harvard University  hingga akhirnya pensiun pada tahun 1971. Simon
Kuznets meninggal pada tanggal 8 Juli 1985, pada usia 84.
Kuznets mengubah cara pengukuran PDB. Dengan karya yang bermula pada 1930-
an dan terus-menerus selama beberapa dasawarsa, Kuznets menghitung pendapatan nasional
sejak 1869. Meskipun bukan ekonom pertama yang mencobanya, karya Kuznets terbilang
sempurna dan teliti yang mengatur standar bidang ini. Karyanya didanai oleh lembaga
nirlaba National Bureau of Economic Research, yang telah bermula pada 1920. Kuznets
kemudian membantu U.S. Department of Commerce untuk menstandardisasi
pengukuran Produk Nasional Bruto. Namun di akhir 1940-an, ia berpecah dengan
departemen itu karena menolak menggunakan PDB untuk mengukur pekerjaan rumah tangga
karena ini merupakan komponen produksi yang penting.
Kemudian, Kuznets membantu mengembangkan revolusi Keynes. Pengukuran
Kuznets juga membantu melanjutkan studi ekonometri yang didirikan oleh Ragnar
Frisch dan Jan Tinbergen. Kuznets mendekati karya ini dengan menuruti fakta dan berharap
memahami fenomena ekonomi melalui pengukuran kuantitatif. Ia telah memulainya sejak
tinggal di Rusia: ia adalah kepala BPS di Ukraina pada masa Bolshevik sebelum pindah
ke Amerika Serikat di usia 21.
Salah satu penemuan Kuznets lainnya adalah efek pertumbuhan ekonomi
dalam distribusi pendapatan. Di negeri miskin, Kuznets menemukan bahwa pertumbuhan
ekonomi menambah disparitas pendapatan antara orang kaya dan orang miskin. Di negeri
yang makmur, pertumbuhan ekonomi mempersempit perbedaan itu. Di samping itu, Kuznets
menganalisis dan mengkuantifikasi sifat berulang produksi dan harga dalam jangka waktu
15-20 tahun. Siklus perdagangan demikian sering disebut sebagai "siklus Kuznets" meski
dipertentangkan.
2. Jhon Richard Hicks

Sir John Richard Hicks seorang ekonom Inggris peraih Nobel Memorial Prize di
bidang Ilmu ekonomi pada tahun 1972. Dimulai dari tahun 1917 sampai 1922 ia belajar di
CliftonCollege. Kemudian pada tahun 1922 hingga 1926 ia melanjutkan dunia belajarnya di
BalliolCollege, Oxford pada bidang matematika. Pada 1923 ia beralih jurusan ilmunya
menjadi bidang Filsafat, Politik, dan Ekonomi. Pada tahun 1930 Hicks memulai karir sebagai
dosen di London School di bidang Ilmu Ekonomi dan Politik sambil melakukan pekerjaan
deskriptif tentang hubungan industrial. Namun secara bertahap ia beralih ke sisi analitis
karena ia memiliki keterampilan matematika yang baik. Hingga tahun 1938 ia mengajar di
Cambridge dan Gonville & Caius College, terutama di bidang nilai dan modal. Ia menjadi
Profesor di ManchasterUniversity pada tahun 1938 hingga 1946.

Tahun 1946 ia kembali ke Oxford dan menjadi peneliti dari Nuffield College. Ia
kemudian menjadi Drummon Professor di bidang Ekonomi Politik. Pada tahun 1965-1971 ia
menjadi peneliti di All-Souls College. Ia juga menjadi anggota Revenue
AllocationCommission (Komisi Alokasi Pendapatan) di Nigeria. Selama hidupnya Hicks
telah berkontribusi dalam teori kapital, model IS/LM, teori konsumen, teori ekuilibrium
umum, nilai dan modal, teori kesejahteraan, dan inovasi terinduksi. Ia telah banyak
mempublikasikan berbagai karya di bidang ekonomi, antara lain A Reconsiderationof the
Theory of Value yang terbit pada tahun 1934, Mr Keynes and the Classic: A Suggested
Interpretation yang terbit pada tahun 1937, Valueand Capital yang terbit pada tahun 1939, A
Contribution to the Theory of the Trade Cycle yang terbit pada tahun 1950, Measurementof
Capital in Relation to the Measurement of Other Economic Aggregates yang terbit pada
tahun 1961, The Mainspring of Economic Growth yang terbit tahun 1973, A Market Theory
of Money yang terbit pada tahun 1989, dan sebagainya

3. Wassily Leontief

Wassily Leontief lahir di München, Bayern, Jerman pada tangga 5 Agustus 1905.
Dia adalah seorang ekonom yang terkenal atas penelitiannya tentang teori perubahan dalam
satu sektor ekonomi bisa mempengaruhi sektor lainnya. Wassily Leontief lahir dari pasangan
Wassily W. Leontief yang merupakan seorang guru besar ekonomi dengan istrinya Eugenia.
Leontief kecil menghabiskan mase kanak-kanak hingga remaja di Saint Petersburg (kini
dikenal sebagai Leningrad). Pada tahun 1921, Leontief mendaftar dan belajar di Universitas
Leningrad (kini di St. Petersburg). Setelah mempelajari filsafat, sosiologi dan ekonomi
akhirnya pada tahun 1925 dia menerima gelar ekonom terpelajar (sama dengan Master of
Arts) di usianya yang baru 19 tahun.

Pada tahun 1925, Leontief melanjutkan studinya di Universitas Berlin dan dia
memperoleh gelar Phd. Dengan tulisan disertasi yang berjudul Putaran Arus dalam Ekonomi
dibawah bimbingan Werner Sombart. Di tahun 1929, Leontief menerima gelar doktor dalam
ilmu ekonomi dengan spesialisasi Analisis Ekonomi Penerimaan-Pengeluaran. Leontief
pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1931 dan bekerja di National Bureau of Economic
Research, New York. Pada tahun 1946, Leontief menjadi guru besar ekonomi di Havard
University, disana dia menangani riset terkait ekonomi dari tahun 1948 hingga tahun 1973.
Leontief telah mendapatkan berbagai penghargaan atas publikasi ilmiah yang dia hasilkan.
Pencapaian terbesarnya adalah ketika dia mendapatkan penghargaan Nobel di bidang
ekonomi atas publikasi penelitiannya yang menjelaskan tentang teori hubungan perubahan
dalam satu sektor ekonomi yang bisa mempengaruhi sektor lainnya.

Pada hari Jumat, tanggal 5 Februari 1999, Leontief meninggal dunia di New York
City, New York, Amerika Serikat pada usia 93 tahun. Dia meninggalkan seorang istri yang
merupakan seorang penyair bernama Estelle Marks dan putri semata wayang mereka
Svetlana Leontief Alpers.

4. James K. Galbraith

James Kenneth Galbraith (James K. Galbraith) adalah seorang profesor di bidang


public affair di Lyndon B. Johnson School dan profesor dibidang departemen pemerintah
Universityof Texas di Austin. Ia adalah putra dari John K. Galbraith, seorang ekonom
terkenal dan merupakan saudara dari mantan diplomat dan komentator Peter W. Galbraith.
James K Galbraith belajar sebagai Marshall Scholar di King's College, Cambridge pada
tahun 1974-1975 dan kemudian menjabat di beberapa posisi dalam staf Kongres Amerika
Serikat termasuk sebagai Direktur Eksekutif di Joint Economic Committee (Komite Ekonomi
Bersama). Galbraith mengepalai Universityof Texas Inequality Project, yaitu sebuah
penelitian informal dengan beberapa siswa sekolah pascasarjana di LBJ School.
Galbraith adalah Ketua Economistsfor Peace andSecurity (Ekonom untuk
Perdamaian dan Keamanan) yang sebelumnya dikenal sebagai Economists Against the Arms
Race, suatu asosiasi internasional untuk ekonom-ekonom profesional yang terfokus pada isu-
isu perdamaian dan keamanan. Ia juga tergabung dalam proyek untuk Tentara Perdamaian,
sebuah film dokumenter untuk perdamaian global. James K. Galbraith telah menulis berbagai
buku, diantaranya  Balancing Acts: Technology, Finance andthe American Future (1989),
CreatedUnequal: The Crisis in American Pay (1998), Inequalityand Industrial Change: A
Global VIew (2001), Unbearable Cost: Bush, Greenspan, and the Economics of Empire
(2006), The Economic Problem (dengan Robert L. Heilbroner) Macroeconomics (dengan
William Darity, Jr) dan The Predators State: How Conservatives Abandoned The Free
Market And Why Liberals Should Too (2008). Ia juga menulis untuk The Texas Observer,
The Nation, The American Prospect, Mother Jones, dan The Progressive. Sesekali ia menjadi
komentator di Public Radio Internasional's Marketplace.
5. Vladimir Lenin
Vladimir Lenin, lahir di Simbirsk, Kekaisaran Rusia, 22 April 1870, dikenal sebagai
revolusioner komunis Rusia, pemimpin partai Bolshevik, perdana menteri pertama Uni
Soviet, kepala negara pertama Uni Soviet secara de facto, dan penggagas Leninisme. Nama
Lenin sebenarnya adalah sebuah nama samaran dan diambil dari nama Sungai Lena di
Siberia. Lenin memiliki nama asli Vladimir Ilyich Ulyanov.
Vladimir Ilyich Ulyanov lahir sebagai putra dari Ilya Nikolaevich Ulyanov (1831 -
1924), seorang pegawai negeri Rusia yang berjuang untuk meningkatkan demokrasi dan
pendidikan bebas untuk semua orang di Rusia, beristrikan Maria Alexandrovna Blank (1835
- 1916). Orang tua Lenin adalah seorang Yahudi, sedangkan Lenin sendiri dibaptis dalam
kepercayaan Gereja Ortodoks Rusia. Lenin terkenal pandai dalam bahasa Latin dan bahasa
Yunani. Hukuman gantung yang dijatuhkan pada kakaknya, Alexander Ulyanov karena turut
merencanakan pembunuhan Tsar Alexander III, membuat Lenin menjadi radikal.
Keterlibatan Lenin dalam demonstrasi mahasiswa membuat ia dikeluarkan dari Universitas
Kazan. Hal tersebut tidak menurunkan minat Lenin untuk belajar. Lenin terus belajar secara
otodidak dan pada tahun 1891 bisa mendapatkan izin menjadi seorang pengacara.
Ketika bekerja sebagai seorang pengacara di Saint Petersburg, Lenin mulai mengenal
karya-karya Karl Marx dan Friedrich Engels. Namun karena karya tentang Marxisme
dilarang di Rusia, Lenin pun ditangkap dan dipenjara selama setahun. Lalu ia dibuang ke
Siberia. Pada bulan Juli 1898, saat masih di Siberia, Lenin menikahi seorang wanita sosialis
bernama Nadezhda Krupskaya. Saat hidup dalam pengasingan, Lenin menulis The
Development of Capitalism in Russia, The Tasks of Russian Social Democrats serta beberapa
jurnal sosial yang lain. Usaha Lenin untuk mengadakan revolusi di Rusia sempat gagal
beberapa kali dan membuat Lenin harus melarikan diri ke Finlandia. Pada bulan Oktober
1917 Lenin berhasil mengadakan revolusi Oktober dan membuat Karensky, perdana menteri
Rusia, terpaksa melarikan diri. Pada tanggal 30 Agustus 1918, Lenin ditembak oleh Fanya
Kaplan, seorang wanita revolusioner pula, sebanyak tiga kali. Kaplan menganggap Lenin
telah mengkhianati Revolusi Rusia. Lenin bisa selamat tetapi kesehatannya mulai menurun
dan tak pernah pulih kembali. Akhirnya, ia meninggal dunia pada tanggal 21 Januari 1924
setelah terkena stroke.

6. Paul A. Samuelson
Paul Anthony Samuelson merupakan Ekonom Amerika Serikat kelahiran Gary,
Indiana, 15 Mei 1915. Ia merupakan Ekonom yang mendapatkan penghargaan Nobel dalam
ekonomi pada tahun 1970 atas kontribusinya dalam bidang ekonomi yang fundamental.
Sameulson dilahirkan dalam keluarga yang mengetahui banyak tentang bidang ekonomi.
Kakak, saudara perempuan dan keponakannya merupakan ekonom. Dengan latar belakang
banyak keluarga yang melek akan ilmu ekonomi, Samuelson melanjutkan studinya dalam
bidang ekonomi di Universitas Chicago pada usia 16 tahun dan dilanjutkan di Universitas
Harvard untuk program doktoral.

Dalam sejarahnya, Samuelson merupakan teoritikus ekonomi yang luar biasa. Ia


memberikan sumbangan teori penggabungan antara ilmu matematika dan ekonomi. Ia
merupakan profesor dalam bidang ilmu stabilitas dan dinamika sistem ekonomi,
penggabungan teori perdagangan internasional dengan keseimbangan ekonomi umum,
analisis publik, teori modal, ekonomi kesejahteraan dan pengeluaran publik.
KarirSamuelson dalam bidang Ekonomi berawal sejak dirinya menjabat sebagai asisten
profesor di Massachusetts Instituteof Technology (MIT) pada usianya yang relatif muda, 25
tahun. Ia kemudian diangkat sebagai profesor di universitas yang sama empat tahun
setelahnya. Ia adalah ekonom pertama yang menerapkan metode matematika untuk
termodinamika dalam pelajaran ekonomi. Pada tahun 1947, Samuelson menggabungkan teori
termodinamika dengan statistik perbandingan pada ekonomi. Metode ini menerangkan
tentang perubahan dalam masalah kesetimbangan ekonomi.

Semasa karirnya, Samuelson dikenal sebagai bapak ekonomi neo-keynesian dan


merupakan tokoh pengembangan neo-klasikal ekonomi. Selain menjabat sebagai profesor di
MIT, ia merupakan penulis buku bestseller yang menerangkan mengenai ekonomi keynesian
yang diterbitkan pada tahun 1948, Economics: an Introductory Analysis. Setahun
sebelumnya, ia menerbitkan buku yang dicetak secara besar-besaran sebagai buku pertama
yang berisi teori penggabungan penggunaan matematika dalam ekonomi, Foundation of
Economic Analysis. Buku inilah yang kemudian dianggap sebagai karya yang paling
menonjol yang dibuat oleh seorang ekonom di bawah usia 40 tahun. Karena dianggap
sebagai ekonom dengan karya yang menonjol, pada tahun yang sama, yakni 1947, ia
memenangkan penghargaan John Bates Clark Award.

Pada tahun 1970, Samuelson mendapatkan Nobel memorial Prize in


EconomicSciences sebagai orang Amerika pertama yang mendapatkan penghargaan nobel
dalam bidang ekonomi. Ia dianggap telah membantu dalam meningkatkan tingkat analisis
dan metodologi umum dalam ilmu ekonomi. Selain itu, ia juga telah menunjukkan bagian
dasar masalah yang ada pada ilmu ekonomi lengkap dengan teknik analisisnya.
Pada tahun 2003, Samuelson merupakan salah satu pemenang nobel yang menandatangani
sebuah pernyataan atas penolakan pemotongan pajak oleh Bush. Samuelson meninggal pada
tahun 2009 dalam usia 94 tahun, banyak pihak yang merasa kehilangan atas kematiannya
tersebut. James M. Poterba, seorang profesor ekonomi dan seorang presiden National Bureau
of Economic Research mengungkapkan bahwa Samuelson merupakan seorang peneliti dan
seorang guru besar yang meninggalkan warisan berupa ilmu ekonomi kontemporer.
Samuelson meninggalkan banyak karya. Banyak papernya yang telah diterbitkan secara
internasional. Karyanya banyak digunakan ekonom modern masa kini.

Pemikir Ekonomi Muslim dan pemikirannya

1. Muhammad Abdul Mannan


Muhammad Abdul Mannan lahir di Bangladesh tahun 1938. Pada tahun 1960, ia
mendapat gelar Master di bidang Ekonomi dari Rajashi University dan bekerja di Pakistan.
Tahun 1970, ia meneruskan belajar di Michigan State University dan mendapat gelar Doktor
pada tahun 1973. Setelah mendapat gelar doctor, Mannan mengajar di Papua Nugini. Pada
tahun 1978, ia ditunjuk sebagai Profesor di International Centre for Research in Islamic
Economics di Jeddah. Sebagian karya Abdul Mannan adalah Islamic Economics, Theory and
Practice, Delhi, Sh. M. Ashraf, 1970. Buku ini oleh sebagian besar mahasiswa dan sarjana
ekonomi Islam dijadikan sebagai buku teks pertama ekonomi Islam. Penulis memandang
bahwa kesuksesan Mannan harus dilihat di dalam konteks dan periode penulisannya. Pada
tahun 1970-an, ekonomi Islam baru sedang mencari formulanya, sementara itu Mannan
berhasil mengurai lebih seksama mengenai kerangka dan ciri khusus ekonomi Islam. Harus
diakui bahwa pada saat itu yang dimaksud ekonomi Islam adalah fikih muamalah. Seiring
dengan berlalunya waktu, ruang lingkup dan kedalaman pembahasan ekonomi Islam juga
berkembang.
Hal tersebut mendorong Abdul Mannan menerbitkan buku lagi pada tahun 1984
yakni The Making of Islamic Economiy. Buku tersebut menurut Mannan dapat dipandang
sebagai upaya yang lebih serius dan terperinci dalam menjelaskan bukunya yang pertama.1 a.
Asumsi Dasar Muhammad Abdul Mannan Beberapa asumsi dasar dalam ekonomi Islam,
sebagai berikut: Pertama, Mannan tidak percaya kepada “harmony of interests” yang
terbentuk oleh mekanisme pasar seperti teori Adam Smith. Sejatinya harmony of interests
hanyalah angan-angan yang utopis karena pada dasarnya setiap manusia mempunyai naluri
untuk menguasai pada yang lain. Hawa nafsu ini jika tidak dikendalikan maka akan
cenderung merugikan pada yang lain. Begitulah kehidupan kapitalistik yang saat ini tengah
terjadi, di mana kepentingan pihak-pihak yang kuat secara faktor produksi dan juga
kekuasaan mendominasi percaturan kehidupan.
Kedua, penolakannya pada Marxis. Teori perubahan Marxis tidak akan mengarah
pada perubahan yang lebih baik. Teori Marxis hanyalah reaksi dari kapitalisme yang jika
ditarik garis merah tidak lebih dari solusi yang tidak tuntas. Bahkan, lebih jauh teori Marxis
ini cenderung tidak manusiawi karena mengabaikan naluri manusia yang fitrah, di mana
setiap manusia mempunyai kelebihan antara satu dan lainnya dan itu perlu mendapatkan
reward yang berarti. Ketiga, Mannan menyebarkan gagasan perlunya melepaskan diri dari
paradigma kaum neoklasik positivis, dengan menyatakan bahwa observasi harus ditujukan
kepada data historis dan wahyu. Argumen ini sebenarnya bertolak belakang dari agumennya
sendiri untuk meninggalkan paradigma kaum neoklasik yang mendasarkan pada historis.
Keempat, Mannan menolak gagasan kekuasaan produsen atau kekuasaan konsumen. Hal
tersebut menurutnya akan memunculkan dominasi dan eksploitasi. Dalam kenyataan, sistem
kapitalistik yang ada saat ini dikotomi kekuasaan produsen dan kekuasaan konsumen tak
terhindarkan. Oleh karena itu, Mannan mengusulkan perlunya keseimbangan antara kontrol
pemerintah dan persaingan dengan menjunjung nilai-nilai dan norma-normasepanjang
diizinkan oleh syariah. Kelima, dalam hal pemilikan individu dan swasta, Mannan
berpendapat bahwa Islam mengizinkan pemilikan swasta sepanjang tunduk pada kewajiban
moral dan etik. Dia menambahkan bahwa semua bagian masyarakat harus memiliki hak
untuk mendapatkan bagian dalam harta secara keseluruhan.
Namun, setiap individu tidak boleh menyalahgunakan kepercayaan yang dimilikinya
dengan cara mengeksploitasi pihak lain. Pandangan Mannan ini masih bersifat normatif.
Mannan dalam beberapa tulisannya belum menjelaskan secara gamblang cara, instrumen dan
sistem yang dia pakai sehingga keharmonisan ekonomi Islam di masyarakat dapat terwujud.
Keenam, dalam mengembangkan ilmu ekonomi Islam, langkah pertama Mannan adalah
menentukan basic economic functions yang secara sederhana meliputi tiga fungsi, yaitu
konsumsi, produksi dan distribusi. Ada lima prinsip dasar yang berakar pada syariah untuk
basic economic functions berupa fungsi konsumsi, yakni prinsip righteousness, cleanliness,
moderation, beneficence dan morality. Perilaku konsumsi seseorang dipengaruhi oleh
kebutuhannya sendiri yang secara umum adalah kebutuhan manusia yang terdiri dari
necessities, comforts dan luxuries.
2. Monzer Khaf
Monzer al kahf termasuk orang pertama yang mengaktualisasikan analisis
penggunaan beberapa institusi Islam (seperti zakat) terhadap agregat ekonomi, seperti
simpanan, investasi, konsumsi dan pandapatan. Hal ini dapat di lihat dalam bukunya yang
berjudul “ ekonomi islam : telaah analitik terhadap fungsi sistem ekonomi Islam ”, dan
diterbitkan pada tahun 1978. Jika dikatakan bahwa karyanya itu memiliki awal sebuah
“analisis matematika” ekonomi Islam yang saat ini menjadikan kecenderungan ekonom
muslim. Yang paling utama dan terpenting dari pemikiran kahf adalah pandangannya
terhadap ekonomi sebagai bagian tertentu dari agama. Dr. Monzer kahf. Ketua economist
group association of muslim social scirntist, USA, menempuh pendidikan di syiria dan us
dan mendapat gelar ph. D ekonomi dengan spesialisasi ekonomi internasional. Beliau juga
seorang ekonom di Islamic research & training institute Islamic development bank (irti-idb).
Asumsi Dasar Kahf Tentang “Islamic Man” Berbeda dengan ekonomi konvensional yang
mengasumsikankan manusia sebagai rational economic man, jenis manusia yang hendak
dibentuk oleh Islam adalah Islamic man (Ibadurrahman), (QS 25:63). Islamic man dianggap
perilakunya rasional jika konsisten dengan prinsip-prinsip Islam yang bertujuan untuk
menciptakan masyarakat yang seimbang. Tauhidnya mendorong untuk yakin, Allah-lah yang
berhak membuat rules untuk mengantarkan kesuksesan hidup.
Islamic man dalam mengkonsumsi suatu barangan tidak sematamata bertujuan
memaksimumkan kepuasan, tetapi selalu memperhatikan apakah barang itu halal atau haram,
israf atau tabzir, memudaratkan masyarakat atau tidak dan lain-lain. Islamic man tidak
materaialistik, ia senantiasa memperhatikan anjuran syariat untuk berbuat kebajikan untuk
masyarakat, oleh karena itu ia baik hati, suka menolong, dan peduli kepada masyarakat
sekitar. Ia ikhlas mengorbankan kesenangannya untuk menyenangkan orang lain. Motifnya
dalam berbuat kebajikan kepada orang lain, baik dalam bentuk berderma, bersedekah,
meyantuni anak yatim, maupun mengeluarkan zakat harta, dan sebagainya, tidak dilandasi
motif ekonomi sebagaimana dalam doctrine of sosial reposibility, tetapi semata-mata
berharap keridhaan Allah SWT.
Meskipun semua agama berbicara tentang masalah-masalah ekonomi, namun agama-
agama itu berbeda pandangannya tentang kegiatan-kegiatan ekonomi. Beberapa agama
tertentu melihat kegiatan-kegiatan ekonomi manusia hanya sebagai kebutuhan hidup yang
seharusnya dilakukan sebatas memenuhi kebutuhan makan dan minumnya semata-mata.
Selama ini, kesan yang terbangun dalam alam pikiran kebanyakan pelaku ekonomi apalagi
mereka yang berlatar belakang konvensional melihat bahwa keshaleh-an seseorang
merupakan hambatan dan perintang untuk melakukan aktifitas produksi. Orang yang shaleh
dalam pandangannya terkesan sebagai sosok orang pemalas yang waktunya hanya dihabiskan
untuk beribadah dan tidak jarang menghiraukan aktifitas ekonomi yang dijalaninya.
Akhirnya, mereka mempunyai pemikiran negatif terhadap nilai keshalehan tersebut.
Mengapa harus berbuat shaleh, sedangkan keshalehan tersebut hanya membawa kerugian
(loss) bagi aktifitas ekonomi?
Sementara, Islam menganggap kegiatan-kegiatan ekonomi manusia sebagai salah
satu aspek dari pelaksanaan tanggung jawabnya di bumi (dunia) ini. Orang yang semakin
banyak terlibat dalam kegiatankegiatan ekonomi akan bisa semakin baik, selama
kehidupannya tetap menjaga keseimbangannya. Kesalehan bukan fungsi positif dari
ketidakproduktifan ekonomi. Semakin saleh kehidupan seseorang, justru seharusnya dia
semakin produktif. Harta itu sendiri baik dan keinginan untuk memperolehnya merupakan
tujuan yang sah dari perilaku manusia. Karena pekerjaan yang secara ekonomi produktif
pada dasarnya mempunyai nilai keagamaan, disamping nilai-nilai lainnya. Sistem sosial
Islam dan aturan-aturan keagamaan mempunyai banyak pengaruh atau bahkan lebih banyak
terhadap cakupan ekonomi dibandingkan dengan sistem hukumnya. Kajian tentang sejarah
sangat penting bagi ekonomi. Karena sejarah adalah laboratorium umat manusia. Sejarah
memberikan dua aspek utama kepada ekonomi dan sejarah unitunit ekonomi seperti individu-
individu dan badan-badan usaha atau ilmu ekonomi (itu sendiri).
3. M. Umer Chapra
M. Umer Chapra (1 Februari 1933, Bombay India) adalah salah satu ekonom
kontemporer Muslim yang paling terkenal pada zaman modern ini di timur dan barat.
Ayahnya bernama Abdul Karim Chapra. Umer Chapra dilahirkan dalam keluarga yang taat
beragama, sehingga ia tumbuh menjadi sosok yang mempunyai karakter yang baik.
Keluarganya termasuk orang yang berkecukupan sehingga memungkinkan ia mendapatkan
pendidikan yang baik. Masa kecilnya ia habiskan di tanah kelahirannya hingga berumur 15
tahun. Kemudian ia pindah ke Karachi untuk meneruskan pendidikannya disana sampai
meraih gelar Ph.D dari Universitas Minnesota. Dalam umurnya yang ke 29 ia mengakhiri
masa lajangnya dengan menikahi Khairunnisa Jamal Mundia tahun 1962, dan mempunyai
empat anak, Maryam, Anas, Sumayyah dan Ayman.
Dalam karir akademiknya DR. M. Umer Chapra mengawalinya ketika mendapatkan
medali emas dari Universitas Sindh pada tahun 1950 dengan prestasi yang diraihnya sebagai
urutan pertama dalm ujian masuk dari 25.000 mahasiswa. Setelah meraih gelar S2 dari
Universitas Karachi pada tahun 1954 dan 1956, dengan gelar B.Com / B.BA ( Bachelor of
Business Administration ) dan M.Com / M.BA ( Master of Business Administration ), karir
akademisnya berada pada tingkat tertinggi ketika meraih gelar doktoralnya di Minnesota,
Minneapolis. Pembimbingnya, Prof. Harlan Smith, memuji bahwa Umer Chapra adalah
seorang yang baik hati, mempunyai karakter yang baik dan kecemerlangan akademis.
Menurut Profesor ini,
Umer Chapra adalah orang yang terbaik yang pernah dikenalnya, bukan hanya
dikalangan mahsiswa namun juga seluruh fakultas. DR. Umer Chapra terlibat dalam berbagai
organisasi dan pusat penelitian yang berkonsentrasi pada ekonomi Islam. Saat ini dia menjadi
penasehat pada Islamic Research and Training Institute (IRTI) dari IDB Jeddah. Sebelumnya
ia menduduki posisi di Saudi Arabian Monetary Agency (SAMA) Riyadh selama hampir 35
tahun sebagai penasihat peneliti senior. Aktivitasnya di lembaga-lembaga ekonomi Arab
Saudi ini membuatnya di beri kewarganegaraan Arab Saudi oleh Raja Khalid atas permintaan
Menteri Keuangan Arab Saudi, Shaikh Muhammad Aba alKhail. Lebih kurang selama 45
tahun beliau menduduki profesi diberbagai lembaga yang berkaitan dengan persoalan
ekonomi diantaranya 2 tahun di Pakistan, 6 tahun di Amerika Serikat, dan 37 tahun di Arab
Saudi. Selain profesinya itu banyak kegiatan ekonomi yang dikutinya, termasuk kegiatan
yang diselenggarakan oleh lembaga ekonomi dan keuangan dunia seperti IMF, IBRD, OPEC,
IDB, OIC dan lain-lain.
Beliau sangat berperan dalam perkembangan ekonomi Islam. Ide-ide cemerlangnya
banyak tertuang dalam karangan-karangannya. Kemudian karena pengabdiannya ini beliau
mendapatkan penghargaan dari Islamic Development Bank dan meraih penghargaan King
Faisal International Award yang diperoleh pada tahun 1989. Beliau adalah sosok yang
memiliki ide-ide cemerlang tentang ekonomi Islam. Telah banyak buku dan artikel tentang
ekonomi Islam yang sudah diterbitkan samapai saat ini telah terhitung sebanyak 11 buku, 60
karya ilmiah dan 9 resensi buku. Buku dan karya ilmiahnya banyak diterjemahkan dalam
berbagai bahasa termasuk juga bahasa Indonesia.
Buku pertamanya, Towards a Just Monetary System, Dikatakan oleh Profesor
Rodney Wilson dari Universitas Durham, Inggris, sebagai “Presentasi terbaik terhadap teori
moneter Islam sampai saat ini” dalam Bulletin of the British Society for Middle Eastern
Studies (2/1985, pp.224-5). Buku ini adalah salah satu fondasi intelektual dalam subjek
ekonomi Islam dan pemikiran ekonomi Muslim modern sehingga buku ini menjadi buku teks
di sejumlah universitas dalam subjek tersebut. Buku keduanya, Islam and the Economic
Challenge, di deklarasikan oleh ekonom besar Amerika, Profesor Kenneth Boulding, dalam
resensi pre-publikasinya, sebagai analisis brilian dalam kebaikan serta kecacatan kapitalisme,
sosialisme, dan negara maju serta merupakan kontribusi penting dalam pemahaman Islam
bagi kaum Muslim maupun nonMuslim. Buku ini telah diresensikan dalam berbagai jurnal
ekonomi barat. Profesor Louis Baeck, meresensikan buku ini di dalam Economic Journal
dari Royal Economic Society dan berkata: “ Buku ini telah ditulis dengan sangat baik dan
menawarkan keseimbangan literatur sintesis dalam ekonomi Islam kontemporer. Membaca
buku ini akan menjadi tantangan intelektual sehat bagi ekonom barat. “ ( September 1993,
hal. 1350 ). Profesor Timur Kuran dari Universitas South Carolina, mereview buku ini dalam
Journal of Economic Literature untuk American Economic Assosiation dan mengatakan
bahwa buku ini menonjol sebagai eksposisi yang jelas dari keterbukaan pasar Ekonomi
Islam.
Kritiknya terhadap sistim ekonomi yang ada secara tidak biasa diungkap dengan
pintar dan mempunyai dokumentasi yang baik. Umer Chapra, menurutnya telah membaca
banyak tentang kapitalisme dan sosialisme sehingga kritiknya berbobot. Dan, Profesor Kuran
merekomendasikan buku ini sebagai panduan sempurna dalam pemahaman ekonomi Islam.
Pendapat M. Umer Chapra terhadap ekonomi Islam pernah dikatakannya dan
didefinisikannya sebagai berikut: Ekonomi Islam didefinisikan sebagai sebuah pengetahuan
yang membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia yang berada dalam koridor yang
mengacu pada pengajaran Islam tanpa memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku
makro ekonomi yang berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.
4. Yusuf Qordowi
Penjelasan pemikiran ekonomi Yusuf Qardhawi, lebih di titik beratkan kepada
perbedaan antara ekonomi Islam dengan ekonomi hasil teori manusia, yakni terletak pada
nilai dan akhlak. Hal ini meliputi urgensi, kedudukan dan dampaknya dalam berbagai bidang
ekonomi seperti produksi, konsumsi, perputaran, dan peredaran. Al-Qardhawi menekankan
Ekonomi adalah harapan menjadi ilmu, tetapi bukan ilmu. Dijelaskan olehnya, pemikiran-
pemikiran ekonomi bukanlah pmikiran yang mapan dan permanen, akan tetapi mengalami
perubahan dan pergantian (ditetapkan dan dihapuskan, menerima dan menolak sesuai
berbagai aliran ekonomi yang ada).
Al-Qardhawi juga menguatkan hal ini dengan pendapat ahli ekonomi Amerika
Serikat, John Ghams yang menyatakan bahwa ekonomi adalah bukan ilmu, tetapi harapan
menjadi ilmu. Pendapat serupa dikemukan oleh Williams James (ahli psikologi terkenal)
pada penutup dari pernyataannya bahwa ekonomi bukan ilmu, melainkan keinginan untuk
menjadi ilmu. a. Nilai dan Karakteristik Ekonomi Islam Ekonomi Islam berbeda dengan yang
lainnya, dikatakan oleh Yusuf qardhawi bahwa ekonomi Islam adalah “ekonomi Ilahiah”,
“ekonomi berwawasan kemanusiaan ”, “ekonomi akhlak”, dan “ekonomi pertengahan”.
Dijelaskan lebih lanjut, produksi, konsumsi, sirkulasi, dan distribusi merupakan cabang, buah
dan dampak dari makna dan nilai keempat ekonomi diatas sebagai cerminan ataupun
penegasan. Sebaliknya jika tidak demikian, Yusuf Qardhawi menyebut ke-Islam-an hanya
sekedar simbol dan pengakuan.

Pemikiran Ekonomi Aliran Neo-Klasik Konvensional

Ilmu ekonomi yang diajarkan dan diterapkan di seluruh dunia sejak Perang Dunia II,
dirintis oleh buku Paul Samuelson yang berjudul Economics An Introductory Analysis (MIT,
1946). Inti ajaran yang dikemukakan oleh Samuelson dikenal sebagai teori ekonomi Neo-
klasik. Isi ajaran ekonomi Neo-klasik merupakan sintesis antara teori ekonomi pasar
persaingan bebas Klasik (homo economicus dan invisible hand Adam Smith), dan ajaran
marginal utility serta keseimbangan umum. Tekanan ajaran ekonomi Neo-klasik adalah
bahwa mekanisme pasar persaingan bebas, dengan asumsi-asumsi tertentu, selalu mengarah
kepada keseimbangan umum dan efisiensi optimal yang bagi semua orang. Artinya jika pasar
dibiarkan bebas, tidak diganggu oleh aturanaturan pemerintah yang bertujuan baik sekali
pun, masyarakat secara keseluruhan akan mencapai kesejahteraan bersama yang optimal
(pareto opimum).

Ekonomi neo-klasik tidak monolitik atau statis tetapi menampilkan sejumlah asumsi
inti yang selalu muncul dalam teori ekonomi. Asumsi dasar ekonomi neoklasik yang telah
melahirkan berbagai teori tentang berbagai bidang kegiatan ekonomi dapat diringkas sebagai
individualisme metodologis, instrumentalisme metodologis (maksimisasi utilitas) dan
kesetimbangan metodologis (ekonomi ekuilibrium). Individualisme metodologis, hipotesis
inti dari ekonomi neo-klasik menempatkan penekanan pada individu sebagai unit
fundamental dari analisis dan tindakan. Secara sederhana, pengertian bahwa penjelasan
tentang fenomena kolektif, struktur dan institusi sosial, pada prinsipnya dibuat dari sudut
pandang individu; yaitu berdasarkan atas tindakan, nilai dan keyakinan mereka.

Dalam istilah ekonomi neo-klasik mengandaikan keberadaan individu rasional yang


beroperasi dalam batas-batas teori pilihan rasional sebagai individu yang mementingkan diri
sendiri yang berusaha untuk memaksimalkan utilitas yang diharapkannya. Asumsi
fundamental lain dari paradigma neo-klasik adalah doktrin maksimisasi utilitas atau manusia
ekonomi rasional (homo economicus) yang menjadi tema sentral dalam tesis neo-klasik.
Selama ilmu ekonomi neo-klasik berpendapat bahwa fenomena sosial adalah kumpulan
tindakan individu, harus ada keteraturan yang dapat membantu memberikan penjelasan
semacam itu. Salah satu kerangka penelitian tersebut telah dikembangkan dalam konsepsi
manusia sebagai rasional atau pemaksimalan utilitas untuk memberikan penjelasan atas
perilaku manusia atau fenomena sosial sebagai hasil musyawarah tentang cara mencapai
tujuan individu.

Mazhab neo-klasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori
maupun dalam metodologinya.

Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga kerja atau biaya produksi tetapi
telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal utility). Salah satu pendiri mazhab neoklasik
yaitu Gossen, dia telah memberikan sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian
disebut sebagai Hukum Gossen I dan II. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga
mengembangkan teori nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku
individulah yang berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang
menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde berbagai
jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat kepuasan terendah yang
dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka tercakup sekaligus teori distribusi.
Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori keseimbangan
umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam sistem itu terjadi keterkaitan
antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori produksi, konsumsi dan distribusi. Asumsi
yang digunakan Walras adalah persaingan sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan
terbatas, sedangkan teknologi produksi dan selera konsumen tetap.

Jika terjadi perubahan pada salah satu asumsi ini maka terjadi perubahan yang
berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi. Ekonomi neoklasik didasarkan pada gagasan
homo economicus, sebuah konstruksi antropologis yang didasarkan pada tiga aksioma dasar:
atomisme, egoisme, dan rasionalitas subjektif. Atomisme artinya pelaku ekonomi adalah
individu yang preferensinya terbentuk tanpa pengaruh eksternal dari preferensi individu lain,
model budaya, iklan, dan lain sebagainya. Egoisme berarti bahwa individu digerakkan oleh
tujuan pribadi untuk kesejahteraannya sendiri. Rasionalitas subyektif menyiratkan bahwa
pelaku ekonomi diberkahi dengan pengetahuan yang sempurna dan lengkap, kapasitas yang
tidak terbatas untuk perhitungan dan kemampuan untuk menemukan cara terbaik untuk
mencapai tujuannya. Pendekatan neoklasik mencoba menunjukkan bahwa tatanan sosial yang
ideal adalah keseimbangan ekonomi umum yang dapat dicapai melalui interaksi sederhana
tanpa syarat dari sekumpulan atom sosial yang egois dan rasional. Interaksi ini terjadi di
pasar dan akibatnya tatanan sosial yang ideal adalah pasar.

Jadi, seperti dalam ilmu ekonomi klasik, praduga dasar ilmu ekonomi ‘neoklasik’
adalah kepercayaan pada sistem pasar. Salah satu kontribusi utama dari aliran Neoklasik
adalah pemikiran Alfred Marshall, yaitu bahwa ekonomi bekerja dengan kedua kekuatan,
yakni permintaan dan penawaran, sebagaimana bekerjanya dua mata gunting. Dengan
demikian, analisis ongkos produksi merupakan pendukung sisi penawaran dan teori kepuasan
marjinal sebagai inti pembahasan permintaan. Untuk memudahkan pembahasan
keseimbangan parsial, maka digunakannya asumsi ceteris paribus, sedangkan untuk
memperhitungkan unsur waktu ke dalam analisisnya, maka pasar diklasifikasikan ke dalam
jangka sangat pendek, jangka pendek, dan jangka panjang.

Dalam membahas kepuasan marjinal terselip asumsi lain, yakni kepuasan marjinal
uang yang tetap. Marshall menemukan surplus konsumen yang dikaitkan pula dengan
welfare economics. Bahwa konsumen keseluruhan mengeluarkan uang belanja lebih kecil
daripada kemampuannya membeli. Jika itu terjadi maka terjadi surplus konsumen. Selama
pajak yang dikenakan pada konsumen lebih kecil daripada surplusnya itu, maka
kesejahteraannya tidak menurun. Tetapi, pajak juga dapat digunakan untuk subsidi, terutama
bagi industri-industri yang struktur ongkosnya telah meningkat. Marshall menjelaskan pula
mengapa kurva ongkos total rata-rata menurun dan meningkat tergantung internal dan
eksternal perusahaan atau industri.

Beberapa pemikiran utama neo-klasik adalah sebagai berikut:

a. Ekonomi neo-klasik yang muncul pada tahun 1900-an adalah teori luas yang berfokus
pada penawaran dan permintaan sebagai kekuatan pendorong di balik produksi, harga,
dan konsumsi barang dan jasa.
b. Para ahli ekonomi klasik berasumsi bahwa faktor terpenting dalam harga suatu produk
adalah biaya produksinya. Sementara ekonom neo-klasik berpendapat bahwa persepsi
konsumen tentang nilai suatu produk adalah faktor pendorong dalam harganya. Mereka
menyebut perbedaan antara biaya produksi aktual dan harga eceran sebagai surplus
ekonomi.
c. Salah satu asumsi awal utama ekonomi neo-klasik adalah bahwa utilitas bagi konsumen,
bukan biaya produksi, adalah faktor terpenting dalam menentukan nilai suatu produk
atau layanan. Pendekatan ini dikembangkan pada akhir abad ke-19 berdasarkan buku-
buku karya William Stanley Jevons, Carl Menger, dan Léon Walras.
d. Ilmu ekonomi neo-klasik menetapkan bahwa suatu produk atau jasa sering kali memiliki
nilai di atas dan di luar biaya produksinya. Sementara teori ekonomi klasik
mengasumsikan bahwa nilai produk berasal dari biaya bahan ditambah biaya tenaga
kerja, ekonom neoklasik mengatakan bahwa persepsi konsumen terhadap nilai suatu
produk mempengaruhi harga dan permintaannya.
e. Teori ekonomi neo-klasik menyatakan bahwa persaingan mengarah pada alokasi sumber
daya yang efisien dalam suatu perekonomian. Kekuatan penawaran dan permintaan
menciptakan ekuilibrium pasar.
f. Berbeda dengan ilmu ekonomi Keynesian, aliran neo-klasik menyatakan bahwa
tabungan menentukan investasi. Ekonomi neo-klasik menyimpulkan bahwa ekuilibrium
di pasar dan pertumbuhan pada kesempatan kerja penuh harus menjadi prioritas ekonomi
utama pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Sugeng Santoso. Sejarah Ekonomi Islam Masa Kontenporer. Kabag Humas PM. Darul Hikmah
Tawangsari.

Abdul Qayum, Asep Nurhalim, Fithriadi, Dkk. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Departemen
Ekonomi dan Keuangan Syariah - Bank Indonesia. 2021

Profil Simon Kuznets, Jhon Richard Hicks, Wassely Leontief, Vladmir Lenin, James K.
Galbraith, dan Paul A Samuelson. http://m.merdeka.com/profil. diakses pada 1 Juni 2022
pukul 10.45

Anda mungkin juga menyukai